Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI

LAB : BENTANG ALAM VULKANIK

DISUSUN OLEH :

FADZEL ADIYAT SITOMPUL

2004109010044

LABORATORIUM GEOMORFOLOGI

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Geomorfologi “Acara : Bentang Alam Vulkanik” ini telah


disahkan pada

Hari : Jumat

Tanggal : 13 Mei 2022

Pukul : 14.00 WIB

Sebagai tugas laporan praktikum mata kuliah Geomorfologi

Asisten Lab Banda Aceh, 13 Mei 2022


Praktikan,

NELUL HERNI FADZEL ADIYAT S.


NIM. 2004109010044
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Maksud
a. Menghitung morfometri topografi
b. Membuat sayatan geomorfologi pada peta dan melewati minimal 5 garis
kontur.
c. Menyelidiki hubungan timbal balik antara bentuk lahan.
d. Menentukan bentuk lahan topografi berdasarkan garis kontur.

1.2 Tujuan

1. Menganalisa kerapatan kontur pada peta topografi


2. Mengetahui penggunaan lahan pada bentang alam vulkanik
3. Mempelajari bentuk lahan vulkanik pada peta topografi
4. Mempelajari cara perhitungan morfometri dengan klasifikasi Van Zuidam
5. Mengetahui bentuk lahan melalui penampang geomorfologi.
BAB II

PERHITUNGAN MORFOMETRI

2.1 Perhitungan Indeks Kontur (IK)

1
Indeks Kontur (IK) = × Skala Peta
2000

1
IK = × 25.000 cm
2000

= 12,5

2.2 Perhitungan Morfmetri

∆ h = Banyak kontur x Indeks Kontur

d = Panjang garis yang ditarik x Skala peta

∆h
% lereng = × 100%
d

2.2.1 Perhitungan Morfometri Pada Daerah Sangat Terjal ( Merah)

 Morfometri A1
∆h = Jumlah Kontur × Indeks Kontur (IK)
¿ 12×12,5
¿ 150
d = Panjang tarik garis × Skala Peta
¿ 1 × 25.000
¿ 250 m
∆h
% Lereng = × 100%
d
150
= × 100%
250
¿ 60%
 Morfometri A2
∆h = Jumlah Kontur × Indeks Kontur (IK)
¿ 14×12,5
¿ 175
d = Panjang tarik garis × Skala Peta
¿ 1 × 25.000
¿ 500 m
∆h
% Lereng = × 100%
d
175
= × 100%
250
¿70%
 Morfometri A3
∆h = Jumlah Kontur × Indeks Kontur (IK)
¿ 12×12,5
¿ 150
d = Panjang tarik garis × Skala Peta
¿ 1 × 25.000
¿ 250 m
∆h
% Lereng = × 100%
d
150
= × 100%
250
¿60%
 Morfometri A4
∆h = Jumlah Kontur × Indeks Kontur (IK)
¿ 12×12,5
¿150
d = Panjang tarik garis × Skala Peta
¿ 1 × 25.000
¿250 m
∆h
% Lereng = × 100%
d
150
= × 100%
250
¿60%
 Morfometri A5
∆h = Jumlah Kontur × Indeks Kontur (IK)
¿ 15×12,5
¿ 187,5
d = Panjang tarik garis × Skala Peta
¿ 1 × 25.000
¿ 250 m
∆h
% Lereng = × 100%
d
187,5
= × 100%
250
¿75%
A 1+ A 2+ A 3+ A 4+ A 5
 Nilai rata-rata ¿
5
60 %+70 % +60 %+ 60 %+75 %
¿
5

325 %
¿
5

¿ 65 %

 Beda Tinggi ¿ Titik tertinggi – Titik terendah


¿ 75 %−60 %

=15%
2.2.2 Perhitungan Morfometri Pada Daerah Terjal (Hijau)

 Morfometri B1
∆h = Jumlah Kontur × Indeks Kontur (IK)
¿ 12×12,5
¿ 150
d = Panjang tarik garis × Skala Peta
¿ 1,5 × 25.000
¿375 m
∆h
% Lereng = × 100%
d
150
= × 100%
375
¿ 40%
 Morfometri B2
∆h = Jumlah Kontur × Indeks Kontur (IK)
¿ 8×12,5
¿ 100
d = Panjang tarik garis × Skala Peta
¿ 1 × 25.000
¿ 250 m
∆h
% Lereng = × 100%
d
100
= × 100%
250
¿ 40%
 Morfometri B3
∆h = Jumlah Kontur × Indeks Kontur (IK)
¿7×12,5
¿87,5
d = Panjang tarik garis × Skala Peta
¿ 1 × 25.000
¿ 250 m
∆h
% Lereng = × 100%
d
87,5
= × 100%
250
¿ 35%

 Morfometri B4
∆h = Jumlah Kontur × Indeks Kontur (IK)
¿7×12,5
¿87,5
d = Panjang tarik garis × Skala Peta
¿ 1 × 25.000
¿ 250 m
∆h
% Lereng = × 100%
d
87,5
= × 100%
250
¿ 35%
 Morfometri B5
∆h = Jumlah Kontur × Indeks Kontur (IK)
¿ 10 ×12,5
¿125
d = Panjang tarik garis × Skala Peta
¿ 1 × 25.000
¿ 250 m
∆h
% Lereng = × 100%
d
125
= × 100%
250
¿50%
B 1+ B2+ B 3+ B 4+ B 5
 Nilai rata-rata ¿
5
40 %+ 40 %+ 35 %+35 % +50 %
¿
5

200 %
¿
5

¿ 40 %

 Beda Tinggi ¿ Titik tertinggi – Titik terendah


¿ 40 %−35 %

=5%

 2.2.3 Perhitungan Morfometri Pada Daerah Bergelombang (Kuning)

 Morfometri C1
∆h = Jumlah Kontur × Indeks Kontur (IK)
¿ 10×12,5
¿ 125
d = Panjang tarik garis × Skala Peta
¿2,5 × 25.000
¿625 m
∆h
% Lereng = × 100%
d
125
= × 100%
625
¿ 20%
 MorfometriC2
∆h = Jumlah Kontur × Indeks Kontur (IK)
¿7×12,5
¿ 87,5
d = Panjang tarik garis × Skala Peta
¿2,5 × 25.000
¿ 625 m
∆h
% Lereng = × 100%
d
87,5
= × 100%
625
¿ 14%
 Morfometri C3
∆h = Jumlah Kontur × Indeks Kontur (IK)
¿ 8×12,5
¿ 100
d = Panjang tarik garis × Skala Peta
¿2 × 25.000
¿ 500 m
∆h
% Lereng = × 100%
d
100
= × 100%
500
¿ 20%
 Morfometri C4
∆h = Jumlah Kontur × Indeks Kontur (IK)
¿ 3 ×12,5
¿ 37,5
d = Panjang tarik garis × Skala Peta
¿1× 25.000
¿ 250 m
∆h
% Lereng = × 100%
d
37,5
= × 100%
250
¿ 15%
 Morfometri C5
∆h = Jumlah Kontur × Indeks Kontur (IK)
¿ 84 ×12,5
¿ 50
d = Panjang tarik garis × Skala Peta
¿1 × 25.000
¿ 250 m
∆h
% Lereng = × 100%
d
50
= × 100%
250
¿ 20%

C 1+ C 2+C 3+C 4+C 5


 Nilai rata-rata ¿
5
20 % 14 % +20 %+15 % +20 %
¿
5

89 %
¿
5

¿ 17,8 %

 Beda Tinggi ¿ Titik tertinggi – Titik terendah


¿ 20 %−14 %

=6%
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Vulkanisme

       Vulkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan


magma naik ke permukaan bumi. Magma adalah batuan cair pijar bertemperatur
tinggi yang terdapat di dalam kulit bumi, terdiri dari berbagai mineral dan gas
yang terlarut di dalamnya. Menurut sifat keluarnya magma yang bersifat letusan
(explosive) dan lelehan (effosive). Lava yaitu bahan/massa dalam keadaan pijar
dan kental yang keluar ke permukaan bumi dengan . Magma bisa bergerak ke
segala arah, bahkan bisa sampai ke permukaan bumi. Jika gerakan magma tetap di
bawah permukaan bumi disebut intrusi magma .Sedangkan magma yang bergerak
dan mencapai ke permukaan bumi disebut ekstrusi magma. Ekstrusi magma inilah
yang menyebabkan gunung api atau disebut juga volkan.
 Kemungkinan dari intrusi magma yang mencapai permukaan bumi hanya
sebagian kecil, intrusi magma yang bisa mencapai ke permukaan bumi bisa
mengangkat lapisan kulit bumi menjadi cembung hingga membentuk tonjolan
berupa pegunungan.
Bentuklahan gunung api (vulkanik) memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di
atas permukaan laut dan memiliki kemiring lereng yang curam (56 % sampai 140
%), dengan ciri khas memiliki kawah, lubang kepundan dan kerucut kepundan.
Terbentuknya gunungapi akibat kegiatan magma yang mendorong dari perut bumi
ke permukaan bumi secara sinambung (terus menerus) yang dikontrol oleh proses
vulkanisme dalam kurun waktu yang panjang, sehingga membentuk kerucut yang
menjulang sampai ketinggian tertentu, suatu saat mengalami erupsi yang cukup
hebat mengakibatkan puncak kepundan menjadi tumpul. Pada gunungapi muda
puncak kepundan masih erbentuk kerucut dan erupsi masih terus berlangsung.

3.2 Ciri-ciri bentuk lahan vulkanik


           
Tanah vulkanik merupakan tanah yang terbentuk dari material-material letusan
gunung api. Material ini kemudian lapuk dengan berjalannya waktu sehingga
menjadi tanah yang sangat tinggi unsur haranya. Tanah ini banyak dijumpai pada
wilayah-wilayah sekitar lereng gunung berapi.
Ketika sebuah gunung api meletus, ia akan memuntahkan aneka partikel yang
panas ke udara. Salah satu material yang dikeluarkan gunung api adalah abu
vulkanis. Ketika pertama kali muncul, abu yang sangat panas dan pekat ini bisa
membahayakan. Namun, begitu kondisi mendingin, abu yang melapisi permukaan
tanah tersebut bisa meningkatkan kesuburan tanah. Lapisan tanah yang dilapisi
abu vulkanik tersebut sangat kaya mineral dan bisa menumbuhkan aneka tanaman
dengan baik tanpa memerlukan tambahan pupuk.

Lapisan tanah vulkanik gembur serta berwarna hitam. Pada lapisan subsoil
mempunyai warna kecoklatan dan terasa licin apabila di gosok di antara jari-jari.
Bulk densitnya sangatlah rendah (<0,85). Daya tahan air sangat tinggi dan
perkembangan struktur tanah baik.

Dari itulah dapat kita dlihat bahwa pada kawasan lereng-lereng gunung yang
pernah terjadi letusan gunung api, lahan pertaniannya sangatlah subur.

Indonesia kaya akan sumber daya alam . Lahan pertanian dan perkebunan  luas di
seluruh pelosok negri. Tidak heran jika Negara Indonesia di sebut Negara agraris.
Hal ini tidak terlepas dari banyaknya tanah vulkanis di wilayah kepulauan
Indonesia yang terbentuk dari materi letusan gunung berapi.
Materi yang terbentuk dari abu vulkanik tersebut di muntahkan ke daratan,
kemudian mengalami pelapukan kemudian membentuk mineral dan unsure hara
yang berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah.

Ciri-ciri tanah vulkanik :


1.     Tanah nya subur
2.     Mengandung unsure hara yang tinggi
3.     Merupakan hasil materi letusan gunung berapi
4.     Mudah menyerap air
5.     Tanahnya berwarna lebih gelap
6.     Terdapat disekitar gunung berapi

Kesuburan tanah vulkanik


Tanah vulkanis dibentuk dengan tambahan abu vulkanik dari gunung berapi yang
meletus. Abu vulkanik merupakan hasil dari peleburan dan pembakaran bahan-
bahna mineral. Lapisan tanah yang di lapisi abu tersebut kemudian menjadi sangat
kaya mineral dan bisa menumbuhkan aneka tanaman dengan baik tanpa
memerlukan tambahan pupuk.
Tidak mengherankan jika banyak orang yang tetap memilih untuk tinggal di
sekitar gunung berapi. Meskipun letusan gunung berapi sangat menakutkan dan
membahayakan, namun manfaatnya sangat banyak untuk lahan pertanian.

Daerah – daerah pertanian yang di usahakan di wilayah bertanah vulkanis banyak


terdapat di Indonesia , yang memang memiliki banyak gunung berapi aktif.
Misalnya di bagian utara pulau Jawa , Sumatera , Bali, Lombok, Halmahera,
Sulawesi dll. Pulau Jawa dan Sumatera yang memiliki lebih banyak gunung
berapi.

3.3 Indikasi Bentang Alam Vulkanik

Terdapat pola aliran Terdapat pola aliran radial sentrifugal yang menyebar secara
menjari.

Pada titik puncak terdapat depresi (crater) yang mana pada volkan stadia muda, pada
stadia dewasa atau tua posisi crater tidak selalu di titik puncak.

Materi piroklastik akan berasosiasi dengan badan volkan yang runcing (cone), dengan
ciri-ciri:

Tidak ada terowongan lava (lava funnel);

Tidak lembah lava (subsidence);

Terdapat barranco (lembah-lembah); dan

Terdapat jalur mata air (springbelt)


Apabila komposisi materi lava badan volkan berupa rounded cone, maka terdapat ciri-
ciri:

Membentuk struktur tali (roppy structure);

Ujung endapan lava berhenti secara tiba-tiba(suddenstop);

Tidak ditemukan adanya jalur mata air; dan

Terdapat magma basah yang mendekati kental dan membentuk individu-


individu gunung api yang rendah semacam bocca atau ash cone

Apabila lava intermedier maka akan membentuk struktur bantal atau pillow
structure.

3.4 Proses Terbentuknya Erupsi Magma

Suatu keadaan dimana aktivitas magma mencapai ke permukaan bumi, maka


gerakan ini dinamakan erupsi magma. Jadi erupsi magma adalah proses keluarnya
magma ke permukaan bumi karena ada tekanan dari dalam melalui retakan atau
lubang kepundan. Erupsi magma inilah yang menyebabkan sebuah gunung bisa di
katakan sebagai gunung api. Erupsi magma tidak hanya terjadi di daratan tetapi
juga bisa terjadi di lautan. 

3.5 Jenis-Jenis Erupsi Magma


           
       Berdasarkan sifatnya
1. Erupsi eksplosif (letusan), terjadi apabila letak dapur magma dalam dan volume
gas besar, magma bersifat asam. Material yang dikeluarkan adalah piroklastik
dengan kandungan S1O2 tinggi, misalnya bongkah, lapili, bom, pasir, abu dan
debu. Bentuk Volkan adalah Sharp Cone.
2. Erupsi effusif (lelehan), terjadi karena letak dapur magma dangkal, volume gas
kecil, magma bersifat basa. Material yang dikeluarkan berupa lava dengan
kandungan S1O2. Bentuk volkan rounded cone.
3. Erupsi campuran, terjadi karena letak variasi dapur magma, volume gas dan
sifat magma bersifat intermedier tetapi biasanya cenderung basa. Bentuk Volkan
Strato.

       Berdasarkan bentuk dan lokasi kepundan


1. Erupsi linier, terjadi jika magma keluar lewat celah-celah retakan atau celah
batuan kerak bumi. Contoh: plato dekan di India
2. Erupsi areal, terjadi karena runtuhnya atap batholit sehingga magma keluar
secara melebar dan meliputi daerah yang luas. Contoh: Gunung api Lumpur di
Sumatera selatan.
3. Erupsi sentral, terjadi karena magma keluar melalui pipa kepundan.
       Berdasarkan sifat erupsi dan bahan yang dikeluarkannya, ada 3 macam gunung
berapi, yaitu:
1.     Gunung Api Perisai.
Gunung api ini terjadi karena magma yang keluar sangat encer. Magma yang
encer ini akan mengalir ke segala arah sehingga membentuk lereng sangat landai.
Ini berarti gunung ini tidak menjulang tinggi tetapi melebar. Contohnya: Gunung
Maona Loa dan Maona Kea di Kepulauan Hawaii.
2.     Gunung Api Maar.
Gunung api ini terjadi akibat adanya letusan eksplosif. Bahan yang dikeluarkan
relatif sedikit, karena sumber magmanya sangat dangkal dan sempit. Gunung api
ini biasanya tidak tinggi, dan terdiri dari timbunan bahan padat (efflata). Di bekas
kawahnya seperti sebuah cekungan yang kadang-kadang terisi air dan tidak
mustahil menjadi sebuah danau. Misalnya Danau Klakah di Lamongan atau
Danau Eifel di Prancis.
3.     Gunung Api Strato.
Gunung api ini terjadi akibat erupsi campuran antara eksplosif dan efusif yang
bergantian secara terus menerus. Hal ini menyebabkan lerengnya berlapis-lapis
dan terdiri dari bermacam-macam batuan. Gunung api inilah yang paling banyak
ditemukan di dunia termasuk di Indonesia. Misalnya gunung Merapi, Semeru,
Merbabu, Kelud, dan lain-lain.

Gambar Bentuk-bentuk gunung api.

Secara geomorfologis material penyusun gunung api di bedakan menjadi :


1.     Endapan vulkanik muda, dengan ciri : belum memadat , berupa endapan
fluviovulkanik. Bentuknya :
a.      Medan abu dan pasir, contoh : Segara Wedi-Bromo
b.     Kerucut ”Cinder”, merupakan hasil gunung api fragmental, materi kasar. Contoh
: Gunung Galunggung
c.      Lahar, membentuk dataran dan lereng kaki fluviovulkanik.
2.     Batuan vulkanik muda, memadat . Bentuknya :
a.      Aliran lava dan medan lava, meliputi daerah luas hanya berupa aliran lava saja.
b.     Kubah lava, berupa lava mengental pada crater/pipa kepundan. Apabila vulkan
mati akan terbentuk sumbat lava.
c.      Lava pada kerucut gunung api strato, setelah erupsi akan membentuk puncak
baru.
3.     Formasi vulkanik tua.
Bentuknya:
a.      Abu, tuff, lapilli, cinder, lahar yang tertumpuk kuat.
b.     Endapan breksi, piroklastik terlapuk kuat.
c.      Endapan vulkanik bercampur dengan sedimen terlapuk.
3.6 Bentang Alam Vulkanik pada Peta Topografi
Pada peta topografi Pada peta topografi, bentang alam vulkanik
memiliki kenampakan pola kontur yang khas. Umumnya pola kontur yang
dibentuk oleh bentang alam vulkanik adalah sirkuler dan radier sesuai
dengan bentuk bentang alamnya. Disamping memiliki pola kontur yang
khas, bentang alam vulkanik juga dicirikan oleh pola penyalurannya yang
khas yaitu sirkuler ataupun radier.
3.7 Perhitungan Morfometri pada Tabel Van Zuidam

Morfometri merupakan penilaian kuantatif terhadap bentuk lahan,


sebagai aspek pendukung morfografi dan morfogenetik, sehingga klasifikasi
semakin tegas dengan angka-angka yang jelas.

Tabel pembagian Kemiringan lereng Berdasarkan Klasifikasi


USSSM dan USLE

Kemiringa Kemiringan Keterangan Klasifikasi Klasifikasi


n lereng lereng (o)
USSSM* (%) USLE* (%)
()
o

<1 0–2 Datar – Hampir datar 0–2 1–2


1–3 3–7 Agak landai 2–6 2–7

3–6 8 – 13 Landai 6 – 13 7 – 12

6–9 14 – 20 Agak curam 13 -25 12 – 18

9 – 25 21 – 55 Curam 25 – 55 18 – 24

25 – 26 56 – 140 Sangat curam >55 >24

>65 >140 Terjal

*USSSM = United Stated Soil System Management

*USLE = Universal Soil Loss Equation

Tabel ukuran panjang Lereng

Panjang Lereng (M) Klasifikasi

<15 Lereng Sangat Pendek

15 – 50 Lereng Pendek

50 – 250 Lereng Sedang

250 – 500 Lereng Panjang

>500 Lereng Sangat Panjang

Tabel Morfometri Klasifikasi Van Zuidam

Klasifikasi Relief Persen Lereng (%) Beda Tinggi (m)

Datar/Hampir Datar 0-2 <5

Bergelombang Landai 3-7 5-50

Bergelombang Miring 8-13 50-75

Berbukit Bergelombang 14-20 75-200

Berbukit Terjal 21-55 200-500


Pegunungan Sangat Terjal 56-14- 500-1000

Pegunungan Sangat Terjal >140 >1000

Terlihat pada tabel diatas pembagian kemiringan dan bentuk lahan secara
kuantitatif, melalui perhitungan dikelompok berdasarkan jumlah persen dan
besar sudut lereng. Untuk mengetahui jumlah tersebut melalui perhitungan dari
perbandingan perbedaan ketinggian dengan jarak datar terbentuklah perhitungan
ini yang dapat dilakukan per-satuan dengan tahap sebagai bertikut:

1. Menentukan 5 garis sayatan dengan ukuran 2 cm yang memotong garis


kontur

2. Perhitungan persentasi kelerengan per-sayatan dengan rumus :


1
Indeks Kontur (IK) ¿ × skala peta
2000
1
¿ ×2500=12.5
2000
∆h = Jumlah Kontur × Indeks Kontur (IK)
d = Panjang tarik garis × Skala Peta
∆h
% Lereng = × 100%
d

3. Perhitungan rata-rata kelerengan:

4. Setelah persen lereng total diketahui maka tentukan satuan tersebut


kedalam klasifikasi van zuidam (1983).
BAB IV

KESIMPULAN

Bentang Lahan Vulkanik mempunyai bentuk lahan yang menjadi ciri khasnya
sendiri yakni kemiringan lereng bergelombang, terjal, sangat terjal. Perhitangan
dalam mengklasifikasi bentang alam dapat dilakukan dengan menggunakan
sayatan pada peta topografi dan memakai rumus van zuidam untuk mendapatkan
(%) yang kemudian akan digunakan untuk mengklasifikasikan bentuk lahan
vulkanik

Anda mungkin juga menyukai