Anda di halaman 1dari 9

Materi Keempat

KADERISASI MUHAMMADIYAH BAGIAN KEDUA

A. Definisi dan Posisi Kader

Kader (Perancis: cadre ) atau les cadres maksudnya adalah anggota inti
yang menjadi bagian terpilih, dalam lingkup dan lingkungan pimpinan
serta mendampingi di sekitar kepemimpinan. Kader bisa berarti pula
sebagai jantung suatu organisasi. Jika kader dalam suatu kepemimpinan
lemah,maka seluruh kekuatan kepemimpinan juga akan lemah. Kader
berarti pula pasukan inti. Daya juang pasukan inti ini sangat tergantung
dari nilai kadernya yang berkualitas, berwawasan, militan, dan penuh
semangat.

Dalam pengertian lain, kader (Latin: quadrum), berarti empat persegi


panjang atau kerangka. Dengan demikian kader dapat didefinisikan
sebagai kelompok manusia yang terbaik karena terpilih, yaitu merupakan
tulang punggung (kerangka) dari kelompok yang labih besar dan
terorganisasi secara permanen. Jadi, jelas bahwa orang-orang yang
berkualitas itulah yang terpilih dan berpengalaman dalam berorganisasi,
taat asas dan berinisiatif, yang dapat disenut sebagai kader.

Fungsi dan posisi kader dalam suatu organisasi, termasuk di


Persyarikatan, dengan demikian menjadi sangat penting karena kader
dapat dikatakan sebagai inti pergerakan organisasi. Di samping itu, kader
juga merupakan syarat penting bagi berlangsungnya regenerasi
kepemimpinan.

Bagi sebuah organisasi, regenerasi kepemimpinan yang sehat karena


ditopang oleh keberadaan kader-kader yang qualified, selain akan
menjadikan organisasi bergerak dinamis, juga formasi kepemimpinannya
akan segar dan enerjik. Keberadaan kader bagi Muhammadiyah-dengan
kualifikasi dan kompetensinya-seolah memanifestasikan sosok ciptaan
Allah yang terbaik (khairul bariyyah- QS.Al-Bayyinah/96:7); bagian dari
umat yang terbaik ( khairu ummah-QS.Ali Imran/3:110); serta semisal
flora yang kokoh dan menawan, yang dalam QS.Al-Fath/48:29
diungkapkan;

“......Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu


menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus
di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-
penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara
mereka ampunan dan pahala yang besar.”
Jika Persyarikatan tidak merancang dan menyiapkan para kadernya
secara sistematis dan organisatoris, maka dapat dipastikan bahwa
Muhammadiyah sebagai suatu organisasi akan lemah lunglai, loyo tidak
berkembang, tidak ada aktivitas dan tidak memiliki prospek masa depan.
Karena itu setiap organisasi haruslah memiliki konsep yang jelas,
terencana dan sistematis dalam menyiapkan dan mengembangkan suatu
sistem yang menjamin

B. Pengertian Sistem Perkaderan Muhammadiyah

Ada dua kosakata yang perlu diklarifikasi terlebih dahulu untuk bisa
memahami Sistem Perkaderan Muhammadiyah (SPM), yaitu:sistem dan
perkaderan. Secara leksikal, sistem berarti seperangkat unsur yang
secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu kesatuan atau
totalitas ( a set or arrangement of things so related or connected as to
form a unity or organic whole). Kemudian tentang perkaderan,
pengucapan dan penulisannya sering tertukar dengan pengaderan atau
pengkaderan. Pengaderan adalah : proses, cara, perbuatan mendidik atau
membentuk seseorang menjadi kader. Namun perlu diingat, dalam
“pengaderan” ini, posisi kader atau orang yang ikut dalam training
menjadi obyek dan pasif sebagai orang yang dididik atau dibentuk
menjadi kader.

Sedangkan perkaderan, berasal dari kata dasar kader ditambah


prefiks_nominal per dan sufiks an (perihal, yang berhubungan dengan,
antara lain, kader). Dalam “perkaderan”, posisi kader atau orang yang
ikut training menjadi subyek dan aktif. Jadi, yang pas dipergunakan
dalam SPM adalah perkaderan.

Dengan demikian, pengertian Sistem Perkaderan Muhammadiyah (SPM)


adalah: “Seperangkat unsur dan keseluruhan komponen yang secara
teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas yang
berhubungan dengan kader dan kaderisasi di Muhammadiyah.”

Sebagai sebuah sistem, unsur-unsur yang terkandung dalam SPM


berupa : tujuan perkaderan Muhammadiyah; arah perkaderan
Muhammadiyah; profil kader Muhammadiyah; jenis dan bentuk
perkaderan; struktur penjenjangan kader; kurikulum perkaderan; dan
pengorganisasian perkaderan. Dalam hal ini, sistem perkaderan yang
dimiliki olah ortom, juga merupakan bagian dari SPM.

C. Perkaderan Sebagai Sebuah Sistem

Sebagai sebuah sistem dan kesatuan yang utuh, maka SPM berlaku bagi
semua jajaran dan komponen Persyarikatan. Konsekkuensinya SPM juga
memuat atau mencakup seluruh bentuk dan jenis kaderisasi dan
pelatihan yang diterapkan di Muhammadiyah, baik secara vertikal
maupun horizontal.Yang dimaksud dengan vertikal adalah SPM berlaku
bagi seluruh pimpinan Mihammadiyah, mulai dari Pusat sampai dengan
Ranting, sebagai acuan dan pola dalam pelaksanaan kadersisari secara
optimal sesuai dengan tingkatan masing-masing. Sedangkan yang
dimaksud dengan horizontal adalah SPM berlaku dan mengikat seluruh
Unsur Pembantu Pimpinan (majlis dan lembaga), Ortom, dan Amal Usaha
Muhammadiyah diseluruh jenjang kepemimpinan Muhammadiyah untuk
dilaksanakan sebagai acuan dan pola kaderisasi.

Karena bersifat mengikat dan menyeluruh seperti itu, maka sistem


perkaderan yang dimiliki masing-maing ortom menjadi bagian dari SPM.
Maing-maing ortom melaksanakan program dan kegiatan perkaderanya
berdasarkan kekhasan masing-masing dengan tetap mengacu dan
mengindahkan konsep dasar, prinsip dan kurikulum dalam SPM secara
konsisten. Sedang pelatihan dan training yang ada dan dimiliki oleh majlis
dan/atau lembaga semuanya termasuk dalam SPM yang dikatagorikan
sebagai jenis perkaderan fungsional. Karena termasuk bagian SPM, maka
dalam perkaderan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh ortom dan
majlis atau lembaga tersebut harus mengandung muatan materi pokok
dari kurikulum SPM.

Kemudian, sebagai bagian dari SPM, maka untuk kegiatan pelatihan atau
training dalam program kegiatan yang diselenggarakan oleh unsur
pembantu pimpinan, masing-masing cukup menyusun panduan pelatihan
atau pedoman pelaksanaan saja. Jadi tidak perlu membuat sistem
perkaderan sendiri, untuk menghindari kesalahpahaman ada lebih dari
satu sistem perkaderan Muhammadiyah.Dalam kesatuan sistem, maka
pelksanaan perkaderan, baik di lingkungan Unsur pembantu pimpinan,
ortom, maupun AUM harus selalu dalam koordinasi dengan Mejlis
Pendidikan Kader (MPK) di masing-masing tingkatan pimpinan
persyarikatan. Untuk efektivitas perencanaan dan pelaksanaan
perkaderan, pimpinan AUM (bersama majlis/lembaga yang
membawahinya) berkoordinasi langsung dengan MPK. Sesuai dengan
fungsi, tugas dan wewenang yang diamanahkan kepada MPK, maka hal
ini menjadi bagian dari fungsi MPK dalam perkaderan.

D. Tujuan Perkaderan Muhammadiyah

Terbentuknya kader Muhammadiyah yang memiliki ruh (spirit) serta


mempunyai integritas dan kompetensi untuk berperan di Persyarikatan,
dalam kehidupan umat dan dinamika bangsa serta konteks global.

E. Jalur Kaderisasi Muhammadiyh


Kaderisasi dalam organisasi pada hakikatnya adalah totalitas upaya
pembelajaran dan pemberdayaan yang dilakukan secara sistematis,
terpadu, terukur, dan berkelanjutan dalam rangka melakukan pembinaan
dan pengembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik setiap individu.
Dalam melaksanakan program perkaderan, Muhammadiyah telah
menjadikan empat sektor sebagai jalur kaderisasi, yaitu:

1. Jalur Keluarga
Menurut Muhammadiyah, fungsi keluarga ideal adalah sebagai media
sosialisasi nilai-nilai Islam dan juga wahana/media kaderisasi. Contoh
kaderisasi lewat jalur keluarga misalnya dengan memilih Channel TvMu
(Tv Muhammadiyah) untuk dijadikan tontonan keluarga di rumah,
mengajak keluarga di rumah untuk mengahdiri pengajian-pengajian
Muhammadiyah, dll.

2. Jalur Amal Usaha


Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) adalah kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan Muhammadiyah untuk menunjang perwujudan tujuan
persyarikatan, yaitu mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya. Dintaranya adalah Rumah sakit (bidang kesehatan), sekolah
(bidang Pendidikan), dan lain-lainnya. Contoh kaderisasi lewat jalur
pendidikan adalah dengan disampaikannya secara berjenjang dan
berkelanjutan serta secara terus menerus materi al-Islam dan
Kemuhammadiyahan.

3. Jalur Organisasi Otonom


Organisasi Otonom (ortom) Muhammadiyah adalah jalur penting untuk
memasok kader-kader muda yang kelak dapat menjadi pelopor,
pelangsung, dan penyempurna anam usaha Muhammadiyah.

4. Jalur Program Khusus (MPK)


Program khusus adalah kegiatan-kegiatan, baik formal maupun non
formal yang diselenggarakan oleh Majelis Pendidikan Kader (MPK).
Program-program ini dimaskudkan untuk membina dan memberdayakan
potensi sumber daya insani persyarikatan sehingga dapat menjadi kader-
kader yang tangguh. Kader-kader yang cleleng. Siap dan tahan banting.

F. Jenis dan Bentuk Perkaderan Muhammadiyah

Perkaderan Muhammadiyah dilaksanakan dengan menggunakan berbagai


jenis kegiatan kaderisasi yang terarah, terencana, dan
berkesinambungan. Jenis-jenis kegiatan kaderisasi yang dilaksanakan
secara umum terdiri dari dua kategori, yaitu perkaderan utama dan
perkaderan fungsional.
1. Perkaderan Utama

Perkaderan utama adalah kegiatan kaderisasi pokok yang dilaksanakan


dalam bentuk pendidikan atau pelatihan untuk menyatukan visi dan
pemahaman nilai ideologis serta aksi gerakan yang diselenggarakan oleh
Pimpinan Persyarikatan atau MPK dan AUM. Perkaderan utama terdiri dari
dua bentuk Darul Arqam dan Baitul Arqam. Perkaderan ini dilaksanakan
dengan standar kurikulum yang baku dan waktu penyelenggarannya pun
ditetapkan dengan waktu tertentu.

Darul Arqam diprioritaskan untuk Pimpinan Persyarikatan, Unsur


Pembantu Pimpinan, dan Pimpinan Tertentu (top manager) AUM. Darul
Arqam diselenggarakan selama seminggu (untuk puast), lima hari
(wilayah), dan empat hari (untuk pimpinan AUM).

Sedang Baitul Arqam sasarannya adalah untuk para anggota, simpatisan,


dan pimpinan yang tidak dapat mengikuti kegiatan Darul Arqam karena
berbagai kendala. Baitul Arqam biasanya diselenggarakan dalam tiga hari.

2. Perkaderan Fungsional

Perkaderan Fungsional adalah kegiatan kaderisasi yang terstruktur namun


tidak ditetapkan standar kurikulumnya secara baku untuk mencukupi
kebutuha dan fungsi tertentu dari Majelis atau Lembaga. Perkaderan
fungsional dilaksanakan sebagai pendukung perkaderan utama dan
dilaksanakan dalam bentuk pendidikan, pelatihan, kursus, dan kajian
intensif.

Bentuk-bentuk kegiatan perkaderan fungsional di antaranya adalah:


- Pelatihan Instruktur
- Pelatihan yang diselenggarakan Majelis dan Lembaga
- Pengajian Pimpinan
- Pengajian Khusus
- Pelatihan Tata Kelola Organisasi
- Diklat Khusus

G. Arah Perkaderan Muhammadiyah

Perkaderan pada hakekatnya merupakan pembinaan personel anggota


dan pimpinan secara terprogram dengan tujuan tertentu bagi
Persyarikatan. Dalam Muhammadiyah perkaderan dititikberatkan pada
pembinaan idiologi; pembinaan kepemimpinan; membangun kekuatan
dan kualitas pelaku gerakan, idiologi gerakan dan mengoptimalkan sistem
kaderisasi yang menyeluruh dan berorientasi ke masa depan. Dengan
demikian, perkaderan Muhammadiyah menjadi upaya penanaman nilai,
sikap dan cara berpikir, serta peningkatan kompetensi dan integritas
terutama dalam aspek idiologi, kualitas kepemimpinan, ilmu pengetahuan
dan wawasan bagi segenap pipmpinan, kader dan anggota/warga
Muhammadiyah. Dengan kata lain, dalam perkaderan harus terjadi
penyadaran, peneguhan dan mengayaan. Upaya ini bisa dipahami dalam
rincian berikut.

1. Pembinaan KeIslaman

a. Penanaman nilai-nilai Islam sesuai dengan pandangan Muhammadiyah


b. Pembinaan aqidah
c. Pembinaan ibadah
d. Pembinaan akhlaq
e. Pembinaan mu’amalah duniawiyah

2. Pembinaan Jiwa Persyarikatan

a. Pemahaman sejarah dan dinamika garakan pembaharuan dan


pemikiran Islam dalam konteks memahami Muhammadiyah sebagai
gerakan Islam
b. Meneguhkan ideologi gerakan Muhammadiyah
c. Penguatan etika dan kultur bermuhammadiyah

3. Pembinaan Keilmuan dan Wawasan

a. Pengembangan penguasaan metodologi keilmuan dan berpikir ilmiah


b. Penguasaan disiplin ilmu dan aplikasi teknologi sesuai bidang keahlian
masing-masing.
c. Pengembangan wawasan kemasyarakatan, kebangsaan, dan
kenegaraan
d. Pemahaman dinamika dan peta perjuangan umat Islam

4. Pembinaan Kepemimpinan dan Menajemen

a. Kemampuan leadership
b. Pemahaman kemampuan manajeman organisasi
c. Penguasaan manajeman gerakan, manajemen ide, kemampuan
advokasi dan kemampuan pengambilan keputusan/kebijakan
d. Kemampuan manajemen pengembangan masyarakat
e. Pemahaman program Muhammadiyah

5. Pembinaan Penguasaan Keterampilan, Informasi dan Keilmuan

a. Pengembangan potensi diri kader sesuai minat dan bakatnya


b. Pengembangan keahlian dan profesi seperti, seperti kemampuan
analisis kebijakan publik, tehnik rekayasa sosial, tehnik-tehnik advokasi
dan strategi dakwah
c. Pengembangan kemampuan penguasaan dan pemanfaatan teknologi
informasi, jaringan media, internet dan komputer dalam kajian dari
situasi agama serta analisis data untuk keperluan dakwah Islam.

H. Profil Kader Muhammadiyah

Di bagian awal telah dijelaskan bahwa kader berarti elite, yakni bagian
terpilih dan terbaik karena terlatih. Bararti pula jantung suatu organisasi.
Kader juga berarti inti tetap dari suatu resimen. Daya juang resimen ini
sangat tergantung dari nilai kadernya yang merupakan tulang punggung,
pusat semangat dari inti gerakan suatu organisasi. Karena itu hanya
orang-orang yang bermutu itulah, yang terpilih dan berpengalaman
dalam berbagai medan perjuangan, yang taat dan berinisiatif, yang dapat
disebut kader.Kader Muhammadiyah sebagai hasil dari proses perkaderan
adalah anggota inti yang diorganisir secara permanen dan berkemampuan
dalam menjalankan tugas serta misi di lingkungan Persyarikatan, umat
dan bangsa guna mencapai tujuan Muhammadiyah. Karena itu hakekat
kader Muhammadiyah bersifat tunggal, dalam arti hanya ada satu profil
kader Muhammadiyah. Sedangkan fungsi dan tugasnya bersifat majemuk
dan berdimensi luas, yakni sebagai kader Persyarikatan, kader umat dan
kader bangsa.

Sesuai dengan materi pembinaan dalam perkaderan, maka kader


Muhammadiyah tersebut harus memiliki kriteria tertentu dalam aspek
ideologi, ilmu pengetahuan, wawasan, dan kepemimpinan, sehingga
kualitas Iman, Islam dan Ihsan terpadu pada dirinya dalam menjalankan
tugas Persyarikatan. Profil kader Muhammadiyah harus mampu
menunjukkan integritas dan kompetensi akademis dan intelektual,
kompetensi keberagamaan dan kompetensi sosial-kemanusiaan guna
menghadapi tantangan organisasi di masa depan.Integritas dan
kompetensi kader Muhammadiyah dalam tiga aspek ini dapat dipahami
dalam nilai-nilai dan indikatornya sebagai berikut:

1. Kompetensi keberagamaan, dicirikan dengan nilai-nilai:

a. Kemurnian aqidah (keyakinan berbasis tauhid yang bersumber pada


ajaran Al Qur’an dan Sunnah Nabi yang sahih/maqbullah)
b. Ketekunan beribadah (senantiasa menjalankan ibadah mahdhah, baik
yang wajib maupun yang sunnat tathawwu’ sesuai tuntunan Rasullah)
c. Keikhlasan (melakukan sesuatu semata-mata karena Allah SWT)
d. Shidiq (jujur dan dapat dipercaya)
e. Amanah (komitmen dan tanggung jawab moral yang tinggi dalam
mengemban tugas)
f. Berjiwa gerakan (semangat untuk aktif dalam Muhammadiyah sebagai
panggilan jihad di jalan Allah)

2. Kompetensi akademis dan intelektual , dicirikan dengan nilai-nilai :

a. Fathonah (kecerdasan pikiran sebagai Ulul Albab)


b. Tajdid (pembaruan dan berpikiran maju dalam mengembangkan
kehidupan sesuai ajaran Islam)
c. Istiqomah (konsisten dalam pikiran dan tindakan)
d. Etos belajar (semangat dan kemauan keras untuk selalu belajar)
e. Moderat (arif dan mengambil posisi di tengah)

3. Kompetensi sosial kemanusiaan, dicirikan dengan nilai-nilai :

a. Kesalehan (kepribadian yang baik dan utama)


b. Kepedulian sosial (keterpanggilan dalam meringankan beban hidup
orang lain)
c. Suka beramal (gemar melaksanakan amal saleh untuk kemaslahatan
hidup)
d. Tabligh (menyampaikan kebaikan kepada orang lain, komunikatif dan
terampil membangun jaringan)

Dalam menjalankan tugas yang diembannya di manapun dan dalam


suasana apapun, dengan tiga jenis kompetensi itu setiap kader
Muhammadiyah hendaknya mempunyai cara berpikir, sikap mental, dan
kesadaran berorganisasi, serta keikhlasan dalam bingkai khas
Persyarikatan:

1. Memahami hakikat Islam secara menyeluruh yang mencakup aspek


aqidah, ibadah, akhlaq dan mu’amalah duniawiyah, bersumberkan Al
Qur’an dan As Sunnah Al Maqbullah.

2. Melandasi segala sesuatu dengan niat ikhlas mencari ridha Allah


semata-mata.

3. Mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh dalam segenap aspek


kehidupannya, dan berusaha untuk menegakkan Islam dalam kehidupan
pribadi, kehidupan keluarga dan kehidupan bermasyarakat, sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

4. Memiliki semangat jihad untukmemperjuangkan Islam

5. Memiliki kemauan dan kesediaan untuk berkorban demi Islam, baik


korban waktu, harta, tenaga, bahkan nyawa sekalipun.

6. Mempunyai keteguhan hati dalam mengamalkan, menegakkan dan


memperjuangkan Islam, dengan arti kata tidak mundur karena ancaman
dan tidak terbujuk dengan rayuan dan selalu istiqomah dalam kebenaran
7. Mematuhi pimpinan dalam hal-hal yang disukai dan tidak disukai
selama berada dalam kebenaran

8. Mengamalkan ukhuwah Islamiyah dalam kehidupan bermasyarakat

9. Aktif dalam dakwah Islam (Muhammadiyah) secara murni dan penuh.

10. Bisa dipercaya dan mempercayai orang lain dalam organisasi.

Anda mungkin juga menyukai