Anda di halaman 1dari 1

Jakarta PSBB total, Anies Tarik “Rem Darurat”

Pandemi Covid-19 di Indonesia nampaknya akan berlangsung lama. Terbukti dari data per Minggu
(20/9/2020) jumlah kasus positif virus corona (Covid-19) mencapai angka 3.989 kasus. Jumlah
penambahan ini lebih rendah dibanding hari sebelumnya, yang bertambah 4.168 orang, rekor penambahan
tertinggi. Sedangkan jumlah pasien yang tercatat sembuh mencapai 2.977 orang dan sebanyak 105
meninggal. Hal ini membuat Wali kota Jakarta, Anies Baswedan mempertimbangkan untuk
memberlakukan Kembali PSBB, melihat pertambahan kasus setiap harinya.
Dalam konferensi persnya, Anies menjabarkan jumlah orang yang dirawat di ruang isolasi di Jakarta terus
bertambah dari sejak kasus muncul dan mulai melambat setelah dilakukan pembatasan. “dalam rapat
gugus tugas percepatan pengendalian Covid-19 di Jakarta tadi sore disimpulkan bahwa akan ditarik rem
darurat. Artinya, kita terpaksa Kembali menerapkan PSBB seperti pada awal masa pandemi dulu, bukan
lagi PSBB transisi tetapi PSBB sebagai awal masa dulu’’. Ujar Anies.
"Mulai Senin 14 September, kegiatan perkantoran non-esensial bekerja dari rumah, bukan kegiatan usaha
berhenti. Tetapi kegiatan jalan tetapi di rumah, perkantoran yang tidak diizinkan operasi. Akan ada 11
kegiatan esensial yang boleh beroperasi," ucapnya. Pemberlakukan PSBB awal di DKI Jakarta masih
akan berlaku dalam lima hari ke depan. Oleh karenanya, Anies meminta semua perkantoran untuk bersiap
menyesuaikan sistem kerja untuk kembali bekerja dari rumah. Anies menyebutkan, keputusan ini diambil
dengan mempertimbangkan sejumlah faktor yakni ketersediaan tempat tidur rumah sakit yang hampir
penuh dan tingkat kematian yang tinggi. Menurut Anies, Tidak ada lagi pilihan bagi Jakarta selain
menarik “Rem Darurat” sesegera mungkin.
Penerapan PSBB pengetatan mengacu pada Pergub Nomor 88 tahun 2020 terkait perubahan Pergub
Nomor 33 tahun 2020 tentang PSBB. Pergub Nomor 88 tahun 2020 diterbitkan tanggal 13 September
2020. Anies berharap PSBB pengetatan bisa mengendalikan penambahan kasus Covid-19 di Ibu Kota.
"Bila tidak terkendali, dampak ekonomi sosial budaya akan sangat besar," ungkap Anies. Pada dasarnya,
prosedur PSBB pengetatan masih sama dengan PSBB sebelumnya yang berlaku mulai 10 April hingga 4
Juni 2020.
Dalam pandangan saya, keputusan untuk memberlakukan PSBB Kembali seperti dahulu sangat tepat,
dengan mempertimbangkan kasus Covid-19 di Jakarta yang semakin tidak terkendali, dengan kenaikan
kasus aktif, jumlah kasus kematian, hingga tingkat keterisian tempat tidur. Pemerintah menilai bahwa
Kesehatan saat ini lebih penting dari apapun. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa perekonomian negara
tentunya akan berdampak dengan pemberlakuan PSBB ini. Kinerja perekonomian tak hanya dipengaruhi
oleh kondisi fundamental, tetapi juga kepercayaan masyarakat dan publik. Sekalipun harus ada PSBB,
Pemprov DKI Jakarta diharapkan agar tidak menghalangi rantai pasok distribusi barang yang keluar
masuk Jakarta. Masyarakat tentunya juga harus ikut serta mematuhi peraturan peraturan yang
telah ditetapkan seperti selalu menjaga kebersihan, mencuci tangan, menggunakan masker, dan
tentunya tidak keluar rumah jika tidak ada kepentingan. Dan semoga pandemi ini cepat berakhir
dan keadaan kembali normal seperti sedia kala.

Anda mungkin juga menyukai