Kemiringan (slope) adalah keadaan dimana ada bidang atau permukaan yang
tidak rata, disebapkan ada bagian yang tinggi dan ada bagian yang rendah.
Besar kemiringan (slope) dapat dinyatakan kedalam tiga bentuk yakni gradien,
persentase, dan derajat. Agar lebih kuat dalam memahami kemiringan sebaiknya
kita flashbacksejenak pada materi perbandingan trigonometri pada segitiga ABC yang
mungkin telah dipelajari di bangku SMA maupun SMP, karena rumus perbandingan
rumusannya bisa ditulis y : x. Agar lebih jelas kalian bisa lihat pada gambar segitiga
ABC diatas. Gradiennya yaitu jarak vertikal : jarak horizontal (3 : 12, yang bisa
Cara menghitung kemiringan lereng sama saja seperti contoh segitiga ABC, cuma
dicari beda tinggi pada jarak vertikal terlebih dahulu.
Contoh soal !
Jarak horizontal A ke B 250 meter. Ketinggian titik A 30 mdpl dan ketinggian titik B
120 mdpl. Hitunglah berapa besar kemiringan AB dalam bentuk gradien, persentase
dan derajat.
- Gradien
S = (120-30) / 250 = 90/250, maka gradiennya 1 : 2,77
- Persentase kemiringan lereng
S = (120-30) / 250 x 100% = 36%
- Derajat
tan = (120-30) / 250 = tan-1 (90/250) = 19,790
Rumus :
S = H / 0,9xL
Ket :
S = kemiringan rata-rata sungai
H = beda tinggi antara titik pengamatan dan titik terjauh sungai
L = panjang sungai (km)
Contoh soal !
Diketahui suatu sungai utama memiliki panjang 31,021 Km, elevasi di hulu 3400 mdpl
1. Karena belum ada skala peta maka kita cari dulu skalanya dengan rumus Ci
(Contour Interval). Ci pada peta adalah 50 m
= 100/500.000 x 100
= 0,02 %
Rumus:
Kemiringan lereng = Beda tinggi/jarak sebenarnya
x 100 %
Contoh;
Diketahui titik kontur X berketinggian 225 meter dan titik Y berketinggiann 125
meter. Jarak antara X-Y pada peta dengan skala 1:50.000 adalah 4 cm. Berapa
persen kemiringan lereng X-Y?
a. 25 %
b. 20 %
c. 15 %
d. 10 %
e. 5 %
Jawab:
Contoh lagi:
Rumus:
Dimana :
Bujur = Bujur ditengah daerah Pemetaan
3 = Lebar 0.5 Zone
30 = Nomor Zone di Greenwich
Kesimpulan, Parameter Koordinat UTM terdiri dari komponen North/East dan informasi Zone.
(Kontur bukan merupakan parameter koordinat.)
Pada Sistim Proyeksi Lokal, titik acuan dapat berupa Patok, Paku, Pojok Bangunan dll, dengan
asumsi nilai X,Y sebarang, dengan arah Utara Grid sebarang. Koordinat ini dapat pula disebut
Koordinat Relatip. Jika pada kemudian hari koordinat Patok tersebut dapat ditentukan
hubungannya terhadap Sistem Koordinat Nasional, maka Sistim Koordinat dapat diubah menjadi
Sistem Koordinat Baku. Proses ini disebut juga TRANSFORMASI.