Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI

ACARA: BENTANG ALAM VULKANIK

Disusun Oleh:

MOHD. NABIEL GHIFFARY


2304109010044

LABORATORIUM GEOMORFOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH
2024
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Geomorfologi “Bentang Alam Vulkanik” ini telah


disahkan pada:

Hari :

Tanggal :

Jam :
Sebagai tugas laporan praktikum mata kuliah Geomorfologi.

Banda Aceh, 29 Maret 2024

Asisten, Praktikan,

MAULIDA ZAHRA MOHD. NABIEL GHIFFARY


2204109010019 2304109010044
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Maksud
Maksud diadakannya praktikum ini adalah:
a. Menghitung persen lereng dan beda tinggi pada satuan topografi.
b. Memahami apa yang dimaksud dengan bentang alam vulkanik.
c. Membuat sayatan geomorfologi yang melewati semua satuan yang
ada.
d. Menentukan delineasi daerah berdasarkan kerapatan kontur.
e. Membagi satuan peta topografi berdasarkan perbedaan kerapatan
kontur.

1.2 Tujuan
Tujuan diadakannya praktikum ini terdiri dari:
a. Dapat mengetahui dan membedakan kelerengan serta
mengklarifikasinya dalam satuan morfometri.
b. Mampu mengetahui persen kelerengan dan beda tinggi suatu daerah
vulkanik berdasarkan Tabel Van Zuidam (1983).
c. Mengenali pola kontur pada bentang alam vulkanik.
d. Mengetahui penggunaan lahan pada bentang alam vulkanik.
e. Mampu mengetahui ciri-ciri bentang alam vulkanik dari kenampakan
peta topografi.
BAB II
PERHITUNGAN MORFOMETRI

2.1 Perhitungan Indeks Kontur (IK)


1
Indeks Kontur (IK) = 2000 × skala peta
1
= 2000 × 50.000 cm

= 25

2.2 Perhitungan Morfometri


Δh = banyak kontur × indeks kontur
d = panjang garis yang ditarik × skala peta
Δh
% lereng = �
× 100%

2.2.1 Perhitungan Morfometri pada Daerah Sangat Terjal


1. Morfometri Sangat Terjal 1
Δh = 14 × 25
= 350
d = 2 cm × 50.000 cm
= 100.000 cm
= 1000 m
350
% lereng = 1000 × 100%

= 35%
2. Morfometri Sangat Terjal 2
Δh = 15 × 25
= 250
d = 2 cm × 50.000 cm
= 100.000 cm
= 1000 m
375
% lereng = 1000 × 100%

= 37,5%
3. Morfometri Sangat Terjal 3
Δh = 22 × 25
= 550
d = 2 cm × 50.000 cm
= 100.000 cm
= 1000 m
550
% lereng = 1000 × 100%

= 55%
4. Morfometri Sangat Terjal 4
Δh = 21 × 25
= 525
d = 2 cm × 50.000 cm
= 100.000 cm
= 1000 m
525
% lereng = 1000 × 100%

= 52,5%
5. Morfometri Sangat Terjal 5
Δh = 14 × 25
= 350
d = 2 cm × 50.000 cm
= 100.000 cm
= 1000 m
350
% lereng = 1000 × 100%

= 35%

35%+37,5%+55%+52,5%+35%
Rata-rata = 5

= 43%
“Menurut klasifikasi bentang alam berdasarkan klasifikasi oleh Van Zuidan,
tingkat kemiringan lereng sebesar 43% termasuk dalam klasifikasi berbukit terjal,
yang berkisar antara 21%-55%.”

2.2.2 Perhitungan Morfometri pada Daerah Terjal


1. Morfometri Terjal 1
Δh = 7 × 25
= 175
d = 2 cm × 50.000 cm
= 100.000 cm
= 1000 m
175
% lereng = 1000 × 100%

= 17,5%
2. Morfometri Terjal 2
Δh = 6 × 25
= 150
d = 2 cm × 50.000 cm
= 100.000 cm
= 1000 m
150
% lereng = 1000 × 100%

= 15%
3.Morfometri Terjal 3
Δh = 9 × 25
= 225
d = 2 cm × 50.000 cm
= 100.000 cm
= 1000 m
225
% lereng = 1000 × 100%

= 22,5%
4.Morfometri Terjal 4
Δh = 11 × 25
= 275
d = 2 cm × 50.000 cm
= 100.000 cm
= 1000 m
275
% lereng = 1000 × 100%

= 27,5%
5.Morfometri Terjal 5
Δh = 11 × 25
= 275
d = 2 cm × 50.000 cm
= 100.000 cm
= 1000 m
275
% lereng = 1000 × 100%

= 27,5%

17,5%+15%+22,5%+27,5%+27,5%
Rata-rata = 5

= 20%
“Menurut klasifikasi bentang alam berdasarkan klasifikasi oleh Van Zuidan,
tingkat kemiringan lereng sebesar 20% termasuk dalam klasifikasi berbukit
bergelombang, yang berkisar antara 14%-20%.”

2.2.3 Perhitungan Morfometri pada Daerah Landai


1.Morfometri Landai 1
Δh = 3 × 25
= 75
d = 2 cm × 50.000 cm
= 100.000 cm
= 1000 m
75
% lereng = 1000 × 100%

= 7,5%
2.Morfometri Landai 2
Δh = 5 × 25
= 125
d = 2 cm × 50.000 cm
= 100.000 cm
= 1000 m
125
% lereng = 1000 × 100%

= 12,5%
3.Morfometri Landai 3
Δh = 3 × 25
= 75
d = 2 cm × 50.000 cm
= 100.000 cm
= 1000 m
75
% lereng = 1000 × 100%

= 7,5%
4.Morfometri Landai 4
Δh = 5 × 25
= 125
d = 2 cm × 50.000 cm
= 100.000 cm
= 1000 m
125
% lereng = 1000 × 100%

= 12,5%
5.Morfometri Landai 5
Δh = 5 × 25
=5
d = 2 cm × 50.000 cm
= 100.000 cm
= 1000 m
125
% lereng = 1000 × 100%

= 12,5%

7,5%+12,5%+7,5%+12,5%+12,5%
Rata-rata = 5

= 10,5%
“Menurut klasifikasi bentang alam berdasarkan klasifikasi oleh Van Zuidan,
tingkat kemiringan lereng sebesar 10,5% termasuk dalam klasifikasi
bergelombang miring, yang berkisar antara 8%-13%.”
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Bentang Alam Vulkanik


Bentang alam vulkanik sebagian besar terdiri dari akumulasi lava yang
memadat dan produk vulkanik yang terfragmentasi. Kumpulan bentang alam yang
dibangun, meskipun dalam beberapa kasus sebagian terpotong oleh erosi, sangat
kontras dengan sebagian besar bentang alam lain yang sebagian besar dibentuk
oleh erosi tanah. Ciri-ciri konstruksi dari bentang alam vulkanik terbagi dalam dua
kategori: (a) kerucut dan bidang kerucut, kubah, dan bentuk-bentuk menonjol
yang terkait, dan (b) dataran tinggi dan dataran. Namun demikian, terdapat
kompleks vulkanik yang sebagian terdiri dari kubah lava yang diekstrusi dan
sebagian lagi dataran tinggi vulkanik. Terlebih lagi, wilayah ini terdiversifikasi
berdasarkan ciri-ciri negatifnya, celah dan cekungan yang meledak secara
eksplosif, yang terbesar adalah kaldera. Danau-danau yang terkait dengan danau
ini sebagian menempati cekungan akibat ledakan, tetapi juga menempati lembah-
lembah yang dibendung oleh lava yang memadat atau melengkung karena
penurunan permukaan tanah yang berbeda-beda yang disebabkan oleh gunung
berapi.

3.2 Vulkanisme
Vulkanisme adalah peristiwa yang berhubungan dengan keluarnya magma
dari dalam bumi ke permukaan bumi. Secara lebih rinci, vulkanisme adalah segala
aktivitas magma yang berasal dari dalam bumi ke lapisan yang lebih atas atau ke
luar menuju permukaan bumi (litosfer). Magma adalah isi bumi yang berbentuk
cair, magma mengandung batuan cair dan gas dengan suhu yang sangat tinggi.
Suhu yang sangat panas ini membuat magma bergejolak hingga mampu
meretakkan, menggeser, dan menyusup ke atas sehingga dapat mempengaruhi
bentang alam pada permukaan bumi, dengan membentuk struktur seperti gunung
api. Ketika magma telah keluar ke permukaan bumi, ia disebut sebagai lava.
3.3 Proses Vulkanisme
3.3.1 Intrusi Magma
Intrusi magma merupakan aktivitas magma yang terjadi di dalam
lapisan litosfer, yang memotong atau menyisip litosfer dan tidak mencapai
permukaan bumi. Intrusi magma disebut juga dengan plutonisme.
Bentuk-bentuk intrusi magma terbagi menjadi tiga, yakni:
1) Batolit, yakni batuan beku yang terbentuk dari dapur magma,
terjadi karena penurunan suhu yang lambat.
2) Lakolit, yakni magma yang menyusup diantara lapisan
batuan yang menyebabkan lapisan batuan di atasnya terangkat
sehingga cembung, sedangkan alasnya rata.
3) Sill, adalah lapisan magma tipis yang menyusup diantara
lapisan batuan di atas, datar di bagian atasnya.
4) Gang, adalah batuan dari intrusi magma yang memotong
lapisan batuan yang berbentuk pipih atau lempeng.
5) Apofisa, merupakan cabang dari erupsi korok (gang).
6) Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan.

3.3.2 Ekstrusi Magma


Kegiatan magma yang mencapai permukaan bumi disebut ekstrusi
magma. Ekstrusi magma merupakan kelanjutan dari intrusi magma
(plutonisme). Bahan yang dikeluarkan pada saat terjadi proses ekstrusi
magma terutama ketika terjadi letusan gunung api, adalah dalam bentuk
material padat yang disebut sebagai eflata atau piroklastik, dan dalam
wujud cair berupa lava dan lahar, serta dalam wujud gas seperti belerang,
nitrogen, gas asam arang dan gas uap air.
Menurut bentuknya ekstrusi magma dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) Ekstrusi sentral, di mana magma keluar melalui sebuah
saluran magma (pipa kawah) dan membentuk gunung-gunung dan
letaknya tersendiri. Ekstrusi melahirkan tipe letusan gunung api,
contohnya adalah Gunung Krakatau dan Gunung Vesuvius.
2) Ekstrusi linier, di mana magma keluar melalui melalui
retakan atau celah yang memanjang sehingga mengakibatkan
terbentuknya deretan gunung api yang kecil-kecil di sepanjang retakan
itu, contohnya adalah Gunung Api Laki di Islandia.
3) Ekstrusi areal, di mana magma keluar melalui lubang yang
besar, karena magma terletak sangat dekat dengan permukaan bumi.
sehingga magma menghancurkan dapur magma yang menyebabkan
magma meleleh keluar ke permukaan bumi.

Pada praktikum ini, dilakukan perhitungan suatu peta kontur menggunakan


perhitungan morfometri pada sebuah bentang alam vulkanik, yakni bentang alam
Gunung Seulawah Agam. Morfometri merupakan penilaian kuantitatif terhadap suatu
daerah. Dengan dilakukannya praktikum ini, pratikan dapat membedakan antara
daerah yang sangat terjal, terjal, dan landai, sehingga praktikan dapat dengan lebih mudah
membaca dan memahami dan peta topografi dari sebuah permukaan bumi.
Adapun hasil yang diperoleh dari kontur tersebut adalah:
a. Pada daerah yang sangat terjal (merah), didapatkan hasil rata-
rata persentase lereng sebesar 31%.
b. Pada daerah yang terjal (kuning), didapatkan hasil rata-rata
persentase lereng sebesar 18%.
c. Pada daerah yang landai (hijau), didapatkan hasil rata-rata
persentase lereng sebesar 11%.

Tabel 3.1 Klasifikasi relief berdasarkan Morfometri


Klasifikasi Relief Persentase lereng (%) Beda Tinggi (m)

Datar/hampir datar 0–2 <5

Bergelombang landau 3–7 5 – 50

Bergelombang miring 8 – 13 50 – 75

Berbukit bergelombang 14 – 20 75 – 200

Berbukit terjal 21 – 55 200 – 500

Pengunungan sangat terjal 56 – 140 500 – 1000

Pengunungan sangat terjal >140 >1000


Sumber: Van Zuidam, 1983
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa


kesimpulan, yakni:
1. Bentang alam vulkanik utamanya terdiri dari akumulasi lava dan produk
vulkanik yang terfragmentasi, berbeda dengan bentang alam lain yang
sebagian besar dibentuk oleh erosi tanah.
2. Konstruksi bentang alam vulkanik terbagi menjadi dua kategori, yakni
kerucut dan bidang kerucut, kubah, dan bentuk-bentuk menonjol terkait; serta
dataran tinggi dan dataran.
3. Terdapat kompleks vulkanik yang terdiri dari kubah lava dan dataran tinggi
vulkanik.
4. Wilayah ini memiliki diversifikasi berdasarkan ciri-ciri negatifnya,
termasuk celah, cekungan, dan kaldera, serta danau-danau yang terkait
dengan letupan.
5. Vulkanisme adalah peristiwa keluarnya magma dari dalam bumi ke
permukaan, membentuk struktur seperti gunung api dan menciptakan
berbagai jenis instrusi magma seperti batolit, lakolit, siil, gang, apofisa, dan
diatrema.
6. Ekstrusi magma terjadi ketika magma mencapai permukaan dan dibedakan
menjadi ekstrusi sentral, linier, dan areal.
7. Melalui praktikum, praktikan dapat memahami morfometri dan membaca
peta topografi untuk mengidentifikasi daerah dengan kemiringan yang
berbeda, seperti daerah yang sangat terjal, terjal, dan landai, dengan rata-rata
persentase lereng masing-masing 43%, 20%, dan 10,5%.
DAFTAR PUSTAKA

Fairbridge, Rhodes W. (1997). Encyclopedia of Geomorphology (terjemahan).


New York: Springer Berlin, Heidelberg.
Nursa’ban, Muhammad. (2012). Vulkanisme. Jurnal Kajian Geografi Universitas
Negeri Yogyakarta, 49-51.
Putro, A. B. (2014). Bentang Alam Vulkanik. Makalah Geomorfologi Universitas
Diponegoro, 7.

Anda mungkin juga menyukai