Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN ALAT PERAGA PRINSIP PSIKOLOGI KOGNITIF

MATA KULIAH PSIKOLOGI KOGNITIF C (PG 222 C)


Dosen Pengampu: Emmanuel Satyo Yuwono, S.Psi., M.Hum.

Disusun oleh:
Valentino Agung P A Kalegun (802016116)
Fidellio Widhi Prasetyo Igang (802020049)
Devana Oktavia Nugroho (802020058)
Cahyaning Tri Pamungkas (802020130)
Aurelia Meidhiana Priadi (802020160)

FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2021
BAGIAN I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangan manusia, tentu saja ada berbagai tahapan atau fase keterampilan
yang harus dilalui. Ketiga fase tersebut adalah membaca, menulis, dan berhitung. Ketiga fase ini
selalu ditemui di pendidikan masa sekolah formal, baik itu dari tingkat TK, SD, SMP, SMA,
hingga tingkat perguruan tinggi. Ketiga fase ini juga berperan penting dalam menentukan
kualitas pembelajaran serta mengkomunikasikan informasi, serta kemampuan bagi siswa untuk
memilih media mana yang terbaik untuk dijadikan sebagai media pembelajaran yang tepat.
Perkembangan ini juga harus didukung oleh lembaga pendidikan yang menunjang kebutuhan
akademik bagi para siswa sejak dini supaya siswa tidak tertinggal dengan banyaknya informasi
pengetahuan yang dipaparkan dalam masa perkembangan teknologi yang pesat saat ini. Tentunya
dari ketiga fase tersebut, yang harus diasah dengan baik sejak dini oleh anak adalah kemampuan
membaca.
Membaca merupakan salah satu komponen penting dalam bidang akademik maupun
sekolah. Dengan membaca, seseorang akan mewujudkan tujuan yang ingin dicapai (Guthrie,
Alao, Rinehart, 1996). Perilaku membaca yang kompleks akan melibatkan seseorang dalam
kemampuan berpikir, dan setiap kata dalam membaca akan menunjukkan aktivitas yang berbeda
(Beaton, 2004). Untuk itu, kebiasaan membaca anak pada usia dini perlu diterapkan dengan
mengikuti perkembangan pada anak untuk memperkecil terjadinya ketidakmampuan membaca
pada anak. Ketidakmampuan membaca pada anak didiagnosis pada anak-anak yang mengalami
kegagalan untuk membangun kemampuan membaca yang dipengaruhi oleh faktor kurangnya
motivasi.
Untuk itu kami membuat sebuah alat bantu yang dapat melatih kemampuan kognitif pada
anak, dengan ini anak dapat termotivasi dikarenakan alat bantu ini menggunakan prinsip
stimulasi visual. Dalam prakteknya, anak-anak akan diberikan beberapa gambar seperti
buah-buahan. Setelah itu anak menjadi tergerak untuk berfikir buah apa yang dimaksud hanya
dengan melihatnya lewat media gambar. Saat anak sudah mengetahui hal tersebut, anak akan
mencari sebuah huruf yang diperlukan untuk menyusunnya menjadi sebuah kata yang sesuai di
antara huruf-huruf yang acak. Dan yang terakhir anak akan menyusun huruf yang mereka
dapatkan dan membacanya secara lantang.

1
B. Tinjauan Teori
a. Membaca
Membaca adalah kegiatan melihat tulisan atau bacaan dan dapat diartikan juga sebagai
proses memahami isi teks dengan bersuara atau dalam hati (Ade et al, 2016). Membaca juga
dapat diartikan sebagai proses individu memperoleh makna dari sebuah informasi berupa
cetakan. Kegiatan membaca bukan sekedar aktivitas yang bersifat pasif dan respektif saja,
melainkan menghendaki pembaca untuk aktif berpikir ketika sedang melihat kata-kata yang
terdapat di dalam buku (Gibbons, 1993). Tujuan utama dari kegiatan membaca itu sendiri adalah
untuk mengumpulkan berbagai informasi serta memahami makna dari sebuah bacaan. Aspek
penting di dalam kegiatan membaca adalah aspek kepenulisan dan aspek kebahasaan. Aspek
penulisan merupakan aspek paling dasar yang berkaitan dengan kemampuan mengenali bentuk
huruf dan unsur-unsur linguistik. Sedangkan aspek kebahasaaan merupakan aspek lanjutan yang
meliputi pembacaan secara lambat dalam memahami pengertian leksikal, gramatikal, retorikal,
keterkaitan, penilaian isi, dan penilaian bentuk. Aspek kebahasaan juga dapat dibaca dengan
tempo waktu yang beragam dan disesuaikan dengan keadaan yang mudah dilakukan (Nurdjan et
al, 2016). Manfaat membaca adalah meningkatkan kapasitas berpikir karena Kegiatan membaca
memerlukan pemahaman, interpretasi dan penilaian informasi serta tanggapan terhadap bacaan,
sehingga terjadi proses berpikir. Pengembangan kemampuan berpikir setiap individu dapat
dicapai melalui kegiatan membaca. Selama membaca, individu memperoleh pengetahuan yang
berguna untuk meningkatkan kapasitas berpikirnya (Sultan, 2018).
b. Diseleksia
Disleksia atau disebut juga sebagai gangguan membaca, adalah gangguan yang ditandai
dengan kesulitan membaca pada anak tetapi tidak mempengaruhi tingkat kecerdasan pada anak
(Siegel, 2006). Masalah yang dialami oleh orang yang mengidap disleksia adalah kesulitan
dalam mengeja kata, membaca dengan ritme yang cepat, menulis kata, membayangkan kata-kata
di dalam pikiran, mengucapkan kata-kata saat membaca dengan keras dan memahami apa yang
dibaca. Biasanya, kesulitan ini pertama kali diketahui saat anak bersekolah. Orang dengan
disleksia memiliki gangguan attention deficit hyperactivity disorder ADHD lebih tinggi daripada
orang yang tidak disleksia, kemampuan berbahasa yang terganggu, dan kesulitan dalam

2
memahami angka (Peterson & Pennington, 2012). Disleksia diyakini disebabkan oleh faktor
genetik dan keadaan lingkungan. Disleksia yang berkembang karena cedera otak traumatis,
stroke, dan demensia disebut "acquired dyslexia" . Disleksia didiagnosis melalui serangkaian tes
seperti kapasitas memori, kemampuan penglihatan, ketepatan ejaan, dan keterampilan membaca.
c. Stimulasi Visual
Media berbasis visual (image atau gambar) memegang peranan yang sangat penting
dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan.
Visual dapat pula menumbuhkan minat pada anak agar anak dapat memberikan hubungan antara
isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Zhao et al.,
2014), dapat disimpulkan bahwa pembelajaran membaca di masa dini pada anak lebih efektif
menggunakan media visual dengan simbol abjad sehingga anak lebih mudah untuk mempelajari
membaca huruf dan simbol. Pembelajaran literasi dini sangat bergantung pada kemampuan dasar
anak. Sehingga anak harus mampu menyusun tanda lisan, suku kata, suku kata, dan frasa. (Erlina
et al., 2016). Selain itu lingkungan yang menyenangkan perlu diciptakan dengan permainan
bahasa yang berupa permainan kartu huruf, kartu bergambar, dan berbagai istilah dan frasa yang
mudah dipahami oleh anak. Pendekatan ini diharapkan dapat memecahkan masalah pada anak
yang kurang mahir dalam memahami kalimat pada saat membaca.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Chou & Cheng, 2015) disimpulkan bahwa
guru dan orang tua harus memilih materi yang tepat bagi anak untuk belajar membaca pada anak.
Salah satunya adalah media kartu, media kartu ini memiliki pengaruh positif terhadap proses
belajar membaca pada anak di tahap usia dini, sekolah dasar serta memudahkan anak memahami
huruf dan menyusun kalimat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Utomo, 2018),
menyimpulkan bahwa media kartu harus menjadi media yang efektif untuk mengajarkan
keterampilan membaca awal anak, media ini dapat meningkatkan keterampilan membaca dan
memotivasi belajar anak. Agar lebih efektif, visual ditempatkan pada konteks yang bermakna
dan anak harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk memudahkan terjadinya proses
informasi yang mudah diterima oleh anak dan mudah pula diolah oleh otak anak. Sehingga
ketika anak menerima suatu informasi baru dari luar, dengan adanya bantuan dari stimulasi
visual diharapkan dapat mempermudah anak dalam mengingat informasi baru.

3
BAGIAN II
IMPLEMENTASI ALAT PERAGA
A. Tujuan Alat Peraga
Alat peraga ini bertujuan untuk membantu anak-anak dalam mengatasi kesulitan terhadap
ketepatan atau kelancaran rekognisi kata-kata, serta kekurangan dalam mengeja dan
kemampuan mengkode kata.
B. Sasaran
Sasaran yang dituju oleh alat peraga yang kami rancang adalah anak-anak berusia 5
sampai 8 tahun.
C. Komponen Alat Peraga
● Kertas karton dipotong dalam bentuk persegi berukuran 5×5 cm.
● Kertas lipat origami berukuran 15x15cm.
● Spidol atau pena untuk menulis huruf.
● Lem untuk merekatkan kertas dengan karton.
D. Tahapan/Prosedur
Pada alat peraga yang dirancang oleh kelompok kami, terdapat tahapan pemberian alat
peraga kepada sasaran yang kami tuju, yaitu:
1. Mempersiapkan alat peraga terlebih dahulu sebelum diberikan kepada tujuan
pengamatan.
2. Menunjukkan gambar dari kartu peraga yang telah dibuat kepada sasaran/anak.
3. Memberikan instruksi kepada sasaran/anak perihal tata cara penyusunan huruf
melalui gambar yang mereka lihat.
4. Sasaran/anak diminta untuk melakukan instruksi yang telah diberikan.
5. Observer mengamati sasaran/anak selama menerapkan instruksi yang telah
diberikan.
6. Jika sasaran/anak mengalami kesulitan atau kendala, observer sebagai
pendamping akan mengarahkan sasaran/anak untuk melakukan instruksi dengan
benar.
7. Observer mencatat kinerja anak dan mendokumentasi dalam bentuk foto sebagai
bukti kepentingan dokumentasi penelitian.

4
E. Dokumentasi

5
DAFTAR PUSTAKA
Raharjo, T. (2017). Kesadaran Phonologi Dengan Literasi Membaca Pada Anak Disleksia:

Kajian Meta Analisis. Jurnal Psikologi Perseptual, 2(2), 109–123.

https://doi.org/10.24176/perseptual.v2i2.2675

Kawuryan, F., & Raharjo, T. (2012). Pengaruh Stimulasi Visual Untuk Meningkatkan

Kemampuan Membaca Pada Anak Disleksia. Jurnal Psikologi Pitutur, 1(1), 9-20.

Agusalim, A., Suryanti, S., & Irwan, I. (2021). Media Words Card to Improve Reading Skills at

the beginning of the First Grade Students in Primary School. Jurnal Basicedu, 5(2), 531–537.

https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i2.701

Ernawati, P., Raharjo, J,T., & Sugiyo (2021). Effect of Word Card Games and Picture Cards on

the Introduction of The Concept of Beginning Reading and Writing in Early Childhood. Journal

of Primary Education, 10(1) (2021) : 11-17. https:// doi.org/10.15294/jpe.v10i1.3383

Anda mungkin juga menyukai