Kartu teka-teki
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan pengenalan membaca anak melalui
permainan kartu teka-teki pada anak usia 4-5 tahun. Jenis penelitian yang digunakan adalah
metode kuantitatif, dengan jenis eksperimen atau penelitian quasi eksperimen dengan
menggunakan media kartu teka-teki. Subjek penelian adalah anak usia 4-5 tahun yang
berjumlah 5 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa observasi, tes, dan
dokumentasi.
Analisis datanya menggunakan model analisis interaktif yang terdiri dari pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dengan melalui permainan kartu teka-teki dapat meningkatkan kemampuan membaca
permulaan pada anak. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada anak saat menggunakan media
kartu teka-teki. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan permainan
media kartu kata dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak pada usia 4-5
tahun. Dengan perolehan tersebut maka penelitian dihentikan karena telah mencapai kriteria
keberhasilan
Abstrak
The purpose of this study was to improve children's reading recognition skills through puzzle
card games in children aged 4-5 years. The type of research used is a quantitative method, with
the type of experiment or quasi-experimental research using puzzle card media. The research
subjects were children aged 4-5 years, totaling 5 people. Data collection techniques used in the
form of observation, tests, and documentation. The data analysis uses an interactive analysis
model consisting of data collection, data reduction, data presentation and drawing conclusions.
The results of the study show that playing puzzle cards can improve children's early reading
skills. This increase can be seen in children when using puzzle card media. Based on the results
of the study it can be concluded that the use of puzzle card media games can improve
children's beginning reading skills at the age of 4-5 years. With this acquisition, the research
was stopped
because it has reached the criteria of success.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif megembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan anak usia
dini merupakan jenjang pendidikan yang paling fundamental dalam memberikan kerangka
dasar dan berkembangnya dasar pengetahuan, sikap dan ketrampilan pada anak.
Undang-Undang No 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan Bab III
pasal 4, menyatakan bahwa “pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya
membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat”.
Pendidikan anak usia dini ini biasanya berawal dari Taman Kanak-Kanak atau biasa disebut
TK. Pendidikan yang didapat saat di bangku Taman Kanak-Kanak merupakan sebuah
pendidikan yang ditunjukan untuk merangsang dalam membantu anak didik mengembangkan
berbagai potensi baik fisik maupun psikis yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial
emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian bahkan hingga kesenian (Apriyanti,
2019; Kurniati, Nur Alfaeni, & Andriani, 2020; Lilawati, 2020). Pendidikan di bangku Taman-
Kanak-Kanak merupakan sebuah kegiatan untuk membekali anak-anak melanjutkan jenjang ke
pendidikan tingkat selanjutnya, pun juga sebagai sarana untuk mengembangkan pola pikir
mereka selama masa sekolah di TK (Hanum, 2017; Rohmat, 2017).
Salah satu bidang pengembangan dasar yang penting dikembangkan sejak dini adalah bahasa.
Tarigan (2008) menyebutkan pengembangan keterampilan berbahasa anak usia dini mencakup
empat aspek, yaitu keterampilan berbicara (speaking skill), menyimak atau mendengarkan
(listening skill), menulis (writing skill), dan membaca (reading skill). Membaca sangat penting
untuk digunakan sepanjang hidup. Membaca yang baik ditunjukkan dengan kemampuan
seseorang menyelesaikan tugas membaca dengan mudah dan cepat disertai peningkatan
pemahaman sehingga memperoleh nilai lebih baik dan belajar dengan cepat. Hal tersebut
berdampak pada kemampuan menyelesaikan sekolah dan menjalani hidup lebih mudah.
Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan
akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari
dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai
dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta didik. Kemampuan
membaca merupakan salah satu fungsi kemanusiaan yang tertinggi dan menjadi pembeda
manusia dengan makhluk lain. Di dunia modern saat ini, kemampuan membaca dapat
menentukan kualitas seorang manusia. Baca atau membaca dapat diartikan sebagai kegiatan
menelusuri, memahami, hingga mengeksplorasi berbagai simbol. Simbol dapat berupa
rangkaian huruf-huruf, dalam suatu tulisan atau bacaan, bahkan gambar. Untuk menjadikan
anak mampu membaca yang terpenting dilakukan orang tua dan guru adalah memilih media
atau sarana yang dapat membantu mengasah kemampuannya dengan cara yang menyenangkan.
Berdasarkan hasil observasi yang ditemukan di lapangan, pendidikan anak usia dini tidak
diterapkan secara maksimal. Proses pendidikannya masih cenderung asal, bahkan tidak
didukung oleh media pembelajaran yang sesuai. Berdasarkan hasil observasi peneliti, terdapat
beberapa pembelajaran pada anak usia dini yang kurang mendapat perhatian sehingga
kemampuan anak juga tidak mengalami kemajuan, salah satunya merupakan pembelajaran
berbahasa anak usia dini. Secara general, kemampuan berbahasa anak usia dini secara lisan
masih sangat minim. Dalam berkomunikasi, mereka cenderung kurang adaptif, kurang bisa
menyampaikan perasaan atau emosi mereka secara baik dan benar, serta masih memiliki
berbagai kesulitan dalam pengucapan kata maupun dalam pelafalannya (Nuraeni, Maesaroh, &
Sumitra, 2019; Sumitra, Windarsih, Elshap, & Jumiatin, 2019). Pada saat peneliti melakukan
observasi, peneliti menemukan masalah pada rendahnya kemampuan membaca anak. Jumlah
anak yaitu 5 orang terdiri dari 3 laki-laki dan 2 perempuan. Berdasarkan hasil observasi awal
peneliti pada saat mengamati anak dalam proses pembelajaran masih banyak anak yang tidak
memahami materi dikarenakan masih banyak anak yang belum lancar dalam membaca.
Disimpulkan bahwa rendahnya kemampuan membaca siswa disebabkan oleh dua faktor yaitu
faktor orang tua dan faktor anak. Adapun faktor guru yaitu 1) kurangnya pembiasaan
membaca, 2) penggunaan media belajar dalam pembelajaran. Adapun faktor dari anak yaitu 1)
rendahnya tingkat kemampuan membaca anak, 2) kemampuan anak dalam memahami
pembelajaran masih terasa sulit.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dikajilah salah satu media yang berbentuk permainan
yang dapat memfasilitasi aktivitas siswa dalam belajar khususnya untuk meningkatkan
keterampilan membaca nyaring. Permainan yang dianggap cocok untuk tingkat kelas rendah
khususnya dalam mengatasi kurangnya kemampuan membaca yaitu permainan menyusun
kartu kata. Dengan permainan menyusun kartu kata, proses pembelajaran akan lebih menarik
sehingga motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran lebih meningkat.
Saat membicarakan tentang pembelajaran yang berlangsung, yang akan menjadi hambatan
utama bagi berjalannya kegiatan pembelajaran yang baik di negara ini. Salah satunya adalah
mengenai keterbatasan media pembelajaran yang dapat digunakan serta ketidakmampuan
dalam menggunakan media pembelajaran tersebut secara baik. Dengan hal tersebut maka
diperlukan sebuah pembahasan khusus mengenai media pembelajaran. Wilson dan Peters
(Resmini et al., 2016) mengemukakan, “Membaca dan permainan kartu kata merupakan suatu
proses menyusun makna melalui interaksi dinamis di antara pengetahuan pembaca yang telah
ada, informasi yang dinyatakan oleh bahasa tulis dan konteks situasi pembaca.” Kepandaian
membaca ini merupakan suatu keterampilan yang sangat unik serta berperan pentingbagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan untuk alat komunikasi bagi kehidupan setiap manusia.
Seseorang akan memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan yang baru dengan membaca.
Kegiatan membaca sangat diperlukan oleh siapa pun yang menginginkan kemajuan dan
peningkatan diri, karena membaca dapat meningkatkan daya pikiran dan mempertajam
pandangan, serta menambah wawasan.
Salah satu permainan yang cocok digunakan untuk kemampuan membaca yang rendah yaitu
permainan kartu teka-teki. Kartu teka-teki bagian dari media yang digunakan sebagai alat
peraga untuk pembelajaran, kartu teka-teki ini memudahkan siswa untuk belajar membaca
tahap awal. Kartu teka-teki merupakan salah satu jenis permainan yang menarik dalam proses
pembelajaran membaca. Penerapan kartu kata ini sesungguhnya bertujuan untuk
membangkitkan kegembiraan siswa dalam pembelajarannya sebab tersaji dalam bentuk
permainan yang tanpa disadari oleh siswa bahwa sesungguhnya ia sedang belajar. Diharapkan
pendekatan ini dapat membangkitkan suasana pembelajaran yang menarik, siswa lebih aktif
dalam pembelajaran membaca sehingga hasil belajar akan meningkat. Aspek pengalaman dan
penyelidikan dalam mencari kosa kata pada kartu teka-teki membuat siswa belajar banyak
melalui berbuat, mengaktifkan seluruhindra antara lain indra penglihatan melalui pencarian
atau penyelidikan kartu kata yang sesuai, indra pendengaran terlatih melalui instruksi guru
dalam mencari kata yang sesuai, psikomotorik terlatih melalui pencarian kartu teka-teki dan
memajangkannya di papan tulis, di samping melatih kemampuan pokok yakni keterampilan
membaca.
Kartu kata termasuk jenis media grafis atau media dua dimensi, yaitu media yang mempunyai
ukuran panjang dan lebar. Kartu teka-teki dibuat secara sederhana dengan jenis dua dimensi
yang dapat diukur baik panjang maupun lebarnya, dapat dikreasikan sesuai kreativitas guru
agar kartu kata terlihat menarik, Oleh karena itu, penggunaan permainan media kartu kata
dapat meningkatkan kreativitas guru dalam mendesain kartu sekreatif mungkin. Di samping
itu, untuk meningkatkan kreativitas siswa, kartu kata yang polos juga dapat digambar dan
diwarnai oleh siswa sesuai dengan keinginannya.
Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti bermaksud mengadakan suatu penelitian untuk
mengatasi permasalahan tersebut dengan judul penelitian “meningkatkan kemampuan
membaca anak usia 4-5tahun melalui media kartu teka-teki”.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Elliot (Yudhistira, 2014) dikatakan
kualitatif dikarenakan bertujuan meningkatkan kualitas tindakan dalam suatu kajian situasi
sosial serta tidak memerlukan analisis statistik yang rumit. Arikunto(2021) mendeskripsikan
“pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini dikarenakan guru tidak harus
menonjolkan analisis data, namun lebih kepada proses”.
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif, dengan jenis eksperimen atau
penelitian quasi eksperimen dengan menggunakan media kartu teka-teki. Pelaksanaan
penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Penelitian tindakan ini dilakukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran serta membantu
memberdayakan orang tua dalam memecahkan masalah dalam pembelajaran. Penelitian ini
dilaksanakan pada anak usia 4-5tahun, yang difokuskan pada dua aspek, yaitu:
1) Penggunaan Permainan Kartu teka-teki
Kartu teka-teki yang digunakan adalah kartu yang berisi susunan kata yang teracak
yang akan disusun menjadi sebuah kata.
a. Penerapan permainan kartu teka-teki pada penelitian ini diawali dengan pembagian
kelompok anak oleh guru
b. kemudian guru membagikan kartu teka-teki kepada tiap kelompok
c. guru memberi contoh cara merangkai kata dengan kartu teka-teki
d. guru membacakan kata pendek sesuai dengan kartu teka-teki yang sudah dilihat
e. anak secara berkelompok melakukan perintah guru untuk membuat kata dengan
kartu teka-teki yang telah dibagikan
f. guru menyuruh masing-masing kelompok membaca kalimat yang telah dibuat.
2) Kemampuan Membaca
Kemampuan membaca anak dapat dinilai yaitu setelah tes setiap akhir siklus melalui
penerapan permainan kartu teka-teki. Adapun indikator penilaian dari kemampuan
membaca yaitu ketepatan tanda baca, ketepatan lafal, intonasi dalam membaca,
kelancaran dalam membaca, kenyaringan dan kenyaringan suara.
Subjek dari penelitian ini adalah anak usia 4-5 tahun dengan jumlah anak sebanyak 5
orang anak yang terdiri dari 3 laki-laki dan 2 perempuan.
Dokumentasi merupakan teknik yang dilakukan pada saat proses kegiatan belajar
mengajar berupa gambar kegiatan siswa selama melakukan proses pembelajaran, nilai-
nilai hasil belajar siswa, dan dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan penelitian.
Media gambar kartu teka-teki layak dan valid untuk anak-anak. Hal ini menunjukkan bahwa
media kartu teka-teki yang dikembangkan sudah sesuai dengan tahapan pengembangan, materi
dan desain media yang baik, dan dinilai dapat diterapkan dalam pembelajaran untuk anak usia
dini. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian bahwa dalam pengembangan media
pembelajaran yang perlu digarisbawahi adalah uji validitas seperti materi pembelajaran dan
media pembelajaran untuk memastikan sesuai dengan pembelajaran yang ada di sekolah dan
perkembangan psikologi anak.
Hasil dari penelitian, terdapat dua hal yang perlu untuk dibahas, yaitu terkait dengan materi
pembelajaran dan media pembelajaran. Pertama, terkait dengan materi pembelajaran. Materi
pembelajaran yang digunakan pada pengembangan media gambar kartu teka-teki berfokus
pada bagaimana meningkatkan kemampuan berbahasa anak. Fokus pembahasan materi yang
diberikan menggunakan bahasa sehari-hari dengan kegiatan sehari-hari seperti berbicara,
bermain, dan banyak lagi. Kegiatan sehari-hari ini jauh lebih familiar bagi anak, sehingga anak
akan memiliki gambaran mengenai apa yang harus diucapkan atau dijelaskan terkait gambar
yang diberikan,. Dengan demikian, maka anak-anak akan lebih mudah menyampaikannya
kepada orang lain secara lisan sehingga kemampuan berbahasanya secara tidak langsung akan
meningkat jika terus dibiasakan. Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian beberapa ahli yang
menyebutkan bahwa pembelajaran pada anak usia dini sebisa mungkin melibatkan hal-hal yang
berhubungan dengan kesehariannya atau kegiatan yang disukainya, sehingga anak akan lebih
percaya diri dan lebih mudah memahami apa yang disampaikan (Nurlaili, 2018; Sari &
Setiawan, 2012; A. Setiawan, Praherdhiono, & Suthoni, 2019). Selain itu, karena anak-anak
semakin mudah memahami, maka perbendaharaan kosakata mereka juga akan semakin banyak
dan meningkat. Hal ini juga berdampak positif terhadap hasil pembelajaran nantinya (Cristy,
2017; Khotijah, 2016; Nuraeni et al., 2019; Sa’ida, 2018; Salfera, 2017). Kedua adalah media
pembelajaran. Media pembelajaran yang unik dan menarik dari segi desain juga akan mampu
menarik anak-anak untuk memberikan perhatian lebih (Apriyanti, 2019; Ayu & Junaidah,
2019; F. H. Setyawan, 2016). Media pembelajaran dengan visual yang menarik secara tidak
langsung membuat anak-anak akan lebih termotivasi untuk belajar sehingga kemampuannya
nanti akan meningkat dan hasil pembelajarannya akan jauh lebih baik bila dibandingkan tanpa
media (Diningtias, 2019; Nurmadiah, 2016; Zaini & Dewi, 2017). Berdasarkan hasil temuan,
media kartu teka-teki memiliki desain yang menarik dan kata-kata yang mudah dipahami,
sehingga anak-anak nantinya akan jauh lebih termotivasi belajar dan mampu meningkatkan
kemampuan berbahasanya. Hal ini terbukti dari hasil penilaian ahli media yang menyatakan
bahwa media kartu teka-teki valid dan layak diterapkan. Dapat disimpulkan bahwa media kartu
dapat meningkatkan semangat dan hasil belajar anak. Kelebihan media yang dikembangkan
yaitu desain kata yang disajikan menarik mengenai kegiatan yang biasa dilakukan anak sehari-
hari sehingga memudahkan anak dalam memahami kata tersebut. Penelitian ini juga
berdampak pada kemampuan berbahasa pada anak usia dini meningkat. Implikasi penelitian ini
yaitu media kartu teka-teki yang dikembangkan dapat meningkatkan semangat dan motivasi
belajar anak sehingga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa lisan pada anak usia dini.
Langkah” dalam bermain tebak kartu teka-teki, siapkan kata yg ingin dimainkan, guru
menjelaskan permainannya, guru menyebutkan kata tersebut, anaqk mencari kata yg
tersembunyi tersebut, kemudian pasangkan dengan kata yg sudah di rangkai.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan
permainan media kartu teka-teki untuk meningkatkan kemampuan membaca anak mengalami
peningkatan. Selain itu, hasil observasi aktivitas penggunaan permainan media kartu teka-teki
mengalami peningkatan dari sebelumnya, dimana pada siklus I aktivitas penggunaan
permainan media kartu kata berada pada kategori kurang (K) dan pada siklus II berada pada
kategori cukup (C). hasil observasi aktivitas mengajar guru mengalami peningkatan dari
sebelumnya, dimana pada siklus I aktivitas mengajar guru berada pada kategori kurang (K) dan
pada siklus II berada pada kategori cukup (C). Sejalan dengan hal tersebut, aktivitas belajar
anak juga mengalami peningkatan, dimana aktivitas belajar anak pada siklus I masih berada
pada kategori cukup (C), dan siklus II mampu merubah aktivitas belajar anak menjadi lebih
baik serta berada pada kategori baik (B).
Permainan tebak kata dapat dijadikan upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca
permulaan karena anak terlibat langsung dalam kegiatan sehingga memudahkan anak untuk
menerima pembelajaran. Agar kegiatan dapat tercapai dengan maksimal maka sebaiknya guru
lebih menguasai materi pembelajaran dan lebih menguasai. Selain orang tua diharapkan juga
mendukung dalam menerapkan permainan tebak kata. Peneliti menyadari masih banyak
kekurangan pada penelitian ini. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi peneliti lain yang
memiliki kajian yang sama yaitu permainan tebak kata sebagai variabel x dan kemampuan
membaca sebagai variabel y. Peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut untuk
menyempurnakan penelitian yang sudah terlaksana untuk mengetahui faktor-faktor yang
mendukung peningkatan kemampuan membaca yang belum terungkap pada penelitian ini,
sehingga dapat menemukan alternatif lain dan dapat menyempurnakan penelitian sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
As'adi. (2015). Penggunaan Permainan Kartu Kata Sebagai Strategi Dalam Pembelajaran
Membaca. Jurnal Pencerahan , 7(2).
Fadlillah, M. (2016). Penanaman Nilai-Nilai Karakter Pada Anak Usia Dini Melalui
Permainan- Permainan Edukatif. Jurnal Pendidikan
Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003. Standart Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Depdiknas
Tarigan, H.G (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Hermawan, R.Y (2012) Penerapan Metode Permainan Tebak Kata Dengan Media Gambar
Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Kelas Ivb Mata Pelajaran Ips
Pokok Bahasan Perkembangan Teknologi Di Sdn Kebonsari 04 Jember. Skripsi
Universitas Jember. Dari http://www.yokiezone.co.cc
Koedoes, Y. A., Abubakar, S. R., Nadzirin, M., & Nur, A. (2020). Solusi Pembelajaran Anak
Usia Dini pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Pengabdian Masyarakat Ilmu Terapan,
2(2). Retrieved from http://ojs.uho.ac.id/index.php/JPMIT/article/view/14856.
Nurlaili, N. (2018). Sumber Belajar Dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Anak Usia Dini. Al
Fitrah: Journal Of Early Childhood Islamic Education, 2(1).
https://doi.org/10.29300/alfitrah.v2i1.1518.
Cristy, Y. (2017). Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Dini. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Bahasa Dan Sastra Indonesia, 3(2).
Apriyanti, H. (2019). Pemahaman Orang Tua Terhadap Pentingnya Pendidikan Anak Usia
Dini. Education. Education Journal : Journal Educational Research and Development,
3(1). https://doi.org/10.31537/ej.v3i1.137
Diningtias, R. dan S. M. (2019). Metode Bercerita Berbasis Media Gambar Berseri Terhadap
Kemampuan Pengenalan Konsep Waktu pada Anak Tunagrahita Ringan. Jurnal
Pendidikan Khusus, 12(03).
Hanum, R. (2017). Evaluasi Pendidikan Anak Usia Dini. Pionir: Jurnal Pendidikan, 6(2).
Nuraeni, S., Maesaroh, A., & Sumitra, A. (2019). Optimalisasi Keterampilan Berbicara Untuk
Meningkatkan Keyakinan Diri Anak Usia Dini Di Tk Baiturrahman Kabupaten
Bandung. CERIA (Cerdas Energik Responsif Inovatif Adaptif), 2(4).
https://doi.org/10.22460/ceria.v2i4.p166-172
Yudistira, & Dadang. (2014). Menulis PenelitianTindakan Kelas yang APIK. Jakarta:
Grasindo.