Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN ANALISA GEOTEKNIK IZIN USAHA PERTAMBANGAN

PT. CHAIDIR INDOTAMA GLOBAL SUMBERDAYA (CIGS) DI


KECAMATAN SANGASANGA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
KALIMANTAN TIMUR

Nama : Dimas Chaidir Adinugroho

NIM : 11180980000031

Mata Kuliah : Praktikum Perencanaan Tambang

Dosen Pengampu : A. Fauzan Haryono, M.T

Program Studi Teknik Pertambangan

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2021 M / 1443 H
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ i


PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 1
GEOLOGI DAERAH ......................................................................................................................... 1
GEOLOGI REGIONAL .................................................................................................................... 3
HASIL ANALISA GEOTEKNIK ..................................................................................................... 5

i
PENDAHULUAN

Suatu permukaan tanah yang miring yang membentuk sudut tertentu terhadap bidang
horisontal disebut sebagai lereng (slope). Lereng dapat terjadi secara alamiah atau dibentuk
oleh manusia dengan tujuan tertentu. Jika permukaan membentuk suatu kemiringan maka
komponen massa tanah di atas bidang gelincir cenderung akan bergerak ke arah bawah akibat
gravitasi. Jika komponen gaya berat yang terjadi cukup besar, dapat mengakibatkan longsor
pada lereng tersebut. Kondisi ini dapat dicegah jika gaya dorong (driving force) tidak
melampaui gaya perlawanan yang berasal dari kekuatan geser tanah sepanjang bidang longsor.

GEOLOGI DAERAH

Lokasi daerah Izin Usaha Pertambangan ini berada pada Kecamatan Sangasanga,
Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Secara koordinat terletak pada zona
UTM 524500 mE – 528000 mE dan 9921625 mE – 9925000 mE dengan proyeksi UTM zona
50M. Status legalitas yang dimiliki oleh daerah penelitian ini adalah Izin Usaha Penambangan
(IUP). Dengan luas daerah IUP sebesar 2442872 m 2. Pola Pengaliran yang berkembang di
daerah penelitian adalah Subdendritik. Geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi 3 (tiga)
bentuk asal dan 4 (empat) satuan bentuklahan. Bentuk asal struktural dengan satuan
bentuklahan perbukitan struktural (S1); bentuk asal fluvial dengan satuan bentuklahan dataran
rawa (F1); bentuk asal human activity dengan satuan bentuklahan disposal (H1) dan pit (H2).

Lokasi IUP berada di Sanga-Sanga, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Terletak


pada koordinat 117°13’48”BT, 0°36’00”. Daerah dapat diakses menggunakan perjalanan udara
maupun darat. Pada perjalanan udara memerlukan waktu 2 jam untuk sampai Pranoto
International Airport dari Soekarno Hatta International Airport, lalu dilanjutkan menggunakan
perjalanan darat dengan mobil selama 1 jam 30 menit. Ketersampaian daerah juga dapat
diakses menggunakan perjalanan darat dari Jakarta ke Sanga Sanga dengan satu kali transit
untuk menyebrang laut jawa menggunakan kapal ferry, perjalanan tersebut memerlukan waktu
54 jam.

Stratigrafi daerah penelitian dibagi menjadi 2 (dua) satuan tak resmi yang diurutkan
dari tua ke muda yaitu satuan batulempung Balikpapan berumur Miosen Tengah bagian bawah,
1
satuan batupasir-kuarsa Balikpapan berumur Miosen tengah bagian tengah-atas. Umur satuan
batuan tersebut diinterpretasikan dengan menggunakan analisis fosil spora dan polen
(palinologi). Struktur yang terdapat di daerah penelitian berupa antiklin Kampung Jawa.
Berdasarkan hasil analisis lingkungan pengendapan batubara dari tiga aspek (aspek fisik, kimia
dan biologi) di dapatkan bahwa satuan batulempung Balikpapan dan satuan batupasir-kuarsa
Balikpapan diendapkan pada lingkungan lower delta plain - transitional lower delta plain
dengan sub-lingkungan pengendapannya berupa Marsh (Diessel, 1986 dan Lamberson et al.,
1991) yang berbentuk kubah/punggungan (Bog) (Calder et al., 1991). Rawa gambut tempat
batubara tersebut terbentuk terendapkan dalam fase limnic (low moor). Kata kunci : lower delta
plain, transitional lower delta plain, Marsh, limnic.

Litologi pada daerah ini mencakup lapisan batu pasir (sandstone), mudstone, batubara,
dan claystone. Kompleksitas geologi pada daerah ini yaitu moderate, batubara dalam kelompok
ini diendapkan dalam kondisi sedimentasi yang lebih bervariasi dan sampai tingkat tertentu
telah mengalami pengaruh tektonik dan pasca proses pengendapan, ditandai oleh adanya
perlipatan dan sesar. Kelompok ini dicirikan pula oleh kemiringan lapisan dan variasi ketebalan
lateral yang sedang serta berkembangnya percabangan lapisan batubara, namun sebarannya
masih dapat diikuti sampai ratusan meter. Kualitas batubara secara langsung berkaitan dengan
tingkat perubahan yang terjadi baik pada saat proses sedimentasi berlangsung maupun pasca
pengendapan. Pada beberapa tempat intrusi batuan beku mempengaruhi struktur lapisan dan
kualitas batubaranya.

Tabel 1. Stratigrafi Lapisan Batuan Berdasarkan Data Bor

Sandstone Mudstone Batubara Claystone


Depth Depth Depth Depth Depth Depth Depth Depth
from (m) to (m) from (m) to (m) from (m) to (m) from (m) to (m)
0 23.75 23.75 47.5 47.5 56.5 56.5 86.5
0 22.125 22.125 44.25 45 54.1 54.1 84.1
0 27.7 27.7 55.4 55.4 65 65 95
0 29.025 29.025 58.05 58.05 67.8 67.8 97.8
0 26.4 26.4 52.8 52.8 64 64 94

2
Tabel 2. Kondisi Geoteknik Lapisan Batuan

ɣ sat (Kn/m3)
= 23.5 22.5 24.3 21.6
coh peak

(Kn/m2)= 49 41.2 25.7 19.1


phi peak. (°) = 22.87 21.84 21.89 18.7
coh res (Kn/m2)
= 38.71 32.55 20.30 15.09
phi res. (°) = 19.44 18.56 18.61 15.90

Tabel 3. Aspek tektonik dan sedimentasi sebagai parameter dalam pengelompokan


kompleksitas geologi

Kondisi Geologi Moderate


Aspek Sedimentasi
1. Variasi Ketebalan Bervariasi
2. Kesinambungan Ratusan Meter
3. Percabangan Beberapa
Aspek Tektonik
1. Sesar Jarang
2. Lipatan Terlipat Sedang
3. Intrusi Berpengaruh
4. Kemiringan Sedang
Variasi Kualitas Bervariasi

GEOLOGI REGIONAL

Cekungan Kutai terbentuk karena proses pemekaran pada kala Eosen Tengah yang
diikuti oleh fase pelenturan dasar cekungan yang berakhir pada Oligosen Akhir. Peningkatan

3
tekanan karena tumbukan lempeng mengakibatkan pengangkatan dasar cekungan ke arah
baratlaut yang menghasilkan siklus regresif utama sedimentasi klastik di Cekungan Kutai, dan
tidak terganggu sejak Oligosen Akhir hingga sekarang (Ferguson dan McClay, 1997). Pada
kala Miosen Tengah pengangkatan dasar cekungan dimulai dari bagian barat Cekungan Kutai
yang bergerak secara progresif ke arah timur sepanjang waktu dan bertindak sebagai pusat
pengendapan (Tanean, drr, 1996). Selain itu juga terjadi susut laut yang berlangsung terus
menerus sampai Miosen Akhir. Bahan yang terendapkan berasal dari bagian selatan, barat dan
utara cekungan menyusun Formasi Warukin, Formasi Pulaubalang dan Formasi Balikpapan.
Struktur utama di daerah kajian berupa antiklinorium yang berarah utara-timur laut yang
dicirikan oleh antiklin asimetris yang dipisahkan oleh sinklin lebar yang berisi siliklastik
berumur Miosen dimana jejak sumbunya mencapai 20-50km sepanjang jurus berbentuk lurus
hingga melengkung. Struktur antiklinorium berubah secara gradual dari timur ke barat sedikit
hingga tanpa pengangkatan sampai pada lipatan kompleks/jalur sesar naik dengan
pengangkatan dan erosi di bagian barat (Ferguson dan McClay, 1997).

Formasi Kampung Baru (Tkbp) memiliki lapisan Batulempung pasiran, batupasir


kuarsa, batulanau sisipan batubara, napal, batugamping dan lignit. Ketebalannya 700-800 m,
berumur Miosen Akhir hingga Pliosen dan diendapkan dalam lingkungan delta dan laut
dangkal. Formasi ini terletak tidak selaras di atas Fm. Balikpapan. Lapisan batupasir kuarsa
loose dan terkadang kontak langsung dengan lapisan batubara; seam tidak bervariasi dan relatif
tipis; batubara lebih bersifat lignit. Singkapan yang termasuk dalam formasi ini adalah KT-04,
KT-05, KT-06, KT-07, KT-12, KT-13, KT-14, KT-15 dan KT-16.

Analisis polen menunjukkan umur tidak lebih tua dari Pliosen dan lingkungan
pengendapan pada muara sungai dan hutan mangrove di daerah pantai yang stabil. Jika
mengacu pada lingkungan pengendapan delta-laut dangkal pada Peta Geologi Regionalnya,
maka penyebaran formasi ini tidak melingkupi daerah yang luas tapi hanya pada daerah sekitar
Delta Mahakam Purba. Potensi endapan batubara di daerah kajian cukup baik dengan
banyaknya ditemukan singkapan batubara, beberapa mengalami self combustion dan umumnya
mempunyai kemiringan lapisan yang relatif landai kecuali yang tersingkap di Bukit Soeharto.
Data kualitas batubara (Kanwil DPE Kalimantan Timur, 1994) adalah sebagai berikut : kadar
air 4,4-22,1%, zat terbang 38,1-42,1%, karbon padat 34,7-52,0%, belerang 0,1-1,8%, abu 1,2-
8,0%, dan kalori 4.500-4.700 kal/kg. Sedangkan cadangannya diperkirakan ±1.400 juta ton.
Daerah kajian berada dalam Cekungan Kutai yang mengandung formasi pembawa batubara,

4
yakni: Fm. Kampungbaru, Fm. Balikpapan dan Fm. Pulaubalang. Lapisan-lapisan batubara
pada Formasi Kampungbaru umumnya mengikuti pola struktur sinklin tersebut.

Parameter Analisa tanah atau batuan Untuk analisis stabilitas lereng diperlukan parameter
tanah/batuan :

• Kuat geser Kuat geser terdiri dari kohesi (c) dan sudut geser dalam (φ). Untuk analisis
stabilitas lereng untuk jangka panjang digunakan harga kuat geser efektif maksimum
(c’ , φ’). Untuk lereng yang sudah mengalami gerakan atau material pembentuk lereng
yang mempunyai diskontinuitas tinggi digunakan harga kuat geser sisa (c r = 0; φ r ).
• Berat Isi Berat isi diperlukan untuk perhitungan beban guna analisis stabilitas lereng.
Berat isi dibedakan menjadi berat isi asli, berat isi jenuh, dan berat isi terendam air yang
penggunaannya tergantung kondisi lapangan.

Mengingat lereng terbentuk oleh banyaknya variabel dan banyaknya faktor


ketidakpastian antara lain parameter-parameter tanah seperti kuat geser tanah, kondisi tekanan
air pori maka dalam menganalisis selalu dilakukan penyederhanaan dengan berbagai asumsi.
Secara teoritis massa yang bergerak dapat dihentikan dengan meningkatkan kekuatan gesernya.
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan kriteria faktor keamanan adalah resiko yang
dihadapi, kondisi beban dan parameter yang digunakan dalam melakukan analisis stabilitas
lereng. Resiko yang dihadapi dibagi menjadi tiga yaitu : tinggi, menengah dan rendah. Tugas
seorang engineer meneliti stabilitas lereng untuk menentukan faktor keamanannya. FK sama
dengan 1 maka lereng dalam keadaan akan longsor. Biasanya, 1.5 untuk angka keamanan
terhadap kekuatan geser yang dapat diterima untuk merencanakan suatu stabilitas lereng
(SKBI-2.3.06, 1987). Parameter yang digunakan menyangkut hasil pengujian dengan harga
batas atau sisa dengan mempertimbangkan ketelitiannya.

HASIL ANALISA GEOTEKNIK

a. Lereng High Wall

5
Gambar 1. Analisa Geoteknik Lereng Highwall menggunakan Software Slide

Gambar 2. Hasil Analisa Geoteknik Lereng Highwall menggunakan Software


Slide

b. Lereng Low Wall

6
Gambar 3. Analisa Geoteknik Lereng Lowwall menggunakan Software Slide

Gambar 4. Hasil Analisa Geoteknik Lereng Lowwall menggunakan Software


Slide

c. Lereng Disposal

7
Gambar 5. Analisa Geoteknik Lereng Disposal menggunakan Software Slide

Gambar 6. Hasil Analisa Geoteknik Lereng Disposal menggunakan Software


Slide

Hasil Analisa geoteknik sebagai berikut:

Lereng Longsoran Jenjang Angle (°) Faktor Keterangan


Keamanan
(FK)

8
Highwall Bidang 10 24 1.197 Ideal
Lowwall Bidang 8 24 1.219 Ideal
Disposal Bidang 4 24 1.177 Ideal

Anda mungkin juga menyukai