Anda di halaman 1dari 7

Mencuci tangan merupakan proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dari

kulit tangan dengan menggunakan sabun atau deterjen yang mengandung agen antiseptik
serta air yang mengalir (Depkes RI, 2008), dimulai dari ujung jari sampai siku dan lengan
dengan cara tertentu sesuai dengan kebutuhan (Saifuddin dan Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2006). Sabun adalah produk-produk pembersih (batang, cair, lembar atau
bubuk) yang menurunkan tegangan permukaan sehingga membantu melepaskan kotoran,
debris, dan mikroorganisme yang menempel sementara pada tangan (Depkes RI, 2008).
Sabun antiseptik adalah sabun dengan tambahan kandungan senyawa kimia yang digunakan
untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup
seperti pada permukaan kulit dan membran mukosa (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Sabun biasa memerlukan gosokan untuk melepas mikroorganisme secara mekanik, sementara
sabun antiseptik (antimikroba) selain melepas juga membunuh atau menghambat
pertumbuhan dari hampir sebagian besar mikroorganisme (Depkes RI, 2008). Mencuci
tangan dengan sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk mencegah penyakit diare dan
ISPA, yang keduanya menjadi penyebab utama kematian anak-anak. Setiap tahun, sebanyak
3,5 juta anak-anak diseluruh dunia meninggal sebelum mencapai umur lima tahun karena
penyakit diare dan ISPA. Mencuci tangan dengan sabun juga dapat mencegah infeksi kulit,
mata, cacing yang tinggal dalam usus, SARS, dan flu burung (Kementerian Kesehatan RI,
2014).
pada penelitian ini kami menggunakan perlakuan mencuci tangan dengan
menggunakan sabun antibacterial dan tanpa cuci tangan. Untuk perlakuan yang pertama yaitu
pengambilan sampel pada telapak tanagn yang tidak dicuci dengan prosedur kerja sebagai
berikut: 1 batang cotton bud di celupkan ke dalam aquadest untuk membasahi dan ditiriskan
pada tepi tabung. Kemudian cotton bud tersebut diusapkan pada telapak tangan yang tidak
dicuci. Selanjutnya cotton bud tadi dipotong ujungnya dimasukkan ke dalam tabung sampel
dan gunakan metode cawan tuang untuk menumbuhkan mikroba yaitu dengan mengambil 1
ml sampel kemuadian dimasukkan kedalam cawan petri dan setelah itu dituang media agar
dan diaduk agar rata. Selanjutnya cawan petri tersebut diinkubasi secara terbalik pada suhu
37C selama 24 jam dan hitung dan catat jumlah koloni yang tumbuh.
Untuk perlakuan yang kedua yaitu pengambilan sampel pada telapak tangan yang
dicuci dengan sabun batang antibakteri dengan prosedur kerja sebagai berikut: pertama
tangan di cuci menggunakan sabun batang antibakteri dengan prosedur 7 langkah cuci tangan
seperti anjuran WHO. Kemudian bilas dengan air mengalir dan dikering anginkan. Ambil 1
batang cotton bud di celupkan ke dalam aquadest untuk membasahi dan ditiriskan pada tepi
tabung. Kemudian cotton bud tersebut diusapkan pada telapak tangan yang tidak dicuci.
Selanjutnya cotton bud tadi dipotong ujungnya dimasukkan ke dalam tabung sampel dan
gunakan metode cawan tuang untuk menumbuhkan mikroba yaitu dengan mengambil 1 ml
sampel kemuadian dimasukkan kedalam cawan petri dan setelah itu dituang media agar dan
diaduk agar rata. Selanjutnya cawan petri tersebut diinkubasi secara terbalik pada suhu 37C
selama 24 jam dan hitung dan catat jumlah koloni yang tumbuh.
Setelah menunggu 24 jam, media agar ditumbuhi banyak koloni. Kemudian
dilakukan pengamatan secara makroskopis yaitu pada telapak tangan yang tidak dicuci
menunjukkan positif (3) pertumbuhan koloni dan untuk telapak tangan yang dicuci dengan
sabun antiseptic menunjukkan positif (2) pertumbuhan koloni. Setelah itu, dilakukan
pengamatan kuantitatif yaitu menghitung jumlah koloni menggunakan colony counter. Untuk
telapak tangan yang tidak dicuci jumlah koloni yang terhitung sebanyak 874 koloni (TBUD)
dan untuk telapak tanagn yang dicuci dengan sabun antiseptic terhitung sebanyak 248 koloni.
874−248
Kemudian dihitung persen reduksinya yaitu = 0.716 sel/ml.
874
Dari hasil pengamatan, tangan yang sudah dicuci dengan sabun antiseptic saja masih
terdapat banyak koloni mikroba yang tumbuh, apalagi jika kita tidak mencuci tangan. Tetapi
setidaknya untuk koloni yang tumbuh pada tangan yang dicuci dengan sabun antiseptic lebih
sedikit dibandingkan dengan tangan yang tidak dicuci sama sekali. Beberapa contoh bakteri
coliform yang memungkinkan terdapat atau mampu bertahan hidup di telapak tangan adalah
Enterobacter aerogenes, Klebsiella, Citrobacter, Streptococcus dan Escherechia coli yang
mana penyebarannya melalui aerob, anaerob dan secara fecal oral. Dari hasil penelitian ini
dapat diketahui bahwa meskipun telah mencuci tangan dengan langkah yang benar bakteri
coliform yang berasal dari lingkungan luar dapat menempel pada telapak tangan dan mampu
bertahan hidup pada telapak tangan serta dapat berkembang biak. Adapun jenis air yang
digunakan juga dapat mempengaruhi bertambahnya jumlah koloni bakteri pada telapak
tangan setelah melakukan cuci tangan, perbedaan penggunaan air PDAM dan air sumur
tentunya ada perbedaan dari jumlah bakteri yang terkandung didalamnya, hal ini tidak
menutup kemungkinan akan berkontribusi dalam mengkontaminasi telapak tangan setelah
melakukan cuci tangan meskipun menggunakan sabun. hal ini menunjukkan bahwa terdapat
bakteri coliform yang patogen didalam air, dengan kondisi inilah tidak menutup
kemungkinan setelah melakukan cuci tangan, tangan justru akan terkontaminasi dengan
bakteri lain yang berasal dari air yang digunakan.
Kebersihan alat makan merupakan bagian yang sangat penting dan berpengaruh
terhadap kualitas makanan dan minuman dalam penyediaan makanan maupun minuman. Alat
makan yang tidak dicuci dengan bersih dapat menyebabkan bakteri tertinggal dan akan
berkembangbiak serta mencemari makanan yang akan diletakkan di atasnya (Alhabsyi et al.,
2016). Dalam pencucian alat makan biasanya digunakan bahan pencuci seperti detergen dan
sabun. Sabun merupakan bahan yang digunakan untuk mencuci, baik pakaian, perabotan,
badan, dan lain-lain yang terbuat dari campuran alkali (natrium atau kalium hidroksida), dan
trigliserida dari asam lemak rantai karbon C16 melalui reaksi saponifikasi atau disebut juga
reaksi penyabunan pada suhu 80-1000 C. Dalam proses ini asam lemak akan terhidrolisa oleh
basa membentuk gliserin dan sabun mentah (Zulkifli dan Estiasih, 2014). Sabun dapat
menghilangkan kotoran dan minyak karena struktur kimia sabun terdiri dari bagian yang
bersifat hidrofilik pada rantai ionnya, dan bersifat hidrofobik pada rantai karbonnya. Dengan
adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidak sepenuhnya larut
dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel (micelles),
yakni segerombolan (50-150) molekul yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan
ujung- ujung ionnya yang menghadap ke air. Dalam menghilangkan kotoran dan minyak,
bagian yang bersifat hidrofobik pada sabun akan larut dalam minyak dan mengepung kotoran
minyak, sedangkan bagian hidrofilik akan terlepas dari permukaan yang dibersihkan dan
terdispersi dalam air sehingga dapat dicuci (Pasir dan Hakim, 2014). Pentingnya kebersihan
alat makan dalam kesehatan tercantum dalam Permenkes 2011 yang disajikan dalam
persyaratan peralatan makanan bahwa angka kuman pada permukaan alat makan harus 0 dan
tidak mengandung Escherichia coli. Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan dari
peralatan makan yang tidak bersih seperti penyakit saluran pencernaan misalnya diare dan
gastroentritis (Permenkes, 2011).
pada penelitian ini kami menggunakan sampel piring besar, gelas, mangkok, sendok,
piring kecil dan cangkir yang dicuci dengan air yang mengalir dan yang tidak dicuci dengan
air mengalir. Untuk perlakuan yang pertama yaitu pengambilan sampel pada piring besar,
gelas, mangkok, sendok, piring kecil dan cangkir yang tidak dicuci dengan air yang mengalir,
dengan prosedur kerja sebagai berikut: 1 batang cotton bud di celupkan ke dalam aquadest
untuk membasahi dan ditiriskan pada tepi tabung. Kemudian cotton bud tersebut diusapkan
pada permukaan alat makam yang tidak dicuci dengan air yang mengalir. Selanjutnya cotton
bud tadi dipotong ujungnya dimasukkan ke dalam tabung sampel dan gunakan metode cawan
tuang untuk menumbuhkan mikroba yaitu dengan mengambil 1 ml sampel kemuadian
dimasukkan kedalam cawan petri dan setelah itu dituang media agar dan diaduk hingga
merata. Selanjutnya cawan petri tersebut diinkubasi secara terbalik pada suhu 37C selama 24
jam dan hitung dan catat jumlah koloni yang tumbuh.
Untuk perlakuan yang kedua yaitu pengambilan sampel pada piring besar, gelas,
mangkok, sendok, piring kecil dan cangkir yang dicuci dengan air yang mengalir, dengan
prosedur kerja sebagai berikut: pertama alat makan tersebut di cuci menggunakan air yang
mengalir. Kemudian dikering anginkan. Ambil 1 batang cotton bud di celupkan ke dalam
aquadest untuk membasahi dan ditiriskan pada tepi tabung. Kemudian cotton bud tersebut
diusapkan pada permukaan alat makam yang dicuci dengan air yang mengalir. Selanjutnya
cotton bud tadi dipotong ujungnya dimasukkan ke dalam tabung sampel dan gunakan metode
cawan tuang untuk menumbuhkan mikroba yaitu dengan mengambil 1 ml sampel kemuadian
dimasukkan kedalam cawan petri dan setelah itu dituang media agar dan diaduk agar rata.
Selanjutnya cawan petri tersebut diinkubasi secara terbalik pada suhu 37C selama 24 jam dan
hitung dan catat jumlah koloni yang tumbuh.
Setelah menunggu 24 jam, media agar ditumbuhi banyak koloni. Kemudian
dilakukan pengamatan secara makroskopis yaitu didapat data sebagai berikut:
1. pada piring besar yang tidak dicuci dengan air mengalir menunjukkan positif (4)
pertumbuhan koloni dan untuk piring besar yang dicci dengan air yang mengalir
menunjukkan positif (1) pertumbuhan koloni.
2. pada sampel gelas yang tidak dicuci dengan air mengalir menunjukkan positif (4)
pertumbuhan koloni dan untuk gelas yang dicci dengan air yang mengalir
menunjukkan positif (3) pertumbuhan koloni.
3. pada sampel mangkok yang tidak dicuci dengan air mengalir menunjukkan positif (2)
pertumbuhan koloni dan untuk mangkok yang dicuci dengan air yang mengalir
menunjukkan positif (2) pertumbuhan koloni.
4. pada sampel sendok yang tidak dicuci dengan air mengalir menunjukkan positif (3)
pertumbuhan koloni dan untuk sendok yang dicci dengan air yang mengalir
menunjukkan positif (1) pertumbuhan koloni.
5. pada sampel piring kecil yang tidak dicuci dengan air mengalir menunjukkan positif
(3) pertumbuhan koloni dan untuk piring kecil yang dicuci dengan air yang mengalir
menunjukkan positif (1) pertumbuhan koloni.
6. pada sampel cangkir yang tidak dicuci dengan air mengalir menunjukkan positif (1)
pertumbuhan koloni dan untuk cangkir yang dicuci dengan air yang mengalir
menunjukkan positif (4) pertumbuhan koloni.
Setelah itu, dilakukan pengamatan kuantitatif yaitu menghitung jumlah koloni
menggunakan colony counter dan diperoleh data dan perhitungan sebagai berikut:
1. pada piring besar yang tidak dicuci dengan air yang mengalir jumlah koloni yang
terhitung sebanyak 1047 koloni (TBUD) dan untuk piring besar yang dicuci dengan air
yang mengalir terhitung sebanyak 60 koloni. Kemudian dihitung persen reduksinya yaitu
1047−60
= 0.942 sel/ml.
1047
2. pada gelas yang tidak dicuci dengan air yang mengalir jumlah koloni yang terhitung
sebanyak 4.876 koloni (TBUD) dan untuk gelas yang dicuci dengan air yang mengalir
terhitung sebanyak 1.143 koloni (TBUD). Kemudian dihitung persen reduksinya yaitu
4876−1143
= 0.765 sel/ml.
4876
3. pada mangkok yang tidak dicuci dengan air yang mengalir jumlah koloni yang terhitung
sebanyak 432 koloni (TBUD) dan untuk mangkok yang dicuci dengan air yang mengalir
terhitung sebanyak 354 koloni (TBUD). Kemudian dihitung persen reduksinya yaitu
432−354
= 0.180 sel/ml.
432
4. pada sendok yang tidak dicuci dengan air yang mengalir jumlah koloni yang terhitung
sebanyak 360 koloni (TBUD) dan untuk sendok yang dicuci dengan air yang mengalir
360−109
terhitung sebanyak 109 koloni. Kemudian dihitung persen reduksinya yaitu =
360
0.697 sel/ml.
5. pada piring kecil yang tidak dicuci dengan air yang mengalir jumlah koloni yang
terhitung sebanyak 247 koloni dan untuk piring kecil yang dicuci dengan air yang
mengalir terhitung sebanyak 5 koloni (TSUT). Kemudian dihitung persen reduksinya
1047−60
yaitu = 0.942 sel/ml.
1047
6. pada cangkir yang tidak dicuci dengan air yang mengalir jumlah koloni yang terhitung
sebanyak 316 koloni (TBUD) dan untuk cangkir yang dicuci dengan air yang mengalir
316−3864
terhitung sebanyak 3864 koloni. Kemudian dihitung persen reduksinya yaitu
316
= --11.227 sel/ml.
Dari hasil pengamatan, alat makan yang dicuci dengan air yang mengalir mengalami
penurunan jumlah koloni dibandingkan dengan alat makan yang tidak dicuci dengan air
mengalir. Hal ini dapat dilihat pada pertumbuhan koloni yang sudah dihitung menggunakan
colony counter yang menunjukkan bahwa positif 100% peralatan makan yang menjadi
sampel menganduk mikroba dengan melihat adanya petumbuhan koloni [ada media agar.
Keberadaan mikroba yang mengkontaminasi peralatan makanan disebabkan karena beberapa
factor yaitu penggunaan air pencuciannya, teknik pencucian, kondisi peralatan makan,
pengeringan peralatan makan, maupun penyimpanan peralata makan. Menurut permenkes
(2011) menyatakan bahwa peralatan makanan yang digunkaan untuk penyajian makanan
tidak boleh mengandung koloni bakteri, peralatan makanan harus terbebas dari kontaminasi
bakteri. Apabila bakteri sampai mengkontaminasi makanan tersebut dan masuk ke dalam
tubuh akan menyebabkan keracunan atau bahkan kematian. Salah satu cara dapat dilakukan
untuk mencegah pertumbuhan bakteri pada peralatan makanan yaitu degan menjaga
kebersihan peralatan makan dengan mencuci menggunakan sabun dan air yang mengalir.
Aspek kebersihan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dan berkaitan erat
dengan menjaga Kesehatan khususnya factor penyebaran penyakit.

Kesimpulan :

Daftar Pustaka:
Cordita, R. N. 2017. Perbandingan Efektivitas Mencuci Tangan Menggunakan Hand
Sanitizer Dengan Sabun Antiseptik Pada Tenaga Kesehatan Di Icu Rsud Dr. H. Abdul
Moeloek. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Danaswari, N. P. W. 2022. Gambaran Angka Kuman Alat Makan Pada Rumah Makan Nasi
Campur Di Jalan Tukad Pakerisan Kelurahan Panjer Kota Denpasar. Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemenkes Denpasar Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
2022.
Pradina, R., dkk. 2018. Identifikasi Bakteri Pada Peralatan Makan Yang Digunakan Oleh
Pedagang Bakso Menggunakan Teknik Swab Di Alun-alun Kabupaten Jombang.
Thesis Stikes Insan Cendikia Medika Jombang.
Romdhani, E. 2021. Perbedaan Jumlah Angka Kuman Total Pada Piring Yang Dicuci
Menggunakan Air Tanpa Sabun Dengan Air Dan Sabun Colek. Publikasi Ilmiah
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Widodo, D., dkk. 2017. Jumlah Koloni Bakteri Pada Telapak Tangan Perawat Yang
Melakukan Tindakan Medis Menggunakan Handscoon. Jurnal Keperawatan Terapan,
Volume 3, No. 2, September 2017: 70-79

Anda mungkin juga menyukai