Disusun Oleh:
LABORATORIUM GEOMORFOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2024
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Jam :
Sebagai tugas laporan praktikum mata kuliah Geomorfologi.
Asisten, Praktikan,
1.1 Maksud
Maksud diadakannya praktikum ini adalah:
a. Menghitung persen lereng dan beda tinggi pada satuan topografi.
b. Memahami apa yang dimaksud dengan bentang alam vulkanik.
c. Membuat sayatan geomorfologi yang melewati semua satuan yang
ada.
d. Menentukan delineasi daerah berdasarkan kerapatan kontur.
e. Membagi satuan peta topografi berdasarkan perbedaan kerapatan
kontur.
1.2 Tujuan
Tujuan diadakannya praktikum ini terdiri dari:
a. Dapat mengetahui dan membedakan kelerengan serta
mengklarifikasinya dalam satuan morfometri.
b. Mampu mengetahui persen kelerengan dan beda tinggi suatu daerah
vulkanik berdasarkan Tabel Van Zuidam (1983).
c. Mengenali pola kontur pada bentang alam vulkanik.
d. Mengetahui penggunaan lahan pada bentang alam vulkanik.
e. Mampu mengetahui ciri-ciri bentang alam vulkanik dari kenampakan
peta topografi.
BAB II
PERHITUNGAN MORFOMETRI
= 25
= 35%
2. Morfometri Sangat Terjal 2
Δh = 15 × 25
= 250
d = 2 cm × 50.000 cm
= 100.000 cm
= 1000 m
375
% lereng = 1000 × 100%
= 37,5%
3. Morfometri Sangat Terjal 3
Δh = 22 × 25
= 550
d = 2 cm × 50.000 cm
= 100.000 cm
= 1000 m
550
% lereng = 1000 × 100%
= 55%
4. Morfometri Sangat Terjal 4
Δh = 21 × 25
= 525
d = 2 cm × 50.000 cm
= 100.000 cm
= 1000 m
525
% lereng = 1000 × 100%
= 52,5%
5. Morfometri Sangat Terjal 5
Δh = 14 × 25
= 350
d = 2 cm × 50.000 cm
= 100.000 cm
= 1000 m
350
% lereng = 1000 × 100%
= 35%
35%+37,5%+55%+52,5%+35%
Rata-rata = 5
= 43%
“Menurut klasifikasi bentang alam berdasarkan klasifikasi oleh Van Zuidan,
tingkat kemiringan lereng sebesar 43% termasuk dalam klasifikasi berbukit terjal,
yang berkisar antara 21%-55%.”
= 17,5%
2. Morfometri Terjal 2
Δh = 6 × 25
= 150
d = 2 cm × 50.000 cm
= 100.000 cm
= 1000 m
150
% lereng = 1000 × 100%
= 15%
3.Morfometri Terjal 3
Δh = 9 × 25
= 225
d = 2 cm × 50.000 cm
= 100.000 cm
= 1000 m
225
% lereng = 1000 × 100%
= 22,5%
4.Morfometri Terjal 4
Δh = 11 × 25
= 275
d = 2 cm × 50.000 cm
= 100.000 cm
= 1000 m
275
% lereng = 1000 × 100%
= 27,5%
5.Morfometri Terjal 5
Δh = 11 × 25
= 275
d = 2 cm × 50.000 cm
= 100.000 cm
= 1000 m
275
% lereng = 1000 × 100%
= 27,5%
17,5%+15%+22,5%+27,5%+27,5%
Rata-rata = 5
= 20%
“Menurut klasifikasi bentang alam berdasarkan klasifikasi oleh Van Zuidan,
tingkat kemiringan lereng sebesar 20% termasuk dalam klasifikasi berbukit
bergelombang, yang berkisar antara 14%-20%.”
= 7,5%
2.Morfometri Landai 2
Δh = 5 × 25
= 125
d = 2 cm × 50.000 cm
= 100.000 cm
= 1000 m
125
% lereng = 1000 × 100%
= 12,5%
3.Morfometri Landai 3
Δh = 3 × 25
= 75
d = 2 cm × 50.000 cm
= 100.000 cm
= 1000 m
75
% lereng = 1000 × 100%
= 7,5%
4.Morfometri Landai 4
Δh = 5 × 25
= 125
d = 2 cm × 50.000 cm
= 100.000 cm
= 1000 m
125
% lereng = 1000 × 100%
= 12,5%
5.Morfometri Landai 5
Δh = 5 × 25
=5
d = 2 cm × 50.000 cm
= 100.000 cm
= 1000 m
125
% lereng = 1000 × 100%
= 12,5%
7,5%+12,5%+7,5%+12,5%+12,5%
Rata-rata = 5
= 10,5%
“Menurut klasifikasi bentang alam berdasarkan klasifikasi oleh Van Zuidan,
tingkat kemiringan lereng sebesar 10,5% termasuk dalam klasifikasi
bergelombang miring, yang berkisar antara 8%-13%.”
BAB III
PEMBAHASAN
3.2 Vulkanisme
Vulkanisme adalah peristiwa yang berhubungan dengan keluarnya magma
dari dalam bumi ke permukaan bumi. Secara lebih rinci, vulkanisme adalah segala
aktivitas magma yang berasal dari dalam bumi ke lapisan yang lebih atas atau ke
luar menuju permukaan bumi (litosfer). Magma adalah isi bumi yang berbentuk
cair, magma mengandung batuan cair dan gas dengan suhu yang sangat tinggi.
Suhu yang sangat panas ini membuat magma bergejolak hingga mampu
meretakkan, menggeser, dan menyusup ke atas sehingga dapat mempengaruhi
bentang alam pada permukaan bumi, dengan membentuk struktur seperti gunung
api. Ketika magma telah keluar ke permukaan bumi, ia disebut sebagai lava.
3.3 Proses Vulkanisme
3.3.1 Intrusi Magma
Intrusi magma merupakan aktivitas magma yang terjadi di dalam
lapisan litosfer, yang memotong atau menyisip litosfer dan tidak mencapai
permukaan bumi. Intrusi magma disebut juga dengan plutonisme.
Bentuk-bentuk intrusi magma terbagi menjadi tiga, yakni:
1) Batolit, yakni batuan beku yang terbentuk dari dapur magma,
terjadi karena penurunan suhu yang lambat.
2) Lakolit, yakni magma yang menyusup diantara lapisan
batuan yang menyebabkan lapisan batuan di atasnya terangkat
sehingga cembung, sedangkan alasnya rata.
3) Sill, adalah lapisan magma tipis yang menyusup diantara
lapisan batuan di atas, datar di bagian atasnya.
4) Gang, adalah batuan dari intrusi magma yang memotong
lapisan batuan yang berbentuk pipih atau lempeng.
5) Apofisa, merupakan cabang dari erupsi korok (gang).
6) Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan.
Bergelombang miring 8 – 13 50 – 75