Anda di halaman 1dari 19

Makroskopis

No Nama Pemeriksaan Alat dan Bahan Tata Cara


.
1. Warna dan Kejernihan Alat : 1. Pipet urine yang ada di
a. Pipet pestaur dalam pot urine, ke dalam
b. Pot Urine tabung reaksi sampai batas
c. Tabung reaksi 1/2 tabung atau 3/4 tabung
d. Rak tabung 2. Perhatikan secara
bersamaan warna yang ada
Bahan: pada urine dan tingkat
a. Sampel Urine kekeruhan yang terjadi
dengan cahaya tembus.
2. Berat Jenis Alat: Metode Refraktometer:
a. Refraktometer 1. Kalibrasi alat dengan
b. Urinometer Aquades hingga BJ 1.000
c. Gelas ukur 2. Bersihkan lensa dengan
d. Pipet pasteur tisu (bersihkan searah)
e. Tabung reaksi 3. Tambahkan 1 tetes urine
f. Pot urin pada lensa
g. Rak tabung 4. Baca skala pada cahaya
terang, garis BJ
Bahan: ditunjukkan pada bagian
a. Aquades kiri lensa
b. Sampel Urine 5. Putar mikrometer untuk
memperjelas
6. Setelah selesai, bersihkan
dengan tisu

Metode Urinometer:
1. Urine dituang ke gelas
ukur, urine harus bersuhu
ruang
2. Ukur temperatur tera dan
urine
3. Masukkan urinometer
dengan cara memutar,
jangan sampai urinometer
menyentuh dinding
4. BJ dibaca setinggi
meniskus bawah
5. Lakukan perhitungan
koreksi suhu jika suhu
urinometer tidak sama
dengan suhu tera dan suhu
urine
3. pH Alat: 1. Urine yang telah
a. Kertas pH ditampung, dituang ke
indikator dalam tabung reaksi
b. Tabung reaksi hingga ¾
c. Pot urin 2. Ambil satu kertas pH
d. Rak tabung indikator dan masukkan
e. Pipet pestaure sebentar ke dalam tabung
3. Angkat kertas pH
Bahan: indikator dan tiriskan
a. Sampel Urine dengan tisu
4. Amati perubahan warna
yang terjadi pada kertas
pH indikator, bandingkan
dengan skala warna yang
tersedia.
Kimia Urine
Protein
1. Carik Celup a. Sampel urine a. visual
a. Visual b. Strip carik selup 1. Isi tabung reaksi dengan urin
b. Urine Analyzer c. Standar hingga ¾ penuh
pembanding 2. Ambil 1 carik celup strip test
d. Tabung reaksi pH dan celupkan ke dalam
e. Pot urin urin pasien hingga seluruh
f. Rak tabung kertas pH terendam semua.
g. Pipet pasture 3. Segera angkat dantiriskan di
atas tissue, lalu bandingkan
dengan warna standar pH yang
tertera pada kotak pH tersebut.
b. urine analyzer
1.
2. Konvensional a. Metode asam a. Metode Asam Asetat
a. metode asam asetat asetat 1. Diambil urine sebanyak 5
b. asam sulfosalisilat - Sampel Urine cc dengan menggunakan
c. Heller - Tabung spuite
d. Didih Bang reaksi 2. Dimasukkan urine ke
- Penjepit dalam tabung reaksi
tabung 3. Dipanaskan diatas api
- Api Bunsen Bunsen dengan keadaan
- Beaker glass tabung reaksi
- Asam asetat miring (untuk mencegah
6% letupan) hingga mendidih.
- Spuite 4. Diamati perubahan warna
b. Asam yang terjadi
sulfosalisilat 5. Dipanaskan kembali
- Tabung tabung reaksi tersebut
reaksi setelah ditetesi asam
- Rak tabung asetat 6%sebanyak 3 tetes
- Pipet hingga mendidih
Pasteur 6. Dibiarkan dingin dan
- Gelas ukur dibaca hasilnya
- Penjepit berdasarkan tabel dibawah
Tabung ini
- Bunsen 7. Interpretasi
- Korek api - Tetap jernih
- Beaker dibandingkan urine kontrol
glass +1 Tampak kekeruhan
- Sampel minimal, dimana huruf
urine cetak pada kertas
- Asam masih dapat terbaca,
sulfosalisila menembus kekeruhan ini
t 20% . kuantitatif 0,059%)
c. Heller +2 Kekeruhan nyata
- Tabung dengan butir-butir halus,
reaksi garis tebal dibaliknya
- Rak tabung masih dapat terlihat
reaksi kuantitatif 0,209%)
- Pipet pasteur +3 Tampak gumpalan -
- Sampel urin gumpalan nyata
- HNO3 pekat kuantitatif 0,509%)
d. Didih Bang +4 Tampak gumpalan -
- Tabung gumpalan besar dan
reaksi membeku
- Penjepit (kuantitatif > 0,059%)
tabung
- Pembakar
b. Asam sulfosalisilat
spiritus /
1. Masukkan sampel
lampu
spiritus urine ke dalam beaker
- Beaker glass glass.
- Gelas ukur 2. Ukurlah dengan gelas
ukur sebanyak 2 ml
urine. Masukkan ke
dalam tabung reaksi 1
(tabung tes) dan
tabung reaksi 2
(tabung kontrol)
masing-masing 2 ml.
3. Tambahkan 8 tetes
asam sulfosalisil 20%
pada tabung 1
kemudian
homogenkan.
4. Bandingkan tabung
reaksi 1 dengan
tabung reaksi 2.
5. Baca hasil
pemeriksaan, jika
tabung tes tetap jernih
berarti protein urine
negatif jika terjadi
kekeruhan pada
tabung tes, maka
panasi tabung tersebut
sampai mendidih
selama 1 menit dan
dinginkan dengan air
mengalir. Baca
hasilnya:
- jika kekeruhan
tetap ada saat
pemanasan dan
setelah
didinginkan, maka
protein urine
positif
- jika kekeruhan
hilang saat
pemanasan dan
muncul kembali
setelah didinginkan
maka penyebab
kekeruhan adalah
protein bance
jones.
c. Heller
1. Masukkan 3 ml HNO3
pekat ke dalam tabung
reaksi
2. Tambahkan 1–3 ml
urine lewat dinding tabung
reaksi
3. Perhatikan
pembentukan cincin putih
dalam larutan
- (+) terbentuknya
cincin putih
- (-) tidak terbentuk
cincin putih
- normalnya ( - )
d. Didih Bang
1. Memasukkan sampel
urine ke dalam beaker
glass
2. Mengukur dengan gelas
ukur sebanyak 5 ml
urine.
3. Memasukkan ke dalam
tabung reaksi.
4. Menambahkan 10 tetes
reagen bang.
5. Memanaskan mendidih
selama 30 detik.
6. Membaca
kekeruhannya, jika
terjadi kekeruhan
tambahkan 3-5 tetes
asam asetat 6%, baca
hasilnya lagi :
- jika tetap keruh berarti
protein positif
- jika kekeruhan hilang
disertai gelembung gas
berarti unsur karbonat
- jika kekeruhan hilang
tanpa disertai
gelembung gas berarti
unsur fosfat
Glukosa
1. Metode Fehling A dan a. Tabung reaksi 1. Diambil 2 mL larutan
Fehling B b. Api bunsen Fehling A dan 2 mL
c. Pipet ukur larutan Fehling B
d. Ball filter 2. Larutan Dihomogenkan
e. Reagen 3. Dilakukan uji terhadap
Fehling A dan masing-masing urin
Fehling B dimana 1 mL campuran
f. Sampel urin Fehling A dan Fehling B
g. korek dimasukkan ke dalam
h. Penjepit tabung reaksi kemudian
tabung ditambahkan sampel urin
sebanyak 0,5 mL
4. Larutan dicampur
5. Dipanaskan dengan api
bunsen hingga mendidih
6. Perubahan warna yang
terjadi diamati

( - ) : biru / hijau keruh


( + ) : keruh dan warna hijau agak
kuning
( ++ ) : kuning kehijauan dengan
endapan kuning
( +++ ) : kuning kemerahan
dengan endapan kuning merah
( ++++ ) : larutan merah bata /
merah jingga

2. Metode Benedict a. Tabung reaksi 1. Masukkan 5 ml reagen


b. Api bunsen Benedict dan 8 tetes urine
c. Korek (2,5 ml reagen Benedict
d. Penjepit dengan 4 tetes urine) ke
Tabung dlam tabung reaksi
e. Reagen 2. Homogenkan, kemudian
Benedict dipanaskan sampai
f. Sampel urine mendidih di atas api
g. Pipet pasture bunsen
3. Biarkan dingin, amati
perubahan warn ayang
terjadi

( - ) : Tetap biru atau hijau keruh


( + ) : Keruh, warna hijau agak
kuning
( ++ ) : Kuning kehijauan dengan
endapan kuning
( +++ ) : Kuning kemerahan,
dengan endapan kuning merah
( ++++ ) : Merah jingga sampai
merah bata

Keton
1. Metode Rothera Alat : 1. Disiapkan alat dan bahan
1. Beaker glass yang akan digunakan
2. pipet ukur 2. dipipet 5 ml urine ke
3. pipet tetes dalam tabung reaksi
4. tabung reaksi 3. bubuk ammonium sulfat
5. rak tabung ditambahkan untuk
6. container urine mengasamkan, dikocok
7. bulb
tabung beberapa kali.
Bahan : 4. ditambahkan 2-3 tetes
1. sample urine larutan na-nitroferry
2. amonia pekat cyanide
3. bubuk 5. dituangkan na-nitroferry
ammonium cyanide lewat dinding
sulfat Na tabung sehingga
nitropruside terbentuk suatu lapisan
20%
dengan campuran isi
tabung sebelumnya
6. dibiarkan tabung reaksi
tegak selama 5 menit
7. dibaca hasilnya
8. Interpretasi Hasil
- Jika urine mengandung
aseton, maka antara
perbatasan kedua lapisan
akan terbentuk cincin
berwarna unggu
- Derajat positivitasnya
tergantung kepada
kecepatan terbentuknya
cincin unggu tadi.

Bilirubin
1. Metode Busa - Tabung reaksi
- Rak tabung 1. Masukkan 5 ml sampel
- Karet urine ke tabung reaksi dan
penyumbat sumbat tabung reaksi
tabung menggunakan karet
- Sampel urine. penyumbat
2. Kocok tabung reaksi
secara kuat.
3. Amati perubahan yang
terjadi,
- Negatif: jika busa
berwarna kuning
hilang dalam waktu 5
menit
- Positif: jika busa
berwarna kuning tidak
hilang dalam waktu 5
menit
2. Metode Harrison - Sampel urine 1. Ambil 3 ml urine dan
- Tabung reaksi campur dengan larutan
- Corong BaCl2 10% dengan
- BaCl2 10% volume yang sama banyak
- Reagen 2. Saring
fouchet 3. Filtratnya disimpan untuk
- Kertas saring percobaan urobilin
- Gelas ukur 4. Residunya yang berada
- Pipet pasteur pada kertas saring
kemudian ditetesi dengan
reagen Fouchet 1-2 tetes
dan perhatikan perubahan
warna yang terjadi
5. Interpretasi Hasil :
- Negatif : tidak terjadi
perubahan warna atau
agak coklat
- Positif : terbentuk warna
hijau yang makin lama
makin jelas

Urobilin
1. Metode Schlesinger - Tabung reaksi 1. Ambil filtrat dari reaksi
- Reagen Harrison sebanyak 3 ml
Schlesinger 2. Tambahkan reagen
- Sampel urine Schlezinger 3 ml
- Kertas saring 3. Kemudian tetesi dengan 1-
- Corong 2 tetes ammonia
- Gelas ukur 4. Kocok, lalu saring sampai
- Pipet pesteur jernih
5. Filtrat yang diperoleh
amati dengan sinar tidak
langsung dalam kotak
urobilin
6. Interpretas:
Positif (+) : fluoresensi
berwarna hijau

Urobilinogen
1. Metode Wallace-Diamod - Tabung reaksi 1. Masukkan 10 ml urin ke
- Gelas ukur dalam tabung reaksi
- Rak tabung 2. Tambahkan 1 ml reagen
- Reagen ehlirch ehrlich (Wallace dan
- Air diamond), campur dan
- Pipet pasteurt
biarkan selama 3- 5 menit
(jangan lebih lama)
3. Lihatlah dari atas kebawah
dalam tabung reaksi yang
didirikan secara vertical
dengan sepotong kertas
putih dibawahnya :
- Jika warna merah yang
terlihat pada cara itu hanya
samar samar saja,
percobaan boleh dianggap
selesai
- Jika warna merah yang
terjadi nampak betul,
lanjutlah pemeriksaan
dengan pengenceran urin
4. Dengan memakai urin
yang diencerkan itu
dilakukan lagi
pemeriksaan menurut
Wallace dan diamond
seperti telah diterangkan
5. Hasil pemeriksaan
dilaporkan dengan
menyebut pengenceran
tertinggi yang masih
memperlihatkan warna
merah dan juga menyebut
pengenceran yang tidak
menimbulkan warna
merah lagi. Contoh:
pengenceran 1: 40 positif,
1:50 negatif
MIKROSKOPIS
1. Sedimen Urin 1. Tabung reaksi 1. Sampel urin
2. Object glass dihomogenkan dulu
3. Cover glass kemudian dipindahkan ke
4. Mikroskop dalam tabung centrifuge
5. Centrifuge sebanyak 10 ml.
(+tabung 2. Centrifuge dengan
centrifuge) kecepatan relatif rendah
6. Sampel urin (sekitar 1500 - 2000 rpm)
selama 5 menit.
3. Tabung dibalik dengan
cepat (decanting) untuk
membuang supernatant
sehingga tersisa endapan
kira-kira 0,2-0,5 ml.
4. Endapan diteteskan ke
gelas obyek dan ditutup
dengan cover glass.
5. Endapan pertama kali
diperiksa di bawah
mikroskop dengan
perbesaran rendah
menggunakan lensa
obyektif 10X, disebut
lapang pandang lemah
(LPL) atau low power
field (LPF) untuk
mengidentifikasi benda-
benda besar seperti
silinder dan kristal.
6. Selanjutnya, pemeriksaan
dilakukan dengan
kekuatan tinggi
menggunakan lensa
obyektif 40X, disebut
lapang pandang kuat
(LPK) atau high power
field (HPF) untuk
mengidentifikasi sel
(eritrosit, lekosit, epitel),
ragi, bakteri, Trichomonas,
filamen lendir, sel sperma.
Jika identifikasi silinder
atau kristal belum jelas,
pengamatan dengan lapang
pandang kuat juga dapat
dilakukan.

Keterangan :
Khusus untuk kristal Ca-oxallate :
+ masih dinyatakan normal; ++
dan
+++ sudah dinyatakan abnormal.
Mikroskopik

REAGEN

1 Reagen Rothera a. Alat : 1. Disiapkan alat


1. Beaker glass dan bahan yang
2. pipet ukur akan digunakan
3. pipet tetes 2. dipipet 5 ml
4. tabung reaksi urine ke dalam
5. rak tabung tabung reaksi
reaksi 3. bubuk
6. container
ammonium
urine
sulfat
7. bulb
b. Bahan : ditambahkan
1. sample urine untuk
2. amonia pekat mengasamkan,
3. bubuk dikocok tabung
ammonium beberapa kali.
sulfat 4. ditambahkan 2-
4. Na 3 tetes larutan
nitropruside na-nitroferry
20% cyanide
5. dituangkan na-
nitroferry
cyanide lewat
dinding tabung
sehingga
terbentuk suatu
lapisan dengan
campuran isi
tabung
sebelumnya
6. dibiarkan
tabung reaksi
tegak selama 5
menit
7. dibaca hasilnya

2 BaCl 10 % 1. BaCl2 10% 10 gram 1. Timbang BaCl2


2. Aquadest 100 ml 10 gram dengan
menggunakan
naraca analitik
dan gelas arloji.
2. Masukkan ke
dalam beaker
glass
3. tambahkan
dengan aquadest
sampai 100 ml,
homogenkan
4. masukan ke
dalam botol
reagen dan beri
etiket.

LARUTAN PEMBANDING

1 Larutan Protein 1-10% Alat : a. siapkan alat dan


1. beaker glass bahan
2. batang pengaduk b. untuk 100 ml
3. botol reagen larutan protein
4. label 10% maka
5. naraca dapat kita
Bahan : hitung 100 ml x
1. Kuning telur 10/100 = 10
2. serum gram. sehingga
3. plasma kita timbang
4. aquades kuning
telur/serum/pla
sma sebanyak
10 g.
c. kemudian
tambahkan
sedikit demi
sedikit 100 ml
aquades ke
dalam beaker
glass yang berisi
kuning
telur/serum/pla
sma lalu diaduk
secara
perlahan.
d. setelah larutan
tercampur
secara merata
tuang larutan
protein ke
dalam botol
reagen yang
telah diberi
labelling.

2 100 ml larutan albumin 1-10% alat : 1. siapkan alat dan


1. beaker glass bahan
2. batang pengaduk 2. untuk 100 ml
3. botol reagen larutan albumin
4. label naraca 10%, maka
bahan : dapat kita
1. putih telur hitung 100 ml x
2. aquades 10/100 + 10
gram. sehingga
kita timbang
putih telur
sebanyak 10
gram.
3. kemudian
tambahkan
sedikit demi
sedikit 100 ml
aquades ke
dalam beaker
glass yang berisi
putih telur lalu
diaduk secara
perlahan.
4. setelah larutan
tercampur
secara merata
tuang larutan
albumin ke
dalam botol
reagen yang
telah diberi
labelling.
3 100 ml larutan glukosa 1-10% alat : a. siapkan alat dan
1. beaker glass bahan
2. batang pengaduk b. untuk 100 ml
3. botol reagen larutan glukosa
4. label 10%, maka
5. neraca dapat kita
bahan : hitung 100 ml x
1. glukosa 10/100 + 10
2. aquades gram. sehingga
kita timbang
glukosa
sebanyak 10
gram.
5. kemudian
tambahkan
sedikit demi
sedikit 100 ml
aquades ke
dalam beaker
glass yang berisi
glukosa lalu
diaduk secara
perlahan.
6. setelah larutan
tercampur
secara merata
tuang larutan
glukosa ke
dalam botol
reagen yang
telah diberi
labelling.

4 larutan bilirubin 1-10% Alat : a. Siapkan alat dan


1. beaker glass bahan.
2. batang pengaduk b. Untuk membuat
3. botol reagen 100 mL larutan
4. label bilirubin 1%,
5. neraca maka dapat kita
bahan : hitung 100 mL x
1. cairan empedu + 1/100= 1 gram
dimetil sulfoksida bubuk bilirubin/
atau 1 mL cairan
dimetilformamida/bil empedu,
irubin bubuk + Sehingga kita
aquades timbang bubuk
bilirubin/ cairan
empedu 1%= 1
gr/mL, 2%= 2
gr/mL, 3%= 3
gr/mL, 4%= 4
gr/mL, dst.
c. Kemudian
tambahkan
sedikit demi
sedikit 100 mL
(batas miniskus)
aquadest/dimet
il sulfoksida
atau
dimetilformami
da ke dalam
labu ukur yang
berisi bubuk
bilirubin/cairan
empedu lalu
homogenkan.
d. Setelah larutan
tercampur
secara merata
tuang larutan
bilirubin ke
dalam botol
reagen yang
telah diberi
labelling.

5 100 ml larutan aseton Alat : a. Siapkan alat dan


1. gelas ukur bahan.
2. botol reagen b. Masukkan
bahan : larutan aseton
1. aseton ke dalam gelas
ukur sebanyak
100 ml hingga
mencapai
miniscus
bawah.
c. Kemudian
masukkan
larutan tersebut
ke dalam botol
reagen yang
sudah diberi
label.

6 100 ml larutan nitrit 1-10% bahan : nitrit dan aquades a. Siapkan alat dan
bahan.
b. Untuk membuat
100 mL larutan
nitrit 1%, maka
dapat kita
hitung 100 mL x
1/100= 1 gram.
Sehingga kita
timbang nitrit
sebanyak 1%= 1
gr, 2%= 2 gr,
3%= 3 gr, 4%= 4
gr, dst.
c. Kemudian
tambahkan
sedikit demi
sedikit 100 mL
aquades ke
dalam beaker
glass yang berisi
nitrit lalu diaduk
secara
perlahan.
d. Setelah larutan
tercampur
secara merata
tuang larutan
nitrit ke dalam
botol reagen
yang telah
diberi labelling.
7 Kristal kalsium oksalat 10 g Bahan : Kristal kalsium Timbang sebanyak 10
oksalat gr kristal kalsium
oksalat menggunakan
neraca analitik, lalu
gunakan sesuai
parameter
pemeriksaan.

8 Kristal kalsium karbonat 10 g Bahan : Kristal kalsium Timbang sebanyak 10


karbonat gr kristal kalsium
karbonat menggunakan
neraca analitik, lalu
gunakan sesuai
parameter
pemeriksaan.

9 Kristal asam urat 10 g Bahan : Kristal Kalsium Timbang sebanyak 10


oksalat gr kristal asam urat
menggunakan neraca
analitik, lalu gunakan
sesuai parameter
pemeriksaan.

10 Kristal Triple Phosphate 10 g Bahan : Kristal triple phospat Timbang sebanyak 10


gr kristal triple phospat
menggunakan
neraca analitik, lalu
gunakan sesuai
parameter
pemeriksaan.

11 10 mL Larutan/suspensi Bahan : Darah whole blood / a. Siapkan alat dan


eritrosit 5% (dibuat segar) packed red cell (PRC) + bahan
Saline ( NaCl Fisiologis) NaCl b. Jika menggunakan
0,85% darah, kita
menggunakan rata rata
besaran ht pada
manusia (laki laki 38-
50%, perempuan =
34,9% - 44,5 %)
alangkah
baiknya lakukan
pemeriksaan Ht
terlebih dahulu untuk
mengetahui
kesesuaian kadar / jika
menggunakan RBC
sudah dipastikan
besaran ht
= 100%
c. Lakukan perhitungan
● jika bahan darah,
contoh :
RUMUS : C1.V1 = C2.V2
Konsentrasi Ht awal
(contoh) C1 = 50 %
Volume darah awal V1
=?
Konsentrasi Ht akhir
C2= 5% Volume
suspensi V2 = 10 mL
Maka : 50%x? = 5%x10
50/50 = 1 mL darah
yang diperlukan
● Jika bahan RBC :
RUMUS : C1.V1 = C2.V2
Konsentrasi Ht awal=
100 %
Volume darah awal = ?
Konsentrasi Ht akhir =
5%
Volume suspensi = 10
mL
Maka : 100% x ? = 5x10
50/100 = 0,5 mL RBC
yang diperlukan
d. Lalu pipetkan darah
atau RBC sesuai
kebutuhan, masukkan
ke dalam
Labu ukur sesuai
besaran volume
suspensi yang
diinginkan, contoh
10mL, lalu masukkan
NaCl Fa'al sampai
tanda batas miniskus
bawah
(10mL), lalu
homogenkan.
e. Setelah larutan
tercampur merata,
tuang suspensi eritrosit
yang sudah
jadi ke dalam botol
tabung yang sudah di
labelling.

Anda mungkin juga menyukai