Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

JENIS DAN KARAKTERISTIK BENCANA ALAM SERTA


SIKLUS PENANGGULANGAN BENCANA

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Mitigasi Bencana

Dosen Pengampu: Oda Kinata Banurea, M. Pd

Disusun Oleh:

Emir Syarif Machfudz

0701212049

Ilmu Komputer-5

PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMTERA UTARA


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, atas izin Allah Swt, semoga kita diberikan


kesehatan dan limpahan rahmat dari-Nya. Shalawat berangkaikan salam tidak lupa
dijunjungkan kepada Rasulullah SAW karena oleh karena Rasulullah pemimpin
serta pembawa berita Bahagia yang jasa beliau tidak akan pernah dilupakan umat
Islam dan selalu ada dalam Al-Qur’an. Beliaulah yang juga memberantas kejahilan
para umat manusia di muka bumi. Dengan itu maka berkembanglah ilmu untuk
memusnahkan kebodohan yang didapatkan dari kasih sayangnya Allah Swt.
melalui ayat pertama yang diwahyukan melalui malaikat Jibril kepada Rasul SAW.

Dengan demikian maka Alhamdulillah terbitlah makalah saya yang berjudul


“JENIS DAN KARAKTERISTIK BENCANA ALAM SERTA SIKLUS
PENANGGULANGAN BENCANA” yang dibimbing oleh dosen Mitigasi
Bencana Bapak Oda Kinata Banurea, M. Pd. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah Mitigasi Bencana. Selain itu diharapkan makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita semua yang membaca. Penulis menyadari masih banyak
terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu diharapkan kritik dan
saran dari pembaca mengenai makalah ini agar kedepannya penulis bisa
menyajikan makalah yang lebih baik lagi. Terimakasih atas perhatiannya. Penulis
ucapkan Terimakasih Banyak-Banyak.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Medan, 02 April 2023

Emir Syarif Machfudz


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN .................................................................................................. 2
2.1 Jenis dan Karakteristik Bencana Alam ................................................... 2
2.1.1 Jenis-Jenis Bencana ........................................................................ 2
2.1.2 Karakteristik Bencana Alam ........................................................... 5
2.2 Siklus Penanggulangan Bencana .......................................................... 11
2.2.1 Jenis-Jenis Mitigasi ....................................................................... 11
2.2.2 Tahap Siklus Penanggulangan Bencana ........................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana merupakan masalah sekaligus musibah yang bisa datang dimana
saja dan kapan saja. Melalui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
bencana dapat diprediksi dan diantisipasi oleh manusia itu sendiri. Walaupun
manusia hakikatnya bisa mengubah sesuatu tapi dengan izin tuhan. Maka
manusia dapat menanggulangi bencana yang akan atau sudah menimpa
mereka. Dengan adanya ilmu tentang mitigasi bencana, manusia bisa
mengetahui segala tentang bancana. Mulai dari karakteristiknya sampai cara
menghadapinya. Teknologi yang berkembang sekarang makin maju sehingga
dengan adanya kemampuan meprediksi terjadinya bencana manusia hanya
perlu menghadapinya atau menghentikannya. Semuanya bisa dilakukan hanya
dengan ilmu pengetahuan. Ilmu ini tentunya tidak didapatkan secara instan.
Melalui pengalaman bencana yang telah terjadi dan pengetahuan yang luas
manusia bisa meng-upgrade diri mereka untuk lebih waspada dengan bencana
yang akan terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa saja Jenis-Jenis Bencana itu?
1.2.2 Apa Karakteristik Bencana Alam?
1.2.3 Bagaimana Siklus Penanggulangan Bencana?
1.2.4 Apa saja Jenis-Jenis Mitigasi?
1.2.5 Bagaimana Tahapan Siklus Penanggulangan Bencana?

1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini agar bisa menambah wawasan tentang jenis-
jenis dan karakteristik bencana alam yang terjadi di sekitar kita juga
mengetahui tentang bagaimana siklus penanggulangan bencana agar pembaca
dapat menerrapkannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk antisipasi
terhadap bencana.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jenis dan Karakteristik Bencana Alam


2.1.1 Jenis-Jenis Bencana
Klasifikasi berdasarkan sifat bencana

Setiap bencana memiliki magnitude atau besaran dampak yang


disebabkannya. Berdasarkan karakteristik tersebut tidak semua
kejadian yang tidak diinginkan masuk dalam kategori bencana. Dalam
terminologi kebencanaan ada perbedaan antara event, disaster dan
catastrophe. Misalnya kebakaran sebuah rumah yang dapat ditangani
oleh petugas pemadam kebakaran, masuk dalam kategori event atau
kejadian, bukan disaster atau bencana.

Catastrophe atau katastropik memiliki dampak yang lebih hebat


dibanding bencana. Menurut Quarantelli, sebuah peristiwa masuk
dalam kategori katastropik jika):

a. Berdampak hebat terhadap hamper atau seluruh infrastruktur


masyarakat

b. Pemerintah setempat tidak dapat menjalankan tugas sebagaimana


mestinya bahkan berlanjut hingga masa recovery (perbaikan pasca
bencana)

c. Kegiatan sehari-hari masyarakat terganggu hampir setiap hari

d. Komunitas masyarakat yang berdekatan tidak dapat memberikan


bantuan

Dilihat dari kemampuan pengelolaannya, bencana dapat terbagi


menjadi tiga yaitu :

2
1. Bencana local (local disaster), yaitu bencana yang dapat ditangani
oleh pemerintah local setempat seperti provinsi, kota. Jika tidak dapat
ditangani maka menjadi bancana nasional.

2. Bencana nasional (national disaster), yaitu bencana yang dapat


ditangani oleh pemerintah nasional/negara setempat. Sama seperti
bencana local, jika pemerintahan nasional tidak dapat menangani maka
naik menjadi bencana internasional.

3. Bencana internasional (international disaster), yaitu bencana yang


harus ditangani oleh lembaga internasional atau koalisi beberapa negara
yang membantu penanganan bencana.

Bencana dapat juga digolongkan menurut kecepatan kejadiannya yaitu


rapid disaster dan slow disaster.

1. Rapid disaster Kecepatan kejadian rapid disaster tentu lebih slow


disaster. Rapid disaster yaitu bencana yang terjadi secara tiba-tiba atau
sudden-onset disaster yang terjadi dengan sedikit atau tanpa peringatan
dini dan biasanya memiliki efek menghancurkan selama berjam-jam
atau berhari-hari. Contohnya antara lain gempa bumi, tsunami, gunung
berapi, longsor, badai tornado, dan banjir. Kemampuan manusia dalam
merespon dan memberikan bantuan kepada korban pada bencana ini
bisa berlangsung dalam hitungan minggu hingga bulan, bahkan pernah
mencapai 1 tahun, seperti: bencana kekeringan, kelaparan, salinisasi
tanah, epidemic AIDS, dan erosi.

2. Slow disaster Sementara slow onset disaster atau creeping disaster


adalah jenis bencana yang terjadi secara lambat bahkan tidak terlihat
gejalanya. Gejala bencana baru terlihat setelah terjadi kerusakan dan
penderitaan dalam jumlah yang proporsional dan membutuhkan
tindakan kegawatdaruratan yang massif. Contohnya adalah kelaparan,
kekeringan, tanah menjadi gurun (desertification), epidemic penyakit
Dilihat dari jumlah kejadiannya, ada yang hanya terjadi satu jenis
bencana (single disaster) dan terjadi lebih dari satu bencana (compound

3
disaster). Pada compound disaster atau complex disaster kejadian
bencana terjadi pada waktu dan tempat yang bersamaan yang dapat
memperbesar, memperburuk dan menambah kerusakan.

Klasifikasi berdasarkan penyebab bencana

Berdasarkan penyebabnya bencana dapat dikategorikan menjadi tiga


yaitu bencana yang disebabkan oleh alam atau natural disaster),
bencana akibat teknologi atau technological-caused disaster dan
bencana akibat manusia atau human-caused disaster.

a. Bencana alam (natural disaster) Kejadian bencana alam diperkirakan


akan terus meningkat yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (1)
variasi dari siklus alam seperti solar maxima, gempa bumi dan aktivitas
vulkanik; (2) pemanasan global yang minimal dapat meningkatkan
aktivitas badai yang mematikan dan kekeringan di beberapa wilayah;
(3) Bertambahnya variasi jenis penyakit dan penyakit akibat vector
akibat pemanasan global; dan (4) Perubahan musim, kondisi cuaca serta
suhu dan kelembaban ambient yang menyebabkan dampak buruk pada
cadangan makanan, produksi zat allergen dan isu kesehatan pada
manusia. Bencana alam (natural disasters) dapat diklasifikasikan
menjadi 3 yaitu:

1. Bencana akibat kejadian biologis (biological disaster). Bencana ini


disebabkan oleh patogen bakteri atau virus yang dapat berbentuk
pandemic, wabah, atau epidemic penyakit menular. Dalam Dictionary
of Disaster Medicine and Humanitarian Relief disebutkan bahwa
bencana biologis adalah bencana yang diakibatkan oleh
paparan/pajanan biomassa atau organisme hidup dalam jumlah besar
terhadap zat-zat beracun, bakteri atau radiasi.

2. Bencana akibat kejadian hidro-meteorologik (hydro-meteorological


disaster). Bencana ini dapat disebabkan oleh curah hujan yang tinggi
atau rendah. Yang sering terjadi adalah bencana akibat curah hujan
tinggi yaitu banjur dan badai. Bencana badai meliputi badai siklon

4
tropis, tornado, badai angin, dan badai salju. Sedangkan bencana akibat
curah hujan rendah antara lain: kekeringan (kadang bersamaan dengan
badai debu), kebakaran yang tidak terkendali seperti di hutan, dan
gelombang panas.

3. Bencana akibat kejadian geofisika (geo-physical disaster). Bencana


ini disebabkan oleh energi yang dihasilkan dari berbagai kejadian
geofisika. Bencana ini terbagi menjadi tiga yaitu (1) bencana karena
energi seismic seperti gempa bumi dan tsunami; (2) bencana karena
energi vulkanik seperti erupsi gunung berapi dan aliran larva gunung;
dan (3) bencana karena energy gravitasi seperti longsor (longsoran
puing, longsor lumpur, longsoran lahar vulkanik, dan longsoran salju.

b. Bencana akibat industri Bencana akibat industri atau industrial-


induced disaster merupakan bencana yang terjadi karena proses atau
kegiatan industri termasuk dalam penciptaan, uji coba, penerapan, atau
kegagalan dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pengembangan teknologi menghasilkan hazard (bahaya) industri
seperti limbah dan radiasi industri serta bencana kimia. Berton-ton
material berbahaya dibawa ke pemukiman padat setiap hari, dimana
setiap ton material memiliki potensi bahaya yang mematikan (Hogan &
Burstein, 2007). Contoh bencana teknologi adalah ujicoba nuklir di
Bikini Atoll kepulauan Masrshall tahun 1946, dan di Three Mile Island
Pennsylvania tahun 1976, dan di Chernobyl Ukraina tahun 1986.

c. Bencana akibat manusia Bencana akibat manusia disebut juga


manmade disaster atau natural-induced disaster. Bencana ini
merupakan hasil dari kesalahan yang dibuat manusia atau niat jahat dan
kejadian apapun yang ketika itu terjadi ditinggalkan oleh pelakunya
dengan anggapan bahwa ketika bencana terjadi lagi masyarakat dapat
mencegahnya.

2.1.2 Karakteristik Bencana Alam


Secara umum, pemahaman karakteristik bencana merupakan aspek
fundamental dalam upaya penanggulangan bencana. Karakteristik

5
bencana yang mengancam sebagian besar wilayah tanah air perlu
dipahami dengan baik, karena salah satu penyebab timbulnya kerugian
dan penderitaan yang cukup berat adalah kurangnya pemahaman
terhadap karakteristik ancaman bencanam, sehingga masyarakat kurang
siap menghadapinya.

Berikut ini adalah uraian singkat mengenai karakteristik beberapa


jenis bencana alam yang sangat umum terjadi di tanah air kita dan
upaya-upaya mitigasinya.

Gempabumi

Teori Tektonik Lempeng telah mengajarkan bahwa bagian luar bumi


kita terdiri dari berbagai lempeng yang saling bergerak satu terhadap
lainnya. Gerakan lempeng tersebut dapat saling mendekat, saling
menjauh, ataupun hanya saling berpapasan. Proses pergerakan inilah
yang lebih lanjut dapat mengakibatkan terbentuknya akumulasi energi
dan tegangan yang cukup tinggi pada kerak bumi, yang kemudian suatu
saat dapat terlepaskan secara tiba-tiba dan menghasilkan kejutan
gempabumi (earthquake) yang dahsyat. Gempabumi jenis ini secara
khusus dikenal sebagai gempa bumi tektonik, yang merupakan
gempabumi yang paling berbahaya dibandingkan jenis gempabumi
lainnya (gempabumi volkanik dan gempabumi indus). Sebagai tempat
bertemunya tiga lempeng besar dunia, tentunya Indonesia merupakan
negara yang umumnya sangat rawan terhadap potensi gempabumi ini.

Pada prinsipnya, gempabumi atau terkadang hanya disebut sebagai


gempa saja, merupakan peristiwa pelepasan energi yang seringkali
menyebabkan dislokasi (pergeseran) bagian bumi dan gerakan atau
rentetan gerakan pada secara tiba-tiba. Atau dengan kata lain,
gempabumi merupakan suatu gejala fisik alamiah yang umumnya
ditandai dengan bergetarnya bumi, sehingga memberikan bahaya dan
ancaman yang lebih lanjut dapat menimbulkan bencana. Di permukaan
bumi, getaran tersebut dapat mengakibatkan kerusakan dan keruntuhan
bangunan serta dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa ini

6
juga dapat memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan dan
kerusakan tanah lainnya yang merusakkan permukiman disekitarnya.
Getaran gempa bumi juga dapat menyebabkan bencana ikutan yang
berupa kebakaran, kecelakaan industri dan transportasi dan juga banjir
akibat runtuhnya bendungan dan tanggul tanggul penahan lainnya. Efek
gempabumi terhadap suatu komunitas masyarakat umumnya dapat
ditinjau dari kerusakan bangunan dan banyaknya korban. Kerusakan
bangunan yang ditimbulkan gempa sangat bergantung pada beberapa
parameter, yaitu : • Jarak terhadap pusat gempa • Kedalaman pusat
gempa • Besaran gempa • Lama getaran gempa • Banyaknya frekuensi
getaran tanah • Kondisi geologi dan tanah setempat • Kelenturan,
kekuatan dan kesatuan bangunan itu sendiri. Sampai saat ini manusia
belum/tidak dapat berbuat banyak untuk mencegah terjadinya kejadian
gempabumi, khususnya gempa tektonik, kecuali hanya membuat peta-
peta daerah yang rawan terhadap gempabumi, deliniasi dan identifikasi
tempat-tempat yang dilalui oleh sesar yang mungkin akan mengalami
retak/pergerakan sehingga dapat mengurangi dampak buruk yang
ditimbulkan untuk kemudian dapat dilakukan perencanaan dalam
penataan/pembangunan wilayah. Selain itu, identifikasi terhadap risiko
yang mungkin terjadi akibat gempabumi perlu dilakukan. Dengan
diketahuinya tingkat risiko diharapkan dapat dilakukan upaya-upaya
konstruktif terutama dalam usaha mitigasi bencana. Salah satu tindakan
konstruktif dalam usaha mitigasi bencana gempabumi adalah setiap
bangunan haruslah direncanakan sesuai dengan karakteristik
gempabumi yang ada. Dalam hal ini, konsep bangunan tahan gempa
sangat penting dalam mengurangi kerugian akibat bencana gempa.
Lebih dari itu, masyarakat hendaknya juga perlu dibekali dengan
pengetahuan dasar cukup mengenai karakteristik bahaya gempa dan
tindakan-tindakan yang dapat mengurangi kerugian akibat bencana
gempa. Oleh karenanya, masyarakat akan menjadi lebih waspada akan
potensi kejadian gempa di daerahnya.

Tsunami

7
Tsunami adalah gelombang panjang yang timbul karena adanya
perubahan dasar laut atau perubahan badan air yang terjadi secara tiba-
tiba dan impulsif, akibat gempabumi, erupsi volkanik, longsoran bawah
laut atau runtuhan gunung es, atau bahkan akibat terjangan benda-benda
angkasa ke permukaan laut. Kondisi alamiah Indonesia yang sangat
rawan akan terjadinya gempabumi, telah juga menempatkannya sebagai
kawasan yang rawan ancaman bencana tsunami.

Tsunami diklasifikasikan sebagai gelombang panjang, karena panjang


gelombangnya dapat mencapai beberapa ratus kilometer dengan
amplitudo gelombang yang kecil yaitu hanya sekitar satu meter di
perairan dalam, sehingga gelombang ini seringkali sangat sulit untuk
dideteksi dari udara atau dari atas kapal. Gelombang ini merambat
dengan kecepatan yang berbanding lurus dengan akar kedalaman
perairan, dengan kecepatan dapat mencapai ratusan kilometer perjam.
Kecepatan penjalaran tsunami sangat bergantung pada kedalaman
lautan. Pada kedalaman sekitar 5.000 meter, kecepatan penjalaran
tsunami mencapai sekitar 800 km/jam, kecepatan yang hampir
menyamai pesawat jet. Memasuki kawasan yang di daratan, ketinggian
gelombang dapat mencapai kurang lebih 10 meter, dengan kecepatan
tsunami berkurang menjadi sekitar 36 km/jam atau setara dengan
kecepatan mobil atau motor (Gambar 4). Dengan kecepatan seperti itu,
tsunami akan sangat mudah menerjang orang yang berusaha lari
menyelamatkan diri dari amukannya. Lebi dari itu, tsunami di daratan
akan sangat berbahaya apabila telah menghanyutkan puing-puing dari
bendabenda atau bangunan yang dilaluinya, karena hal ini akan
meningkatkan daya tekan bidang hingga dapat mencapai sekitar 8
ton/m2 dan mengakibatkan daya hancur yang cukup besar.

Seperti halnya gempabumi, tsunami merupakan ancaman bencana alam


yang kejadiannya seringkali tidak terduga. Oleh sebab itu, pengetahuan
mengenai potensi ancaman bencana tsunami merupakan kunci utama
bagi masyarakat yang hidup disekitar kawasan rawan bencana tsunami.
Apa yang harus kita lakukan ketika tsunami tiba dan kita sedang berada

8
di pantai? Apabila kita merasakan kedatadangan tsunami, yang
umumnya didahului oleh tanda-tanda alami sebelum datangnya tsunami
seperti gempabumi dan suara yang tidak normal datang dari arah laut,
maka segeralah kita dan mengajak orang di sekitar kita untuk melarikan
diri menuju tempat yang lebih tinggi.

Secara fisik, tindakan mitigasi tusnami dapat dilakukan dengan


membuat penghalang atau peredam gelombang. Peredaman gelombang
secara alami dapat dilakukan dengan membangun kawasan penyangga
(buffer zone) di kawasan pesisir dengan vegetasi pantai, seperti hutan
pantai atau mangrove. Selain peredaman gelombang secara alami,
penghalang gelombang buatan seperti konstruksi pemecah ombak
(breakwater) dan dinding pantai (seawall), dapat dibangun meskipun
umumnya memerlukan biaya yang lebih mahal. Selain itu,
pembangunan sistem peringatan dini merupakan salah satu tindakan
mitigasi yang sangat penting untuk mengurangi dampak yang
ditimbulkan akibat tsunami. Agar berjalan secara efektif, peringatan
dini perlu dilakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat
setempat.

Letusan Gunungapi

Gunungapi (volcano) adalah suatu bentuk timbulan di permukaan bumi,


yang dapat berbentuk kerucut besar, kerucut terpancung, kubah atau
bukit, akibat oleh adanya penerobosan magma ke permukaan bumi.
Secara garis besar, di dunia terdapat sekitar 500 gunungapi aktif dengan
rata-rata 50 gunungapi per tahun mengalami letusan. Akibat letusan
gunungapi, secara lokal dapat sangat destruktif, dan pada kejadian
tertentu di mana letusannya yang sangat dahsyat, dapat mengubah iklim
global atau bahkan dapat mengubah sejarah manusia. Di Indonesia
kurang lebih terdapat 80 buah dari 129 buah gunung aktif yang diamati
dan dipantau secara menerus. Beberapa bahaya letusan gunungapi
antara lain berupa aliran lava, lontaran batuan pijar, hembusan awan
panas, aliran lahar dan lumpur, hujan abu, hujan pasir, dan semburan

9
gas beracun. Meskipun kejadian letusan gunungapi dapat diprediksi
dengan tingkat keberhasilan tertentu berdasarkan fenomen-fenomena
yang mendahuluinya, bahaya gunungapi seringkali tidak dapat dicegah.
Oleh karena itu, pemantauan gunungapi menjadi suatu hal yang cukup
krusial dalam usaha mengurangi dampak akibat bahaya ini.
Pemantauan ini dilakukan untuk menghasilkan informasi tingkat
aktivitas gunungapi dalam 4 (empat) tingkatan, yaitu aktif normal,
waspada, siaga, dan awas.

Longsoran

Longsoran (landslide) merupakan pergerakan masa batuan dan/atau


tanah secara grafitasional yang dapat terjadi secara perlahan maupun
tiba-tiba. Dimensi longsoran sangat bervariasi, berkisar dari hanya
beberapa meter saja hingga ribuan (kilo) meter. Longsoran dapat terjadi
secara alami maupun dipicu oleh adanya ulah manusia. Jenis bencana
alam akibat longsoran ini merupakan jenis bencana yang cukup penting
karena distribusinya yang merata hampir di seluruh wilayah tanah air,
dan atas dasar catatan kejadiannya, longsoran secara umum selalu
menepati intensitas kejadian yang paling banyak, serta dapat terjadi
secara bersamaan dengan bencana alam geologi lainnya, seperti
gempabumi dan letusan gunungapi. Setiap longsoran memiliki
karakteristik yang khas untuk masing-masing jenis material yang
terlibat. Untuk itulah, para ahli telah mencoba mengklasifikasikan
longsoran menjadi beberapa jenis atau tipe. Perbedaan klasifikasi
biasanya timbul akibat perbedaan dasar atau sudut pandang yang
digunakan, dan secara umum jenis material dan mekanisme pergerakan
merupakan dasar-dasar yang paling banyak digunakan dalam
klasifikasi longsoran. Berdasarkan jenis materialnya, longsoran dapat
dibedakan atas longsoran batuan dan longsoran tanah – yang dibagi lagi
menjadi longsoran tanah halus dan longsoran tanah kasar atau bahan
rombakan (debris). Sementara itu, berdasarkan mekanisme
pergerakannya, Cruden dan Varnes (1996 dalam Turner dan Schuster,

10
1996) membagi longsoran menjadi runtuhan atau jatuhan, robohan atau
jungkiran, gelinciran, pancaran, dan aliran.

2.2 Siklus Penanggulangan Bencana


2.2.1 Jenis-Jenis Mitigasi
Secara garis besar, mitigasi bencana dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
Mitigasi struktural

Mitigasi struktural merupakan upaya menurunkan tingkat kerentanan


terhadap suatu bencana lewat bangunan tahan bencana. Mitigasi ini
dilakukan dengan melaksanakan pembangunan prasarana fisik yang
menggunakan berbagai pendekatan teknologi tahan bencana. Bangunan
tahan bencana yang dimaksud ialah bangunan dengan struktur baik
yang telah direncanakan, agar bisa bertahan atau meminimalisasi risiko
kerusakan dan timbulnya korban jiwa.

Mitigasi non struktural

Mitigasi non struktural merupakan upaya mitigasi yang dilakukan


selain pembangunan prasarana fisik. Artinya bentuk mitigasi ini bisa
dilakukan lewat pembentukan peraturan oleh pemerintah dan hal
lainnya. Upaya mitigasi non struktural biasanya dilakukan di daerah
rawan bencana dan sekitarnya. Tujuan dari mitigasi ini supaya
masyarakat bisa tetap beraktivitas tanpa rasa takut berlebih dan merasa
nyaman serta aman.

2.2.2 Tahap Siklus Penanggulangan Bencana


1. Prabencana

Untuk menghadapi bencana yang akan datang, tahap penanggulangan


bencana pertama ialah seluruh pihak, baik masyarakat maupun
pemerintah perlahan belajar dari kejadian-kejadian sebelumnya.
Berbagai tindakan yang tujuannya untuk meminimalisir korban jiwa
mulai dilakukan.

11
Seperti membuat rumah anti gempa, atau bisa juga membuat rute atau
jalur evakuasi, yang biasanya akan kamu temui kalau lagi main-main
ke daerah kaki gunung. Pemerintah dan tim kebencanaan, juga bisa
melakukan sosialisasi dan penyuluhan tentang penanggulangan
bencana kepada masyarakat, agar lebih siap dan siaga menghadapi
bencana alam.

Memangnya, apa yang harus kita lakukan saat terjadi gempa bumi,
tsunami, dan letusan gunung api? Tentunya dengan melakukan
beberapa hal yang sudah dianjurkan dalam siklus penanggulangan
bencana alam. Harapannya, dengan melakukan hal ini, kerugian
ataupun korban jiwa akibat bencana dapat berkurang. Maka dari itu,
disebut dengan tahapan prabencana.

2. Saat Terjadi Bencana (Tanggap Darurat)

Banyak hal yang dapat terjadi setelah adanya bencana. Orang-orang


kehilangan yang mereka cintai, seperti keluarga, juga kerabat.
Kehilangan harta benda, di tengah bangunan-bangunan yang porak-
poranda.

Pada tahap setelah bencana terjadi, masyarakat akan mulai berfokus


menyelamatkan korban-korban yang bisa diselamatkan. Tim SAR
(Search and Rescue) yang bertugas mengevakuasi dan menyelamatkan
korban, akan berusaha menelusuri wilayah-wilayah yang masih
mungkin terdapat korban selamat.

Mereka tidak bekerja sendiri loh, masyarakat yang selamat serta para
relawan dari berbagai wilayah pun turut membantu. Nggak cuma itu
aja, korban yang sakit juga langsung memperoleh pengobatan. Tenda-
tenda darurat didirikan, dapur-dapur umum dibentuk, semua
masyarakat sibuk bahu-membahu membantu apa yang bisa dilakukan.

Tahap penanggulangan bencana inilah yang disebut tahap tanggap


darurat, yang dilakukan tepat setelah kejadian bencana. Namun,

12
tahapan ini tak bisa terus-menerus dilakukan. Korban yang hilang tak
bisa selamanya dicari. Selain itu, masyarakat mau tidak mau harus
belajar meneruskan hidup, mengikhlaskan apa yang telah hilang. Ketika
fokus pada penyelamatan korban berakhir, maka kita akan memasuki
tahapan berikutnya, yaitu tahapan rekonstruksi dan rehabilitasi.

3. Pascabencana (Rekonstruksi dan Rehabilitasi)

Ketika bencana terjadi, jalan-jalan akan rusak, rumah-rumah rusak,


bahkan ada yang hancur. Seringkali bencana juga menelan korban jiwa,
orang-orang kehilangan tempat tinggal, pasar tutup, aktivitas ekonomi
terganggu, sekolah libur, dan kehilangan pekerjaan. Semua itu sangat
memungkinkan banyak korban yang mengalami gangguan psikologis,
seperti trauma yang berkepanjangan.

Semua tahapan memperbaiki itu semua disebut tahapan rekonstruksi


dan rehabilitasi. Tahapan ini merupakan tahapan yang muncul setelah
tanggap darurat. Rumah-rumah mulai dibangun, begitu pula jalan-jalan,
serta berbagai bangunan lainnya. Pasar yang tutup perlahan dibuka
kembali. Begitupun sekolah-sekolah, siswa berangsur-angsur masuk
kembali. Kondisi masyarakat mulai berkembang normal seperti
sebelum terjadi bencana.

Namun, seperti yang telah disebutkan di awal, kembali seperti awal aja
nggak akan cukup, mereka harus mempersiapkan diri untuk
menghadapi bencana yang akan kembali datang. Pada saat itulah, tahap
pascabencana berakhir, dan kita memasuki tahap prabencana.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ade Heryana, 2020. Pengertian dan Jenis-Jenis Bencana. Jakarta: Universitas Esa
Unggul.

Fahri Abdillah, 2022. Tahap-Tahap Siklus Penanggulangan Bencana Alam.


https://www.ruangguru.com/blog/siklus-penanggulangan-bencana-alam

Vanya Karunia Mulia Putri, 2021. Mitigasi Bencana: Pengertian, Tujuan, Jenis dan
Contohnya.

https://www.kompas.com/skola/read/2021/04/26/141402669/mitigasi-bencana-
pengertian-tujuan-jenis-dan-contohnya

Furi Sari Nurwulandari, 2016. Kajian Mitigasi Bencana Kebakaran Di Permukiman


Padat (Studi Kasus: Kelurahan Taman Sari, Kota Bandung). Volume 18 Nomor 1

Faizal Aco, 2019. Mitigasi Bencana Berbasis Dana Desa Dalam Menghadapi
Bahaya Tebing Rawan Sepanjang Pantai di Gunungkidul. Jurnal Enersia Publika,
Vol. 3, No. 2.

Imam A. Sadisun, 2008. Pemahaman karakteristik bencana : Aspek fundamental


dalam upaya mitigasi dan penanganan tanggap darurat bencana.

14

Anda mungkin juga menyukai