Anda di halaman 1dari 4

Strategi dan Taktik Gerakan Kaderisasi PMII Attanwir

ANGGA EKA FIRMANSYAH

1914302160

Organisasi merupakan tempat tinggal bagi pemiliknya. Bagaikan sebuah rumah kedua
yang nyaman menurut siapapun yang bisa menempatkan dirinya dengan baik dan sesuai
dengan organisasi. Organisasi PMII memiliki tiga bentuk kaderisasi yaitu formal, non formal,
dan informal, pengkaderan formal meliputi masa penerimaan anggota baru (MAPABA),
pelatihan kader dasar (PKD), pelatihan kader lanjut (PKL), dan pelatihan kader nasional
(PKN). Pengkaderan non formal yakni meliputi segala hal yang berbentuk pendidikan dan
pelatihan berguna untuk mengembangkan potensi kader berupa soft skill. Pengkaderan
informal yaitu keterlibatan seorang kader dalam bermacam ativitas dan peran
kemasyarakatan, apapun posisinya, sebagai penanggungjawab, anggota tim, atau hanya
partisipan saja. Pengkaderan informal ini bisa dijadikan tolak ukur loyalitas dan militansi
seorang kader, karena berhadapan langsung dengan fakta lapangan.

Semakin berkembangnya zaman dengan ditandai munculnya teknologi. Peradaban


manusia sangat pesat perubahannya terjadi di seluruh negara. Semua kalangan bisa
mengakses akan kecanggihan teknologi masa kini. Contohnya adalah Media Sosial menjadi
wahana bagi semua orang untuk berinteraksi secara bebas bisa dilakukan oleh siapapun
dimanapun dan kapanpun. Informasi bisa tersebar bebas di media sosial, terlebih adanya
konten ideologi yang menyimpang dengan ajaran agama dan negara indonesia.

Derasanya informasi yang kita hadapi saat ini perlu kita filter dan kita pastikan sumber
kredibelitasnya. Dan kita sebagai kaum pergerakan harus cerdas dan cermat dalam
menanggapinya. Jangan sampai kita di adu domba oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab dengan mengatasnamakan kelompok masing-masing.

Dalam rangka terus konsisten meneruskan perjuangan-perjuangan para ulama,


masyayikh dan pahlawan-pahlawan serta founding fathers PMII yang telah mengamanahkan
kepada para seluruh kader untuk tetap berjuang dan mengamalkan ajaran para Nabi dan
Rasul. Bahwa kita bukanlah pemula, bukan pula pengakhir, tapi kita adalah rantai-rantai
perjuangan yang harus siap mengemban amanah dan tanggungjawab sebagai ahli waris
insan pergerakan dalam menegakkan keadilan, berkomitmen dalam memperjuangkan cita-cita
kemerdekaan Indonesia serta sebagai wadah bagi insan-insan yang berproses dalam
mengembangkan diri.

Mencapai tujuan organisasi yang mulia termaktub dalam AD/ART PMII Bab IV Pasal 4
yang berbunyi “Terbentuknya pribadi muslim indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT,
Berbudi luhur, Berilmu, Cakap, dan Bertanggungjawab dalam mengamalkan ilmunya, serta

1
komitmen dalam memperjuangkan cita-cita kemerdekaan indonesia” Bukan sekedar satu kali
atau dua kali melakukan sebuah usaha untuk menggapai tujuan tersebut. semestinya
dilakukan secara moving and sustainable biar selalu berada dalam rel pergerakan yang haq
untuk itulah perlu adanya kaderisasi.

Salah satu unsur di dalam organisasi yang terpenting adalah pelaku organisasi
tersebut. semua orang yang terlibat di dalam suatu organisasi dalam mengupayakan
terwujudnya tujuan organisasi tersebut dari orang-orang di organisasi ada yang memiliki
potensi, kontribusi dan peran yang berpengaruh terhadap upaya pencapaian tujuan
organisasi. Sebuah organisasi dengan sistem dan manajemen yang dimilikinya, tidak akan
dapat berjalan dengan baik selama sumber daya manusia yang ada tidak mempunyai
integritas. Seperti halnya yang dikatakan oleh ki hajar dewantara ing ngarsa sung tulada, ing
madya mangun karsa, tut wuri handayani. Konsep itulah yang harus ditanamkan dalam diri
para kader bahwa mereka harus bisa menjadi teladan bagi anggota organisasi melalui narasi
dan diskusi bersama.

Para pendahulu telah menanam ilmu kepada kader, sehingga kita merasakan
nikmatnya. Sekarang kita juga menanam ilmu kepada kader, agar generasi mendatang
merasakan hasilnya. Proses mempersiapkan kader penerus organisasi yang akan
mengemban tanggungjawab sebagai pengurus dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan.
Dengan membuat rencana strategi dan taktik gerakan untuk mencapai tujuan organisasi.
Susunan rencana strategi itu fleksibel artinya tergantung situasi dan kondisi yang ada,
beberapa langkah yang akan diambil dalam mengatur organisasi PMII tidak selalu sama
dengan yang dialami oleh pengurus yang lebih dulu berproses dan menjadi alumni.

Strategi adalah penempatan misi suatu badan atau penetapan sasaran organsasi
dengan mengikat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu
mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan sasaran
utama organisasi akan tercapai1. Strategi merupakan pendekatan secara keseluruhan yang
berkaitan dengan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam jangka waktu
tertentu. strategi juga merupakan faktor yang paling penting dalam mencapai tujuan dan
keberhasilan suatu usaha tergantung pada kemampuan pemimpin yang bisa merumuskan
strategi yang digunakan.

PMII menyebut seorang kader adalah anggota yang telah mengikuti serta dinyatakan
lulus Pelatihan Kader Dasar (PKD) dan follow-up nya 2. Sebagai doktrin terhadap kader PMII
senantiasa memberikan wawasan bahwa mereka adalah seorang pemimpin di muka bumi
yang memberikan kedamaian dan kasih sayang bagi alam semesta. Pendampingan sebagai
suatu strategi yang umum digunakan dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas dari
1
Syafi’i Antonio. Bank Syarian dari Teori ke Praktik. Cet.1 ( Jakarta: GemaInsan,2001), hal. 153—157
2
AD/ART PMII BAB III Pasal 3

2
sumber daya manusia, sehingga mampu mengidentifikasikan sebagai bagian dari sesuatu
yang dialaminya dan berusaha mencari alternatif pemecahan apabila ada suatu
permasalahan.

Hal mendasar kaderisasi adalah upaya mengenali tipe kader dan tak lupa membuat
daftar nama kader yang nantinya bisa dijadikan pegangan tersendiri seorang ketua untuk
mengevaluasi kinerjanya di organisasi secara objektif, Membuat program memang penting
namun ada yang lebih penting daripada itu adalah bentuk karakter yang baik dari kader
sebagai manifestasi ajaran agama Islam Ahlusssunnah Wal Jamaah.

Setiap individu tidak bisa hidup sendiri pasti memerlukan kehadiran orang lain untuk
bisa hidup secara berkelompok, guna menumbuhkan nilai-nilai persatuan serta kerukunan.
Pekerjaan seberat apapun akan terasa lebih ringan jika bisa kerjasama. Sehingga pencapaian
tujuan dari organisasi akan selesai dengan cepat dan baik. Dalam menjalin sebuah kerjasama
itu merupakan sangat penting kuncinya adalah menjalin komunikasi yang baik. Dengan
komunikasi yang baik, maka kita akan mampu menjalin kerjasama yang baik pula. Bekerja
dalam bentuk tim akan lebih efektif dari pada bekerja sendiri-sendiri, Tim tidak hanya penting
dan bermanfaat pada organisasi, tetapi juga memberikan manfaat bagi para kader.
Komunikasi yang baik di dalam organisasi sifatnya membangun untuk kemajuan, jika hal
tersebut kemungkinan besar akan tercipta suasana yang indah terlebih lagi bila saling
mengingatkan Tanpa ada rasa membenci apalagi mencaci.

Unsur lain yang perlu dibangun adalah adanya rasa cinta dan sense of belonging
terhadap organisasi dari setiap kader. Modal dasar yang wajib hukumnya tertanam dalam diri
masing-masing anggota. Karena bagaimanapun juga ketika orang yang sudah memiliki rasa
cinta, segala apapun yang dilakukannya menjadi ringan dan tidak merasa ada paksaan dalam
menjalankan tugas dan kewajiban.

Menanamkan cinta kepada organisasi itu membutuhkan proses, bukan sekedar


kamuflase. Ada beberapa hal yang mungkin bisa dilakukan oleh pendamping kader yakni
melihat suatu kebutuhan manusia pada umumnya. Setiap kader pasti memiliki keinginan yang
berbeda-beda. Kader juga merasa paling tidak satu hal yang harus mereka penuhi dalam
kehidupan mereka sehari-hari itu tercukupi.

Berdasarkan teori hierarki kebutuhan dasar manusia yang dicetuskan oleh abraham
maslow. Kebutuhan Dasar atau Fisiologi, Kebutuhan Akan Rasa Aman, Kebutuhan Sosial
(Rasa Cinta, Kasih Sayang, serta Hak Kepemilikan), Kebutuhan Mendapatkan Penghargaan,
Kebutuhan untuk Mengaktualisasikan Diri 3. Adanya kebutuhan yang harus terpenuhi membuat
setiap individu memiliki keinginan yang kuat untuk bergerak memenuhi kebutuhan tersebut.

3
https://www.gramedia.com/literasi/teori-kebutuhan-maslow/ diakses pada 02 Desember 2022 pukul 14.49

3
Jadi organisasi PMII bisa menjadi ruang yang nyaman untuk kader, jika semua aspek
kebutuhan dasar mereka itu terpenuhi dan didapat di organisasi.

Setelah ada rasa cinta organisasi yang dimiliki oleh kader, hendaknya tentukan dulu
tujuan yang jelas hingga para kader memahami sesuatu yang ingin dicapai nantinya. mau
membuat kegiatan apa saja organisasi akan dibawa kearah mana. Organisasi yang
mempunyai tujuan jelas tentu para kader akan bersimpati kepadanya. Lalu siapa yang
semestinya menjadi inisiator pergerakan. Paling tidak adalah seorang ketua yang menjadi
awal proses pergerakan, karena diakui maupun tidak diakui seorang ketua itu memiliki
kekuatan. Dia bisa menjadi motor penggerak anggotanya atau malah menjadi penghambat
jalannya organisasi. Selanjutnya dengan membentuk kepengurusan yang baik, yang bisa
bekerjasama mencapai tujuan organisasi, dengan menyusun manajemen organisasi secara
terstruktur dan konsisten dalam menjalankan.

Para pengurus hendaknya mampu menjadi suri tauladan bagi kader mencapai
terbentuknya pribadi yang berjiwa ulul albab, hingga bisa diikuti dan ditiru jalannya. Bukan
sekedar di dalam forum agenda formal organisasi, namun bisa ditemani dengan kegiatan
kesehariannya. Hal itu bisa menjaga relasi antara senior dan junior dengan cara yang baik
tanpa melanggar norma-norma yang ada.

Zamannya yang sudah berkembang dengan cepat. Semua informasi tersebar bebas
di media sosial, para kader di dorong untuk berperan sesuai zaman, agar tidak kaku. Melihat
kondisi ini bersama-sama selalu bergerak aktif dan membuat gagasan baru, gebrakan baru
biar tidak jenuh dalam model pergerakan yang sering dilakukan.

Mengingat tujuan organisasi Pergerakan mahasiswa islam Indonesia yang tertulis


secara jelas di dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BAB IV Pasal 4. ini
menjadi gambaran utama kader tentang segala hal yang ingin dicapai selama menjabat atau
berkiprah dalam kepengurusan selaku sebagai eksekutor kegiatan. Tujuan tersebut harus bisa
terintegrasi dalam visi misi dan program kerja yang dibuat agar berjalan terarah tidak keluar
dari keputusan yang dibuat bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Laeli Nur. 2021. “Teori Kebutuhan Maslow: Pengertian, Konsep & Pembagiannya.”
https://www.gramedia.com/literasi/teori-kebutuhan-maslow/ diakses pada 02
Desember 2022 pukul 14.49

Antonio, Syafi’i. Bank Syarian dari Teori ke Praktik. Cet.1 ( Jakarta: GemaInsan,2001), hal.
153—157

AD/ART PMII BAB III Pasal 3

AD/ART PMII BAB IV Pasal 4

Anda mungkin juga menyukai