TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan cuci tangan adalah salah satu
tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari dengan
9
10
2.1.3.2 Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
12
2.1.4 Waktu penting cuci tangan pakai sabun dan waktu penggunaan hand
sanitizer
Menurut Peraturan Kementerian Kesehatan RI No. 3 tahun 2014 waktu
penting perlunya cuci tangan pakai sabun antara lain sebelum makan,
14
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam
mencapai maksud dan tujuan prasarana adalah segala sesuatu yang
merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses. Sarana
digunakan untuk benda yang bergerak dan prasarana untuk benda yang
tidak bergerak gedung (Imbaruddin, 2019).
Sabun adalah garam natrium dan kalium dari asam lemak yang berasal dari
minyak nabati atau lemak hewani. Sabun yang digunakan sebagai
pembersih dapat berwujud padat (keras), lunak, dan cair. Dewan
Standardisasi Nasional menyatakan bahwa sabun adalah bahan yang
digunakan untuk tujuan mencuci dan mengemulsi, terdiri dari asam lemak
dengan rantai karbon C12-C18 dan sodium atau potassium. Sabun
diproduksi dan diklasifikasikan menjadi beberapa grade mutu, mulai dari
yang terbaik grade A hingga grade C. Minyak atau lemak merupakan
senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester dari gliserol. Pada
proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah
minyak nabati atau lemak hewan. Sabun memiliki sifat-sifat yaitu larutan
sabun dalam air bersifat basa. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka
akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah.
Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia
koloid. Molekul sabun yang bersifat hidrofobik akan mengelilingi kotoran
dan mengikat molekul kotoran. Proses ini disebut emulsifikasi. Sabun
berkemampuan untuk mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat
dibuang dengan pembilasan. Sabun didalam air menghasilkan busa yang
19
Sarana cuci tangan bisa dibuat dari yang sangat baik berupa wastafel
dengan kran yang agak tinggi, dilengkapi dengan sabun cair dan alat
pengering handuk ataupun tisu sampah yang paling sederhana dengan
menggunakan jerigen atau kaleng bekas yang dibeli plastik sederhana yang
bisa dibuat di mana saja seperti seperti di rumah, restoran, rumah makan
warung-warung, di ladang, di kantor-kantor, sekolah-
sekolah, kampus, pasar, penjara, terminal tempat-tempat ibadah dan
lainnya. Penyediaan sarana cuci tangan pakai sabun di tempat-tempat
tersebut merupakan upaya pencegahan penyakit infeksi menular yang
sangat sederhana (Zein & Newi, 2019).
Segala jenis sabun dapat digunakan untuk mencuci tangan baik itu sabun
(mandi) biasa, sabun antiseptik, ataupun sabun cair. Namum sabun
antiseptik/anti bakteri seringkali dipromosikan lebih banyak dipublik.
Hingga kini tidak ada penelitian yang dapat membuktikan bahwa sabun
antiseptik atau desinfektan tertentu dapat membuat seseorang rentan pada
organisme umum yang berada di alam. Perbedaan antara sabun antiseptik
dan sabun biasa adalah sabun ini mengandung zat anti bakteri umum
seperti Triklosan yang memiliki daftar panjang akan resistensinya terhadap
organism tertentu. Namun zat ini tidak resisten untuk organisme yang tidak
terdaftar di daftar, sehingga mungkin tidak seefektif apa yang diiklankan
(Kemenkes RI, 2014).
Tempat Karantina & Isolasi Selain itu, poster, spanduk atau bahan
komunikasi lainnya tentang pesan kesehatan, termasuk cara
mencuci tangan yang benar dengan sabun, juga harus dipasang di
lokasi strategis seperti gerbang masuk untuk mempromosikan
CTPS (Kemenkes RI, 2020b).
perawat atau dokter sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan pimpinan
perawat ataupun pihak rumah sakit (Permatasari, 2016).
Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
akan berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan
bekerja, dari segi kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa
akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi
tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman
dan kematangan jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka cara
berfikir semakin matang dan patuh dalam pemberian asuhan
keperawatan.
atau penggerak terjadinya suatu tingkah laku. Motivasi adalah sesuatu yang
mendorong atau pendorong seseorang bertingkah laku untuk mencapai
tujuan tertentu (Saam & Wahyuni, 2012).
unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan
menyangkut soal kebutuhan yang akan dicapai oleh orang
tersebut.
Menurut Handoko dan Widayatun (1998) dalam Putra (2011) ada dua
faktor yang mempengaruhi motivasi yaitu faktor internal dan eksternal.
2.4.6.1 Faktor internal
Faktor internal meliputi:
a. Faktor fisik
Faktor fisik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi
fisik misal status kesehatan pengguna Napza. Fisik yang kurang
sehat dan cacat yang tidak dapat disembuhkan berbahaya bagi
penyesuaian pribadi dan sosial. Pengguna napza yang
mempunyai hambatan fisik karena kesehatannya buruk sebagai
akibat mereka selalu frustasi terhadap kesehatannya.
b. Faktor proses mental
Motivasi merupakan suatu proses yang tidak terjadi begitu saja,
tetapi ada kebutuhan yang mendasari munculnya motivasi
tersebut. Pengguna napza dengan fungsi mental yang normal
akan menyebabkan bias yang positif terhadap diri seperti hanya
adanya kemampuan untuk mengontrol kejadian-kejadian dalam
hidup yang harus dihadapi, keadaan pemikiran dan pandangan
hidup yang positif dari diri pengguna Napza dalam reaksi
terhadap perawatan akan meningkatkan penerimaan diri serta
keyakinan diri sehingga mampu mengatasi kecemasan dan selalu
berpikir optimis untuk kesembuhannya.
c. Faktor heredeter
Bahwa manusia diciptakan dengan berbagai macam tipe
kepribadian secara heredeter dibawa sejak lahir. Ada tipe
keperibadian tertentu yang mudah termotivasi atau sebaliknya.
Orang yang mudah sekali tergerak perasaannya, setiap kejadian
menimbulkan reaksi perasaan padanya, sebaliknya ada yang
39
2.5.3.2 Motivator
Motivator adalah orang yang memberikan motivasi kepada orang
lain. Sementara motivasi diartikan sebagai dorongan untuk
bertindak agar mencapai suatu tujuan tertentu dan hasil dari
dorongan tersebut diwujudkan dalam bentuk perilaku yang
dilakukan. Motivasi adalah kemampuan seseorang untuk
melakukan sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan,
keinginan, dan dorongan untuk melakukan sesuatu. Peran tenaga
kesehatan sebagai motivator tidak kalah penting dari peran
lainnya. Seorang tenaga kesehatan harus mampu memberikan
motivasi, arahan, dan bimbingan dalam meningkatkan kesadaran
pihak yang dimotivasi agar tumbuh ke arah pencapaian tujuan
yang diinginkan. Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya
sebagai motivator memiliki ciri-ciri yang perlu diketahui, yaitu
melakukan pendampingan, menyadarkan, dan mendorong
kelompok untuk mengenali masalah yang dihadapi dan dapat
mengembangkan potensinya untuk memecahkan masalah
tersebut.
2.5.3.3 Fasilitator
Fasilitator adalah orang atau badan yang memberikan
kemudahan dalam menyediakan fasilitas bagi orang lain yang
membutuhkan. Tenaga kesehatan juga harus membantu klien
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal agar sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Tenaga kesehatan harus mampu
menjadi seorang pendamping dalam suatu forum dan
memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya mengenai
penjelasan yang kurang dimengerti. Menjadi seorang fasilitator
tidak hanya di waktu pertemuan atau proses penyuluhan saja,
tetapi seorang tenaga kesehatan juga harus mampu menjadi
44
Predisposing Factor
(faktor yang memudahkan)
- Pengetahuan
- Sikap
- Kepercayaan
- Motivasi
- Keyakinan
- Kebiasaan
- Nilai-nilai
- Norma sosial
- Sosio demografi
Reinforcing Factor
(faktor pendorong)
- Petugas kesehatan Kepatuhan Cuci Tangan
- Tokoh masyarakat
- Tokoh agama
- Keluarga
- Kelompok referensi
Enabling Factor
(faktor yang memungkinkan)
- Lingkungan fisik
- Sarana
2.7 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Hipotesis
biasanya dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel, yaitu variabel
bebas dan variabel terikat yang berfungsi untuk menentukan kearah pembuktian
(Notoatmodjo, 2014).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara motivasi dan
ketersediaan sarana dengan kepatuhan pegawai dalam melakukan cuci tangan
pakai sabun di Puskesmas Jenamas Kabupaten Barito Selatan.