54
4.3 Beberapa Faktor Kerusakan Jalan
Kerusakan pada konstruksi perkerasan jalan dapat disebabkan oleh:
1. Lalu lintas, yang dapat berupa peningkatan beban dan repetisi beban..
2. Air, yang berasal dari air hujan, sistem drainase jalan yang tidak baik,
naiknya air akibat sifat kapileritas.
3. Sifat material yang kurang baik.
4. Iklim Indonesia beriklim tropis dimana suhu udara dan curah hujan
umumnya tinggi, yang dapat merupakan salah satu penyebab kerusakan
jalan.
5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan oleh
sistem pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh
sifat tanah dasar yang memang jelek.
6. Proses pemadatan lapisan di atas tanah dasar yang kurang baik.
Segmen 1
55
Lubang. A=P× L=1,5 ×0,5=1,65 m2
D=0,3 m. Maka tingkat kerusakanya Medium 0,5 m
0,3 m
(M) 1,5 m
Nilai luasan dan tingkat pada tiap kerusakan untuk segmen 2 – 20 dapat dicari
seperti cara pada segmen 1. Hasil perolehan nilai keseluruhan kerusakan jalan dari
segmen 1 – 20 adalah (7816,51 m²). Adapun nilai kondisi jalan dari segmen 1
sampai 20, dapat dilihat pada lampiran.
56
7827,93
¿ ×100 %=0,65 %
12000
Dari hasil perhitungan di atas maka diperoleh total nilai persentase kerusakan
0,65%.
Ad
Density ¿ ×100 %
As
Dimana : Ad = Luas total jenis kerusakan untuk tiap tingkat kerusakan (m²)
Perhitungan persentase jenis kerusakan (density), dari tiap segmen untuk masing –
masing tingkat kerusakan jalan. Tingkat kerusakan dibagi menjadi tiga (3) yaitu;
low (L),medium (M), dan high (H). yang dapat menunjukan bahwa jalan tersebut
termasuk dalam kategori rusak ringan, sedang atau berat.
Segmen 1
22,11
Potholes M¿ ×100=¿ 0,18
12000
18,10
H¿ ×100=¿ 0,15
1200
11,20
Depression M¿ ×100=¿ 0,09
12000
57
3,51
H¿ ×100=¿ 0,03
12000
2
Alligator Cracking L¿ ×100=¿ 0,02
12000
12
M¿ ×100=¿ 0,10
12000
9,6
Raveling M¿ ×100=¿ 0,08
12000
76
H¿ ×100=¿ 0,5
12000
Segmen 2
2,99
Potholes L¿ ×100=¿ 0,02
12000
15,54
M¿ ×100=¿ 0,13
12000
5,12
Depression M¿ ×100=¿ 0,04
12000
5,25
H¿ ×100=¿ 0,04
12000
15,5
Alligator Cracking H¿ ×100=¿ 0,13
12000
9,6
Raveling M¿ ×100=¿ 0,08
12000
10,68
H¿ ×100=¿ 0,09
12000
Segmen 3
12,20
Depression M¿ ×100=¿0,10
12000
58
16,35
H¿ ×100=¿ 0,14
1200
20,9
Alligator Cracking H¿ ×100=¿ 0,17
12000
14
Raveling H¿ ×100=¿ 0,12
12000
Segmen 4
13,5
Potholes M¿ ×100=¿ 0,11
12000
7,6
H¿ ×100=¿ 0,06
12000
84
Depression M¿ ×100=¿ 0,6
12000
30
Raveling H¿ ×100=¿ 0,25
12000
Segmen 5
34,4
Potholes M¿ ×100=¿ 0,3
12000
2
H¿ ×100=¿ 0,02
12000
8,6
Depression M¿ ×100=¿ 0,07
12000
6,3
H¿ ×100=¿ 0,05
12000
6,4
Raveling H¿ ×100=¿ 0,05
12000
Nilai density untuk segmen 6 – 20 dapat dicari seperti cara pada segmen 1 – 5 .
Adapun nilai persentase kerusakan (density) dari segmen 1 sampai 20, dapat
dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.
59
Tabel:4.1 Penilaian Density
60
0+600 – 0+700 Potholes L 0,05
0+600 – 0+700 Potholes M 0,34
0+600 – 0+700 Potholes H 0,02
0+600 – 0+700 Depression M 0,02
0+600 – 0+700 Depression H 0,01
0+600 – 0+700 Raveling M 0,12
0+600 – 0+700 Raveling H 0,21
0+700 – 0+800 Potholes L 0,05
0+700 – 0+800 Potholes M 0,27
0+700 – 0+800 Depression L 0,15
0+700 – 0+800 Alligator Cracking M 0,08
0+700 – 0+800 Raveling H 0,07
0+800 – 0+900 Potholes L 0,08
0+800 – 0+900 Potholes M 0,32
0+800 – 0+900 Depression L 0,07
0+800 – 0+900 Depression M 0,11
0+800 – 0+900 Alligator Cracking H 0,10
0+800 – 0+900 Raveling H 0,12
0+900 – 0+1000 Potholes L 0,07
0+900 – 0+1000 Potholes M 0,33
0+900 – 0+1000 Depression M 0,30
0+900 – 0+1000 Depression H 0,08
0+900 – 0+1000 Alligator Cracking H 0,49
0+900 – 0+1000 Raveling H 0,13
0+1000 – 0+1100 Potholes M 0,08
0+1000 – 0+1100 Potholes H 0,13
0+1000 – 0+1100 Depression M 0,01
0+1000 – 0+1100 Depression H 0,91
0+1000 – 0+1100 Alligator Cracking H 0,73
0+1000 – 0+1100 Raveling H 0,67
0+1100 – 0+1200 Potholes L 0,01
0+1100 – 0+1200 Potholes M 0,25
0+1100 – 0+1200 Potholes H 0,13
0+1100 – 0+1200 Depression H 1,73
0+1100 – 0+1200 Raveling H 4,06
0+1200 – 0+1300 Potholes L 0,08
0+1200 – 0+1300 Potholes M 0,07
0+1200 – 0+1300 Potholes H 0,13
0+1200 – 0+1300 Depression H 0,45
61
0+1200 – 0+1300 Alligator Cracking H 0,88
0+1200 – 0+1300 Raveling H 3,02
0+1300 – 0+1400 Potholes L 0,04
0+1300 – 0+1400 Potholes M 0,25
0+1300 – 0+1400 Potholes H 1,28
0+1300 – 0+1400 Raveling H 5
0+1400 – 0+1500 Potholes L 0,06
0+1400 – 0+1500 Potholes M 0,39
0+1400 – 0+1500 Potholes H 0,97
0+1400 – 0+1500 Raveling H 5
0+1500 – 0+1600 Potholes L 0,02
0+1500 – 0+1600 Potholes M 0,20
0+1500 – 0+1600 Potholes H 0,38
0+1500 – 0+1600 Raveling H 5
0+1600 – 0+1700 Potholes L 0,01
0+1600 – 0+1700 Potholes M 0,11
0+1600 – 0+1700 Potholes H 0,77
0+1600 – 0+1700 Raveling H 5,41
0+1700 – 0+1800 Potholes L 0,03
0+1700 – 0+1800 Potholes M 0,55
0+1700 – 0+1800 Potholes H 0,90
0+1700 – 0+1800 Raveling H 5
0+1800 – 0+1900 Potholes L 0,01
0+1800 – 0+1900 Potholes H 0,23
0+1800 – 0+1900 Potholes M 0,94
0+1800 – 0+1900 Depression M 0,09
0+1800 – 0+1900 Depression H 0,08
0+1800 – 0+1900 Raveling H 5
0+1900 – 0+2000 Potholes L 0,03
0+1900 – 0+2000 Potholes H 0,28
0+1900 – 0+2000 Potholes M 1,08
0+1900 – 0+2000 Raveling H 5
62
sampai memotong tingkat kerusakan (low, medium,dan high), selanjutnya pada
titik potong tersebut ditarik garis horizontal dan didapat nilai DV.
Segmen 1
M = 34 H = 47
M=8
63
M=6
M=6 H = 10
Segmen 2
L=6 M = 35
64
H = 14
M=5 H=7
Segmen 3
M=9 H = 13
65
H = 15
H=7
Segmen 4
L = 16 M = 34 H = 46
66
H = 10
Segmen 5
M = 29 H = 60
M=9 H = 11
67
H=6
Segmen 6
L = 21 M = 37
M=9
68
H = 15
M=5 H=1
Segmen 7
L = 15 M = 60 H = 100
69
H = 11
M=6 H = 10
Segmen 8
L = 14 M = 55
70
L=5
M=6
H=7
Segmen 9
71
L = 19 M = 60 H = 56
L=4
H = 14
72
H=7
Segmen 10
L = 17 M = 60
M=9 H = 11
73
H = 13
H=7
Segmen 11
M = 32 H = 56
74
H = 18
H = 32
H= 25
Segmen 12
75
L=6 M = 55 H = 60
H = 29
H = 28
Segmen 13
76
L = 20 M = 28 H = 55
H = 15
H = 29
77
H = 24
Segmen 14
L = 12 M = 52 H = 100
H = 30
Segmen 15
78
L = 17 M = 64 H = 100
H = 30
Segmen 16
L=6 M = 49 H = 84
79
H = 30
Segmen 17
H = 30
Segmen 18
80
L=9 M = 74 H = 100
H = 30
Segmen 19
L=6 M = 51 H = 86
81
M=7 H = 12
H = 30
Segmen 20
L=7 M = 55 H = 100
82
H = 30
83
memotong garis q kemudian ditarik garis horizontal. Nilai q merupakan jumlah
DV yang lebih dari 5.
Segmen 1
CDV = 55
Segmen 2
CDV = 41
84
Segmen 3
CDV = 22
Segmen 4
CDV = 54
85
Segmen 5
CDV = 57
Segmen 6
CDV = 55
86
Segmen 7
CDV = 87
Segmen 8
CDV = 50
87
Segmen 9
CDV = 78
Segmen 10
CDV = 54
88
Segmen 11
CDV = 79
Segmen 12
CDV = 82
89
Segmen 13
CDV = 80
Segmen 14
CDV = 95
90
Segmen 15
CDV = 99
Segmen 16
CVD = 89
91
Segmen 17
CDV = 88
Segmen 18
CDV = 100
92
Segmen 19
CDV = 95
Segmen 20
CDV = 95
93
4.4.5 Perhitungan Nilai PCI Kondisi Jalan
Menghitung PCI (Pavement Condition Index)
PCI = 100 – CDV
Tabel:4.3 Perhitungan Nilai PCI
Nilai PCI secara keseluruhan dalam 2000m pada ruas jalan Doyo Transad –
Sabronsari, Kabupate Jayapura, adalah :
¿
∑ PCI =
545
=27,25 Jelek (Poor)
Jumlah Segmen 20
Dari hasil perhitungan diatas, maka didapat nilai PCI untuk ruas jalan
Doyo Transad – Kertosari adalah 27,25. Dari hasil Tersebut maka ruas jalan Doyo
Transad – Kertosari termasuk dalam kelasisfikasi kualitas jelek ( poor ). oleh
94
sebab itu maka diusulkan jenis pemeliharaan mayor yaitu pemeliharaan terhadap
keseluruhan unit jaln melalui overlay atau rekonstruksi terhadap jalan tersebut.
27,25
95
Segmen Jenis Faktor Angka Rata²Angka
Ukuran
Kerusakan Pengaruh Kerusakan Kerusakan
Lubang Luas 10 - 20% 1 1
Amblas Kedalaman >5/100m 3 3
- - 5
Retak Buaya Lebar >2mm 3 3
1
Luas 10 - 30% 2
Pelepasan 3 3
Butir
Total Kerusakan 10
Total angka kerusakan untuk segmen 1 = 10, berdasarkan tabel 2.5 segmen 1
memiliki angka kerusakan diantara 10 – 12. Maka didapat nilai kondisi jalan
untuk segmen ini adalah 4.
96
n
Retak Buaya - - 5
Lebar >2mm 3 3
Luas 10%-30% 2
Pelepasan Butir 3 3
Total Kerusakan 7
97
Luas 0 0
Pelepasan 3 3
Butir
Total Kerusakan 7
98
Dari perhitungan penilaian kondisi jalan didapat nilai kondisi jalan rata – rata
46
adalah: =3
20
4.5.2 Penentuan Urutan Prioritas
Penilaian urutan prioritas penanganan terhadap kondisi jalan Doyo
Transad – Sabron Sari dapat dihitung dengan cara memasukan nilai LHR dan
nilai kondisi kerusakan jalan. Untuk nilai LHR didaptakan dari hasil survey
kendaraan secara langsung di lapangan sebesar 250 kendaraan/jam, maka
diperoleh nilai kelas jalan dari tabel 2.3 sebesar 3.
Urutan Prioritas = 17 – (Kelas LHR + Nilai Kondisi Jalan) Maka:
Urutan Prioritas = 17 – ( 3 + 3)
= 11
Dari hasil perhitungan diatas, maka didapat urutan prioritas untuk jalan Doyo
Transad – Sabron Sari adalah 11 urutan prioritas >7 adalah urutan prioriras kelas
A. Jalan yang berada pada urutan prioritas ini dimasukkan dalam program
pemeliharaan rutin.
99