Anda di halaman 1dari 18

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK

MELALUI KARTU KATA BERGAMBAR

Pendidikan Islam Anak Usia Dini


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PROBOLINGGO
Email: Dewihermawati833@gmail.com Chotijah88@gmail.com

PENDAHULUAN

Seorang ahli Pendidikan dari universitas Chicago amerika serikat, yang ahli dalam bidang
neurlogi yaitu BLOOM, melakukan penelitian kepada anak usia dini,dimana hasil penelitian tersebut
adalah pada anak usia 0-4 tahun pertumbuhan jaringan sel otak anak mencapai 50%,dan sampai usia
8 tahun dapat mencapai sampai 80%, anak usia 0-8 tahun disebut (golden age) yang artinya masa
keemasan karna pada masa ini perkembangan otak anak akan berkembang dengan cepat,dan hal ini
hanya datang satu kali dalam kehidupan manusia. pematangan fungsi-fungsi psikis pada masa ini
akan terjadi, oleh karena itu orang tua dan lingkungan sekitar harus benar benar berperan untuk
merangsang pertumbuhan kecerdasan otak anak. Membaca merupakan suatu kemampuan yang
mendasar bagi anak untuk melanjutkan kejenjang berikutnya yaitu ke jenjang sekolah dasar.oleh
karna itu anak di sekolahkan ke TK terlebih dahulu karena dalam Lembaga TK atau PAUD anak
akan di ajari keterampilan untuk persiapan anak dalam belajar membaca,nantinya anak akan di
arahkan kepada bagaimana kemampuan komunikasi agar lancar baik itu dalam (simbolis) tertulis
maupun secara lisan.Dalam sekolah TK tau PAUD anak akan ditekankan pada mengembangkan
menyuarakan huruf,kata,suku huruf ,kalimat,dan pemberian kalimat disini diberikan dalam bentuk
lisan atau tulisan dengan cara ini nantinya anak akan tau kata dan suku kata dari suatu bunyi huruf
dan akan menghasilkan suatu makna .

Mustikawati (dalam Gading 2019) Mengemukakan untuk memasuki jenjang Pendidikan


selanjutnya anak memerlukan suatu proses awal yaitu suatu permulaan membaca . adanya kegiatan
permulaan membaca ini nantinya anak akan mendapatkan dan menguasai dalam menangkap isi
bacaan juga menguasai tehnik membaca yang tepat dan benar. Oleh Karna itu seorang pendidik
harus pintar dalam membuat suatu pembelajaran yang baik dan maksimal,dengan tujuan agar
kegiatan permulaan membaca menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan untuk anak.

Membaca permulaan merupakan suatu kegiatan terpadu yang mencakup mengenal huruf
dan kata, menyambungkan dengan bunyi dan artinya sehingga dapat menarik kesimpulan dari
maksud bacaan.Dalam Bahasa Indonesia ada beberapa huruf yaitu huruf konsonal,huruf vocal,vocal
ganda dan konsonal ganda.Pada anak usia dini tidak semua huruf konsonal dapat diperkenalkan ,
tetapi hanya ada beberapa huruf konsonan yang masih bisa di perkenalkan yaitu konsonan
bilabial ,palatal,dental dan glothal. melalui pembelajaran membaca permulaan nantinya otak anak
akan bekerja untuk mengartikan symbol symbol tulisan yang menekankan pada pengondisian dalam
mengingat,mengenal dan memahami bacaan sehingga akan memunculkan pemahaman pada anak.
Salah satu stimulasi yang dapat di beri pada anak yaitu media kartu kata bergambar.

Media kartu kata bergambar akan memudahkan anak untuk mempelajari permulaan
membaca. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kartu adalah sebuah kertas yang tebal berbentuk
persegi panjang. Kata adalah ucapan atau tulisan Bahasa yang mewujudkan suatu pikiran dan
kesatuan perasaan sehingga dapat di pakai dalam berbahasa. media yang paling umum dipakai di
sebut gambar,dan gambar merupakan bahasa yang umum, gambar juga bisa dinikmati dan di
mengerti. Menurut Arman (2019:12) Kartu kata bergambar adalah merupakan media yang
bentuknya berupa kartu gambar dan yang berukuran 22x30 cm atau ukurannya sama dengan kertas
HVS A4. Adapun Gambar yang ada dalam kartu kata bergambar ini berupa rangkaian untuk
menyampaikan suatu pesan yang berupa keterangan pada setiap lembaran bagian belakang kartu
tersebut.Media kartu kata bergambar merupakan media visual yang berisikan sebuah kartu
permainan yang dapat dilakukan dengan cara menunjukkan kartu secara cepat supaya dapat memicu
otak anak sehingga bisa menerima suatu pesan dan informasi yang dapat di lihatnya secara
langsung oleh anak, sehingga kartu kata bergambar dapat membuat suasana yang menyenangkan
serta pengalaman baru bagi anak(yusniarni,2018:5).

Seorang ahli Wilson dan Peters mengartikan bahwasannya , Kegiatan permainan kartu kata
dan membaca adalah menyusun proses makna dengan melakukan suatu interaksi yang secara
dinamis antara pembaca dalam pengetahuannya yang sudah ada, informasi,konteks situasi pembaca
Bahasa tulis yang sudah dinyatakan.Membaca merupakan salah satu keterampilan yang sangat unik.
Membaca akan menjadi peran penting dalam perkembangan pengetahuan yang akan digunakan
sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari hari manusia. Dengan menggunakan media Kartu
Kata Bergambar akan memunculkan minat baca Anak, dengan cara di buat dan dikemas secara
menarik, selain meningkatkan kemampuan membaca, juga akan meningkatkan kemampuan dalam
berbicara, melihat, memahami, membaca gambar dan mendengar. Melalui kartu kata bergambar
membuat anak gembira sehingga akan merangsang minat baca pada anak, dalam hal ini nantinya
akan disesuaikan dengan tingkat pencapaian perkembangan anak usia dini dengan menghubungkan
indicator dan mengelompokan berbagai macam gambar yang memiliki bunyi yang sama dan benar,
menyebutkan suatu tulisan yang sederhana dengan simbol-simbol yang melambangkannya. kartu
kata bergambar nantinya akan menstimulus kememampuan anak dalam mengidenfikasi sebuah kata
secara (holistik)utuh, dan juga menstimulus kemampuan struktur huruf dalam kata.

Berdasarkan Hasil observasi pada anak usia 5-6 th di PAUD AL-FIRDAUS Desa Kareng
Kidul Kecamatan Wonomerto Kabupaten Probolinngo,dari 24 anak yang bisa membaca hanya 5
anak,,hal ini disebabakan karena anak masih kurang dalam mengenal dan memaahami huruf. hal
yang mendasari anak agar bisa membaca adalah minimal anak dapat mengenal huruf terlebih
dahulu.hal tersebut akan memudahkan anak dalam membaca,kesadaran orang tua yang masih minim
dalam pentingnya Pendidikan.

Berdasarkan permasalahan awal peneliti menemukan orang tua masih minim dalam
pengetahuan, ternyata mereka sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak memperhatikan Pendidikan
anak,yang penting menyekolahkan anak tidak ada tindak lanjut di rumah, orang tua tidak berperan
Ketika anak dirumah seperti kurangnya menemani anak dalam belajar,kebanyakan orang tua hanya
pasrah pada gurunya saja padahal kegiatan pembelajaran di rumah juga sangat penting bagi
perkembangan anak, Ketika anak belajar di rumah sangat gampang untuk diserap,selaim dua hal
tersebut masalah yang lain yaitu guru kurang dalam memotifasi anak dan juga minimnya alat
pembelajaran yang hanya menggunakan papan tulis dan kadang banayak ceramah sehingga anak
merasa bosan,jenuh yang dapat mengakibatkan minat baca anak tidak muncul.Oleh karena itu
dengan menggunakan kartu kata bergambar bertujuan di harapkan minatnya belajar baca anak
muncul,tumbuh dan berkembang.

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Paud al firdaus desa kareng lor kecamatan wonomerto kabupaten
probolinggo. Pada anak usia 5-6 tahun di paud al firdaus terdiri dari 24 siswa. Yang mana siswanya
lebih dominan kepada siswa perempuan dengan jumlah 13 anak perempuan dan 11 siswa laki-laki.
Waktu penelitian yang dilakukan adalah pada jam operasional sekolah, yang mana pada waktu ini
sangat efektif dalam melakukan penelitian.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian tindakan kelas
(PTK). Model pelaksanaan PTK yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan model
PTK kolaboratif, dimana peneliti melakukan kolaborasi dengan para kolaborator yang terdiri dari
guru kelas, guru pendamping. Pada saat penelitian, peneliti mengambil tempat sebagai pendidik di
depan kelas. Sesuai dengan model PTK yang digunakan yaitu model Kurt Levin, peneliti beserta
dengan tim kolaborator melakukan tahapan PTK, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi.

INSTUMEN PENELITIAN

Menurut Arikunto(2006: 149) instrumen adalah suatu alat yang di gunakan peneliti pada
waktu penelitian dengan cara menggunakan suatu metode. Yaitu dengan teknik observasi dan
wawancara serta dokumentasi yang merupakan cara atau alat bagi peneliti untuk mendapatkan semua
data dan sebuah informasi. berdasarkan kajian teori yang telah disusun
dokumentasi,wawancara,triangulasai dan observasi disusun untuk menjadi acuan indicator
indikatar.Dan Instrument yang pakai oleh peneliti di sini yaitu: (instrument pokok) dan (instrumen
penunjang). Maksud Instrumen pokok ialah (peneliti itu sendiri) dan yang di maksud instrument
penunjang ialah(pedoman observasi,metode triangulasi,pedoman wawancara dan dokumentasi yang
telah di buat sendiri dari peneliti). Jenis data berupa data proses dan data hasil. Data proses berupa
catatan lapangan hasil observasi,angket hasil wawancara dan dokumentasi. Data proses digunakan
untuk mengetahui kualitas proses pembelajaran. Data proses dianalisis sebagai berikut :

Keterangan

P = Persentase

F = Frekuensi

N = Jumlah keseluruhan

100 = Bilangan Tetap

Data hasil berupa tes kemampuan membaca pada anak usia dini. Penilaian hasil digunakan untuk
mengetahui tingkat penguasaan pada materi. Penilaian hasil belajar dianalisis sebagai berikut.
M = Σ Fx/N

Keterangan :

M : Jumlah rata-rata

Fx : Jumlah seluruh nilai dalam kelas

N : Jumlah siswa

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan yang dilakukan pada tahap awal adalah observasi pra tindakan. Kegiatan ini dilakukan
untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi guru saat pembelajaran berlangsung. Data hasil
observasi dijadikan sebagai dasar dalam tindakan penelitian. Adapun hasil observasi dipaparkan
sebagai berikut.

Jumlah siswa di Paud Al firdaus sebanyak 24 siswa. Siswa laki-laki berjumlah 11 dan siswa
perempuan berjumlah 13. Usia siswa antara 5-6 tahun. Pada awal pembelajaran kemempuan
membaca permulaan pada siswa paud pada umumnya belum lancar. Hal tersebut diketahui dari cara
membaca sebuah tulisan yang ada di papan tulis.

Pada proses pembelajaran, keadaan kelas tidak menentu, hal tersebut dikarenakan ada sebagian siswa
yang tidak memperhatikan penjelasan guru. Kondisi yang demikian membuat guru harus
menenangkan siswa yang tidak memerhatikan agar pembelajaran dapat dilanjutkan. Ketika siswa
sudah tenang guru kembali melanjutkan proses pembelajaran. Pada akhir pembelajaran, guru selalu
memberikan soal atau tes kepada siswa. Berdasarkan hasil tes, terdapat beberapa siswa yang
dianggap nilainya kurang. Guru mengidentifikasi bahwa siswa yang nilainya kurang adalah siswa
yang tidak mendengarkan penjelasan guru sehingga nilai akhir kurang baik. Berdasarkan nilai
tersebut guru mengkaji latar belakang permasalahannya. Ditemukan bahwa siswa yang ramai dan
tidak memerhatikan karena siswa belum mampu membaca lancar. Ketidaklancaran siswa dalam
membaca menyebabkan siswa tidak mampu memahami soal. Dengan demikian, siswa tidak dapat
mengerjakan soal dan nilainya kurang. Kemampuan membaca siswa dipaparkan sebagai berikut.
Tabel 1 Kemampuan Awal Membaca Siswa

NO Kemampuan Membaca Jumlah Siswa

1 Menggabungkan huruf menjadi kata 1

2 Mengeja suku kata menjadi kata 8

3 Menggabungkan kata menjadi kalimat 10

4 Mengeja suku kata menjadi kata dan kalimat 5

Berdasarkan hasil analisis tentang kemampuan membaca di paud al firdaus Peneliti menggunakan 24
anak berusia enam tahun sebagai subjek yang di lakukan di Lembaga Paud Al-Firdaus Kareng Kidul
Kecamatan Wonomerto.Pada penelitian titik A1 dari 24 anak hanya 5 anak yang bisa membaca ,oleh
karena itu di lakukan penelitian di titik A2 dalam hal ini peneliti menggunakan media kartu kata
bergambar untuk meningkatkan membaca anak dan penelitian ini dilakukan selama 3 minggu,
setelah tiga minggu ada perubahan dan kenaikan pada perkembangan membaca anak,bahwasannya
dari 24 anak yang bisa membaca setelah di lakukan penerapan pembelaajaran dengan kartu kata
meningkat 9 anak yang sudah bisa membaca,Ini telah menunjukkan perbedaan di awal keterampilan
membaca mata pelajaran sebelum dan sesudah pemberian media kartu kata bergambar dalam
kegiatan membaca.Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat keterampilan membaca meningkat.Jadi,
dapat dikatakan bahwa kartu kata bergambar dapat meningkatkan keterampilan membaca
awal.Penelitian ini telah berhasil menunjukkan perubahan dalam tingkat keterampilan membaca awal
subjek setelah diberikan media kartu kata bergambar untuk pembelajaran, di mana subjek awal
tingkat keterampilan membaca di titik A2 menunjukkan proliferasi yang signifikan. Hal ini karena
teknik yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan membaca awal telah sudah dirancang
untuk anak-anak dengan kesulitan dan keterlambatan membaca, salah satunya diusulkan dengan
menerapkan kartu kata (Kornell, 2009; Kupzyk et al., 2011). Di dalam Selain itu, ada beberapa faktor
internal yang ada di subjek, keinginan untuk dapat menyelesaikan semua kegiatan melaksanakan
selama intervensi, dan dukungan eksternal dari orang tua, serta motivasi peneliti kepada anak selama
intervensi dengan media kartu kata bergambar Lebih-lebih lagi,teknik evaluasi yang digunakan oleh
para peneliti telah membantu untuk mengungkapkan hasil data yang diperoleh pada titik awal A1dan
setelah intervensi (titik awal A2).Intervensi yang diberikan dalam bentuk kartu kata
bergambar.Metode pembelajaran merupakan stimulus bagi anak dalam membaca perolehan
keterampilan. Simbol yang dilihat oleh anak adalah diproses ke dalam otak untuk dipahami dalam
sesuai dengan teori Doman G.& Doman J., (2006)
Kondisi kemampuan membaca siswa memerlukan tindakan oleh guru. Tindakan yang dilakukan
harus memertimbangkan sikap siswa selama pembelajaran berangsung berdasarkan observasi pra
tindakan. Menurut Rachim (2011) mengemukakan terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi
kemampuan membaca seseorang yaitu dari faktor psikologis motivasi, minat, dan kematangan sosial
ekonomi, serta penyesuaian diri. Maka dari itu peran guru sangat penting untuk dapat memotivasi
siswa.

Menghadapi Kendala-Kendala Tingkat Kemampuan Membaca Siswa Paud al firdaus Berdasarkan


hasil observasi diperoleh data kemampuan membaca siswa. Hasil tersebut digunakan peneliti untuk
menentukan langkah-langkah menghadapi permasalahan kemampuan membaca siswa. Beberapa cara
yang ditempuh dipaparkan sebagai berikut.

a. mengadakan pendekatan dengan wali murid. Proses pendekatan diawali dengan adanya
komunikasi langsung ketika orang tua menjemput siswa. Guru mengajak wali murid untuk bersama-
sama memberikan bimbingan dalam selama berada di lingkungan keluarga khususnya bimbingan
dalam belajar membaca.

b. Siswa yang belum mampu membaca diberikan waktu tambahan belajar di sekolah dan diberikan
pelajaran khusus membaca. Adapun dalam pelajaran tambahan guru lebih menekankan pada
pemahaman bentuk huruf dan kemampuan mengeja serta membaca. Pelajaran ditekankan pada usaha
meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa agar mampu membaca.

Data siklus I

Pelaksanaan tindakan berisi seluruh kegiatan yang terjadi di kelas atau di lapangan pada saat
tindakan dilaksanakan. Tindakan yang dilakukan merupakan upaya agar permasalahan yang selama
ini dihadapi guru dan siswa dapat teratasi. Tindakan siklus I dilaksanakan selama tiga kali pertemuan
di kelas. Pelaksanaan tindakan dipaparkan sebagai berikut. Pada awal pertemuan, guru memeriksa
kesiapan siswa untuk belajar. Guru masuk kelas kemudian mengucapkan salam dan mencatat
presensi siswa. Siswa diingatkan kembali mengenai hal-hal yang berkaitan dengan huruf dan kata
yang pernah dipelajari Guru kemudian mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan
dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Media pembelajaran berupa gambar. Pelaksanaan
pembelajaran membaca diawali dengan menyusun huruf.
menjadi kata sesuai media yang digunakan. Merangkai dan membaca kata menjadi kalimat pendek.
Pelaksanaan pembelajaran membaca permulaaan disesuaikan dengan pelajaran bahasa Indonesia.
Pelaksanaan tersebut disesuaiakan dengan kompetensi dasar yang ada. Instrumen pembelajaran
terdiri dari lembar observasi siswa, lembar penilaian, dan soal tes, serta media pembelajaran yang
dapat menunjang kelancaran pelaksanaan pembelajaran yaitu kartu huruf dan media konkret berupa
benda-benda di sekitar. Pada kegiatan inti, guru meminta siswa membuka buku pelajaran. Guru
bersama siswa bersama-sama membaca teks pendek yang ada dalam buku pelajaran. Langkah
berikutnya, siswa membaca teks bersama-sama tanpa bantuan guru. Kegiatan tersebut membuat anak
yang belum lancar membaca merasa kesulitan mengikuti pelajaran. Hal tersebut tampak dari raut
wajah yang bingung, mencoret-coret buku dan memainkan alat tulisnya. Berdasarkan keadaan siswa
yang mulai tidak kebingungan, guru mulai mengawali kegiatan membaca dari awal. Tahapan
kegiatan tersebut sebagai berikut.

a. Mengenalkan huruf berdasarkan simbol dengan menekankan keteraturan kaitan antara huruf dan
bunyi. Tujuannya adalah siswa dapat membunyikan apapun yang tertulis meskipun tidak berupa
kata.

b. Pengajaran membaca menggunakan bantuan simbol. Simbol tersebut dimulai dengan pengenalan
nama huruf dan bunyinya. Kemudian, dilanjutkan dengan menggabungkan huruf menjadi suku kata,
kata, dan kalimat.

c. Mengenalkan kata berdasarkan makna lebih ditekankan pada kemampuan mengenal dan membaca
kata-kata yang bermakna.

d. Program pengajaran membaca menggunakan pendekatan berdasarkan makna, dimulai dari kata-
kata yang paling sering digunakan dalam kehidupan seharihari. Hal tersebut dikarenakan bahwa
kata-kata yang lebih sering dipakai pasti dikenal sehingga mudah untuk mempelajarinya. Siswa
didorong untuk belajar membaca melalui berbagai sarana dan alat bantu seperti gambar, kartu huruf,
dan sebaginya.
Tabel 2 Penilaian Proses Pembelajaran Siklus I

Pengamat I Pengamat II
N Aktivitas yang diamati Skor Persentase kemunculan Skor Persentase kemunculan
O

1 Aktif dalam kegiatan 5 10.0 4 8.0


pembelajaran

2 Bekerja sama dengan 3 6.0 4 6.0


teman

3 Bertanya kepada teman 3 6.0 4 6.0

4 Bertanya kepada guru 5 10.0 5 10.0


tentang materi
pembelajaran

5 Menjawab pertanyaan 4 8.0 4 8.0


teman

6 Menjawab pertanyaan guru 5 10.0 5 10.0

7 Mengemukakan pendapat 4 8.0 4 8.0


dengan inisiatif sendiri

8 Menghargai teman yang 4 8.0 4 8.0


sedang berpendapat

9 Membangun sendiri 3 6.0 5 6.0


pengetahuan yang dimiliki

10 Menyelesaikan tugas yang 5 10.0 5 10.0


sedang diberikan

Jumlah 41 82,0 40 80.0

Rata-rata 40,5 81%


Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sikap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran cukup
baik. Perolehan skor dari pengamat 1 memberikan skor 41 dan pengamat 2 memberikan skor 40.
Hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada siklus II mencapai 81% dengan skor rata-rata 40,5.
Selama mengikuti proses pembelajaran siswa masih dapat dikendalikan. Hasil dari pembelajaran
membaca permulaan dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 3 Hasil Pembelajaran Membaca Permulaan Siklus I

No Nama Nilai Persentase Keterangan

1 60 4.4 Belum tuntas

2 50 3.7 Belum tuntas

3 55 4.0 Belum tuntas

4 55 4.0 Belum tuntas

5 65 4.8 Belum tuntas

6 55 4.0 Belum tuntas

7 50 3.7 Belum tuntas

8 55 4.0 Belum tuntas

9 60 4.4 Belum tuntas

10 60 4.4 Belum tuntas

11 60 4.4 Belum tuntas

12 50 3.7 Belum tuntas

13 60 4.4 Belum tuntas

14 60 4.4 Belum tuntas

15 55 4.0 Belum tuntas


16 60 4.4 Belum tuntas

17 60 4.4 Belum tuntas

18 60 4.4 Belum tuntas

19 50 3.7 Belum tuntas

20 60 4.4 Belum tuntas

21 50 3.7 Belum tuntas

22 55 4.0 Belum tuntas

23 60 4.4 Belum tuntas

24 60 4.4 Belum tuntas

Jumlah 1365

Rata-rata 56,9

Berdasarkan tabel hasil tindakan siklus I diketahui bahwa terjadi peningkatan cukup baik. Terlihat
dari nilai siswa yang mengalami peningkatan dari kegiatan pra tindakan. Nilai rata-rata siswa
meningkat dari 51,25 menjadi 56,8 meskipun nilai siswa belum tuntas. Namun hasil tersebut
dikatakan baik karena kondisi kemampuan membaca awal siswa dikatakan kurang. Pada kegiatan
penutup dilakukan refleksi. Guru menanyakan materi yang telah dipelajari dan menanyakan tugas
pada pertemuan selanjutnya. Siswa merespon pertanyaan guru. Refleksi digunakan untuk melihat
tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang sudah diajarkan. Pelaksanaan siklus I diakhiri
dengan adanya tahap refleksi tindakan. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dan acuan perbaikan siklus berikutnya. Berdasarkan hasil refleksi, rencana perbaikan
siklus II dipaparkan sebagai berikut.
Tabel 4 Hasil refleksi siklus I

NO Kekurangan pembelajaran Tindakan perbaikan

1 Kondisi kelas cukup ramai dalam proses Melakukan proses pembelajaran membaca
pembelajaran karena terdapat siswa yang sesuai tahap awal.
bingung, mencoret-coret buku, dan
memainkan alat tulis, dan asyik bermain
dengan sendirinya

2 Mengenalkan huruf berdasarkan symbol Membuat siswa aktif mengikuti setiap proses
terdapat beberapa siswa yang tidak mau pembelajaran. Dengan membuat sebuah
mengikuti arahan dari guru. pembelajaran yang menyenangkan.

3 Terdapat beberapa kata yang dikenalkan Menyajikan kata-kata yang maknanya


tidak dimengerti maknanya oleh siswa diketahui siswa. (kata-kata yang digunakan
dalam kegiatan sehari-hari)

Data Siklus II

Pada proses pembelajaran siklus II kondisi siswa cukup kondusif. Siswa memperhatikan
instruksi atau arahan guru. Siswa mulai menirukan kata-kata yang terdapat dalam gambar dan
membaca huruf yang ada di bawah gambar. Siswa juga mulai menyusun kata-kata menjadi kalimat
dan memahami arti setiap kata yang dibaca. Berikut penilaian proses siklus II.

Tabel 5 Penilaian Proses Pembelajaran Siklus II

Pengamat I Pengamat II
NO Aktivitas yang diamati Skor Persentase kemunculan Skor Persentase kemunculan

1 Aktif dalam kegiatan 5 10 4 8


pembelajaran

2 Bekerja sama dengan 4 8 4 8


teman
3 Bertanya kepada teman 3 6 3 6

4 Bertanya kepada guru 5 10 5 10


tentang materi
pembelajaran

5 Menjawab pertanyaan 4 8.0 4 8.0


teman

6 Menjawab pertanyaan 5 10 5 10
guru

7 Mengemukakan pendapat 4 8 4 8
dengan inisiatif sendiri

8 Menghargai teman yang 4 8 4 8


sedang berpendapat

9 Membangun sendiri 4 8 4 8
pengetahuan yang
dimiliki

10 Menyelesaikan tugas 4 8 4 8
yang sedang diberikan

Jumlah 42 84 41 82

Rata-rata 41,5 83%

Data hasil observasi siklus II menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus
II dengan kriteria sangat baik. Perolehan skor dari pengamat 1 memberikan skor 42 dan pengamat 2
memberikan skor 41. Hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada siklus II mencapai 83% dengan
skor rata-rata 41,5. Selama mengikuti proses pembelajaran siswa aktif dan sangat antusias. Siswa
bersemangat mengikuti setiap proses pembelajaran.Sedangkan nilai siswa siklus II dipaparkan
sebagai berikut.
Tabel 6 Hasil Pembelajaran Membaca Permulaan Siklus II

No Nama Nilai Persentase Keterangan

1 75 4.4 Tuntas

2 60 3.5 Belum tuntas

3 70 4.1 Tuntas

4 70 4.1 Tuntas

5 80 4.7 Tuntas

6 75 4.0 Tuntas

7 60 3.7 Belum tuntas

8 65 4.0 Belum tuntas

9 70 4.4 Tuntas

10 80 4.4 Tuntas

11 80 4.4 Tuntas

12 60 3.7 Belum tuntas

13 75 4.4 Tuntas

14 80 4.4 Tuntas

15 70 4.0 Tuntas

16 70 4.4 Tuntas

17 80 4.4 Tuntas

18 75 4.4 Tuntas

19 50 3.7 Belum tuntas


20 70 4.4 Tuntas

21 65 3.7 Belum tuntas

22 70 4.0 Tuntas

23 75 4.4 Tuntas

24 80 4.4 Tuntas

Jumlah 1705 75 %

Rata-rata 71

Berdasarkan tabel tersebut terlihat jika nilai rata-rata siswa meningkat dari 56,9 menjadi 71.
Nilai ketuntasan siswa mencapai 75%. Siswa yang nilainya mencapai 70 dalam ketentuan sekolah
atau KKM sekolah sudah dinyatakan tuntas. Berdasarkan kondisi tersebut maka tindakan siklus III
perlu dilakukan karena masih masih terdapat siswa yang belum tuntas. Adapun refleksi tindakan
siklus II akan dijadikan sebagai pijakan perbaikan siklus III. Hal tersebut dilakukan agar tingkat
keberhasilan pada siklus berikutnya meningkat. Berdasarkan hasil refleksi, rencana perbaikan
dipaparkan sebagai berikut.

Kesimpulan
Daftar Pustaka
HASIL DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai