NIM : 11180980000031
2021 M / 1443 H
DAFTAR ISI
i
PENDAHULUAN
Suatu permukaan tanah yang miring yang membentuk sudut tertentu terhadap bidang
horisontal disebut sebagai lereng (slope). Lereng dapat terjadi secara alamiah atau dibentuk
oleh manusia dengan tujuan tertentu. Jika permukaan membentuk suatu kemiringan maka
komponen massa tanah di atas bidang gelincir cenderung akan bergerak ke arah bawah akibat
gravitasi. Jika komponen gaya berat yang terjadi cukup besar, dapat mengakibatkan longsor
pada lereng tersebut. Kondisi ini dapat dicegah jika gaya dorong (driving force) tidak
melampaui gaya perlawanan yang berasal dari kekuatan geser tanah sepanjang bidang longsor.
GEOLOGI DAERAH
Lokasi daerah Izin Usaha Pertambangan ini berada pada Kecamatan Sangasanga,
Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Secara koordinat terletak pada zona
UTM 524500 mE – 528000 mE dan 9921625 mE – 9925000 mE dengan proyeksi UTM zona
50M. Status legalitas yang dimiliki oleh daerah penelitian ini adalah Izin Usaha Penambangan
(IUP). Dengan luas daerah IUP sebesar 2442872 m 2. Pola Pengaliran yang berkembang di
daerah penelitian adalah Subdendritik. Geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi 3 (tiga)
bentuk asal dan 4 (empat) satuan bentuklahan. Bentuk asal struktural dengan satuan
bentuklahan perbukitan struktural (S1); bentuk asal fluvial dengan satuan bentuklahan dataran
rawa (F1); bentuk asal human activity dengan satuan bentuklahan disposal (H1) dan pit (H2).
Stratigrafi daerah penelitian dibagi menjadi 2 (dua) satuan tak resmi yang diurutkan
dari tua ke muda yaitu satuan batulempung Balikpapan berumur Miosen Tengah bagian bawah,
1
satuan batupasir-kuarsa Balikpapan berumur Miosen tengah bagian tengah-atas. Umur satuan
batuan tersebut diinterpretasikan dengan menggunakan analisis fosil spora dan polen
(palinologi). Struktur yang terdapat di daerah penelitian berupa antiklin Kampung Jawa.
Berdasarkan hasil analisis lingkungan pengendapan batubara dari tiga aspek (aspek fisik, kimia
dan biologi) di dapatkan bahwa satuan batulempung Balikpapan dan satuan batupasir-kuarsa
Balikpapan diendapkan pada lingkungan lower delta plain - transitional lower delta plain
dengan sub-lingkungan pengendapannya berupa Marsh (Diessel, 1986 dan Lamberson et al.,
1991) yang berbentuk kubah/punggungan (Bog) (Calder et al., 1991). Rawa gambut tempat
batubara tersebut terbentuk terendapkan dalam fase limnic (low moor). Kata kunci : lower delta
plain, transitional lower delta plain, Marsh, limnic.
Litologi pada daerah ini mencakup lapisan batu pasir (sandstone), mudstone, batubara,
dan claystone. Kompleksitas geologi pada daerah ini yaitu moderate, batubara dalam kelompok
ini diendapkan dalam kondisi sedimentasi yang lebih bervariasi dan sampai tingkat tertentu
telah mengalami pengaruh tektonik dan pasca proses pengendapan, ditandai oleh adanya
perlipatan dan sesar. Kelompok ini dicirikan pula oleh kemiringan lapisan dan variasi ketebalan
lateral yang sedang serta berkembangnya percabangan lapisan batubara, namun sebarannya
masih dapat diikuti sampai ratusan meter. Kualitas batubara secara langsung berkaitan dengan
tingkat perubahan yang terjadi baik pada saat proses sedimentasi berlangsung maupun pasca
pengendapan. Pada beberapa tempat intrusi batuan beku mempengaruhi struktur lapisan dan
kualitas batubaranya.
2
Tabel 2. Kondisi Geoteknik Lapisan Batuan
ɣ sat (Kn/m3)
= 23.5 22.5 24.3 21.6
coh peak
GEOLOGI REGIONAL
Cekungan Kutai terbentuk karena proses pemekaran pada kala Eosen Tengah yang
diikuti oleh fase pelenturan dasar cekungan yang berakhir pada Oligosen Akhir. Peningkatan
3
tekanan karena tumbukan lempeng mengakibatkan pengangkatan dasar cekungan ke arah
baratlaut yang menghasilkan siklus regresif utama sedimentasi klastik di Cekungan Kutai, dan
tidak terganggu sejak Oligosen Akhir hingga sekarang (Ferguson dan McClay, 1997). Pada
kala Miosen Tengah pengangkatan dasar cekungan dimulai dari bagian barat Cekungan Kutai
yang bergerak secara progresif ke arah timur sepanjang waktu dan bertindak sebagai pusat
pengendapan (Tanean, drr, 1996). Selain itu juga terjadi susut laut yang berlangsung terus
menerus sampai Miosen Akhir. Bahan yang terendapkan berasal dari bagian selatan, barat dan
utara cekungan menyusun Formasi Warukin, Formasi Pulaubalang dan Formasi Balikpapan.
Struktur utama di daerah kajian berupa antiklinorium yang berarah utara-timur laut yang
dicirikan oleh antiklin asimetris yang dipisahkan oleh sinklin lebar yang berisi siliklastik
berumur Miosen dimana jejak sumbunya mencapai 20-50km sepanjang jurus berbentuk lurus
hingga melengkung. Struktur antiklinorium berubah secara gradual dari timur ke barat sedikit
hingga tanpa pengangkatan sampai pada lipatan kompleks/jalur sesar naik dengan
pengangkatan dan erosi di bagian barat (Ferguson dan McClay, 1997).
Analisis polen menunjukkan umur tidak lebih tua dari Pliosen dan lingkungan
pengendapan pada muara sungai dan hutan mangrove di daerah pantai yang stabil. Jika
mengacu pada lingkungan pengendapan delta-laut dangkal pada Peta Geologi Regionalnya,
maka penyebaran formasi ini tidak melingkupi daerah yang luas tapi hanya pada daerah sekitar
Delta Mahakam Purba. Potensi endapan batubara di daerah kajian cukup baik dengan
banyaknya ditemukan singkapan batubara, beberapa mengalami self combustion dan umumnya
mempunyai kemiringan lapisan yang relatif landai kecuali yang tersingkap di Bukit Soeharto.
Data kualitas batubara (Kanwil DPE Kalimantan Timur, 1994) adalah sebagai berikut : kadar
air 4,4-22,1%, zat terbang 38,1-42,1%, karbon padat 34,7-52,0%, belerang 0,1-1,8%, abu 1,2-
8,0%, dan kalori 4.500-4.700 kal/kg. Sedangkan cadangannya diperkirakan ±1.400 juta ton.
Daerah kajian berada dalam Cekungan Kutai yang mengandung formasi pembawa batubara,
4
yakni: Fm. Kampungbaru, Fm. Balikpapan dan Fm. Pulaubalang. Lapisan-lapisan batubara
pada Formasi Kampungbaru umumnya mengikuti pola struktur sinklin tersebut.
Parameter Analisa tanah atau batuan Untuk analisis stabilitas lereng diperlukan parameter
tanah/batuan :
• Kuat geser Kuat geser terdiri dari kohesi (c) dan sudut geser dalam (φ). Untuk analisis
stabilitas lereng untuk jangka panjang digunakan harga kuat geser efektif maksimum
(c’ , φ’). Untuk lereng yang sudah mengalami gerakan atau material pembentuk lereng
yang mempunyai diskontinuitas tinggi digunakan harga kuat geser sisa (c r = 0; φ r ).
• Berat Isi Berat isi diperlukan untuk perhitungan beban guna analisis stabilitas lereng.
Berat isi dibedakan menjadi berat isi asli, berat isi jenuh, dan berat isi terendam air yang
penggunaannya tergantung kondisi lapangan.
5
Gambar 1. Analisa Geoteknik Lereng Highwall menggunakan Software Slide
6
Gambar 3. Analisa Geoteknik Lereng Lowwall menggunakan Software Slide
c. Lereng Disposal
7
Gambar 5. Analisa Geoteknik Lereng Disposal menggunakan Software Slide
8
Highwall Bidang 10 24 1.197 Ideal
Lowwall Bidang 8 24 1.219 Ideal
Disposal Bidang 4 24 1.177 Ideal