Anda di halaman 1dari 2

STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENGATASI PENINGKATAN

KASUS COVID-19 SELAMA MASA LIBUR NATAL 2021 DAN TAHUN BARU 2022

Exekutive Summery
Sejak infeksi kasus pertama COVID-19 secara resmi diumumkan Presiden Joko
Widodo, 2 Maret 2020, sebulan kemudian, angka penderita sudah mencapai lebih dari 2000
orang, dengan kemungkinan akan terus bertambah. Mencermati perkembangan pandemi yang
semakin tidak terkendali, Presiden Joko Widodo menetapkan COVID-19 sebagai bencana
wabah nasional, pada 14 Maret 2020. Selain itu berbagai upaya kebijakan yang lainnya telah
dikeluarkan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah mulai dari
penetapan kelembagaan dan penanganan wabah kerangka tanggap darurat bencana di bawah
kendali BNPB, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), kebijakan alokasi keuangan untuk
menangani wabah maupun untuk mengurangi dampak sosial-ekonomi COVID-19, sampai
yang terakhir adalah Pemberlaukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berbasis
Level.

Namun, keluarnya berbagai kebijakan tersebut tidak serta merta membuat penanganan
COVID-19 terkelola dengan baik, bahkan berbagai macam persoalan baik dari sisi substansi
kebijakan, kelembagaan, maupun sumber daya yang dibutuhkan untuk implementasi terus
bermunculan. Dalam naskah policy brief ini mencoba memberikan rekomendasi berupa opsi
kebijakan dalam mengatasi peningkatan kasus Covid-19 selama masa libur Natal 2021 dan
Tahun Baru 2022.

Latar Belakang

Pandemi Cocid-19 di Indonesia sudah memasuki bulan ke dua pulih satu (21) sejar
pertama kali di umumkan pada Maret 2020 yang lalu. Hingga 16 Desember 2021, jumlah
kasus positif Covid-19 di Indonesia telah mencapai 4.259.857, dengan 4.111.045 dinyatakan
sembuh, dan 143.979 meninggal dunia1. Dari sebaran kasus positif Covid-19, Provinsi DKI
Jakarta merupakan yang terbesar yaitu 20.3% kasus (846.391) dari total kasus positif Covid-
19 di Indonesia.

Hingga saat ini berbagai kebijakan untuk mengatasi peningkatan kasus positif Covid-19
telah dikeluarkan oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah. Kebijakan-
kebijakan tersebut seperti menerapkkan protokol Kesehatan, Pembatasan Sosial, kebijakan

1
https://covid19.go.id/ (diakses pada Jum’at, 17 Desember 2021)
alokasi keuangan, bantuan bagi masyarakat terdampak, vaksinasi, hingga Pembatasan
Kegiatan Kemasyarakatan. Namun, adanya kebijakan keijakan tersebut belum secara
maksimal diterapkan dan hasilnya pun masih cukup banyak peningkatan kasus positif Covid-
19 di Indonesia.

Tren peningkatan kasus positif Covid-19 di Indonesia terjadi pada saat libur Panjang.
Setiap adanya libur panjang, pola kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia mengalami
peningkatan. Sebagai contoh pada libur Idul Fitri yang berlangsung pada 22-25 Mei 2020.
Libur panjang tersebut berdampak terhadap naiknya kasus Covid-19 pada 10 hingga 14 hari
kemudian tepatnya 6-28 Juni 2020 yang meningkat 672 kasus hingga 1.385 pada 27 Juni.
Peningkatan yang paling tinggi pasca libur Idul Fitri terjadi pada tanggal 7 Juli 2020 dengan
2.657 kasus positif2. Padahal saat itu sudah diterapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) di beberapa daerah dan peraturan larangan mudik.

Setelah terjadi peningkatan kasus positif Covid-19 tersebut, pemerintah


memberlakukan PSBB Ketat mulai 14 September 2020. kebijakan tersebut cukup mampu
menurunkan kasus positif Covid-19 di Indonesia hingga kebijakan PSBB ketat beralif kepada
PSBB Transisi dengan sedikit melonggarkan beberapa sektor.

2
https://covid19.go.id/peta-sebaran (diakses pada Jum’at, 17 Desember 2021)

Anda mungkin juga menyukai