Anda di halaman 1dari 16

STUDI ETNOFARMASI TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT PADA SUKU

BUGIS DONGGALA DI DESA LEMBASADA KECAMATAN BANAWA


SELATAN KEBUPATEN DONGGALA

PROPOSAL

GUSTIANI
G 701 18 024

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

MARET, 2021
A. JUDUL PENELITIAN
Studi etnofarmasi tumbuhan berkhasiat obat pada suku Bugis Donggala,
Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala.

B. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan tropika terbesar
kedua di dunia dengan keanekaragaman hayati dan dikenal sebagai salah satu
negara “megabiodiversity” kedua setelah Brazilia (Ersam, 2004). Diperkirakan
hutan Indonesia menyimpan potensi tumbuhan obat sebanyak 30.000 jenis, di
antaranya 940 jenis telah dinyatakan berkhasiat obat, 78 % masih diperoleh
melalui pengambilan langsung dari hutan (Nugroho, 2010).

Banyaknya jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional dapat


memberikan referensi terhadap dunia pengobatan, apalagi dengan makin
gencarnya moto “back to nature” atau “kembali ke alam”. Pengobatan tradisional
awalnya dikenal dengan ramuan jamu-jamuan, sampai saat ini jamu masih
diyakini sebagai obat mujarab untuk mengobati berbagai penyakit bahkan telah
dikembangkan dalam industri modern. Pengetahuan mengenai tumbuhan obat
memiliki karakteristik berbeda-beda pada suatu wilayah. Pengetahuan tersebut
biasanya merupakan warisan secara turun-menurun (Nurrani, 2013).

Menurut Bodeker (2000) bangsa Indonesia memiliki budaya pengobatan


tradisional termasuk penggunaan tumbuhan obat sejak dahulu dan dilestarikan
secara turun-temurun. Namun adanya modernisasi budaya dapat menyebabkan
hilangnya pengetahuan tradisional yang dimiliki oleh masyarakat. Bangsa
Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat
sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengalaman
dan keterampilan tersebut telah dilakukan di berbagai suku di Indonesia termasuk
di suku Bugis.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Informasi jenis tumbuhan ramuan tradisional suku Bugis Donggala
mencakup daerah pemukiman Bugis Donggala belum dilaporkan lengkap.
2. Persepsi masyarakat Bugis Donggala terhadap pengobatan tradisional Bugis
Donggala belum dilaporkan lengkap

D. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui jenis tumbuhan obat tradisional Suku Bugis Donggala dan
persepsi masyarakat setempat terhadap pengobatan tradisional Suku Bugis
Donggala.
2. Mengetahui persepsi masyarakat Suku Bugis Donggala terhadap pengobatan
tradisional.

E. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang akan didapatkan dari penelitian ini adalah:
1. Tersedia informasi tumbuhan obat Suku Bugis Donggala dan persepsi
masyarakat setempat terhadap pengobatan tradisional Suku Bugis Donggala.
2. Tersedia informasi persepsi masyarakat Suku Bugis Donggala terhadap
pengobatan tradisional.
F. TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan tumbuh-tumbuhan yang
memiliki banyak manfaat, khsusnya dalam bidang kesehatan. Tercatat hanya ada
lebih dari 7000 spesies tanaman yang dijadikan obat jamu pada saat sekarang ini,
padahal kita tahu bahwa masih ada banyak tumbuh-tumbuhna lain hingga ratusan
ribu yang bisa kita manfaatkan. Telah banyak dilakukan penelitian sebelumnya
mengenai tumbuh-tumbuhan obat Indonesia, tapi hingga saat ini belum ada
pencatatan yang pasti mengenai tumbuhan-tumbuhan tersebut (Anonim, 2013).

Etnofarmasi adalah bagian dari ilmu farmasi yang mempelajari penggunaan obat
dan cara pengobatan yang dilakukan oleh etnik atau suku bangsa tertentu, ruang
lingkup etnofarmasi meliputi obat serta cara pengobatan menggunakan bahan
alam. Komunitas etnik suatu daerah mempunyai kebudayaan dan kearifan lokal
yang khas sesuai dengan daerahnya masing-masing, hal tersebut berdampak pada
pengetahuan obat dan pengobatan tradisionalnya (Moelyono, 2017). Salah satu
daerah yang mempunyai budaya tradisional dan masih dilakukan hingga saat ini
baik dalam tradisi, makanan maupun pengobatan yang berasal dari bahan alam
ialah kampung adat Cireundeu. Kampung Adat Cireundeu terletak di Kelurahan
Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan. Terdiri dari 50 kepala keluarga atau 800
jiwa, yang sebagian besar bermata pencaharian bertani ketela.Kampung Adat
Cireundeu sendiri memiliki 64 ha terdiri dari 60 ha untuk pertanian dan 4 ha
untuk pemukiman. Sebagian besar penduduknya memeluk dan memegang
kepercayaan Sunda Wiwitan hingga saat ini (Anonim, 2011).

Selain suku kaili (Dianto, 2015), salah satu suku di Sulawesi Tengah yang masih
memanfaatkan tumbuhan untuk pengobatan adalah suku Bugis Donggala.
Masyarakat Bugis Donggala masih menghargai budaya dan tata nilai leluhur yang
dikembangkan secara turun temurun. Masyarakat suku Bugis Donggala secara
turun-temurun telah mengenal pemanfaatan tumbuhan untuk kehidupan sehari-
hari, selain digunakan sebagai ramuan obat, digunakan pula untuk bahan pangan
dan dalam berbagai upacara adat. Masyarakat suku Bugis Donggala percaya
bahwa keuntungan penggunaan tumbuhan yang digunakan sebagai obat dapat
menyembuhkan berbagai macam penyakit dan tidak menimbulkan efek samping
bagi pemakainya.

Masyarakat Suku Bugis merupakan salah satu suku yang mempertahankan


budaya dan adat istiadatnya di Indonesia (Nurohim,2018). Suku Bugis merupakan
salah satu dari berbagai suku bangsa di Asia Tenggara dengan populasi lebih dari
8.000.000 orang. Mereka mendiami bagian barat daya Pulau Sulawesi
(Ridha,2018). Termasuk di Sulawesi tengah.

Kabupaten Donggala adalah sebuah kabupaten di provinsi Sulawesi Tengah,


Indonesia. Ibu kota kabupaten sekaligus pusat administrasi terletak di kecamatan
Banawa. Kabupaten ini mempunyai luas sebesar 5.275,69 km² dan berpenduduk
sebanyak 304.110 jiwa pada tahun 2020. Donggala adalah kabupaten terluas ke-7,
terpadat ke-4, dan memiliki populasi terbanyak ke-4 di Sulawesi Tengah.
Kabupaten Donggala terdiri dari 16 kecamatan dan 166 desa/kelurahan
(Parenrengi,2006). Banawa Selatan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten
Donggala, Sulawesi Tengah, Indonesia. Kecamatan ini berjarak sekitar 27
kilometer dari ibu kota kabupaten Donggala ke arah selatan. Pusat
pemerintahannya berada di desa Watatu. Kecamatan ini memiliki jumlah desa
terbanyak di Kabupaten Donggala (Junarti,2011).
G. METODE PENELITIAN
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada hari Jum’at - Sabtu

2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa lembasada, Kecamatan Banawa Selatan
Kabupaten Donggala dengan cara wawancara langsung terhadap masyarakat
setempat.

3. Metode Penggumpulan data


Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasi partisipan yang
dimaksudkan untuk mengetahui penggunaan tumbuhan obat di Suku Bugis
Donggala. Penelitian ini dilakukan dengan berkomunikasi secara langsung
dengan responden atau wawancara langsung, sehingga memungkinkan untuk
bertanya secara lebih rinci dan detail terhadap tumbuhan obat yang akan
diteliti.

4. Analisis Data
Tabel 1.1 Spesies, Famili, Khasiat, dan Bagian Tumbuhan Obat yang
Digunakan Oleh Masyarakat Suku Bugis Donggala, Kecamatan
Banawa Selatan,Kabupaten Donggala.
Nama Nama Familia Bagian Penyakit
Spesies Umum digunakan yang diobati
Sericocalyx Keji beling Acanthaceae Daun Sakit
crispus(L.) pinggang,
Bremek demam

Andrographi Sambiloto Daun Demam,


s paniculata maag, asma
(Brum.f.)
Ness

Amaranthus Bayam Amaranthaceae Seluruh Paru-paru


tricolor L. bagian basah
Centella Pegagan Apiaceae Daun Maag, asma
asiatica (L.)
Urb.

Euphorbia Patah Euphorbiaceae Batang Pembekuaan


tirucalli L. tulang darah

Jatropha Jarak pagar Daun, Sakit gigi,


curcas L. getah sariawan,
gatal-gatal
Manihot Singkong
esculenta Daun Penurun darah
Crantz.

Euphorbia Petikan Batu ginjal


hirta L. kebo Daun

Blumea
balsamifera Pakudalang Asteraceae Daun Pelancar haid,
(L.) DC. asma

Mimosa Putrid malu Leguminosae Daun,akar Asma


pudica L.

Tamarindus Asam jawa Buah Pelancar haid


indica L.

Caesalpinia Mata Seluruh Malaria, liver


bonduc (L.) kucing bagian
Roxb.

Dendrolobiu Daun tiga Daun Muntah darah


m
umbellatum
(L.)
Benth.

Allium Bawang Amarylidaceae Umbi Amandel,


ascalonicum merah sakit
L. pinggang

Allium Bawang Umbi Kolestrol,


sativum L. putih penurun
darah,
Alpinia Lengkuas Zingiberaceae Rimpang Panas dalam,
galanga (L.) sakit perut
Willd.

Curcuma Temulawak Rimpang Sakit


zanthorrhiza pinggang,
Roxb. rheumatic

Curcuma sp. Kunyit Rimpang Menjaga daya


tahan tubuh,
Batuk kering,
bengkak/me
Kaempferia Kencur Rimpang mar,
sp.

Batuk, sakit
Zingiber Jahe Rimpang kerongkongan
officinale
Diabetes
Hyptis Rumput Lamiaceae Seluruh
capitata bagian
pogo
Pembersih
Daun darah
Clerodendru Bungaku
m chinense
Lemah
Ocinum Kemangi Daun jantung,
basillicum menghilangka
n bau badan

Diabetes,batu
Orthosihon Kumis Seluruh injal
aristtus kucing bagian
Batuk
Plectranthus mayana Daun
scutellarioid
es

Ket :
Seluruh Bagian (daun, batang, akar)
Tabel. 1. 2 Persentase Bagian Tumbuhan Obat yang Digunakan Oleh
Masyarakat Suku Bugis Donggala, Kecamatan Banawa
Selatan,Kabupaten Donggala.

Bagian Tumbuhan Yang Presentase %


Digunakan
Daun 49%
Umbi 4%
Batang 5%
Seluruh Bagian Tumbuhan 10%
Buah 12%
Akar 3%
Getah 3%
Rimpang 11%
Bunga 4%
H. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil wawancara pada 4 informan (sandro), diketahui bahwa terdapat
25 jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat. Masyarakat suku Bugis
Donggala menggunakan tumbuhan obat sebagai obat tradisional secara turun
temurun dari nenek moyang atau orang tua terdahulu. Namun ada pula yang
menggunakan tumbuhan tersebut berdasarkan mimpi yang pernah dialami.

Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa masyarakat Suku Bugis


Donggala, Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala. Dalam
memanfaatkan tumbuhan sebagai obat tradisional menggunakan beberapa bagian
dari tumbuhan tersebut. Bagian tumbuhan yang digunakan yaitu daun, buah,
batang, akar, bunga, getah, umbi, rimpang dan semua bagian tumbuhan. Bagian
tumbuhan yang banyak digunakan untuk pengobatan yaitu daun sebesar 49%.

Berdasarkan jenis penyakit ada beberapa cara pengolahan dan penggunaan


tumbuhan obat yang dilakukan oleh masyarakat Suku Bugis Donggala,
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala, adapun cara pengolahan
tumbuhan obat oleh Suku Bugis Donggala, Kecamatan Banawa Selatan
Kabupaten Donggala, antara lain direbus, ditumbuk, diremas, diperas, diparut,
direndam, diseduh, dikonsumsi langsung dan cara penggunaan yang dilakukan
yaitu diminum, dimakan, digosok, ditempelkan, dioleskan, dikumur-kumurkan,
dibalurkan dan langsung digunakan. Cara penyajian dari tumbuhan obat tersebut
disajikan secara tunggal dan dalam bentuk ramuan.

Tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat Suku Bugis Donggala,


Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala tidak hanya digunakan untuk
satu atau dua macam penyakit saja, tetapi digunakan untuk pengobatan beberapa
macam penyakit. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap 7
informan terdapat beberapa jenis penyakit yang dapat diobati menggunakan
tumbuhan obat oleh masyarakat Suku Bugis Donggala, Kecamatan Banawa
Selatan Kabupaten Donggala. Diantara jenis penyakit tersebut terdapat 10 macam
penyakit kronik, 3 penyakit menular, 7 penyakit tidak menular dan 5 kegunaan
untuk perawatan kesehatan tubuh. Berikut beberapa contoh cara pengolahan
tumbuhan obat oleh suku Bugis Donggala.

1. Diabetes
Menurut Informan 1, rumput pago (Hyptis capitata Jacq.) digunakan untuk
mengobati penyakit diabetes. Diolah dengan cara seluruh bagian rumput
pagopago direbus dalam 2 liter air sampai mendidih, disimpan lalu air hasil
saringannya diminum 3 kali sehari.

2. Asma
Menurut Informan 4, pakundalang (Blumea balsamifera (L) DC.) dapat
digunakan untuk mengobati asma, diolah dengan cara daun pakundalang
direbus sampai mendidih, disaring lalu didinginkan. Diminum 2 kali sehari
dengan di tambahkan gula merah.

3. Liver
Menurut Informan 3, penyakit liver dapat diobati dengan tumbuhan mata
kucing (Caesalpinia bonduc (L.) Roxb.) dengan cara mata kucing diseduh
dengan air panas lalu diminum 1 kali sehari

4. Paru-Paru Basah
Menurut Informan 4, bayam (Amaranthus tricolor L.) dapat digunakan untuk
mengobati penyakit paru-paru basah. Bayam diolah dengan cara semua bagian
tumbuhan dicuci bersih, kemudian direbus dengan air 3 gelas hingga menjadi
1 gelas, lalu disaring. Air hasil saringan diminum 3 kali sehari setelah makan.
5. Sakit gigi
Menurut Informan 2, sakit gigi dapat diobati dengan tumbuhan jarak pagar
atau dalam bahasa bugis dikenal dengan nama balacai (Jatropha curcas L.).
Daun balacai diremas-remas dengan air, tambahkan garam secukupnya lalu
dikumur- kumurkan.

6. Muntah darah
Menurut Informan 2, untuk mengobati penyakit muntah darah digunakan daun
tiga (Dendrolobium umbellatum (L.) Benth.). Daun tiga dicuci bersih
kemudian direbus dengan air 3 gelas hingga menjadi l gelas. Air rebusan
disaring kemudian diminum 1 kali sehari.

7. Malaria
Menurut Informan 3, penyakit malaria dapat diobati dengan menggunakan
mata kucing (Caesalpinia bonduc (L.) Roxb.). Diolah dengan cara mata
kucing diseduh dengan air panas lalu diminum 2 kali sehari.

8. Pembekuan darah
Menurut Informan 4, daun bungaku (Clerodendrum chinense Osbeck) Mabb.)
digunakan sebagai obat pembekuan darah. Diolah dengan cara daun bungaku
ditumbuk halus dibalurkan dibagian tubuh yang mengalami pembekuan darah.
Perawatan kesehatan tubuh

9. Melancarkan Haid
Menurut Informan 4, daun pakundalang (Blumea balsamifera (L.) DC.)
digunakan sebagai pelancar haid.Diolah dengan cara daunnya direbus dalam 1
liter air sampai mendidih lalu dinginkan. Sebelum diminum dicampurkan
dengan gula merah.Minum dalam kondisi hangat 2 kali sehar
10. Penambah nafsu makan
Menurut Informan 1, kencur digunakan untuk memperbaiki nafsu makan.
Kencur (Kaempferia sp.) digunakan dengan cara direbus dalam 1 liter air
sampai mendidih ditambahkan gula secukupnya kemudian air basil rebusan
diminum 1 kali sehari.
I. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa masyarakat pada suku bugis donggala sampai sekarang
masi mempertahankan adat istiadat budaya mereka dengan penggunaan obat-
obatan tradisional di sekitar mereka mulai dari baian daun, batang, akar, buah,
getah, dan semua bagian tanaman. Untuk berbagai jenis penyakit baik yang kronis
maupun penyakit menular dan lainya degan ramuan-ramuan tradisional.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2013) : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Workshop


Pengumpul Data Riset Khusus Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin
dan Tumbuhan obat di Indonesia Berbasis Komunitas.

Bodeker, G. (2000). Indigenous Medical Knowledge : The Law and Politics of


Protection : Oxford Intelektual Property Research Center Seminar in St.
Peter’s College. 25th January 2000. Oxford.

Dianto., I. (2015). Studi Etnofarmasi Tumbuhan Berkhasiat Obat Pada Suku Kaili
Ledo di Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah. Universitas Tadulako:
Palu

Faidi, A. (2013). Suku Kaili : Suku Seribu Kearifan. Penerbit Ares Timur. Palu

Handayani. (2003). Membedah rahasia Ramuan madura. Agromedia Pustaka.


Jakarta.

Unarti, (2011). Kabupaten donggala dalam anggka. Badan pusat statistic kabupaten
Donggala: Donggala

Moelyono, MW. (2010) : Etnofarmakognosi Daun Jawer Kotok, Plectranthus


scutellaroides (L) R.Br. Sebagai Anti Radang Komunitas Tatar Sunda,
Disertasi, Universitas Padjajaran, Bandung.

Nugroho, I.A. (2010). Lokakarya Nasional Tumbuhan Obat indonesia. Apforgen


News Letter .
Nurohim, (2018). Identitas dan peran gender pada masyarakat suku bugis.
Universitas pendidikan Indonesia: Jakarta

Nurrani, L. (2013). Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan Alam Berkhasiat Obat Oleh


Masyarakat Di Sekitar Cagar Alam Tangale. Vol 3. No 1. BPK. Manado.

Parenreng, (2006). Sejarah sinkat pembentukan kabupaten donggala.Yayasan


Pudjananti: Palu.

Ridha, (2018). Task Commitment pada Mahasiswa Suku Bugis yang Merantau.
Universitas Airlangga: Surabaya.

Rosita, S.M.D., Rostiana, O., Pribadi dan Hnoernani. (2007). Penggalian IPTEK
Etnomedisin di Gunung Gede Pangrango. Bul Littro. 18 (1) : 13-28.

Sugiyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai