Anda di halaman 1dari 15

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Geomorfologi “Acara : Bentang Alam Karst” ini telah


dilaksanakan pada
hari : Senin
tanggal : 8 Desember 2019
pukul : 10.00 WIB
Sebagai tugas laporan praktikum mata kuliah Geomorfologi.

Banda Aceh, 8 Desember 2019


Asisten Acara Praktikan

Rizqa Aulia Harisma Raihan Indirwan Pakpahan


1604109010027 1804109010011
LAPORAN PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI
ACARA : BENTANG ALAM KARST

Disusun Oleh :
RAIHAN INDIRWAN PAKPAHAN
1804109010011

LABORATORIUM GEOMORFOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH
2019
BAB I
PENDAHULUAN

I.I Maksud

a. Menghitung persen lereng dari beda tinggi pada satuan topografi


b. Membagi satuan peta topografi berdasarkan perbedaan kerapatan kontur
c. Membuat sayatan geomorfologi yang melewati semua satuan yang ada
d. Menentukan tata guna lahan

I.2 Tujuan

a. Dapat mengetahui dan membedakan perbedaan kelerengan serta


mengklarifikasikannya dalam satuan morfometri
b. Mengenali pola kontur pada bentang alam karst
c. Mengetahui kenampakan lahan melalui penampang geomorfologi
d. Mengetahui penggunaan lahan pada bentang alam karst
POSTER
BAB II
PERHITUNGAN MORFOMETRI

2.1 Perhitungan Indeks Kontur

Indeks kontur (IK) = 1/2000 x skala peta

(IK) = 1/2000 x 25000 = 12,5

2.2 Perhitungan Morfometri Bentang Alam Fluvial

 Morfometri A1
Δh = 5 x 12,5 = 62.5
d = 2 cm = 2 x 25000 = 50000cm = 500m
% lereng = Δh/d x 100%
= 62.5/500 x 100% = 12.5%
 Morfometri A2
Δh = 5 x 12,5 = 62.5
d = 2 cm = 2 x 25000 = 50000cm = 500m
% lereng = Δh/d x 100%
= 62.5/500 x 100% = 12.5%
 Morfometri A3
Δh = 5 x 12,5 = 62.5
d = 2 cm = 2 x 25000 = 50000cm = 500m
% lereng = Δh/d x 100%
= 62.5/500 x 100% = 12.5%
 Morfometri A4
Δh = 3 x 12,5 = 37.5
d = 2 cm = 2 x 25000 = 50000cm = 500m
% lereng = Δh/d x 100%
= 37.5/500 x 100% = 7.5%
 Morfometri A5
Δh = 4 x 12,5 = 50
d = 2 cm = 2 x 25000 = 50000cm = 500m
% lereng = Δh/d x 100%
= 50/500 x 100% = 10%

 Rata rata % lereng


(A1+A2+A3+A4+A5)/5
(12.5%+12.5%+12.5%+7.5%+10%)/5 = 11%

2.3 Perhitungan Morfometri Bentang Alam Struktural

 Morfometri B1
Δh = 18 x 12,5 = 225
d = 2 cm = 2 x 25000 = 50000cm = 500m
% lereng = Δh/d x 100%
= 225/500 x 100% = 45%
 Morfometri B2
Δh = 21 x 12,5 = 262.5
d = 2 cm = 2 x 25000 = 50000cm = 500m
% lereng = Δh/d x 100%
= 262.5/500 x 100% = 52.5%
 Morfometri B3
Δh = 16 x 12,5 = 200
d = 2 cm = 2 x 25000 = 50000cm = 500m
% lereng = Δh/d x 100%
= 200/500 x 100% = 40%
 Morfometri B4
Δh = 14 x 12,5 = 175
d = 2 cm = 2 x 25000 = 50000cm = 500m
% lereng = Δh/d x 100%
= 175/500 x 100% = 35%
 Morfometri B5
Δh = 10 x 12,5 = 125
d = 2 cm = 2 x 25000 = 50000cm = 500m
% lereng = Δh/d x 100%
= 125/500 x 100% = 25%

 Rata rata % lereng


(B1+B2+B3+B4+B5)/5
(45%+52.5%+40%+35%+25%)/5 = 39.5%

 Beda Tinggi
Tophill – downhill
351 – 71 = 280

2.4 Perhitungan Morfometri pada Daerah Karst

 Morfometri C1
Δh = 10 x 12,5 = 125
d = 2 cm = 2 x 25000 = 50000cm = 500m
% lereng = Δh/d x 100%
= 125/500 x 100% = 25%
 Morfometri C2
Δh = 5 x 12,5 = 62.5
d = 2 cm = 2 x 25000 = 50000cm = 500m
% lereng = Δh/d x 100%
= 62.5/500 x 100% = 12.5%
 Morfometri C3
Δh = 10 x 12,5 = 125
d = 2 cm = 2 x 25000 = 50000cm = 500m
% lereng = Δh/d x 100%
= 125/500 x 100% = 25%
 Morfometri C4
Δh = 5 x 12,5 = 62.5
d = 2 cm = 2 x 25000 = 50000cm = 500m
% lereng = Δh/d x 100%
= 62.5/500 x 100% = 12.5%
 Morfometri C5
Δh = 8 x 12,5 = 100
d = 2 cm = 2 x 25000 = 50000cm = 500m
% lereng = Δh/d x 100%
= 100/500 x 100% = 20%

2.5 Perhitungan Morfometri pada Daerah Denudasional (Coklat)

Panjang sisi = 2 cm x 25000 cm

= 50000 cm

= 500 m

Luas persegi = sisi x sisi

= 500 x 500

= 250.000 𝑚2

Luas penyebaran wilayah

= Jumlah kotak yang terkena wilayah x Luas kotak

= 124 x 250.000

= 31.000.000 𝑚2

Persen luas penyebaran wilayah denudasional :


𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑛𝑢𝑑𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
= 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘

124
= 225 x 100%

= 55,1 %
BAB III
PEMBAHASAN

Geomorfologi didefinisikan sebagai salahsatu cabang ilmu kebumian yang


mempelajari dan menggambarkan bentuk lahan (Landforms), berikut
perkembangan serta proses yang melibatkannya dalam susunan ruang dan waktu.

Bentang alam adalah suatu unit geomorfologis yang dikategorikan


berdasarkan karateristik seperti elevasi, kelandaian, orientasi, stratifikasi, paparan
batuan, dan jenis tanah. Jenis-jenis bentang alam antara lain
adalah bukit, lembah, tanjung, dll, sedangkan samudra dan benua adalah contoh
jenis bentang alam tingkat tertinggi.
Karst adalah istilah dalam bahasa Jerman yang diambil dari istilah Slovenian
kuno yang berarti topografi hasil pelarutan (solution topography) (Blomm,1979).
Menurut Jenning (1971, dalam Blomm 197), topografi karst didefinisikan sebagai
lahan dengan relief dan pola penyaluran yang aneh, berkembang pada batuan yang
mudah larut (memiliki derajat kelarutan yang tinggi) pada air alam dan dijumpai
pada semua tempat pada lahan tersebut. Flint dan Skinner (1977) mendefinisikan
topography karst sebagai daerah yang berbatuan yang mudah larut dengan surupan
(sink) dan gua yang berkombinasi membentukk topografi yang aneh (peculiar
topography) dan dicirikan oleh adanya lembah kecil, penyaluran tidak teratur,
aliran sungai secara tiba-tiba masuk kedalam tanah meninggalkan lembah kering
dan muncul sebagai mata air yang besar.
Bentang alam karst adalah suatu bentuk lahan yang terbentuk pada daerah
dengan litologi berupa batuan yang mudah larut, menunjukkan relief yang khas,
penyaluran yang tidak teratur, aliran sungai yang secara tiba-tiba masuk ke dalam
tanah dan meninggalkan lembah kering dan muncul kembaliu di tempat lain sebagai
mata air yang besar.
Dari sebaran batugamping yang ada, Indonesia merupakan wilayah yang
potensial sebagai kawasan karst. Dari kondisi geologinya Indonesia kaya akan
batugamping. Tetapi tidak semua batugamping yang ada diwilayah Indonesia dapat
berkembang menjadi bentang alam karst.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bentang Alam Karst
 Ketebalan Batugamping
Menurut Von Engeln, batuan mudah larut (dalam hal ini
batugamping) yang baik untuk perkembangan topografi karst harus tebal.
Batugamping tersebut dapat masif atau terdiri dari beberapa lapisan yang
membentuk satu unit batuan yang tebal, sehingga mampu menampilkan
topografi karst sebelum batuan tersebut habis terlarutkan dan tererosi

 Porositas dan Permeabilitas


Menurut Ritter (1978), porositas primer ditentukan oleh tekstur
batuan dan berkurang oleh proses sementasi, rekristaslisasi dan penggantian
mineral (missal dolomitisasi) sehingga porositas primer tidak begitu
berpengaruh terhadap proses karstifikasi. Sebaliknya dengan porositas
sekunder yang biasanya terbentuk oleh adanya retakan atau pelarutan dalam
batuan. Disamping itu permeabilitas juga dipengaruhi oleh adanya kekar
yang saling berhubungan dalam batuan. Semakin besar permeabilitas suatu
batuan maka sirkulasi air akan berjalan semakin lancer sehingga proses
karstifikasi akan semakin intensif.

 Intesitas Struktur Terhadap Batuan


Ritter (1978) mengemukakan bahwa kekar biasanya terbentuk
dengan pola tertentu dan berpasangan (kekar gerus), tiap pasang
membentuk sudut antara 70° sampai 90° dan mereka saling berhubungan.
Hal inilah yang menyebabkan kekar dapat mempertinggi porositas dan
permeabilitas sekaligus sebagai zona lemah yang menyebabakan proses
pelarutan dan erosi berjalan lebih intensif.
Gambar 1. Sketsa gua yang dikontrol oleh kekar

Interval kontur
Hal ini menunjukkan perbedaan elevasi atau sudut ketinggian antar dua
garis kontur yang berdekatan. Misalnya, pada penampilan peta di satu halaman,
nilai interval kontur dibuat sama besar antar satu kontur dengan kontur yang
lainnya. Dengan kata lain, semakin besar skalanya maka informasi pada peta akan
semakin banyak atau detail, sehingga interval kontur akan semakin kecil.

Indeks kontur
Hal ini menunjukkan adanya garis kontur dengan kelipatan tertentu.
Misalnya, setiap kelipatan 1 meter, 5 meter, 10 meter, dan seterusnya. Dalam
menentukan indeks kontur ini maka dapat digunakan rumus penentuan indeks
kontur sebagai berikut: i = (25/panjang 1 km di peta) meter.

Sebagai contoh: Pada peta dengan skala 1:1000, maka indeks kontur yang
ditunjukkan dalam peta adalah 1 km, pada peta dengan skala 1:1000 = (1 km/1000
cm) = (100000 cm/1000 cm)= 100 meter. Maka, i = (25/100) = 0,25 meter.
Perhitungan Morfometri
Morfometri adalah Aspek kuantitatif dari suatu bentuk lahan, yaitu
kelerengan, bentuk dan panjang lereng, ketinggian, beda tinggi, relief, bentuk dan
ukuran lembah, tingkat erosi, dan geometri pengaliran.
Tabel Klasifikasi kelas kemiringan lereng berdasarkan karakteristik proses
(Zuidam, 1983)
BAB IV
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum ini adalah

1. Untuk mengetahui struktur geologi dengan menggunakan analisis perhitungan


morfologi.
2. Bentang alam karst adalah suatu bentuk lahan yang terbentuk pada daerah
dengan litologi berupa batuan yang mudah larut, menunjukkan relief yang
khas, penyaluran yang tidak teratur, aliran sungai yang secara tiba-tiba masuk
ke dalam tanah dan meninggalkan lembah kering dan muncul kembaliu di
tempat lain sebagai mata air yang besar.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi bentang alam karst yaitu : Ketebalan batu
gamping, porositas dan permeabilitas, dan Intesitas struktur terhadap batuan
4. Pada perhitungan morfometri kontur bentang alam fluvia didapat hasil rata-rata
persentase lereng 11% dan memiliki beda ketinggian 18 m yang menandakan
pegnungan sangat landai
5. Pada perhitungan morfometri kontur bentang alam struktural didapat hasil rata-
rata persentase lereng 39.5% dan memiliki beda ketinggian 344m yang
menandakan bukit terjal atau daerah yang landai.
6. Pada perhitungan morfometri kontur bentang alam karst didapat hasil rata-rata
persentase lereng 19% dan memiliki beda ketinggian 334m yang menandakan
bukit terjal atau daerah yang landai.
7. Pada perhitungan luas penyebaran wilayah bentang alam denudasional didapat
hasil rata-rata persentase wilayah 55.1%
8. Hasil dari perhitungan morfometri dapat diketahui sebagai berikut:

Rata rata persen


Daerah Klasifikasi relief Beda tinggi
lereng
Ungu Tua Bentang Alam Struturak 11% 18 m
Orange Bentang Alam Karst 39.5% 344m
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai