Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara besar yang sedang berkembang dan

tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan harus terus dilakukan agar

dapat beradaptasi dengan perubahan zaman yang semakin modern oleh

perkembangan teknologi dan pengetahuan, untuk itu dalam mewujudkan

kehidupan yang dinamis di butuhkan suatu keadaan yang aman, tertib dan

teratur pada semua bidang pembangunan.

Pembangunan daerah pada dasarnya merupakan upaya yang

dilakukan agar perekonomian daerah tersebut dapat terus berkembang

dan maju sehingga daerah tersebut dapat merasakan kesejahteraan

melalui kesehatan, pendidikan, lowongan kerja yang banyak, dan

pelayanan yang baik dari pemerintah. Namun dalam mencapai

kesejahteraan tersebut banyak sekali permasalahan yang akan dihadapi

akibat dari pembangunan tersebut.

Masalah yang terjadi dalam perkotaan sangatlah banyak dan

kompleks sehingga pemerintah haruslah jelih dan cepat tanggap dalam

menghadapi semuanya agar masalah dapat cepat teratasi seperti

masalah kesehatan, ekonomi, kependudukan, pendidikan, dan lain

sebagainya.

Tahun 2020 adalah tahun yang cukup berat dilalui semua Negara

di dunia termasuk Negara Indonesia, hal tersebut dikarenakan munculnya

suatu wabah pandemi yang disebut Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19). Wabah pandemi Covid-19 ini menyebabkan pembangunan di

berbagai daerah ikut terhambat di karenakan dengan alasan kita harus

mematuhi kebijakan yang sudah di keluarkan oleh Presiden Joko Widodo

yaitu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 tahun 2020 tentang

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam Rangka Percepatan

Penanganan COVID-19 (Corona Virus Disease 2019). Mengenai

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan taat akan protokol

kesehatan guna untuk mencegah penyebaran Virus Covid-19 di

Indonesia, maka Presiden Joko Widodo mengarahkan kepada masyarakat

Indonesia agar melakukan menerapkan pola hidup sehat dan melakukan

segala aktivitasnya di rumah saja, baik itu bekerja, sekolah, dan berbagai

aktivitas lainnya sampai keadaan Negara Indonesia sudah kembali

kondusif.

Kota merupakan pusat permungkiman atau tempat dimana

berbagai aktivitas manusia dilakukan dengan kepadatan penduduk yang

tinggal didalamnya. Ciri-ciri kota adalah suatu wilayah yang memiliki

kepadatan penduduk, strata sosial ekonomi yang heterogen dan bercorak

materialistis, di penuhi bangunan yang bertingkat dan manusia yang ada

cenderung mementingkan diri sendiri/pribadi.

Kota Banjarmasin merupakan ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan

yang dimana tentunya menjadi pusat perhatian dan tempat berkumpulnya

berbagai aktivitas masyarakat dan masalah di dalamnya, salah satu

masalah yang terjadi di Kota Banjarmasin di tahun 2020 yaitu tingginya

angka penyebaran Covid-19 yang di sebabkan masih banyaknya


masyarakat yang tidak peduli dan terkesan meremehkan, bahkan

menjadikan virus ini sebagai bahan candaan.

Tabel 1.1
Data Perkembangan Covid-19/Bulan di Kota Banjarmasin

Bulan Positif Dirawat Sembuh Meninggal


22 Maret 1 - - -
22 April 32 22 5 5
22 Mei 220 151 20 49
22 Juni 1.177 987 78 112
22 Juli 2.026 1.275 611 140
22 Agustus 2.689 523 2.016 150
Sumber: Gugus Tugas Percepatan, Pengendalian dan Penanganan COVID-19 Prov.

Kalsel

Lajunya penyebaran Covid-19 di Kota Banjarmasin yang terus meningkat

per-bulannya. Sebagaimana di kutip dari news.detik.com bahwa :

Masih banyak masyarakat yang tak patuh aturan dengan tidak


mengenakan masker saat berada di luar rumah ditambah
angka kasus COVID-19 di ibu kota Kalimantan Selatan yaitu
Kota Banjarmasin semakin hari kian naik. Selain itu, belum
optimalnya penerapan sanksi menjadi pertimbangan lain.
"Namun, kenaikan angka kasus COVID-19 di Banjarmasin
bukan merupakan bentuk kegagalan dari penerapan PSBB,
melainkan tujuan sesungguhnya dari model pengetatan
pergerakan publik tersebut. Indikatornya dalam PSBB ini
tentunya kita akan menemukan kasus sebanyak-banyak, yang
merupakan tujuan sebenarnya," Jelas Kepala Dinas Kesehatan
(KaDinKes) Kota Banjarmasin Machli Riyadi, Selasa (5/5/2020).
(Sumber: news.detik.com 5 Mei 2020. Diakses padaa tanggal 7 Oktober
2020 pukul 21.35)

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis memahami bahwa hal

inilah yang kemudian merupakan salah satu faktor penyebab

meningkatnya Covid-19 di Kota Banjarmasin yaitu tidak tertibnya

masyarakat akan anjuran dan arahan mengenai protokol kesehatan.

Melihat akan hal ini, Wali Kota Banjarmasin menetapkan peraturan


pelaksana berupa Peraturan Wali Kota Banjarmasin Nomor 68 Tahun

2020 tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol

Kesehatan sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus

Disease 2019 disahkan pada tanggal 31 Agustus 2020, sebagai bentuk

tindak lanjut Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2020 tentang

Peningkatan Disiplin dan Pengendalian Hukum Protokol Kesehatan dalam

Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 diterbitkan pemerintah dengan

maksud mengefektifkan pencegahan Covid-19.

Mewujudkan kondisi daerah yang aman, tertib dan kondusif dan

menciptakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, perlu

adanya Satuan Polisi Pamong Praja. Berkaitan dengan eksistensi Satuan

Polisi Pamong Praja dalam penegakkan peraturan daerah, sebagai

perangkat pemerintah daerah, kontribusi Satuan Polisi Pamong Praja

sangat di perlukan guna mendukung suksesnya pelaksanaan otonomi

daerah dalam penegakkan peraturan daerah dan upaya menegakkannya

di tengah-tengah masyarakat, sekaligus membantu dalam menindak

segala bentuk penyelewengan dan penegakan hukum. Sesuai dengan

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Pasal 255 bahwasanya Satuan Polisi Pamong Praja sebagai organisasi

perangkat daerah dan merupakan pelaksana tugas desentralisasi yang

membantu Kepala Daerah untuk penegakan peraturan daerah dan

penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman, serta

menyelenggarakan perlindungan masyarakat.


Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 ini kemudian diperjelas

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satuan

Polisi Pamong Praja. Pada peraturan ini menjelaskan tentang Satuan

Polisi Pamong Praja sebagai bagian dari perangkat daerah yang

membantu Kepala Daerah dalam menegakan Peraturan Daerah dan

Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.

Untuk mendukung Peraturan Pemerintan (PP) diatas, maka

pemerintah mengeluarkan Permendagri Nomor 17 Tahun 2019 tentang

Pemenuhan Hak Pegawai Negeri Sipil, Penyediaan Sarana dan

Prasarana Minimal, Pembinaan Teknis Operasianal dan Penghagaan

Satuan Polisi Pamong Praja, yang dimana sudah jelas bahwa Pemerintah

Daerah mempercayakan kepada Satuan Polisi Pamong Praja untuk dapat

menyelenggarakan ketertiban dan keamanan masyarakat serta

perlindungan masyarakat.

Dalam melaksanakan kewenangan guna menegakkan Peraturan

Daerah dan keputusan Kepala Daerah, sebagai salah satu tugas utama

dari Polisi Pamong Praja, tentunya tidak semudah membalikkan telapak

tangan, terlebih dalam melaksanakan kewenangan ini Polisi Pamong

Praja dibatasi oleh kewenangan represif yang sifatnya non yustisial.

Aparat Polisi Pamong Praja seringkali harus menghadapi berbagai

kendala ketika harus berhadapan dengan masyarakat yang memiliki

kepentingan tertentu dalam memperjuangkan kehidupannya, yang

akhirnya bermuara pada munculnya konflik (bentrokan).


Sebenarnya, orang-orang yang bersikap masa bodoh dengan

kemunculan virus Corona jumlahnya lebih sedikit daripada orang yang

peduli dengan pencegahan virus ini. Tetapi, ketidakpedulian mereka itulah

yang kemudian mempercepat penyebaran virus. Orang-orang dalam

kelompok ini biasanya adalah orang-orang yang merasa dirinya kebal dan

orang yang menganggap bahwa sains tidak sepenuhnya benar, yang di

ungkapkan oleh (Ghaemi,2020 pada [Blog Post] ‘’The Psychology of

Pandemic Denial: Why do some people reject the science of public

health? ‘’). Penulis memahami bahwa sikap egois, pragmatis dan

ketidakpedulian masyarakat masih sangat tinggi. Bagaimanapun juga

masyarakat jugalah yang menjadi penyebab timbulnya segala

permasalahan lingkungan yang sekitar saat ini. Masih ada dari

masyarakat yang hanya memikirkan kepentingan pribadi tanpa

memikirkan dampak yang akan terjadi pada lingkungan di sekitarnya

maupun lingkungan global.

Dalam hal ini di Kota Banjarmasin sangat banyak masyarakat yang

tidak mengindahkan akan aturan protokol kesehatan yang sudah di atur

dalam Peraturan Wali Kota Banjarmasin Nomor 68 Tahun 2020 tentang

Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan sebagai

Upaya Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019,

contohnya Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yang gelar razia

penerapan protokol kesehatan Covid-19 pada tanggal


1-4 September 2020 di beberapa titik Kota Banjarmasin di dapatkan data

sebagai berikut :

Tabel 1.2

Data Pelanggaran Peraturan Walikota Nomor 68 Tahun 2020 tentang


Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan
sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease
2019.

Sumber: Kantor Satpol PP Kota Banjarmasin


Data tersebut menunjukan bahwa semakin hari semakin banyak warga

Kota Banjarmasin yang terkena sanksi baik itu teguran tertulis, sosial
maupun denda. Kegiatan razia penertiban protokol kesehatan ini lakukan

oleh Satuan Polisi Pamong Praja setiap harinya sampai keadaan Kota

Banjarmasin kembali kondusif dan termasuk dalam wilayah zona hijau.

Berangkat dari permasalahan yang ada di atas maka dalam hal ini

penulis tertarik untuk meneliti apakah sudah efektif kinerja satuan polisi

pamong praja dalam menertibkan protokol kesehatan berdasarkan

Peraturan Walikota Banjarmasin mengenai kedisiplinan penerapan hukum

protokol kesehatan guna mencegah penyebaran covid-19 di Kota

Banjarmasin. Hasil penelitian ini tersebut akan di tuangkan dalam sebuat

Laporan Akhir dengan judul “EFEKTIVITAS PENERTIBAN PROKOL

KESEHATAN DI MASA PANDEMI COVID-19 OLEH SATPOL PP KOTA

BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN”.


1.2 Ruang Lingkup
1.2.1
1.3 Fokus
1.4 Maksud
1.5 Tujuan
1.6 Kegunaan

Anda mungkin juga menyukai