Skripsi Oke M Farhan Asri 1904216 2023
Skripsi Oke M Farhan Asri 1904216 2023
SKRIPSI
Oleh:
2023
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI
Oleh:
MUHAMMAD FARHAN ASRI
19.04.216
ii
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
Skripsi ini telah diuji dan dinyatakan lulus pada tanggal 1 Agustus 2023
Pembimbing,
Mengetahui,
iii
LEMBAR PERSEMBAHAN
“Skripsi ini penulis persembahkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya telah memberikan kesempatan untuk menikmati indahnya dunia. Kepada
Ayah, Ibu, Kakak , Adik serta Om dan Tante yang selalu memberikan kasih
sayang, dukungan doa, semangat yang tiada terhingga, selalu mendukung,
memotivasi, dan memberikan nasehat.”
iv
LEMBAR PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT
bahwa skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya sendiri. Karya ini belum
dipublikasikan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi atau lembaga lain
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip secara langsung maupun
tidak langsung dari penulis lain dalam karya yang dipublikasikan maupun tidak
dipublikasikan, telah disebut dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di
v
RIWAYAT HIDUP
2007 dan tamat pada tahun 2008. Peneliti melanjutkan pendidikan formal di
Sekolah Dasar Negeri (SDN) 09 PPA Solok pada tahun 2007 dan tamat pada
Pertama (SMP) Negeri 1 Solok pada tahun 2013 sampai pada tahun 2016, Peneliti
Solok pada tahun 2016 sampai pada tahun 2019. Peneliti melanjutkan pendidikan
kampus Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) periode 2019 serta menjadi wakil
Demikianlah riwayat hidup peneliti secara singkat, semoga dengan ini pembaca
vi
ABSTRAK
Konselor adiksi adalah orang yang memiliki kompetensi pada bidang kesehatan
dan sosial dalam melaksanakan kegiatan rehabilitasi sosial korban
penyalahgunaan NAPZA. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui
peran konselor adiksi dalam pelaksanaan rehabilitasi sosial korban
penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Penuai Indonesia. Sedangkan tujuan
khusunya yaitu untuk mengetahui gambaran kondisi secara komprehensif,
mendalam dan faktual tentang: 1) Peran konselor adiksi. 2) Strategi konselor
adiksi. 3) Peran konselor adiksi dianggap penting. 4) Waktu konselor adiksi harus
terlibat. 5) Efektivitas peran konselor adiksi. 6) Tempat konselor adiksi
melaksanakan perannya. Metode yang digunakan yaitu deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data: wawancara mendalam,
observasi, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Peran
konselor adiksi dalam pelayanan rehabilitasi sosial yaitu memberikan
pendampingan, melakukan konseling, menyediakan informasi dan membantu
klien menemukan solusi untuk masalahnya. (2) Peran konselor adiksi dalam
membantu dalam proses rehabilitasi sosial yaitu memberikan edukasi, penggunaan
teknik CBT dan REBT serta membangkitkan harapan. (3) Peran konselor adiksi
dianggap penting adalah konselor adiksi harus mampu memahami kondisi dan
kebutuhan korban, serta menerapkan pendekatan yang tepat dan efektif. (4) Dalam
pelayanan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA, konselor
adiksi harus siap untuk mengalokasikan waktu yang cukup dan fleksibel. (5)
Peran konselor adiksi dalam pelayanan rehabilitasi sosial dianggap kurang efektif
oleh klien. (6) Tempat konselor adiksi melaksanakan perannya terjadi di ruang
konseling, terapi khusus, observasi, edukasi, serta interaksi di luar yayasan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti merancang "Program Peningkatan
Kompetensi Pekerja Sosial dan Konselor adiksi melalui Educational Group".
Diharapkan dengan dilaksanakannya program ini maka proses tahapan intervensi
dapat lebih maksimal karena konselor adiksi dapat bekerja dengan baik.
vii
ABSTRAK
Addiction counselors are people who have competence in the health and social
fields in carrying out social rehabilitation activities for victims of drug abuse. The
general purpose of this study is to determine the role of addiction counselors in
the implementation of social rehabilitation of victims of drug abuse at the
Indonesian Reaper Foundation. While the main purpose is to find out a
comprehensive, in-depth and factual picture of conditions of: 1) The role of
addiction counselors. 2) The counselor's strategy. 3) The role of the counselor is
considered important. 4) The counselor's time should be involved. 5) The
effectiveness of the counselor's role. 6) The place where the counselor performs
his role. The method used is descriptive with a qualitative approach. Data
collection techniques are: in-depth interviews, observations, and documentation
studies. The results of the study are (1) The role of addiction counselors in social
rehabilitation services is to provide assistance, conduct counseling, provide
information and help clients find solutions to their problems. (2) The role of
addiction counselors in assisting in the social rehabilitation process is to provide
education, use of CBT and REBT techniques and generate hope. (3) The role of
the counselor is considered important is that the counselor must be able to
understand the conditions and needs of the victim, and apply an appropriate and
effective approach. (4) Social rehabilitation services for victims of drug abuse,
counselors must be willing to provide adequate and flexible time. (5) The role of
counselors in social rehabilitation services is considered less effective by clients.
(6) The place where the counselor performs his role occurs in counseling, special
therapy, observation, education, and interaction outside the foundation. Based on
the results of the study, researchers designed the "Social Worker and Counselor
Competency Improvement Program through the Educational Group". It is hoped
that with the implementation of this program, the intervention stage process can
be maximized because the counselor can work well.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat,
waktu. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
2. Dr. Aep Rusmana, M.Si selaku Ketua Program Studi Pekerjaan Sosial
3. Drs. Edi Suhanda, M.Si dan Dra. Nenden Rainy Sundary, MP selaku dosen
4. Ellya Susilowati, M.Si, Ph.D selaku dosen wali yang telah memberikan
5. Seluruh dosen dan staf Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung yang telah
ix
memberikan dukungan selama masa perkuliahan
6. Bapak Alm. Irwan Stefanus selaku Ketua Yayasan Penuai Indonesia melalui
staf yang telah memberikan izin kepada Peneliti untuk melakukan penelitian
7. Konselor adiksi dan Pekerja Sosial di Yayasan Penuai Indonesia yang telah
9. Kepada sahabat terkasih dan seperantauan dari Minang yaitu Haris, Nadya
10. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan
Penulis
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
LEMBAR PERSEMBAHAN.................................................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT.........................iv
ABSTRAK .............................................................................................................v
i
KATA PENGANTAR..........................................................................................viii
DAFTAR ISI............................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii
DAFTAR TABEL................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................5
1.5 Sistematika Penulisan................................................................................6
BAB II KAJIAN KONSEPTUAL...........................................................................8
2.1 Penelitian Terdahulu..................................................................................8
2.2 Kajian Konseptual...................................................................................11
2.3 Kerangka Pemikiran................................................................................45
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................47
3.1 Desain Penelitian.....................................................................................47
3.2 Penjelasan Istilah.....................................................................................47
3.3 Penjelasan Latar Penelitian.....................................................................48
3.4 Sumber Data dan Cara Menentukan Sumber Data..................................49
3.5 Teknik Pengumpulan Data......................................................................50
3.6 Pemeriksaan Keabsahan Data.................................................................52
3.7 Teknik Analisis Data...............................................................................54
3.8 Jadwal dan Langkah-langkah Penelitian.................................................55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................58
xi
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian...................................................................58
4.2 Hasil Penelitian........................................................................................61
4.3 Pembahasan.............................................................................................94
4.4 Analisis Masalah...................................................................................104
4.5 Analisis Kebutuhan...............................................................................105
4.6 Analisis Sumber....................................................................................108
BAB V USULAN PROGRAM............................................................................111
5.1 Dasar Pemikiran....................................................................................111
5.2 Nama Program.......................................................................................114
5.3 Tujuan Program.....................................................................................114
5.4 Sasaran Program....................................................................................115
5.5 Sistem Partisipan dan Pengorganisasian Program.................................115
5.6 Metode dan Teknik yang Digunakan....................................................119
5.7 Langkah-langkah Kegiatan....................................................................122
5.8 Rencana Anggaran Biaya......................................................................130
5.9 Analisis Kelayakan Program.................................................................131
5.10 Indikator Keberhasilan..........................................................................133
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN...................................................................135
6.1 Simpulan................................................................................................135
6.2 Saran......................................................................................................140
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................142
DOKUMENTASI................................................................................................144
LAMPIRAN.........................................................................................................144
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
manusia sekarang ini, terutama sekali wabah ini menyerang generasi muda yang
melalui pemakaian narkoba. Tanpa mereka sadari bahwa waktu demi waktu atas
apa yang mereka gunakan dari narkoba tersebut dapat berdampak menjadi
lain.
Menurut Drug Report Badan Narkotika Nasional per Maret tahun 2022
yang terdiri dari Panti Rehabilitasi Pemerintah dan Panti Rehabilitasi Swasta.
Data menunjukkan terjadi terjadi peningkatan kasus NAPZA sebesar 0.03% dari
1
2
ini yaitu dengan didirikannya pusat-pusat rehabilitasi untuk para korban. Pusat
tanggung jawab bagi para korban NAPZA terhadap masa depannya, keluarga dan
dilakukan dengan dua tahap program penanganan yaitu rehabilitasi medis dan
psikis dan sosial klien agar dapat kembali sebagai manusia produktif (Sari, 2020).
konselor adiksi, pendamping sosial dan advokasi sosial sesuai dengan kompetensi
adalah konselor adiksi. Jadi konselor adiksi adalah orang yang memberikan
Menurut Alun Widyantari (2015), peran konselor adiksi adalah (1) sebagai
3
adiksi menjadi penengahnya baik antar residen, keluarga residen maupun pihak
Alasan peneliti memilih lokasi penelitian ini yaitu peneliti pernah melaksanakan
mengetahui tentang kegiatan, pelayanan serta staf yang ada di Yayasan Penuai
Indonesia. Maka dari itu, hal tersebut dapat memudahkan peneliti dalam
untuk mengkaji lebih lanjut tentang “Peran Konselor Adiksi dalam Pelayanan
Indonesia”.
4
menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Peran Konselor
Indonesia?
dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kondisi secara
Indonesia
Manfaat yang akan dicapai dalam penelitian ini terdiri atas manfaat teoritis
1. Manfaat Teoritis
model konseling adiksi yang lebih baik dan efektif. Melalui penelitian,
pengetahuan tentang dinamika adiksi, strategi intervensi, dan metode terapi yang
2. Manfaat Praktis
operasional, populasi dan sampel, alat ukur dan pengujian validitas reliabilitas,
teknik analisis data, teknik pengumpulan data, jadwal penelitian dan langkah-
langkah penelitian.
7
dua bagian besar. Bagian pertama berisi uraian tentang karakteristik masing-
masing variabel. Bagian kedua memuat uraian tentang hasil pengujian hipotesis.
BAB VI Simpulan dan Saran, memuat tentang kesimpulan hasil penelitian dan
saran penelitian.
Daftar Pustaka
BAB II
KAJIAN KONSEPTUAL
1. Ilmi Tazkiya, 2021, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Peran
Provinsi Riau. Cara untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan studi dokumentasi.
sebagai pendampingan bagi pecandu, adapun hal yang dilakukan pada saat
konselor adiksi kepada konselor adiksi itu sendiri serta kepada pekerja sosial.
2. Nurul Akhwat R, H.M Sattu Alang, ST. Rahmatiah, 2020, Universitas Islam
8
9
adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metode
yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Jurnal ini
(YKP2N) Makassar.
Penuai Indonesia.
3. M Aulia Yafi. 2022. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
Bandung serta untuk mengetahui tugas dan fungsi konselor adiksi dalam proses
pembelajaran langsung. (2) Tugas dan fungsi konselor adiksi adalah melakukan
Pada penelitian oleh penulis, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui secara faktual dan mendalam mengenai peran konselor adiksi dalam
yaitu kualitatif dan variabel yang digunakan yaitu peran konselor adiksi.
Perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu terkait teori variabel peran konselor
adiksi dan objek penelitian yaitu peneliti melakukan penelitian di Yayasan Penuai
peran dan harapan yang menjelaskan apa yang harus dilakukan individu dalam
situasi tertentu untuk memenuhi harapan mereka sendiri atau harapan orang lain
dilaksanakan oleh seseorang yang menempati atau memangku suatu posisi dan
berharap bahwa apa yang dijalankan sesuai dengan keinginan diri lingkungannya.
3. Peran juga dapat diartikan sebagai perilaku individu dalam suatu struktur
sosial.
hak dan tanggung jawab yang didefinisikan oleh suatu lingkungan sosial kepada
Setiap peran bertujuan agar antar individu yang melaksanakan peranan dengan
hubungan yang diatur oleh nilai-nilai sosial yang diterima dan ditaati oleh
kehidupan masyarakat
1. Peranan Normatif yaitu peran individu atau lembaga yang didasarkan pada
seperangkat norma yang berlaku di masyarakat.
peran yang didasarkan oleh Soekanto (2002) karena teori ini yang paling relevan
rehabilitasi kecanduan atau ketergantungan secara fisik dan mental terhadap suatu
zat dan memiliki kompetensi di bidang kesehatan dan sosial yang mengkhususkan
pecandu NAPZA agar dapat pulih dari lingkaran adiksinya sehingga dapat
pecandu NAPZA agar dapat kembali pulih dan dapat beraktifitas seperti semula.
a. Melakukan Asesmen
dan konseling assesment yaitu mengukur suatu proses konseling yang harus
dilaksanakan atau berlangsung. Menurut Sutoyo (2019) asesmen adalah suatu cara
masalah (gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok orang. Asesmen
yang dilakukan oleh konselor adiksi bagi klien pecandu NAPZA untuk
klien. Asesmen yang dilakukan harus menilai permasalahan klien secara terus
kekambuhan.
b. Melakukan Konseling
adiksi terlatih terhadap klien (konseli). Layanan Konseling dilakukan secara tatap
muka dan direncanakan untuk membantu orang lain dalam memahami dirinya,
khususnya melalui rekonstruksi konsep diri individu atas dirinya sendiri, serta
dengan lingkungannya.
c. Melakukan Intervensi
terhadap pecandu dan segala akibat pemakaiannya, baik terhadap diri sendiri
penggunaan zat, kesehatan fisik dan mental, lingkungan sosial, dan faktor-faktor
jangka pendek dan jangka panjang, serta penentuan metode dan pendekatan terapi
yang sesuai.
c. Terapi Individu
17
d. Terapi Kelompok
untuk individu yang mengalami masalah adiksi. Mereka memimpin diskusi dan
pola pikir, perilaku serta membantu mengatasi hambatan yang mungkin muncul.
yang terkait dengan kecanduan NAPZA. Konselor adiksi juga harus dapat
mungkin muncul, serta aspek psikologis yang terkait dengan proses pemulihan.
Penelitian oleh Rachmawati, T (2018) ini yang menjadi dasar bagi peneliti
penelitian.
Hasil penelitian oleh Sari, P (2018), ini yang mendasari peneliti dalam
landasan teoretis yang kuat untuk menggambarkan peran dan kontribusi penting
Konselor adiksi harus mampu memahami kondisi dan kebutuhan korban, serta
teoretis yang kuat untuk menggambarkan peran dan kontribusi penting konselor
Sosial
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sari (2020), konselor adiksi harus
NAPZA sejak awal proses rehabilitasi. Hal ini penting karena konselor adiksi
20
masalah dan menemukan solusi untuk memperbaiki situasi mereka. Selain itu,
kerja yang kuat untuk menjelaskan mengapa keterlibatan konselor adiksi sejak
dampak positif yang signifikan. Selain itu, pemilihan teori ini memudahkan
peneliti dalam membahas hasil penelitian mengenai waktu konselor adiksi harus
dan tenaga profesional terkait merasa terbantu dan mendapatkan manfaat besar
dari adanya konselor adiksi dalam proses rehabilitasi. Konselor adiksi membantu
NAPZA dianggap sangat efektif. Teori ini memberikan kerangka kerja untuk
Dalam Ilmi (2021) bahwa proses pelayanan rehabilitasi sosial itu terjadi di
lingkungan yayasan itu sendiri, dimana mencakup ruang konseling, ruang terapi
khusus, ruang observasi, ruang edukasi, serta interaksi diluar yayasan seperti
kunjungan rumah (home visit). Dengan demikian, konselor adiksi akan dapat
memberikan pelayanan rehabilitasi yang lebih baik dan efektif bagi korban
kerangka kerja yang relevan untuk menganalisis interaksi antara individu dan
Dalam teori yang dipakai mengenai peran konselor adiksi, teori yang telah
disebutkan diatas merupakan dasar bagi peneliti dalam membahas hasil penelitian.
Hal ini, karena teori yang digunakan relevan dengan hasil penelitian yang
sosial dan bisa juga melalui lembaga- lembaga pelayanan sosial bagi
lain:
dapat berfungsi sosialnya dan tercipta kondisi sosial masyarakat untuk mencapai
tujuan-tujuannya.
permasalahan sosial dan emosional residen dan keluarganya, baik secara individu,
Konsekuensi dari peran ini, pekerja sosial harus terlibat dalam setiap
proses pelayanan mulai dari proses penerimaan (Intake Process), tahap awal
(Primary Stage), tahap lanjutan (Re-Entry Stage), hingga proses setelah residen
kembali kepada masyarakat. Dengan peranan seperti ini, pekerja sosial harus
ditampilkan oleh pekerja sosial menurut Dwi Heru Sukoco (1995:22-27), antara
lain:
kepentingan residen dengan sistem sumber yang ada, dengan harapan dapat
konseling kepada residen. Peran ini merupakan keterampilan dan tugas yang
paling utama dari seorang pekerja sosial dalam menerapkan metode pekerja
pemberi pertolongan dan bantuan kepada residen dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya.
dalam mencapai hasil yang dikehendaki, seperti perubahan tingkah laku dan
dihadapinya, yaitu:
5. Penghubung (Liaison officer), yaitu pekerja sosial harus dapat berperan untuk
menghubungkan residen dengan keluarga, orang tua dan lembaga. Selain itu,
dalam peranan ini pekerja sosial harus dapat memberikan informasi yang
7. Perubah (change agent), yaitu peran pekerja sosial sebagai agen perubahan
hukuman (punishment).
10. Teladan (role model), yaitu pekerja sosial berusaha menampilkan dirinya
Teori ini yang menjadi dasar bagi penelitian agar memudahkan dalam
membahas hasil penelitian karena teori ini sejalan dan relevan dengan penelitian
yang peneliti lakukan. Selain itu, teori ini sudah banyak dipakai oleh penelitian
rehabilitasi sosial. Secara umum kamus psikologi mengartikan bahwa itu adalah
kepada masyarakat. Hal ini juga dapat disebutkan sikap kita kepada mereka yang
27
pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental, maupun sosial, agar penyalahgunaan
norma dan nilai, serta kultural yang disetujui, dipahami dan dianut bersama.
Terapi ini bertujuan agar klien dapat mengolah subkultur yang dianut pengguna
kearah kultur masyarakat luas (mainstream society), menuju kehidupan yang sehat
dengan peran yang disertai hirarki dengan keistimewaan dan tanggung jawab.
Model ini biasanya merupakan model rawat inap dengan periode dua belas hingga
delapan belas bulan yang diikuti dengan program aftercare jangka pendek.
3) Program pengobatan.
4) Program pendidikan.
9) Rehabilitasi vokasional.
memfasilitasi korban NAPZA dalam mengatasi masalahnya dari aspek bio, psiko,
sosial, dan spiritual. BNN telah menyusun tahapan dan pedoman pelayanan
organisasi lain guna memperoleh dukungan dan data awal calon klien residen
intervensi.
dan olahraga.
e) Bimbingan mental dan sosial. Bimbingan mental dan sosial meliputi bidang
residen (psikologis).
f) Bimbingan orang tua dan keluarga. Bimbingan yang dimaksud agar orang tua
dan rehabilitasi yang diarahkan untuk menyiapkan kondisi residen yang akan
pemulangan residen kepada orang tua atau wali, dilakukan ke sekolah maupun
Program Pemulihan Korban NAPZA sudah disusun standar minimal dan pedoman
ditetapkan.
NAPZA adalah bahan kimia baik sintetik maupun organik yang merusak
ketagihan, terganggu pada bagian saraf atau mampu tidak sadarkan diri.
Dengan kata lain, NAPZA adalah obat-obatan yang mampu mengganggu sistem
NAPZA adalah zat kimia yang dibutuhkan untuk merawat kesehatan, ketika zat
tersebut masuk dalam tubuh maka terjadi satu atau lebih perubahan fungsi di
dalam tubuh. Lalu, dilanjutkan lagi dengan ketergantungan secara fisik dan psikis
pada tubuh sehingga bila zat tersebut dihentikan penggunaannya akan terjadi
gangguan secara fisik dan psikis. NAPZA memiliki daya adiksi (ketagihan) yang
sangat berat, selain itu juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya
habitual (kebiasaan) yang sangat tinggi. Ketiga sifat NAPZA inilah yang
dalam jumlah berlebih yang secara kurang teratur, dan berlangsung cukup lama
bebas dari rasa murung, mengurangi keletihan kejenuhan atau kebosanan, untuk
1. Narkotika Golongan I
termasuk buah dan jeraminya, kecuali bijinya. 2) Opium mentah, yaitu getah yang
2. Narkotika Golongan II
33
Adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk
4. Psikotropika
dimaksud dengan psikotropika adalah zat atau obat alamiah maupun sintetis, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat, yang
2) Stimulan, yaitu obat yang bekerja mengaktifkan susunan kerja sistem saraf
seperti ecstasy, zat aktif yang terkandung dalam ecstasy adalah amphetamine,
menimbulkan ketergantungan fisik maupun psikis, serta efek toleransi yang cukup
tinggi. Obat yang termasuk halusinogen antara lain : LSD ( Lysergic Acid
4) Cannabis sativa, yang biasa disebut dengan ganja sebuah tanam perdu
yang mengandung getah berwarna hijau tua atau kecoklatan yang apabila
5. Zat Adiktif
2) Fensiklisida, merupakan suatu senyawa yang larut dalam air maupun alkohol,
zat ini dikenal dengan setelan yang digunakan untuk keperluan anestesi
hewan, zat ini sering dicampur dengan ganja.
3) Inhalansia dan Solven, zat yang digolongkan dalam jenis ini adalah gas dan
zat pelarut yang mudah menguap berupa senyawa organik, yang
dimasukkan dalam plastik lalu dihirup.
35
Berasal dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa ada tiga jenis
ketergantungan.
jenis NAPZA yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi
pemakai. Secara umum, dampak kecanduan NAPZA dapat terlihat pada fisik,
1) Dampak fisik
2) Dampak psikis
3) Dampak sosial
Dampak psikis, fisik dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan
mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak
sangat kuat untuk mengkonsumsi (Suggests). Gejala fisik dan psikologis ini juga
berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua/
paling efektif dan mendasar adalah metode promotif dan preventif. Upaya yang
37
paling praktis dan nyata adalah represif dan upaya yang manusiawi adalah kuratif
serta rehabilitatif.
1) Promotif
Program promotif ini disebut sebagai program pembinaan. Pada program ini
pembinaanya adalah para anggota masyarakat yang belum memakai atau bahkan
belum mengenal NAPZA sama sekali. Prinsip yang yang dijalani oleh program ini
adalah dengan meningkatkan peranan dan kegiatan masyarakat agar menjadi lebih
sejahtera secara nyata sehingga mereka sama sekali tidak akan pernah berpikir
program yaitu pelatihan dan dialog interaktif pada kelompok belajar, kelompok
2) Preventif
program ini dilakukan kepada masyarakat sehat yang sama sekali pernah
mengenal NAPZA dan agar mereka mengetahui tentang seluk beluk NAPZA yang
efektif apabila dibantu oleh sebuah instansi dan institusi lain termasuk lembaga-
Adapun Bentuk dan agenda kegiatan dalam program preventif ini yaitu:
NAPZA.
Materi penyuluhan ini biasanya disampaikan oleh dokter, ahli hukum, dan
NAPZA di masyarakat. Dalam hal upaya ini bisa dilakukan oleh para aparat
terkait seperti polisi, departemen kesehatan, BNN, dan kejaksaan yang tujuan
3) Kuratif
Program ini juga dikenal dengan program pengobatan, dimana program ini
dapat mengobati pemakai NAPZA ini, hanya dokter yang telah mempelajari
dalam pengobatan ini adalah adanya kerjasama yang baik antara dokter, pasien,
dan keluarganya. Bentuk kegiatan yang bisa dilakukan dalam program pengobatan
ini adalah :
NAPZA.
seperti HIV/AIDS, Hepatitis B/C, sifilis dan lainnya. Pengobatan ini sangat
lengkap dan memerlukan biaya yang sangat mahal. Selain itu pengaruh
penyalahgunaan NAPZA ini tergantung ada jenis NAPZA yang dipakai, kurun
pengedar.
4) Rehabilitatif
Program ini disebut juga sebagai upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga
yang ditujukan kepada penderita NAPZA yang telah lama menjalani pengobatan.
Tujuannya agar ia tidak memakai dan bisa bebas dari penyakit yang ikut
mental dan penyakit bawaan macam HIV/AIDS biasanya ikut menghampiri para
Setelah sembuh masih banyak masalah yang harus dihadapi oleh bekas
pemakai tersebut, yang terburuk adalah para penderita akan merasa putus asa
setelah dirinya tahu terjangkit penyakit macam HIV/AIDS dan lebih memilih
untuk mengakhiri dirinya sendiri. Cara yang paling banyak dilakukan dalam
40
upaya bunuh diri ini adalah dengan cara menyuntikkan dosis obat dalam jumlah
Cara lain yang biasa digunakan untuk bunuh diri adalah dengan melompat
untuk ditabrakkan pada kendaraaan yang sedang lewat. Banyak upaya pemulihan
penderita untuk sembuh serta dukungan kerja sama antara penderita, keluarga dan
lembaga.
Masalah yang paling sering timbul dan sulit sekali untuk dihilangkan adalah
Pengaruh kambuh ini disebabkan oleh keinginan kuat akibat salah satu sifat
NAPZA yang bernama habitual. Cara yang paling efektif untuk menangani hal ini
5) Represif
produsen, bandar, pengedar dan pemakai NAPZA secara hukum. Program ini
Instansi yang terkait dengan program ini antara lain Polisi, Departemen
peran serta masyarakat, termasuk LSM dan lembaga kemasyarakatan lain untuk
menggalakkan pesan dan ajakan untuk melapor ke polisi bila melihat kegiatan
penyalahgunaan NAPZA. Cantumkan pula nomor dan alamat yang bisa dihubungi
ranah yaitu mikro, mezzo, dan makro. Metode intervensi pekerjaan sosial dengan
kelompok termasuk pada ranah mezzo. Kelompok ditetapkan sebagai bagian dari
metode intervensi pekerjaan sosial karena secara historis tidak dapat dilepaskan
kelompok.
profesional yang sudah terlatih dan ahli dalam bidang pendidikan. Pada kegiatan
kelompok pendidikan ini akan dibutuhkan kelas, diskusi serta interaksi kelompok.
6. Self help group (kelompok bantu diri), merupakan suatu kelompok kecil yang
disusun saling membantu dan untuk mencapai suatu tujuan serta bersifat
43
sukarela. Kelompok ini menekankan pada interaksi sosial secara tatap muka
kelompok.
akan adanya hubungan antara dua rangkaian peristiwa yang saling berkaitan.
dimiliki oleh anggota kelompok yang berasal dari dalam dirinya sendiri
barang).
ataupun eksplisit (observasi terhadap tingkah laku pekerja sosial atau anggota
Teori ini dipakai dalam penelitian untuk membahas mengenai teknik yang
Teori ini juga memudahkan peneliti dalam merencanakan program yang dibuat
kesejahteraan sosial menjadi sistem sumber informal atau alamiah, sistem sumber
memberikan bantuan yang berupa dukungan emosional dan afeksi, nasihat dan
uang. Sumber ini diharapkan dapat membantu memperoleh akses kepada sistem
Sumber ini dapat berupa keluarga, teman, tetangga, mitra kerja, dan orang
atau asosiasi formal yang dapat memberikan bantuan atau pelayanan secara
adalah beberapa contoh sistem sumber yang dapat dijangkau dan digunakan oleh
masyarakat luas.
baik fisik, mental, maupun sosial, agar penyalahgunaan NAPZA dapat kembali
rehabilitasi kecanduan atau ketergantungan secara fisik dan mental terhadap suatu
zat dan memiliki kompetensi di bidang kesehatan dan sosial yang mengkhususkan
zat adiktif lainnya. Dalam pelayanan rehabilitasi sosial, peran konselor adiksi
Dalam hal ini, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara faktual
dan mendalam mengenai peran konselor adiksi dalam pelayanan rehabilitasi sosial
peran konselor adiksi sudah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya yaitu
Ilmi Tazkiya (2021), Nurul Akhwat R (2020) dan M Aulia Yafi (2022).
METODE PENELITIAN
Judul yang digunakan dalam skripsi ini adalah “Peran Konselor Adiksi
3.2.1 Peran
pecandu NAPZA agar dapat kembali pulih dan dapat beraktifitas seperti semula.
rehabilitasi kecanduan atau ketergantungan secara fisik dan mental terhadap suatu
zat dan memiliki kompetensi di bidang kesehatan dan sosial yang mengkhususkan
diri dalam membantu orang dengan ketergantungan NAPZA, psikotropika dan zat
adiktif lainnya.
47
48
baik fisik, mental, maupun sosial, agar penyalahgunaan NAPZA dapat kembali
undang No. 35 tahun 2009 tentang NAPZA, maka dapat dikaitkan bahwa pecandu
NAPZA adalah orang yang menggunakan zat atau obat yang berasal dari tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
ketergantungan.
Dalam hal ini lokasi penelitian yang peneliti lakukan yaitu di Yayasan
penyalahgunaan NAPZA.
2. Yayasan Penuai Indonesia terdapat residen pecandu NAPZA dan yang pernah
mengalami relapse.
Berikut merupakan penjelasan dari sumber data primer dan sumber data
1. Sumber data primer yaitu sumber data utama yang diperoleh langsung dari
2. Sumber data sekunder yaitu sumber data pendukung yang diperoleh dari
2. Pekerja Sosial serta staf yang ada di Yayasan Penuai Indonesia, dengan ini
Indonesia.
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa teknik seperti
1. Wawancara Mendalam
antara lain beberapa orang konselor adiksi dan pekerja sosial. Wawancara
dalam pelayanan rehabilitasi sosial. Pada wawancara mendalam ini peneliti akan
bahwa tujuan wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara
lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-
meminta izin kepada informan untuk kembali menghubungi informan apabila data
2. Observasi
adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui
observasi secara terang-terangan dan tersamar, yang mana secara teori menurut
akan melakukan penelitian, namun pada saat tertentu peneliti tidak akan terus
terang atau tersamar dalam melakukan observasi, hal ini menghindari apabila data
yang dicari merupakan data yang dirahasiakan jadi kalau dilakukan terus terang
3. Studi Dokumentasi
pencarian data ini sangat bermanfaat karena dapat dilakukan dengan tanpa
yang dianut oleh objek yang diteliti. Pengumpulan data perlu didukung pula
ini akan berguna untuk mengecek data yang telah terkumpul dan bertujuan untuk
Indonesia.
a. Ketekunan Pengamatan
empiris secara mendalam dan relevan dengan fokus penelitian mengenai peran
b. Triangulasi
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data yang diperoleh mengenai peran ninik mamak
kembali keabsahan data yang dapat diperoleh dari tokoh formal dan informal.
Teknik ini merupakan suatu cara memperoleh data yang diperoleh dari
dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang
berbeda.
membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
orang di depan umum dengan apa yang dikatakan orang secara pribadi yakni
yang dilakukan pada umumnya melalui teknik wawancara dengan observasi dan
c. Kecukupan Referensi
untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti meliputi rekaman
sesuatu itu objektif atau tidak, bergantung pada persetujuan beberapa orang
pembimbing.
penelitian dengan cara uraian rinci (thick description) dan melaporkan hasil
penelitian sehingga uraian itu dapat dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang
1. Reduksi Data
2. Penyajian Data
dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2005:95) menyatakan bahwa yang sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif. Penyajian data diperoleh dalam bentuk matriks yang mampu
menggambarkan berbagai temuan data yang sudah diperoleh dan darimana data
tersebut diperoleh.
3. Penarikan Kesimpulan
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles & Huberman
adalah penarikan kesimpulan. Proses ini dilakukan terhadap data – data yang telah
dikumpulkan melalui berbagai macam teknik, dan dari berbagai sumber yang
No Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan Tahun 2023 Bulan Ke-
Tahap Persiapan 1 2 3 4 5 6 7 8
1. Penjajakan
2. Studi Literatur
3. Pengajuan dan Perbaikan Judul
4. Penyusunan Proposal Penelitian
5. Seminar Proposal Penelitian
6. Perbaikan Proposal Penelitian
7. Penyusunan Instrumen Penelitian
Tahap Pelaksanaan
8. Pengumpulan Data
9. Pengolahan dan Analisis Data
Tahap Penyusunan Skripsi
10. Penulisan Skripsi
11. Sidang Skripsi
proposal.
4. Seminar proposal dilakukan untuk mendapatkan saran atau kritik dari dosen
data yang dilakukan oleh peneliti mengenai Peran Konselor adiksi dalam
dokumentasi.
Yayasan Penuai Indonesia (YPI) dibentuk pada tahun 1999, berawal dari
mencari pusat rehabilitasi rasial untuk merawat dan menolong putranya agar dapat
terbebas dari kecanduannya. Saat itu pusat rehabilitasi telah penuh dan harus
menunggu hingga terdapat klien yang keluar dari pusat rehabilitasi kemudian
membuka sendin pusat rehabilitasi agar tidak ada orang tua lainnya yang akan
didirikan dengan tujuan yang besar yaitu Yayasan Penuai Indonesia bisa menjadi
pusat rehabilitasi yang besar dan baik, agar mampu menolong setiap orang yang
58
59
dibentuk menjadi pusat sarana rehabilitasi yang menangani 2 divisi yaitu divisi
Divisi NAPZA yakni residen akan melewati intake process (proses penerimaan).
berkeliling fasilitas. Pada tahap ini dilakukan pula screening pada keluarga residen
tanpa melibatkan residen. Hal ini bertujuan untuk menggali permasalahan residen
dari pihak keluarga dan melihat kebutuhan residen, serta menilai kesiapan calon
residen dan keluarganya untuk mengikuti program yang akan berlangsung selama
kurang lebih satu tahun. Setelah pihak keluarga menyetujui untuk melakukan
akan dimasukkan ke ruang observasi. Pada saat di ruang observasi ini dilakukan
urine test kepada residen guna melihat jenis pemakaian obat-obatan yang
digunakan. Selain itu, urine test bertujuan untuk memastikan bahwa residen masih
berada dibawah pengaruh obat atau tidak. Jika dinyatakan negatif kandungan
61
NAPZA, maka calon residen dianggap telah berada di posisi stabil dan siap
observasi kurang lebih selama satu minggu, bahkan bisa lebih tergantung kondisi
acceptance (penerimaan) pada diri residen, karena pada saat dibawa ke panti pasti
residen akan melakukan blocking (penolakan), selain itu residen juga dalam
kondisi withdrawal atau sakaw. Saat itu juga dilakukan proses detoksifikasi pada
residen. Ruang observasi inilah residen sudah ditentukan siapa konselor adiksinya
wawancara dan observasi dan studi dokumentasi yang dilakukan selama beberapa
kali terhadap konselor adiksi, pekerja sosial serta klien di Yayasan Penuai
Indonesia.
Indonesia. Informan terdiri dari 5 orang yang terdiri dari 3 orang konselor adiksi
sebagai berikut:
62
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat kita ketahui identitas dan latar belakang
masing masing informan. Peneliti hanya melampirkan inisial dari informan untuk
1) Informan R
2) Informan M
3) Informan AS
lulusan S-1 dan sekarang bekerja di Yayasan Penuai Indonesia sebagai salah
pelatihan dan pendidikan yang pernah beliau ikuti. AS sudah terlibat menjadi
4) Informan O
5) Informan A
tahun.
Penuai Indonesia sangat penting dalam membantu individu yang terkena dampak
negatif penyalahgunaan NAPZA untuk pulih secara fisik, mental, dan sosial.
Yayasan Penuai Indonesia adalah lembaga yang berfokus pada rehabilitasi sosial
korban penyalahgunaan NAPZA, dan konselor adiksi berperan sebagai salah satu
Salah satu peran utama konselor adiksi dalam pelayanan rehabilitasi sosial
adalah melakukan evaluasi dan penilaian terhadap kondisi fisik, psikologis, dan
komprehensif, konselor adiksi dapat memahami dengan lebih baik tantangan yang
dihadapi oleh klien serta kebutuhan rehabilitasi yang spesifik. Hal ini
emosional, melalui sesi konseling individu atau kelompok, untuk membantu klien
65
mengatasi stres, kecemasan, dan masalah emosional lainnya yang terkait dengan
proses rehabilitasi.
lainnya di Yayasan Penuai Indonesia, seperti psikolog, pekerja sosial, dan tenaga
informasi dan edukasi kepada keluarga klien tentang pentingnya peran mereka
hubungan yang saling percaya dengan klien dan keluarganya. Mereka menjaga
yang baik antara konselor adiksi dan klien adalah landasan yang kuat dalam
untuk pulih secara fisik, mental, dan sosial, serta memberikan dukungan dalam
“Peran konselor adiksi menurut saya ya, pendampingan, mendampingi klien dan
tanggung jawab dari keluarga terhadap kita”
jawab untuk terlibat aktif dan memberikan dukungan kepada konselor adiksi.
Kolaborasi antara konselor adiksi, klien, dan keluarga merupakan elemen kunci
dalam mencapai hasil yang baik dalam proses rehabilitasi dan pemulihan klien.
kepada klien dalam mengatasi masalah atau kesulitan yang dihadapi. Sementara
“oke, kalau menurut saya peran konselor adiksi ya sebagai pembantu klien atau
residen dalam mencari solusi permasalah terkait NAPZA, seharusnya peran itu
hanya itu dan itu melalui konseling”
pembantu klien atau residen dalam mencari solusi terkait masalah terkait NAPZA.
“Biasanya kan kalau misalkan klien baru dateng tuh pasti ada masalah dan
berbagai macam. Selama yang saya dampingi itu mereka blocking terus kita kasih
pemahaman terus kita gali informasi dari dia sehingga mendapatkan satu
kesimpulan dan kita berikan solusi agar dia bisa disini, memberi masukan atas
permasalahan yang muncul”
adalah untuk memberikan pemahaman kepada klien dan menggali informasi dari
memberikan solusi yang relevan agar klien dapat mengatasi masalah dan
68
mendapatkan bantuan di tempat tersebut. Hal ini juga ditunujukkan saat peneliti
dengan klien. Data yang ditemukan saat observasi yaitu Informan R dan klien
berada di ruang konseling saling mengobrol empat mata, terlihat bahwa Informan
R dengan serius mendengarkan cerita dari klien. Posisi badan informan duduk
tegap didepan klien dengan tangan dilipat di depan dada sedangkan klien duduk
bersandar pada kursi sofa dengan ekspresi wajah kesal yang ditampakkannya.
percakapan rahasia antara klien dengan informan sebagai konselor. Pada saat itu,
“melakukan case conference, berunding juga dengan staf lainnya utk tindakan yg
akan dilakukan oleh klien, dan menjadi penengah antara klien dan keluarga”
conference atau rapat kasus untuk berdiskusi dan berunding dengan staf lainnya
adiksi juga berperan sebagai mediator antara klien dan keluarga. Dalam peran ini,
membangun kerjasama, dan mendukung hubungan yang sehat antara klien dan
keluarganya.
69
tidak hanya bekerja secara individual dengan klien, tetapi juga berkolaborasi
dengan staf lain dalam mengambil keputusan terkait perawatan klien. Selain itu,
peran sebagai penengah antara klien dan keluarga mencerminkan upaya konselor
“kita harus masuk tepat waktu, sesama siapapun terutama antar staf kita harus
saling bisa menghargai, mempunyai sopan santun, berikan greeting, dibalik itu
meningkatkan juga kualitas di dalam lembaga sebagai konselor adiksi, disaat kita
bisa menangani suatu masalah dalam tanggung jawab kita bisa sharing dengan staf
yang lain, tujuannya supaya apa yg kita lakukan untuk klien agar tidak salah
langkah, memecahkan suatu permasalahan”
santun, saling berbagi dengan staf lain, dan bertujuan untuk meningkatkan
dengan tepat.
sebagai ujung tombak dalam memberikan layanan kepada klien. Sebagai ujung
tombak, konselor adiksi berinteraksi langsung dengan klien dan memberikan jasa
diri secara langsung, konselor adiksi dapat memahami kebutuhan dan tujuan klien
dengan lebih baik, serta memberikan bantuan yang spesifik dan efektif.
Konselor adiksi juga berperan dalam membantu klien mengubah pola pikir
individu atau kelompok, mereka membantu klien memahami akar masalah yang
mencegah kekambuhan.
pemulihan, dukungan keluarga, dan komunitas yang relevan. Konselor adiksi juga
dapat bekerja sama dengan tenaga medis dan tim rehabilitasi lainnya untuk
individu.
profesional yang ketat, termasuk menjaga kerahasiaan informasi pribadi klien dan
“keluarga bisa survey dulu melalui staf disini seperti administrasi, marketing,
karena itukan setelah dia survey keluarga bisa memutuskan bisa ditempatkan
ditempat ini,proses penjemputannya bisa diantar keluarga bisa juga dijemput oleh
staf dari yayasan, setelah datang langsung masuk ruang observasi selama 7 hari
dengan melihat perkembangan kondisi klien, setelah itu bisa bergabung dengan
family menjalankan program, dan menjalankan pemulihan dengan aturan dan
disiplin yang ada disini”
ditetapkan.
psikiater, screening awal, masuk dalam program rehabilitasi, fase primary, dan
fase re-entry. Setiap tahapan memiliki peran penting dalam membantu klien dalam
konselor adiksi juga membantu klien dalam merencanakan masa depan setelah
keluar dari lembaga rehabilitasi. Dengan demikian, peran konselor adiksi meliputi
aman, serta menjaga agar tidak ada pelanggaran terhadap prinsip-prinsip penting
“kalau saya, lihat dulu pas datang sampai dia bergabung, liat perkembangannya
selama 1-2 bulan seperti perilaku dan tingkah lakunya, biarkan saja dulu agar
terlihat permasalahannya apa, lalu juga ada pembelajaran atas insiden yang
dilakukan, mulai dari minim dulu seperti tulis menulis sampai yang berat seperti
76
aktivitas fisik, lalu konseling, dengan sendirinya juga dia bakal cerita sendiri, liat
juga kepribadiannya tertutup apa terbuka, dengan pendekatan program pendekatan
ke mereka dan juga konseling”
“mencari akar permasalah terlebih dahulu, kita membuka pikiran klien bagaimana
solusinya agar permasalahan ini bisa terselesaikan”
“oke, yang pertama adalah membina kepercayaan atau trust building, kita
metodenya tetap tidak melewati batas-batas etika, tidak melanggar peraturan yg
ada, ini dilakukan agar klien percaya dan nyaman cerita ke kita teorinya seperti
itu, tapi kalau praktek nya tentu dengan cara-cara kita sendiri menambahkannya
seperti genuine, warm dan lain sebagainya”
4.2.3.4 Metode atau teknik yang biasa digunakan konselor adiksi untuk membantu
korban penyalahgunaan NAPZA dalam mengatasi kecanduan klien
“ya metode ny salah satu juga yaitu ikuti program, copying skill, menghindari
kebosanan terhadap kebiasaan selama disini, lalu kita kasih seminar karna ga bisa
lepas kita harus pake, selebihnya ya pintar-pintar kita, diajakin ngobrol, ngerokok,
pasti ada aja mereka cerita curhat gitu”
“kita konsultasi dengan perawat lalu ke psikiater lalu dia memberikan obat, kita
memastikan obat itu diminum oleh klien sesuai jam yg diberikan psikiater”
77
Pernyataan dari kedua informasi tersebut juga berbeda dengan apa yang
“untuk kecanduan ya tekniknya ada edukasi terkait NAPZA dan adiksi lalu ada
membantu klien mencari tujuan hidup, membangkitakan harapan lalu ada teknik
CBT relapse prevention saya ajarkan lalu ada teknik REBT, lalu pada akhirnya
memberikan edukasi bahwa hidup ini adalah pilihan dia dan pastikan dia memilih
yang benar, memberikan motivasi hidup dimana semua itu dengan tujuan menjaga
pemulihannya”
“jadi contoh emosi, teori nya agak sulit, jadi enak praktek langsung, berikan
pembelajaran dulu baru setelah dia sadar baru kita cari solusi, faktor yg sulit
dinasehati, merasa diri nya benar, itu yg harus dia bisa kendalikan sendiri, pertama
itu dengan berdoa meminta kepada tuhan untuk pulih jadi lebih baik, terus
rencanamu kedepan mau apa, bereskan dulu isu diri nya yg emosi tadi contohnya,
berikan juga treat yang benar agar dia bisa percaya sama kita yg konselor adiksi
ini”
informan M, yaitu :
“melakukan treatment plant dan sesudahnya kita lakukan home visit atau kontak
dengan keluarganya”
“pemulihan itu seumur hidup makanya dibekali tadi diajarkan teknik untuk
dibawa keluar karena dia akan terus berjuang lagi. Dan teknik tadi juga
digunakan dalam merencanakan tujuan klien setelah menjalani program disini”
78
Konselor adiksi memiliki peran yang signifikan dalam membantu individu yang
terkena dampak penyalahgunaan NAPZA untuk pulih secara fisik, mental, dan
emosional dan panduan dalam mengatasi tantangan yang muncul selama proses
rehabilitasi.
4.2.4.1 Peran konselor adiksi yang dianggap sangat penting dalam membantu
korban penyalahgunaan NAPZA dalam proses rehabilitasi sosial
“karna kan jelas datang kesini dia ada pendamping kan pengganti orang tua, kita
jadi tempat cerita, disaat dia mengalami penurunan semangat dalam rehabilitasi,
dia pendek dia gabisa cerita nah disitulah saya masuk sebagai konselor adiksi,
minimal masalah dia saya bantu selesaikan. Kalo ga ada konselor adiksi juga
rehabilitasi ga akan berjalan juga. Jadi intinya sangat penting ya”
“ya karena konselor adiksi disini sangat membantu klien dalam menemukan
permasalahannya serta membantu mencari solusi juga atas permasalahan yg
dialami klien dan juga jembatan antara klien dengan keluarganya. Konselor adiksi
ini lebih cenderung orang yg mengerti apa itu adiksi kita memahami apa yg
79
dirasakan klien jadi kita bisa menjiwai klien itu dan berikan motivasi kepada
klien”
“ya karena paling sering komunikasi dengan klien, saat klien susah, kendala, dan
bercerita kepada konselor adiksi kalo dulu kan ke ibunya, dan selama disini ya ke
kita ajaa”
“nah itu tadi, kita lihat perkembangan masalah dia ya kita berikan terapi yang
menurut dia ga terlalu berat, jangan berikan pembelajaran yang tidak sesuai
dengan isu dia karna ga akan membantu dia sama aja memberatkan dia, berikan
sesuai kemampuan dia pasti nanti dia akan berkembang dengan sendirinya.”
4.2.4.3 Kontribusi terbesar yang diberikan oleh konselor adiksi dalam membantu
korban penyalahgunaan NAPZA dalam mencapai tujuan mereka selama
proses rehabilitasi sosial
“yaa kontribusi sii selalu bisa mendampingi klien setiap kapanpun mereka butuh
nah itu juga tanggung jawab saya buat klien itu sendiri, dan saya juga bisa
membantu menyelesaikan isu yg ada pada mereka dan mereka bisa berkembang
dengan sendirinya berdasarkan pembelajaran yang saya berikan yang akhirnya
saya bangga kalo klien saya bisa berubah isu negatifnya menjadi isu positifnya
jadi gitu”
yaitu:
“ya klien dapat menjalani hidup normal dan dapat berfungsi sebagaimana
mestinya, memberikan motivasi, dukungan, support, penanganan masalah, lebih
cenderung ke situ sih”
“kita harus masuk tepat waktu, sesama siapapun terutama antar staf kita harus
saling bisa menghargai, mempunyai sopan santun, berikan greeting, dibalik itu
meningkatkan juga kualitas di dalam lembaga sebagai konselor adiksi, disaat kita
bisa menangani suatu masalah dalam tanggung jawab kita bisa sharing dengan staf
yang lain, tujuannya supaya apa yg kita lakukan untuk klien agar tidak salah
langkah, memecahkan suatu permasalahan”
“mengikuti pelatihan juga update materi baru untuk membantu pelayanan sebagai
konselor adiksi. Materi juga didapatkan dari BNN dan juga internal trainer yaitu
bro Andre sendiri, dan juga melakukan case conference untuk pemecahan
masalah”
adiksi harus siap meluangkan waktu yang cukup untuk melakukan evaluasi awal
Selain itu, konselor adiksi juga harus memperhatikan jadwal sesi konseling
NAPZA. Sesi konseling biasanya dilakukan secara teratur, baik mingguan atau
bulanan, tergantung pada kebutuhan dan kemajuan klien dalam proses rehabilitasi.
82
Konselor adiksi juga harus tersedia untuk memberikan dukungan dan bimbingan
Selain waktu yang dihabiskan untuk sesi konseling, konselor adiksi juga
dokter, psikolog, pekerja sosial, dan tenaga medis lainnya untuk merancang dan
memadai dan fleksibel untuk terlibat dalam proses pelayanan rehabilitasi sosial
dalam pelayanan ini adalah kunci dalam membantu klien untuk pulih secara fisik,
4.2.5.1 Waktu yang tepat untuk konselor adiksi terlibat dalam proses rehabilitasi
sosial
“.jadi waktu yang tepat ya di saat klien datang baru bisa kita turun tangan buat
klien kita rancang semua rencana pemulihan klien jadi yaa saat klien baru datang
kita bisa tangani langsung”
“saat melakukan konseling, dari awal masuk sampai akhir itu juga proses dan
mereka melakukan program dan klien mengalami masalah kita ikut membantu
menyelesaikan masalah, lebih intens di waktu konseling”
tersebut.
4.2.5.2 Cara seorang konselor adiksi menentukan kapan waktu yang tepat untuk
terlibat dalam proses rehabilitasi sosial untuk korban penyalahgunaan
NAPZA
Cara informan R menentukan kapan waktu yang tepat untuk terlibat dalam
“biasanya setelah melihat kondisi klien setelah keluar dari ruangan observasi dan
berhubungan dengan family menjalankan program pemulihan, kita gali
permasalahannya baru bisa kita tentukan waktu yang tepat buat buat mengolah
klien”
“. kalau klien melakukan blocking ya kita harus bisa membaca pemahaman dulu
tujuan direhab apa sih, untuk kebaikan dia atau keluarga, jadi intinya penentuan
waktu itu berdasarkan kesiapan klien”
84
lainnya, bahwa :
“waktu itu sudah ditentukan dan diatur oleh yayasan tentang kapan waktu
terlibatnya dengan klien, itu salah satu value, ibiden, patuh pada atasan dan harus
kita patuhi”
“butuh waktu sekitar 3 minggu untuk melihat kondisi klien kepada keluarga,
teman ataupun lingkungan mereka, kita tanya ada apa dikeluarga, di sekolah atau
lingkungan kerja, ohh seperti ini tingkat keparahannya, jadi kalau parah kita bisa
sarankan untuk menjalankan program selama 12 bulan, dan sedang itu bisa 6-9
bulan dan ringan ya 3-6 bulan”
“kalau klien melakukan blocking ya kita harus bisa membaca pemahaman dulu
tujuan direhab apa sih, untuk kebaikan dia atau keluarga, jadi intinya penentuan
waktu itu berdasarkan kesiapan klien”
“ya dari awal memang sudah harus terlibat apapun situasinya. Kalo konteksnya
rawat inap itu berhenti total kann, kalo seminggu dua minggu ya jadi clean, yang
tepat yaa saat dia tidak lagi menggunakan NAPZA atau tidak dalam pengaruh zat.
Kita equal ya samaa, apapun latar belakangnya kita tidak bedain sama ajaa
intervensinya cuman yg membedakan ya perilaku buruknya tadi, tentu saja itu
intervensinya berbeda, tapi kalo soal putus zat ya itu perlakuannya sama saja
kepada klien”
4.2.5.4 Lama proses konseling yang dilakukan konselor adiksi dalam pelayanan
rehabilitasi sosial
85
Jawaban atas pertanyaan ini bahwa rata-rata waktu yang dibutuh dalam
proses konseling yaitu 30-60 menit saja. Informan R dan informan M menjelaskan
“okee, lama proses konseling yang paling ideal itu 45-60 menit. Tergantung
kebutuhan klien juga, contoh aja kalo kita ke psikolog itu menurut mereka
idealnya cuman 20 menit nah disini kita beda.”
sekali konseling.
4.2.5.5 Peran konselor adiksi dapat membantu korban mencapai hasil rehabilitasi
sosial yang lebih cepat dengan terlibat pada waktu yang tepat dalam proses
rehabilitasi sosial
“saat mengetahui permasalahan klien kita bisa langsung rencanain treatment plant
buat mereka agar waktu tidak terbuang sia-sia, jadi semakin cepat kita turun ke
klien ya semakin bagus juga buat perkembangan kondisi klien”
“semuanya equal atau disamaratakan tidak ada bedanya, cepat atau tidaknya itu
tentunya tergantung dari klien juga apakah klien berniat ingin pulih dan berubah
menjadi lebih baik”
yang sangat penting untuk dipahami. Konselor adiksi memiliki peran krusial
pulih secara fisik, mental, dan sosial. Dengan pendekatan yang terarah dan
klien mereka.
individu atau kelompok, mereka membantu klien untuk memahami akar masalah
keterampilan coping yang sehat. Pendekatan ini dapat membantu mengubah pola
konselor adiksi membantu klien untuk membuat keputusan yang lebih baik terkait
gaya hidup yang sehat dan menghindari situasi yang dapat memicu
penyalahgunaan NAPZA.
Kolaborasi antara konselor adiksi, tim rehabilitasi, dan keluarga klien juga
adiksi bekerja sama dengan tim rehabilitasi untuk merancang program pemulihan
yang terintegrasi dan sesuai dengan kebutuhan individu. Selain itu, melibatkan
kebutuhan klien.
memiliki dampak yang penting dalam membantu individu untuk pulih dan
4.2.6.1 Efektivitas peran konselor adiksi dalam pelayanan rehabilitasi sosial untuk
korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Penuai Indonesia menurut
konselor adiksi
88
“yang sudah saya jelaskan tadi di awal kalo buat saya ya 70 berhasil 30 tidak,
kenapa begitu, karena sebanyak apapun konselor adiksi memberikan bantuan klo
dia nya nggak ada niat buat berubah ya sama aja boong, ga ada gunanya mereka
kesini, gitu”
“pastinya belum terlalu efektif karena masih banyak skill yang harus kita
kembangkan sebagai konselor adiksi dalam melakukan pelayanan, dan juga disini
kita kekurangan SDM yang mendukung dalam pelayanan ini itu menyebabkan
kita masih harus terus belajar mengenai penanganan klien itu”
“kurang efektif, karena kita multifungsi, gini ya, fokus kita terpecah karena
dituntut harus bisa segala layanan, dan tidak ada pelatihan untuk multifungsi
tersebut, capek kita sebenarnya, konselor adiksi itu kerjaannya cuman konseling
sajaa, hanya konseling, bukan yang lain, kembali lagi biaya untuk setiap orang
melakukan sesuai pekerjaan itu yaa sangat banyak, ya jadi harus gimana kan, ya
anggaran sih sebenarnya”
4.2.6.2 Peran penting dukungan konselor adiksi dalam proses rehabilitasi sosial
bagi klien yang mengalami ketergantungan NAPZA
“karna kan jelas datang kesini dia ada pendamping kan pengganti orang tua, kita
jadi tempat cerita, disaat dia mengalami penurunan semangat dalam rehabilitasi,
dia pendek dia gabisa cerita nah disitulah saya masuk sebagai konselor adiksi,
minimal masalah dia saya bantu selesaikan. Kalo ga ada konselor adiksi juga
rehabilitasi ga akan berjalan juga. Jadi intinya sangat penting ya”
“saat melakukan konseling, dari awal masuk sampai akhir itu juga proses dan
mereka melakukan program dan klien mengalami masalah kita ikut membantu
menyelesaikan masalah, lebih intens di waktu konseling”
89
“karna kalo dokter psikiater kan klien juga ada konsumsi obat buat penenang gitu
ya harus diawasi terus sama psikiater, makanya sangat penting juga peran
psikiater dalam membantu menangani klien disini dan saya sbg konselor adiksi
juga bisa belajar dari psikiater itu sendiri”
“yaa konselor adiksi ini tidak memiliki kapasitas dalam keperawatan, kedokteran,
kalo diluar kapasitas ya kenapa tidak diberikan ke profesional, kita hanya
memfasilitasi klien dengan psikiater, dokter maupun perawat”
“sangat penting dalam efektifitas pelayanan saya sebagai konselor adiksi jadi saya
tidak malpraktek, misal disuruh suntik saya tidak tahu jadinya malah malpraktek
nanti”
“ya seperti tadi, kita mendampingi dia dari nol sampai keluar dari sini dan begitu
banyak klien yg sudah saya tangani dan kebanyakan yaa 70 persen berhasil 30 ny
ya jalani sendiri, dari sini saja kita bisa tau kan”
90
“melalui case conference setiap minggu yg dihadiri oleh all staf dan koordinator
divisi”
“oke, karena masih ada ketidak fokusan layanan, sekarang banyak program yang
dari kemensos yang akan memecah fokus kita untuk menjadi konselor adiksi,
semakin tidak efektif sekarang ini karena dituntut banyak hal tapi tidak ada
pelatihan kaya gitu jadinya kita kurang memahami apa yang akan kita lakukan
nantinya”
4.2.6.5 Cara konselor adiksi dan tenaga profesional terkait dapat bekerja sama
untuk meningkatkan efektivitas pelayanan rehabilitasi sosial bagi korban
penyalahgunaan NAPZA
“yaa selalu berkoordinasi juga sama orang2 itu karena kita juga ga bisa jalan
sendiri kann kita ga terlalu paham sama obat2an dan sebagainya jadi harus ada
pendampingan dari psikiater juga”
“contohnya saat klien sakit, saya hubungi perawatnya untuk memeriksa dan
disarankan untuk beli obat atau disarankan ke dokter berdasarkan keluhan mereka,
contohnya seperti itu”
dapat mencakup beberapa lokasi yang relevan. Pertama, konselor adiksi dapat
disediakan oleh yayasan. Ruang konseling yang nyaman dan terpisah membantu
menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi klien untuk berbicara
Selain itu, konselor adiksi juga dapat melaksanakan perannya di area atau
ruang terapi khusus. Misalnya, terapi seni atau terapi olahraga dapat dilakukan di
ruang yang dirancang khusus untuk aktivitas tersebut. Terapi ini memberikan cara
Selain ruang konseling dan ruang terapi khusus, konselor adiksi juga dapat
dengan tim rehabilitasi, seperti dokter, psikolog, dan pekerja sosial, dalam ruang
rapat atau ruang kerja bersama untuk merancang program rehabilitasi yang
luar lingkungan yayasan. Mereka dapat terlibat dalam kegiatan di komunitas atau
kepada klien. Melalui interaksi di luar tempat yayasan, konselor adiksi dapat
92
Indonesia mencakup ruang konseling, ruang terapi khusus, ruang kerja bersama
Pemilihan tempat yang sesuai dan mendukung memainkan peran penting dalam
“. yaa setiap hari ya di facility, kayak ruang konseling yaa dimana aja klien bisa
bercerita”
“ruangan observasi dulu saat screening awal, kalo udah masuk program maka kita
melaksanakan kegiatan ya di facility, ada ruang konseling, serta rumah
pemulihan”
“di semua facility tempatnya, apa yang bisa diakses oleh klien ya maka disanalah
terjadi interaksi antara klien dengan konselor adiksi”
Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi serta dokumentasi oleh peneliti
yang tercantum pada bagian lampiran
93
4.2.7.2 Bentuk fasilitas dan ruang yang tersedia di Yayasan Penuai Indonesia yang
digunakan konselor adiksi dalam menjalankan perannya dalam pelayanan
rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA
“ee ruang edukasi, ruang makan, ruang olahraga, kolam renang karena itu tetapi
juga jadi semakin klien itu sehat semakin dia merasa bahagia, ada juga gazebo
buat ngeroko, ruang ibadah, lapangan terbukaa adaa jugaa, itulah ruangan-
ruangannya”
Pada pertanyaan ini, semua informan juga menjelaskan hal yang sama,
“ada ruangan khusus jugaa, RSG namanya, ruang serbaguna tapi klo utk individu
ya ruang konseling sih biasanya”
Strategi konselor adiksi dalam pemilihan tempat yang nyaman untuk klien
“kita harus liat kenyamanan klien, contoh klien mau merokok ya kita sarankan
untuk di gazebo, nyari senyaman mungkin buat klien cerita, klo tulis menulis ya
di SRG, kalo seminar itu ya di USG juga bisa”
“ya karena kenapa memilih konseling contohnya yaitu konseling itu sifatnya
privasi yang tidak boleh diketahui oleh orang lain dan juga keinginan serta
kenyamanan dari klien itu juga”
“kalo saya memilih itu dulu karena ruangan itu kaca dan bisa dipantau dari luar,
tatanan nya sudah dikondisikan juga jadi akses keluar gampang, seandai konselor
adiksi atau klien nggak nyaman bisa langsung keluar, jadi pada tatanan khusus
juga, bisa ngasih kode juga kalo ada bahaya jadi ruangan itu sifatnya rahasia agar
klien merasa nyaman dan tidak didengar oleh orang lain”
seperti ini yang dikhususkan bagi klien untuk menghadiri pertemuan yang
berhubungan dengan rehabilitasi di luar yayasan. Ini dijelaskan oleh informan AS,
bahwa :
“yaa rujukan, informasi, tidak begitu prinsipnya disini, misal klien sudah selesai
program, terus ada pelatihan dari kemensos nah kita bisa rekomendasikan ke klien
untuk mengikuti pelatihan tersebut, hanya sekedar itu saja, untuk klien rawat inap
belum ada program seperti itu, jatuhnya itu aftercare, sebenarnya bisa saja
didukung tapi memang tidak ada undangan atau program seperti itu”
4.3 Pembahasan
korban untuk mengatasi masalah emosional, sosial, dan psikologis yang terkait
95
dukungan dan motivasi kepada korban untuk mengubah perilaku buruk dan
ketiga informan menegaskan bahwa konselor adiksi memiliki peran yang berharga
dalam mendukung proses pemulihan dan meningkatkan kualitas hidup klien yang
peran sebagai konselor adiksi. Selain itu, mereka juga menekankan bahwa
pelayanan, dan tanggung jawab yang harus diemban oleh konselor adiksi dalam
bahwa konselor adiksi memiliki peran yang berharga dalam mendukung proses
dibutuhkan oleh klien untuk mengatasi masalah penyalahgunaan NAPZA. Hal ini
dan REBT, merupakan upaya yang dilakukan untuk membantu klien dalam
97
menjaga pemulihannya. Selain itu, kolaborasi dengan perawat dan psikiater juga
penting dalam memberikan aspek medis dan farmakologis dalam perawatan klien.
pemulihan yang optimal dan mampu menjalani kehidupan yang sehat dan
pengumpulan data mengenai peran konselor adiksi dalam membantu dalam proses
tujuan hidup, membangkitkan harapan, serta penggunaan teknik CBT dan REBT,
pemulihannya. Selain itu, kolaborasi dengan perawat dan psikiater juga penting
dukungan, motivasi, dan arahan yang diperlukan untuk membantu klien mengatasi
Menurut Sari (2020) bahwa peran konselor adiksi sangat penting dalam
Para konselor adiksi harus mampu memahami kondisi dan kebutuhan korban,
serta menerapkan pendekatan yang tepat dan efektif dalam membantu korban
tantangan fisik, emosional, dan sosial yang muncul selama proses rehabilitasi,
serta pemahaman kepada klien. Kehadiran konselor adiksi memberikan ruang bagi
klien untuk berbagi cerita, mengatasi kesulitan, dan mendapatkan motivasi yang
Indonesia adalah konselor adiksi harus mampu memahami kondisi dan kebutuhan
korban, serta menerapkan pendekatan yang tepat dan efektif dalam membantu
adiksi membantu klien mengatasi tantangan fisik, emosional, dan sosial yang
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sari (2020), konselor adiksi harus
NAPZA sejak awal proses rehabilitasi. Hal ini penting karena konselor adiksi
masalah dan menemukan solusi untuk memperbaiki situasi mereka. Selain itu,
profesional medis dan terapi. Konselor adiksi perlu bekerja sama dengan
profesional medis dan terapi untuk memberikan pelayanan yang terintegrasi dan
konselor adiksi harus terlibat dalam proses pelayanan rehabilitasi sosial korban
harus siap meluangkan waktu yang cukup dan fleksibel dalam proses rehabilitasi
terlibat dalam evaluasi awal, sesi konseling, koordinasi dengan tim rehabilitasi,
yang dihabiskan oleh konselor adiksi sangat penting dalam membantu klien pulih
bersedia menyediakan waktu yang memadai dan fleksibel. Mereka terlibat dalam
berbagai tahapan, termasuk evaluasi awal, sesi konseling, koordinasi dengan tim
krusial dalam membantu klien mencapai pemulihan fisik, mental, dan sosial yang
dan tenaga profesional terkait merasa terbantu dan mendapatkan manfaat besar
dari adanya konselor adiksi dalam proses rehabilitasi. Konselor adiksi membantu
perkembangan terbaru dalam bidang rehabilitasi dan kesehatan jiwa. Mereka juga
pelatihan dan pendidikan lanjutan. Dengan demikian, konselor adiksi akan dapat
memberikan pelayanan rehabilitasi yang lebih baik dan efektif bagi korban
NAPZA di Yayasan Penuai Indonesia dinilai oleh klien dan tenaga profesional
terkait memiliki dampak yang penting dalam membantu individu untuk pulih dan
serta alokasi sumber daya yang memadai dalam melaksanakan tugas konselor
dianggap kurang efektif oleh klien dan tenaga profesional terkait. Dampak yang
penting dari peran konselor adiksi ini membantu individu untuk pulih dan
NAPZA.
pada motivasi klien, pengembangan skill konselor adiksi, dan juga alokasi sumber
daya manusia dan anggaran yang memadai untuk mendukung pelaksanaan tugas
konselor adiksi secara optimal. Semua faktor ini merupakan elemen kunci dalam
lokasi yang relevan. Pertama, konselor adiksi dapat melaksanakan sesi konseling
individu atau kelompok di ruang konseling yang disediakan oleh yayasan. Ruang
aman dan mendukung bagi klien untuk berbicara terbuka tentang pengalaman
pusat rehabilitasi, rumah sakit jiwa, dan klinik kesehatan jiwa. Fasilitas
rehabilitasi ini biasanya memiliki tim multidisiplin yang terdiri dari dokter,
perawat, psikolog, dan konselor adiksi, yang bekerja sama untuk memberikan
perkembangan terbaru dalam bidang rehabilitasi dan kesehatan jiwa. Mereka juga
pelatihan dan pendidikan lanjutan. Dengan demikian, konselor adiksi akan dapat
memberikan pelayanan rehabilitasi yang lebih baik dan efektif bagi korban
ruang konseling, ruang terapi khusus, ruang kerja bersama dengan tim rehabilitasi,
104
serta interaksi di komunitas atau kunjungan rumah. Pemilihan tempat yang sesuai
lingkungan yayasan itu sendiri, dimana mencakup ruang konseling, ruang terapi
khusus, ruang observasi, ruang edukasi, serta interaksi diluar yayasan seperti
kunjungan rumah (home visit). Dengan demikian, konselor adiksi akan dapat
memberikan pelayanan rehabilitasi yang lebih baik dan efektif bagi korban
Yayasan Penuai Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek yang diteliti
Berikut adalah beberapa kendala dan tantangan yang dihadapi oleh konselor
adiksi:
2. Keterbatasan Anggaran
3. Ketidakpatuhan Klien
klien terhadap program rehabilitasi atau rencana pemulihan yang telah ditetapkan.
NAPZA.
tren, pengetahuan terbaru, dan pendekatan terbaik dalam rehabilitasi sosial perlu
diperbarui secara teratur agar konselor adiksi dapat memberikan pelayanan yang
efektif.
106
Penuai Indonesia menunjukkan dampak yang cukup baik, tetapi, dibalik itu ada
waktu maupun tenaga agar dapat memberikan pelayanan yang baik di Yayasan
Penuai Indonesia. Oleh karena itu, hasil penelitian juga menunjukan adanya
harapan agar pelayanan rehabilitasi sosial di Yayasan Penuai Indonesia ini dapat
dilakukan oleh seluruh pihak secara bersama – sama dan menghasilkan pelayanan
termasuk anggaran, operasional, dan fasilitas. Oleh karena itu, ada kebutuhan
untuk meningkatkan sumber daya yang tersedia agar konselor adiksi dapat
penyalahgunaan NAPZA dan rehabilitasi sosial. Hal ini akan membantu mereka
adiksi. Hal ini melibatkan pengaturan sesi supervisi yang teratur, umpan balik
yang konstruktif, dan dukungan dari rekan kerja. Selain itu, konselor adiksi juga
kolaborasi dan jaringan dengan organisasi dan lembaga terkait sangat penting.
pengalaman dari profesional lain dalam bidang ini. Ini dapat dilakukan melalui
108
terkait.
konselor adiksi perlu dilakukan secara rutin. Ini akan membantu mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan dalam pelayanan, serta memberikan umpan balik kepada
sistem sumber yang menjadi potensi dalam upaya untuk mengatasi permasalahan
Allen Pincus dan Anne Minahan (1973) mengemukakan bahwa sistem sumber
kesejahteraan sosial terbagi menjadi tiga, yaitu sistem sumber informal, sistem
a. Keluarga
Keluarga juga dapat memberikan bantuan praktis dalam proses rehabilitasi, seperti
b. Masyarakat
a. Tenaga Profesional
medis lainnya, merupakan sistem sumber formal yang krusial dalam rehabilitasi
profesional juga dapat memberikan pendekatan terapi yang spesifik dan program
c. Lembaga Pemerintah
Nasional, dan lembaga terkait lainnya, juga merupakan sistem sumber formal
dukungan kelembagaan.
a. Organisasi Masyarakat
juga dapat menjadi tempat bagi korban untuk mendapatkan dukungan sebaya dan
b. Media
menyediakan informasi yang akurat dan edukatif mengenai risiko dan dampak
sosial yang dilakukan oleh yayasan. Kerjasama dengan media dapat membantu
BAB V
USULAN PROGRAM
dibutuhkan untuk membantu seseorang dengan penyakit adiksi agar dapat kembali
merupakan salah satu panti swasta yang memberikan pelayanan rehabilitasi sosial
bagi korban penyalahguna NAPZA. Sebagai salah satu tempat rehabilitasi bagi
yang ditunjuk oleh Kementerian Sosial RI. Yayasan Penuai Indonesia memiliki
rehabilitasi kepada klien korban penyalahguna NAPZA agar klien dapat pulih dari
hal mendasar yang harus dilakukan agar proses rehabilitasi yang dijalani oleh
sebagai salah satu panti rehabilitasi bagi korban penyalahguna NAPZA, peran
profesi utama dalam rehabilitasi sosial, peranan dan fungsi konselor adiksi sangat
seharusnya pekerja sosial dan konselor adiksi dapat bekerja sama untuk
menangani klien. Terutama jika dikaitkan dengan sejumlah peran dan fungsi
begitu pula yang terjadi di Yayasan Penuai Indonesia. Kemudian, mereka pada
penyalahguna NAPZA.
klien secara langsung, karena pekerja sosial masih belum berkompeten dalam
dilakukan oleh orang yang pernah mengalami masalah yang sama. Padahal
sebagai salah satu Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) seharusnya pekerja
sosial juga turut dilibatkan dalam penanganan masalah klien rawat inap secara
langsung serta sebagai mitra kerja konselor adiksi dalam melakukan penanganan
Pekerja sosial merupakan salah satu profesi utama dalam rehabilitasi sosial
dilibatkan langsung untuk menangani klien rawat inap, karena pekerja sosial juga
lebih rinci. Konselor adiksi juga tidak kalah penting, tetapi menjadikan konselor
adiksi sebagai profesi utama yang berhak menangani klien karena konselor adiksi
lebih berpengalaman sebenarnya masih kurang tepat. Hal ini juga harus
NAPZA dengan lingkungan sosial, tingkah laku, nilai etika di dalam profesi dan
lain sebagainya. Dengan demikian seorang pekerja sosial yang bekerja di bidang
Indonesia sebagai upaya untuk memecahkan masalah yang ada adalah dengan
memberikan konselor adiksi dan pekerja sosial pemahaman mengenai tugas pokok
kepada klien dapat lebih maksimal karena pekerja sosial dan konselor adiksi dapat
NAPZA.
115
Educational Group".
1. Tujuan Umum
Tujuan umum yang ingin dicapai melalui program ini adalah untuk
2. Tujuan Khusus
Indonesia.
jawab dari pekerja sosial dan konselor adiksi di Yayasan Penuai Indonesia
Sasaran dari program ini adalah dua orang pekerja sosial dan tiga orang
orang.
1. Sistem Partisipan
Sistem partisipan adalah seluruh sistem atau pelaku yang terlibat aktif
dalam pelaksanaan program. Adapun sistem partisipan dalam program ini antara
lain:
Sistem pelaksana perubahan adalah seorang pemberi bantuan atau orang yang
b. Sistem klien
Sistem klien dalam program ini yaitu pekerja sosial dan konselor adiksi
c. Sistem pendukung
117
program ini yang menjadi sistem pendukung yaitu pihak Yayasan Penuai
d. Sistem Kegiatan
e. Pengorganisasian
Struktur organisasi dari program ini dilihat secara garis komando maka
Penanggung Jawab
Ketua Yayasan Penuai Indonesia
Ketua Pelaksana
Koordinator Divisi NAPZA
Bendahara Sekretaris
Bendahara Yayasan Seketraris Yayasan
Seksi
Seksi Acara Seksi Humas Seksi Konsumsi
Perlengkapan
Staf Divisi Staf Humas Staf Catering
Staf
Pekerja Sosial dan Konselor adiksi melalui Educational Group adalah sebagai
berikut:
b. Ketua Pelaksana
c. Sekretaris
mengikuti program yaitu pekerja sosial dan konselor adiksi Divisi NAPZA
ketua pelaksana.
d. Bendahara
e. Seksi-seksi:
1) Seksi Acara
Seksi acara dalam program ini adalah tiga orang staf dari Divisi NAPZA
2) Seksi Humas
Seksi hubungan masyarakat dalam program ini adalah tiga orang staf humas
Penuai Indonesia. Selain itu, seksi humas juga bertugas melakukan koordinasi
3) Seksi Perlengkapan
4) Seksi Konsumsi
Seksi konsumsi dalam program ini adalah staf bagian catering Yayasan
Konselor adiksi dengan Educational Group tidak terlepas dari metode dan teknik
pekerjaan sosial. Penjelasan lebih jelas tentang metode dan teknik yang digunakan
1. Metode
peluang kepada para peserta untuk menerima teori sekaligus praktek dengan
2. Teknik
Menurut Zastrow (2006), teknik dalam metode Social Group Work yang
a. Mengubah Kognisi
dengan apa yang mereka pikirkan tentang suatu situasi yang dihadapinya. Pada
materi peran pekerja sosial dan konselor adiksi dalam proses rehabilitasi
b. Mengubah Afeksi
mereka akan diberikan sebuah satu pokok bahasan sebagai bahan diskusi,
masing sehingga dapat tercipta komunikasi dan terjalin kerja sama yang baik
c. Memecahkan Masalah
Istilah pemecahan masalah ini berarti suatu proses kognitif dan rasional
solusi atas berbagai alternatif yang ada. Proses pemecahan masalah ini dapat
kelompok, atau untuk memecahkan masalah yang dialami oleh salah satu
permasalahan.
kegiatan tersebut maka akan memperjelas peranan dari pekerja sosial dan
kepekaan diri anggota kelompok terhadap anggota kelompok yang lain, sehingga
saling menghargai. Bentuk dinamika kelompok dalam kegiatan ini yaitu berupa
percaya antar anggota dan angin berhembus sebagai pencair suasana setelah
1. Tahap persiapan
a. Menyusun Kepanitiaan
Sosial dan Konselor adiksi melalui Educational Group yang meliputi penanggung
jawab program satu orang, ketua pelaksana satu orang, sekretaris satu orang,
bendahara satu orang, seksi acara terdiri dari tiga orang, seksi humas tiga orang,
Sosial dan Konselor adiksi melalui Educational Group. Materi ditentukan oleh
tiga orang seksi acara dan akan dibawakan oleh narasumber yang berkompeten di
bidangnya. Materi tersebut akan disampaikan pada pelaksanaan dua hari kegiatan.
Bandung.
sosial dan konselor adiksi Yayasan Penuai Indonesia sebagai peserta kegiatan.
2. Tahap Pelaksanaan
kegiatan yang sudah disusun sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Susunan
a. Pembukaan
pemateri dalam kegiatan tersebut yaitu dari BNNK Cianjur, Direktorat Jenderal
126
b. Penyampaian materi
Penyalahguna NAPZA.
penyalahguna NAPZA.
3) Pemaparan materi tentang Tugas Pokok dan Fungsi Pekerja Sosial dan
Materi disampaikan oleh dosen sekaligus pekerja sosial dari Unit Kajian
dan fungsi pekerja sosial serta konselor adiksi yang seharusnya di dalam
Konseling.
Dalam hal ini tujuan dibentuk Educational Group sebagai media berdiskusi
antara pekerja sosial dan konselor adiksi, untuk memperoleh pengetahuan dan
NAPZA.
sosial dan konselor adiksi untuk dapat mencapai tujuan awal dibentuknya
128
kelompok tersebut. Hal ini membutuhkan kerja sama antara fasilitator dan anggota
kelompok.
perasaan serta kebutuhan mereka sebagai partner kerja dalam menangani klien
penyalahguna NAPZA.
tujuan awal.
d. Dinamika Kelompok
129
yaitu berupa menggambar bersama, tujuannya untuk membentuk kerja sama serta
saling percaya antar anggota dan angin berhembus sebagai pencair suasana setelah
3. Tahap Pengakhiran
Evaluasi program yang dilakukan yaitu terdiri dari evaluasi proses dan evaluasi
1) Evaluasi proses
131
belum dan apakah sesuai dengan jadwal yang ditentukan atau tidak, faktor
2) Evaluasi hasil
Evaluasi hasil dilakukan oleh pelaksana program terhadap hasil yang telah
dicapai apakah telah sesuai dengan tujuan atau belum. Ini bertujuan untuk
dengan cara menganalisa hasil kegiatan yang telah dicapai dan kemudian di
b. Pelaporan
Laporan pelaksanaan kegiatan dibuat oleh panitia pelaksana dalam hal ini
a. Honor Pemateri
1) Dirjen Rehsos 1 Orang 1.400.000 1.400.000
2) BNNK Cianjur 1 Orang 1.000.000 1.000.000
3) Pekerja Sosial 2 Orang 1.000.000 2.000.000
4) Biaya Transport 4 Orang 300.000 1.200.000
Narasumber
b. Konsumsi (berat)
1) Narasumber 4 orang x 2 46.000 368.000
2) Peserta 5 orang x 2 25.000 250.000
3) Pelaksana 10 orang x 2 25.000 500.000
c. Alat tulis 1 paket 100.000 100.000
d. Dokumentasi 1 paket 200.000 200.000
3 Tahap Pengakhiran
Rapat evaluasi dan pelaporan
1) Alat tulis 3 paket 100.000 300.000
2) Konsumsi 10 orang 10.000 100.000
Jumlah 7.993.000
Berdasarkan pada Tabel 5.3 diketahui bahwa rincian anggaran yang harus
Sosial dan Konselor adiksi melalui Educational Group selama dua hari yaitu
sebanyak Rp. 7.993.000,00 (Tujuh juta sembilan ratus sembilan puluh tiga ribu
hingga tahap pengakhiran. Sumber anggaran biaya berasal dari keuangan Yayasan
Penuai Indonesia.
Analisis merupakan teknik analisis atau pengujian terhadap program dengan cara
Ancaman (Threats). Analisis SWOT dalam program ini adalah sebagai berikut:
1. Kekuatan (Strength)
b. Adanya keinginan dari pekerja sosial dan konselor adiksi di Panti Rehabilitasi
c. Adanya keinginan dari pekerja sosial dan konselor adiksi di Panti Rehabilitasi
pelaksanaan kegiatan.
2. Kelemahan (Weakness)
konselor adiksi atau pekerja sosial yang sedang bertugas sebagai Mayor On
3. Kesempatan (Opportunity)
4. Ancaman (Threats)
b. Tingkat sumber daya manusia (SDM) dari peserta yang berbeda-beda, baik
Pekerja Sosial dan Konselor adiksi melalui Educational Group layak untuk
dilaksanakan. Hal ini karena kekuatan dan peluang program yang dimiliki lebih
sebagai berikut:
pentingnya peran pekerja sosial dan konselor adiksi dalam proses rehabilitasi
3. Terbentuk kerja sama pekerja sosial dan konselor adiksi Yayasan Penuai
Yayasan Penuai Indonesia (YPI) dibentuk pada tahun 1999, berawal dari
kesulitan mencari pusat rehabilitasi rasial untuk merawat dan menolong putranya
agar dapat terbebas dari kecanduannya. Tahun 2001 merupakan tahun dimana
Yayasan Penuai Indonesia (YPI) dibentuk menjadi pusat sarana rehabilitasi yang
wawancara kepada delapan orang informan yang terdiri dari konselor adiksi dan
Oleh karena itu, Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana peran
136
137
metode ilmiah. Data dan informasi diperoleh melalui wawancara, observasi dan
studi dokumentasi.
Aspek pertama yaitu peran konselor adiksi dalam pelayanan rehabilitasi sosial
adiksi.
Aspek kedua yaitu peran konselor adiksi dalam membantu dalam proses
tujuan hidup, membangkitkan harapan, serta penggunaan teknik CBT dan REBT,
pemulihannya. Selain itu, kolaborasi dengan perawat dan psikiater juga penting
dukungan, motivasi, dan arahan yang diperlukan untuk membantu klien mengatasi
Indonesia adalah konselor adiksi harus mampu memahami kondisi dan kebutuhan
korban, serta menerapkan pendekatan yang tepat dan efektif dalam membantu
adiksi membantu klien mengatasi tantangan fisik, emosional, dan sosial yang
bersedia menyediakan waktu yang memadai dan fleksibel. Mereka terlibat dalam
berbagai tahapan, termasuk evaluasi awal, sesi konseling, koordinasi dengan tim
krusial dalam membantu klien mencapai pemulihan fisik, mental, dan sosial yang
dianggap kurang efektif oleh klien dan tenaga profesional terkait. Dampak yang
penting dari peran konselor adiksi ini membantu individu untuk pulih dan
pada motivasi klien, pengembangan skill konselor adiksi, dan juga alokasi sumber
daya manusia dan anggaran yang memadai untuk mendukung pelaksanaan tugas
konselor adiksi secara optimal. Semua faktor ini merupakan elemen kunci dalam
konseling, ruang terapi khusus, ruang observasi, ruang edukasi, serta interaksi
diluar yayasan seperti kunjungan rumah (home visit). Dengan demikian, konselor
adiksi akan dapat memberikan pelayanan rehabilitasi yang lebih baik dan efektif
140
penyalahgunaan NAPZA dapat ditingkatkan, dan pelayanan yang lebih efektif dan
kepada klien dapat lebih maksimal karena pekerja sosial dan konselor adiksi dapat
NAPZA.
6.2 Saran
Proses pelayanan yang diberikan oleh pihak lembaga dan konselor adiksi
dalam proses rehabilitasi agar pelayanan yang diberikan bisa lebih maksimal dan
efektif.
142
Pekerja sosial dan konselor adiksi diharapkan dapat bekerja sama dalam
pokok dan fungsinya sebagai pekerja sosial dan konselor adiksi. Selalu berusaha
dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya pada saat menjalani rehabilitasi tetapi
Hartono, A. 2019. Kepribadian Profesi Konselor Islami di Era Industri 4.0. Jurnal
Bimbingan Dan Konseling Ar-Rahman, 5(1), 62-66.
Irawan, D., & Nurjannah, I. 2020. Efektivitas Terapi Konseling Kelompok dalam
Menurunkan Tingkat Kecanduan pada Paseksin Rehabilitasi Sosial.
Jurnal Psikologi Undip, 19(2), 118-130. doi: 10.14710/jpu.19.2.118-130.
Jacobs, Ed. E. 2009. Group Counseling: Strategies and Skills, Seventh Edition.
West Virginia: Cengage Learning.
Pincus, Allen dan Anne Minahan. 1973. Social Work Practice: Modal and
Methode. Itasca, Illinois: Peacock Publisher.
Sari, P., Pertiwi, D. A., & Sinambela, L. P. 2019. Peran Konselor adiksi dalam
Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA. Jurnal Konseling
dan Pendidikan. 7(2), 127-132.
Sattu Alang, Nurul Ahwat R, H.M. 2020. Peran Konselor adiksi dalam Menangani
Pecandu NAPZA di Yayasan Kelompok Peduli Penyalahgunaan Narkotika
dan Obat-obatan Terlarang (YKP2N), Makassar. Jurnal Washiyah Volume
1 No. 2.
143
Soekanto, Soerjono. 2002. Teori Peranan. Jakarta: Bumi Aksara.
Tazkiya, Ilmi. 2021. Peran Konselor Adiksi dalam Pemulihan Pecandu NAPZA
di Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau. Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim.
Worden, W. James. 2018. Grief Counseling and Grief Theraphy. New York:
Springer.
Yafi, M. Aulia. 2022. Peran Konselor Adiksi dalam Proses Rehabilitasi Korban
Penyalahgunaan NAPZA. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung.
Sumber lain:
144
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi
145
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian
146
Lampiran 3. Instrumen Wawancara
Informan : Konselor adiksi
1. Karakteristik Informan
a. Nama Informan :
b. Umur :
c. Jabatan :
d. Lama Terlibat :
e. Pendidikan terakhir :
f. Alamat :
147
2. Pertanyaan
148
2. Cara konselor adiksi dapat membantu korban penyalahgunaan NAPZA
dalam merubah perilaku buruk mereka menjadi perilaku yang lebih positif
dan sehat
3. Kontribusi terbesar yang diberikan oleh konselor adiksi dalam membantu
korban penyalahgunaan NAPZA dalam mencapai tujuan mereka selama
proses rehabilitasi sosia
4. Pendapat konselor adiksi tentang yang harus dilakukan untuk
meningkatkan peran dan kualitas konselor adiksi dalam membantu korban
penyalahgunaan NAPZA dalam proses rehabilitasi sosial di Yayasan
Penuai Indonesia
dd. Kapan konselor adiksi harus terlibat dalam proses pelayanan rehabilitasi
sosial korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Penuai Indonesia?
1. Waktu yang tepat untuk konselor adiksi terlibat dalam proses rehabilitasi
sosial
2. Cara seorang konselor adiksi menentukan kapan waktu yang tepat untuk
terlibat dalam proses rehabilitasi sosial untuk korban penyalahgunaan
NAPZA
3. Cara konselor adiksi menentukan waktu terlibatnya dalam proses
rehabilitasi sosial untuk korban dengan tingkat keparahan ketergantungan
yang berbeda-beda
4. Lama proses konseling yang dilakukan konselor adiksi dalam pelayanan
rehabilitasi sosial
5. Peran konselor adiksi dapat membantu korban mencapai hasil rehabilitasi
sosial yang lebih cepat dengan terlibat pada waktu yang tepat dalam proses
rehabilitasi sosial
e. Bagaimana efektivitas peran konselor adiksi dalam pelayanan rehabilitasi
sosial korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Penuai Indonesia dinilai
oleh klien dan tenaga profesional terkait?
149
1. Efektivitas peran konselor adiksi dalam pelayanan rehabilitasi sosial untuk
korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Penuai Indonesia menurut
konselor adiksi
2. Peran penting dukungan konselor adiksi dalam proses rehabilitasi sosial
bagi klien yang mengalami ketergantungan NAPZA
3. Keterkaitan tenaga profesional terkait, seperti dokter, perawat, dan
psikolog, dalam efektivitas peran konselor adiksi dalam pelayanan
rehabilitasi sosial untuk korban penyalahgunaan NAPZA
4. Cara konselor adiksi mengevaluasi efektivitas peran mereka dalam
pelayanan rehabilitasi sosial untuk korban penyalahgunaan NAPZA di
Yayasan Penuai Indonesia
5. Cara konselor adiksi dan tenaga profesional terkait dapat bekerja sama
untuk meningkatkan efektivitas pelayanan rehabilitasi sosial bagi korban
penyalahgunaan NAPZA
150
berhubungan dengan pencegahan dan rehabilitasi sosial di luar Yayasan
Penuai Indonesia
151
Informan : Pekerja Sosial
1. Karakteristik Informan
a. Nama Informan :
152
b. Umur :
c. Jabatan :
d. Lama Terlibat :
e. Pendidikan terakhir :
f. Alamat :
2. Pertanyaan
153
1. Hal-hal yang dilakukan oleh konselor adiksi dalam memberikan pelayanan
rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA menurut
pandangan pekerja sosial
2. Penilaian efektivitas peran konselor adiksi oleh pekerja sosial dalam
pelayanan rehabilitasi sosial untuk korban penyalahgunaan NAPZA di
Yayasan Penuai Indonesia
3. Program atau metode yang dianggap paling efektif dalam membantu
proses rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan
Penuai Indonesia
4. Faktor yang mempengaruhi efektivitas peran konselor adiksi dalam
pelayanan rehabilitasi sosial untuk korban penyalahgunaan NAPZA di
Yayasan Penuai Indonesia
5. Bentuk saran atau masukan yang dapat diberikan kepada Yayasan Penuai
Indonesia dan konselor adiksi dalam meningkatkan efektivitas pelayanan
rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA
154
Lampiran 4. Pedoman Observasi
Pedoman Observasi Penelitian tentang
Peran Konselor adiksi Dalam Pelayanan Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA di Yayasan
Penuai Indonesia Cianjur
No Aspek Observasi Hasil yang akan Dicapai Objek Observasi Langkah-Langkah Perlengkapan yang
Observasi Digunakan
1 Lokasi Penelitian Memperoleh informasi Kondisi lingkungan yayasan Mengamati lingkungan a. Panca indera
yaitu Yayasan mengenai gambaran umum yayasan dengan melakukan b. Alat tulis
Penuai Indonesia Yayasan Penuai Indonesia proses (melihat, mendengar, c. Alat perekam
Cipanas Kabupaten Cipanas Kabupaten Cianjur, merasakan dan mencatat). suara
Cianjur yaitu : d. Alat perekam
a Sarana dan prasarana gambar dan video.
b Fasilitas
155
Lampiran 5. Pedoman Studi Dokumentasi
Pedoman Studi Dokumentasi
Peran Konselor adiksi Dalam Pelayanan Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA di Yayasan
Penuai Indonesia Cianjur
156
Lampiran 6. Transkrip Hasil Penelitian
157
Pertanyaan Jawaban Analisis
158
1.1 Karakteristik Subjek
1. Nama R
2. Alamat Wisma YPI Informan R merupakan laki laki dengan usia
3. Umur 44 Tahun 44 tahun. Beliau merupakan lulusan D-1
Perhotelan dan sekarang bekerja di Yayasan
5. Jenis Kelamin Laki-laki
Penuai Indonesia sebagai salah satu
6. Lama Bekerja Sebagai 8 Tahun konselor adiksi di Yayasan Penuai
Konselor Indonesia. Informan merupakan konselor
7. Pendidikan Terakhir D-1 adiksi dengan latar belakang mantan
pengguna NAPZA serta mantan klien di
Yayasan Penuai Indonesia. R sudah terlibat
menjadi konselor adiksi di Yayasan Penuai
Indonesia selama 8 tahun.
1.1 Peran konselor dalam pelayanan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Penuai Indonesia
1. Bagaimana peran konselor Peran konselor menurut saya ya, Menurut informan R, peran konselor yaitu
menurut pendapat konselor pendampingan, mendampingi klien dan melakukan pendampingan terhadap klien
itu sendiri? tanggung jawab dari keluarga terhadap kita dan juga bertanggung jawab terhadap
kondisi klien kepada keluarga
2. Apa Peran konselor Biasanya kan kalau misalkan klien baru dateng Membantu klien menggali permasalahan
membantu korban tuh pasti ada masalah dan berbagai macam. yang ada pada diri klien dengan terus
penyalahgunaan NAPZA Selama yang saya dampingi itu mereka bloking melakukan pendampingan serta memberikan
dalam mengatasi masalah- terus kita kasih pemahaman terus kita gali pemahaman sehingga bisa mendapatkan
masalah yang muncul informasi dari dia sehingga mendapatkan satu kesimpulan dan solusi yang tepat atas
selama proses rehabilitasi kesimpulan dan kita berikan solusi agar dia permasalahan klien
sosial? bisa disini, memberi masukan atas
permasalahan yang muncul
3. Bagaimana Peran konselor kita harus masuk tepat waktu, sesama siapapun Menurut informan R, dengan masuk tepat
dalam meningkatkan terutama antar staf kita harus saling bisa waktu, saling menghargai dan sopan santun
159
kualitas pelayanan menghargai, mempunyai sopan santun, berikan sesama staf serta sharing pengalaman juga
rehabilitasi sosial bagi greeting, dibalik itu meningkatkan juga kualitas itu merupakan peran konselor dalam
korban penyalahgunaan di dalam lembaga sebagai konselor, disaat kita meningkatkan kualitas pelayanan
NAPZA di Yayasan Penuai bisa menangani suatu masalah dalam tanggung
Indonesia sebagai seorang jawab kita bisa sharing dengan staf yang lain,
konselor? tujuannya supaya apa yg kita lakukan untuk
klien agar tidak salah langkah, memecahkan
suatu permasalahan
1.2 Peran konselor membantu dalam proses rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Penuai
Indonesia
1. Bagaimana Proses keluarga bisa survey dulu melalui staf disini Informan R menjelaskan bahwa dimulai dari
rehabilitasi sosial bagi seperti administrasi, marketing, karena itukan keluarga bisa survei dulu ke yayasan lalu
korban penyalahgunaan setelah dia survey keluarga bisa memutuskan proses penjemputan klien setelah itu
NAPZA dilakukan di bisa ditempatkan ditempat ini,proses dilakukan observasi diruang observasi
Yayasan Penuai Indonesia? penjemputannya bisa diantar keluarga bisa juga selama 7 hari untuk melihat kondisi
dijemput oleh staf dari yayasan, setelah datang emosional klien, setelah itu baru bisa
langsung masuk ruang observasi selama 7 hari bergabung dengan family di rumah
dengan melihat perkembangan kondisi klien, pemulihan untuk menjalankan terapi dengan
setelah itu bisa bergabung dengan family mengikuti aturan di Yayasan
menjalankan program, dan menjalankan
pemulihan dengan aturan dan disiplin yang ada
disini
2. Hal-hal apa saja yang melakukan asesmen, membantu menggali Melakukan asesmen, menggali masalah
dilakukan konselor untuk masalah, memfasilitasi apa yg klien butuhkan, klien, memfasilitasi apa yang klien
membantu korban memberikan konseling tentunya dan juga butuhkan, memberikan konseling serta
penyalahgunaan NAPZA membantu membuat rencana kedepannya membuat treatment plant bersama klien
dalam proses rehabilitasi setelah keluar dari sini
160
sosial?
3. Apa Strategi konselor kalau saya, lihat dulu pas datang sampai dia Menurut informan R, melihat perkembangan
membantu korban bergabung, liat perkembangannya selama 1-2 klien 1-2 bulan terhadap kondisi emosional
penyalahgunaan NAPZA bulan seperti perilaku dan tingkah lakunya, dan perilaku klien setelah itu akan muncul
dalam memahami biarkan saja dulu agar terlihat permasalahannya perilaku negatif klien yang dimana akan
penyebab dan akar masalah apa, lalu juga ada pembelajaran atas insiden diberikan pembelajaran untuk membantu
klien? yang dilakukan, mulai dari minim dulu seperti mengubah perilaku negatif klien. Dilakukan
tulis menulis sampai yang berat seperti juga konseling untuk membantu menemukan
aktivitas fisik, lalu konseling, dengan solusi atas permasalahan klien
sendirinya juga dia bakal cerita sendiri, liat
juga kepribadiannya tertutup apa terbuka,
dengan pendekatan program pendekatan ke
mereka dan juga konseling
4. Apa Metode atau teknik ya metode ny salah satu juga yaitu ikuti Metode yang digunakan yaitu mengikuti
yang biasa digunakan program, copying skill, menghindari kebosanan program yang ada, copying skill,
konselor untuk membantu terhadap kebiasaan selama disini, lalu kita menghindari kebosanan dengan
korban penyalahgunaan kasih seminar karna ga bisa lepas kita harus menggunakan fasilitas yang ada serta
NAPZA dalam mengatasi pake, selebihnya ya pintar-pintar kita, diajakin pemberian seminar, selebihnya kecakapan
kecanduan klien? ngobrol, ngerokok, pasti ada aja mereka cerita konselor dalam melakukan pendekatan
curhat gitu seperti diajak berbicara, merokok bersama.
5. Apa Teknik yang jadi contoh emosi, teori nya agak sulit, jadi Menurut informan R, pertama dengan
digunakan konselor enak praktek langsung, berikan pembelajaran berdoa meminta kepada tuhan untuk jadi
membantu korban dulu baru setelah dia sadar baru kita cari solusi, lebih baik lalu membereskan isu yang ada
penyalahgunaan NAPZA faktor yg sulit dinasehati, merasa diri nya dan membuat rencana kedepan yang matang
dalam merencanakan dan benar, itu yg harus dia bisa kendalikan sendiri, bersama klien dengan selalu melakukan
mencapai tujuan klien pertama itu dengan berdoa meminta kepada pendekatan emosional
setelah selesai melakukan tuhan untuk pulih jadi lebih baik, terus
rehabilitasi sosial? rencanamu kedepan mau apa, bereskan dulu isu
161
diri nya yg emosi tadi contohnya, berikan juga
treat yang benar agar dia bisa percaya sama
kita yg konselor ini
1.3 Peran konselor dianggap penting dalam pelayanan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan
Penuai Indonesia
1. Apa Peran konselor yang karna kan jelas datang kesini dia ada Menjadi pendamping layaknya orang tua
dianggap sangat penting pendamping kan pengganti orang tua, kita jadi disini untuk klien bisa bercerita dan mencari
dalam membantu korban tempat cerita, disaat dia mengalami penurunan solusi atas permasalahan klien
penyalahgunaan NAPZA semangat dalam rehabilitasi, dia pendek dia
dalam proses rehabilitasi gabisa cerita nah disitulah saya masuk sebagai
sosial? konselor, minimal masalah dia saya bantu
selesaikan. Kalo ga ada konselor juga
rehabilitasi ga akan berjalan juga. Jadi intinya
sangat penting ya
2. Bagaimana Cara konselor nah itu tadi, kita lihat perkembangan masalah Awalnya melihat perkembangan kondisi
dapat membantu korban dia ya kita berikan terapi yang menurut dia ga klien lalu apabila ada permasalahan
dalam merubah perilaku terlalu berat, jangan berikan pembelajaran yang diberikan pembelajaran sesuai dengan
buruk menjadi perilaku tidak sesuai dengan isu dia karna ga akan kemampuan klien sehingga akan membantu
yang lebih positif dan membantu dia sama aja memberatkan dia, secara perlahan mengubah perilaku negatif
sehat? berikan sesuai kemampuan dia pasti nanti dia dari klien
akan berkembang dengan sendirinya
3. Apa Kontribusi terbesar yaa kontribusi sii selalu bisa mendampingi Menurut informan R, kontribusi terbesar
yang diberikan oleh klien setiap kapanpun mereka butuh nah itu dari dia kepada klien yaitu selalu
konselor dalam membantu juga tanggung jawab saya buat klien itu sendiri, mendampingi klien setiap saat dan akan
korban penyalahgunaan dan saya juga bisa membantu menyelesaikan berdampak pada perubahan sikap klien
NAPZA dalam mencapai isu yg ada pada mereka dan mereka bisa
tujuan mereka selama berkembang dengan sendirinya berdasarkan
162
proses rehabilitasi sosial?pembelajaran yang saya berikan yang akhirnya
saya bangga kalo klien saya bisa berubah isu
negatifnya menjadi isu positifnya jadi gitu
4. Apa Pendapat konselor kita harus masuk tepat waktu, sesama siapapun Menurut informan R, dengan masuk tepat
tentang yang harus terutama antar staf kita harus saling bisa waktu, saling menghargai dan sopan santun
dilakukan untuk menghargai, mempunyai sopan santun, berikan sesama staf serta sharing pengalaman juga
meningkatkan peran dan greeting, dibalik itu meningkatkan juga kualitas itu merupakan peran konselor dalam
kualitas konselor dalam di dalam lembaga sebagai konselor, disaat kita meningkatkan kualitas pelayanan
membantu korban bisa menangani suatu masalah dalam tanggung
penyalahgunaan NAPZA jawab kita bisa sharing dengan staf yang lain,
dalam proses rehabilitasi tujuannya supaya apa yg kita lakukan untuk
sosial di Yayasan Penuai klien agar tidak salah langkah, memecahkan
Indonesia? suatu permasalahan
1.4 Waktu konselor harus terlibat dalam proses pelayanan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan
Penuai Indonesia
1. Kapan Waktu yang tepat jadi waktu yang tepat ya di saat klien datang Waktu yang tepat itu saat klien baru datang
untuk konselor adiksi baru bisa kita turun tangan buat klien kita dan konselor langsung menangani klien
terlibat dalam proses rancang semua rencana pemulihan klien jadi
rehabilitasi sosial? yaa saat klien baru datang kita bisa tangani
langsung
2. Bagaimana Cara seorang biasanya setelah melihat kondisi klien setelah Biasanya dilakukan saat klien keluar dari
konselor adiksi keluar dari ruangan observasi dan berhubungan observasi dan bergabung dengan family
menentukan kapan waktu dengan family menjalankan program untuk menjalankan program terapi
yang tepat untuk terlibat pemulihan, kita gali permasalahannya baru bisa
dalam proses rehabilitasi kita tentukan waktu yang tepat buat buat
sosial untuk korban mengolah klien
penyalahgunaan NAPZA?
163
3. Bagaimana Cara konselor butuh waktu sekitar 3 minggu untuk melihat Konselor membutuhkan waktu sekitar 3
adiksi menentukan waktu kondisi klien kepada keluarga, teman ataupun minggu untuk melihat kondisi klien dan
terlibatnya dalam proses lingkungan mereka, kita tanya ada apa setelah itu baru bisa merencanakan program
rehabilitasi sosial untuk dikeluarga, di sekolah atau lingkungan kerja, pemulihan selama 12 bulan, dan sedang itu
korban dengan tingkat ohh seperti ini tingkat keparahannya, jadi kalau bisa 6-9 bulan dan ringan 3-6 bulan
keparahan ketergantungan parah kita bisa sarankan untuk menjalankan
yang berbeda-beda? program selama 12 bulan, dan sedang itu bisa
6-9 bulan dan ringan ya 3-6 bulan
4. Berapa Lama proses lama prosesnya yaa rata-rata 35-60 menit, Lama waktu proses konseling yaitu 35-60
konseling yang dilakukan kadang 30 menit juga udah oke sih nanti kalo menit
konselor dalam pelayanan kelamaan bosen mereka
rehabilitasi sosial?
5. Apa Peran konselor adiksi saat mengetahui permasalahan klien kita bisa Membuat treatment plant bersama klien
dapat membantu korban langsung rencanain treatment plant buat terlebih dahulu agar semakin bagus untuk
mencapai hasil rehabilitasi mereka agar waktu tidak terbuang sia-sia, jadi perkembangan klien
sosial yang lebih cepat semakin cepat kita turun ke klien ya semakin
dengan terlibat pada waktu bagus juga buat perkembangan kondisi klien
yang tepat dalam proses
rehabilitasi sosial?
1.5 Efektivitas peran konselor dalam pelayanan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Penuai
Indonesia dinilai oleh klien dan tenaga profesional terkait
1. Bagaimana Efektivitas yang sudah saya jelaskan tadi di awal kalo buat Menurut informan R, efektifitas pelayanan
peran konselor adiksi saya ya 70 berhasil 30 tidak, kenapa begitu, itu tergantung juga kepada kemauan klien
dalam pelayanan karena sebanyak apapun konselor memberikan untuk merubah dirinya ke arah yang lebih
rehabilitasi sosial untuk bantuan klo dia nya nggak ada niat buat baik begitupun sebaliknya
korban penyalahgunaan berubah ya sama aja boong, ga ada gunanya
NAPZA di Yayasan Penuai mereka kesini, gitu
164
Indonesia menurut
konselor?
2. Apa Peran penting karna kan jelas datang kesini dia ada Menjadi pendamping saat klien butuh untuk
dukungan konselor adiksi pendamping kan pengganti orang tua, kita jadi cerita kapanpun dan dimanapun
dalam proses rehabilitasi tempat cerita, disaat dia mengalami penurunan
sosial bagi klien yang semangat dalam rehabilitasi, dia pendek dia
mengalami ketergantungan gabisa cerita nah disitulah saya masuk sebagai
NAPZA? konselor, minimal masalah dia saya bantu
selesaikan. Kalo ga ada konselor juga
rehabilitasi ga akan berjalan juga. Jadi intinya
sangat penting ya
3. Bagaimana Keterkaitan karna kalo dokter psikiater kan klien juga ada Contoh keterkaitannya yaitu saat klien ada
tenaga profesional terkait, konsumsi obat buat penenang gitu ya harus konsumsi obat dan itu harus berdasarkan
seperti dokter, perawat, dan diawasi terus sama psikiater, makanya sangat resep dari dokter sedangkan konselor tidak
psikolog, dalam efektivitas penting juga peran psikiater dalam membantu ada hak untuk pemberian obat kepada klien
peran konselor adiksi menangani klien disini dan saya sbg konselor
dalam pelayanan juga bisa belajar dari psikiater itu sendiri
rehabilitasi sosial untuk
korban penyalahgunaan
NAPZA?
4. Bagaimana Cara konselor ya seperti tadi, kita mendampingi dia dari nol Dengan melihat perkembangan klien saat
adiksi mengevaluasi sampai keluar dari sini dan begitu banyak klien menjalani pemulihan di luar Yayasan,
efektivitas peran mereka yg sudah saya tangani dan kebanyakan yaa 70 dengan begitu bisa dinilai sendiri tingkat
dalam pelayanan persen berhasil 30 ny ya jalani sendiri, dari sini efektifitas peran konselor tersebut
rehabilitasi sosial untuk saja kita bisa tau kan
korban penyalahgunaan
NAPZA di Yayasan Penuai
Indonesia?
165
5. Bagaimana Cara konselor yaa selalu berkoordinasi juga sama orang2 itu Selalu berkoordinasi dengan tenaga
adiksi dan tenaga karena kita juga ga bisa jalan sendiri kann kita profesional untuk perkembangan klien
profesional terkait dapat ga terlalu paham sama obat2an dan sebagainya
bekerja sama untuk jadi harus ada pendampingan dari psikiater
meningkatkan efektivitas juga
pelayanan rehabilitasi
sosial bagi korban
penyalahgunaan NAPZA?
1.6 Tempat konselor melaksanakan perannya dalam pelayanan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA di
Yayasan Penuai Indonesia
1. Dimana Tempat konselor yaa setiap hari ya di facility, kayak ruang Tempatnya yaitu di semua fasilitas yang ada
bertemu dengan korban konseling yaa dimana aja klien bisa bercerita di Yayasan
penyalahgunaan NAPZA
yang sedang dalam proses
rehabilitasi?
2. Apa saja Bentuk fasilitas gazebo, ruang konseling, kantor, internal Terdapat banyak ruangan seperti gazebo,
dan ruang yang tersedia di trainer, ruang serbaguna, kamar klien, sarana ruang konseling, kantor, internal trainer,
Yayasan Penuai Indonesia olahraga, lapangan juga buat olahraga ruang serba guna, serta sarana olahraga
yang digunakan konselor
dalam menjalankan
perannya dalam pelayanan
rehabilitasi sosial korban
penyalahgunaan NAPZA?
3. Adakah Bentuk ruang adaa, RSG itu ruang serba guna, ada ruang Tempatnya yaitu ruang konseling dan ruang
khusus di Yayasan Penuai konseling juga serbaguna
Indonesia yang digunakan
konselor untuk
166
memberikan edukasi dan
pelatihan kepada korban
penyalahgunaan NAPZA?
4. Bagaimana Strategi kita harus liat kenyamanan klien, contoh klien Dengan melihat kenyamanan klien saat
konselor membantu korban mau merokok ya kita sarankan untuk di bercerita, apabila klien ingin merasa
penyalahgunaan NAPZA gazebo, nyari senyaman mungkin buat klien ceritanya tidak didengar orang lain bisa
untuk menemukan tempat cerita, klo tulis menulis ya di SRG, klo seminar gunakan ruangan konseling dan apabila
atau lingkungan yang aman itu yaa di RSG jg bisa klien ingin bercerita dengan santai sambil
dan mendukung setelah merokok bisa juga menggunakan gazebo
proses rehabilitasi sosial
selesai?
5. Adakah Bentuk dukungan klo utk yayasan yaa welcome sii cuman belum Belum ada kegiatan seperti itu, kalaupun ada
dari konselor dalam ada kegiatan yg seperti ituu buat klien pihak yayasan memberikan izin atas hal itu
memfasilitasi korban berkegiatan di luar
penyalahgunaan NAPZA
untuk menghadiri
pertemuan atau acara yang
berhubungan dengan
pencegahan dan rehabilitasi
sosial di luar Yayasan
Penuai Indonesia?
167
3. Umur 36 Tahun
5. Jenis Kelamin Laki-laki usia 36 tahun. Beliau merupakan lulusan
6. Lama Bekerja Sebagai 8 Tahun SMK dan sekarang bekerja di Yayasan
Konselor Penuai Indonesia sebagai salah satu
konselor adiksi di Yayasan Penuai
7. Pendidikan Terakhir SMK
Indonesia. Informan merupakan konselor
adiksi dengan latar belakang mantan
pengguna NAPZA serta mantan klien di
Yayasan Penuai Indonesia. M sudah terlibat
menjadi konselor adiksi di Yayasan Penuai
Indonesia selama 8 tahun.
1.1 Peran konselor dalam pelayanan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Penuai Indonesia
1. Bagaimana peran konselor melakukan konseling, menggali informasi Menurut informan M, peran konselor itu
menurut pendapat konselor sebanyak banyaknya sendiri adalah melakukan konseling,
itu sendiri? menggali informasi sebanyak-banyaknya
untuk membantu menyelesaikan
permasalahan yang ada pada klien
2. Apa Peran konselor melakukan case conference, berunding juga Peran konselor dalam mengatasi masalah
membantu korban dengan staf lainnya utk tindakan yg akan yang muncul selama rehabilitasi klien yaitu
penyalahgunaan NAPZA dilakukan oleh klien, dan menjadi penengah melakukan case conference dengan staf
dalam mengatasi masalah- antara klien dan keluarga untuk tindakan yang akan berikan kepada
masalah yang muncul klien serta menjadi penengah antara klien
selama proses rehabilitasi dengan keluarganya
sosial?
3. Bagaimana Peran konselor meningkatkan kedisiplinan, berkoordinasi Peran konselor dalam peningkatan kualitas
dalam meningkatkan dengan yg lain, dan juga kepada koordinator, pelayanan yaitu dengan meningkatkan
kualitas pelayanan memberikan keputusan juga sii kedisiplinan, berkoordinasi dengan staf yang
rehabilitasi sosial bagi lain serta memberikan keputusan terkait
168
korban penyalahgunaan pelayanan dalam rehabilitasi
NAPZA di Yayasan Penuai
Indonesia sebagai seorang
konselor?
1.2 Peran konselor membantu dalam proses rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Penuai
Indonesia
1. Bagaimana Proses hmm mulai dari penerimaan dulu, observasi Dijelaskan bahwa mulai dari penerimaan
rehabilitasi sosial bagi melihat perkembangan klien, konsultasi dengan klien di Yayasan, observasi terhadap klien,
korban penyalahgunaan psikiater, baru kita lakukan skrining awal untuk konsultasi dengan pihak profesional yang
NAPZA dilakukan di mengidentifikasi pemakaian nya apa aja dan dimana itu diluar kapasitas dari konselor itu
Yayasan Penuai Indonesia? mencari informasi dengan keluarga, baru kita sendiri, lalu ada screening untuk
masukin dalam program, itu selama 6-8 bulan mengidentifikasi penggunaan narkoba dan
itu fase primary, dan 8-12 bulan itu fase re mencari informasi dengan keluarga serta
entry sumber-sumber yang dibutuhkan. Proses
pemulihan normalnya terdiri dari dua fase
yaitu primary 6-8 bulan dan re-entry 8-12
bulan
2. Hal-hal apa saja yang melakukan asesmen, membantu menggali Hal-hal yang dilakukan M untuk membantu
dilakukan konselor untuk masalah, memfasilitasi apa yg kalian butuhkan, klien dalam melakukan asesmen, menggali
membantu korban memberikan konseling tentunya dan juga masalah, memfasilitasi klien, memberikan
penyalahgunaan NAPZA membantu membuat rencana kedepannya konseling dan membuat rencana setelah
dalam proses rehabilitasi setelah keluar dari sini keluar dari rumah pemulihan
sosial?
3. Apa Strategi konselor mencari akar permasalah terlebih dahulu, kita Menurut informan M, Strateginya yaitu
membantu korban membuka pikiran klien bagaimana solusinya dengan mengajak klien berbicara tentang isi
penyalahgunaan NAPZA agar permasalahan ini bisa terselesaikan pikiran pelayan serta mencarikan solusi agar
dalam memahami permasalahan klien dapat terselesaikan
169
penyebab dan akar masalah sesuai dengan keinginan klien tersebut dan
klien? yang lain butuhkan
4. Apa Metode atau teknik kita konsultasi dengan perawat lalu ke psikiater Menurut informan m konselor berkonsultasi
yang biasa digunakan lalu dia memberikan obat, kita memastikan dengan perawat lalu perawat berkonsultasi
konselor untuk membantu obat itu diminum oleh klien sesuai jam yg juga dengan psikiater setelah itu psikiater
korban penyalahgunaan diberikan psikiater memberikan obat dan konselor memastikan
NAPZA dalam mengatasi bahwa obat yang diminum oleh klien sesuai
kecanduan klien? jam dan takaran yang diberikan oleh
psikiater
5. Apa Teknik yang melakukan treatment plant dan sesudahnya kita Teknik yang digunakan konselor yaitu
digunakan konselor lakukan home visit atau kontak dengan melakukan treatment plan dan sesudahnya
membantu korban keluarganya konselor melakukan home visit ataupun
penyalahgunaan NAPZA melakukan komunikasi dengan keluarganya
dalam merencanakan dan melalui handphone
mencapai tujuan klien
setelah selesai melakukan
rehabilitasi sosial?
1.3 Peran konselor dianggap penting dalam pelayanan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan
Penuai Indonesia
1. Apa Peran konselor yang ya karena konselor disini sangat membantu Informan m menjelaskan bahwa konselor
dianggap sangat penting klien dalam menemukan permasalahannya sangat membantu klien dalam menemukan
dalam membantu korban serta membantu mencari solusi juga atas permasalahan serta membantu mencarikan
penyalahgunaan NAPZA permasalahan yg dialami klien dan juga solusi atas permasalahan yang dialami klien
dalam proses rehabilitasi jembatan antara klien dengan keluarganya. dan juga menjadi jembatan antara client
sosial? Konselor ini lebih cenderung orang yg dengan keluarganya
mengerti apa itu adiksi kita memahami apa yg
dirasakan klien jadi kita bisa menjiwai klien itu
170
dan berikan motivasi kepada klien
2. Bagaimana Cara konselor melalui konfrontasi terus pemberian outcome Dijelaskan bahwa melalui konfrontasi
dapat membantu korban agar mendapatkan input yg lebih positif ya, setelah itu diberikan outcome agar
penyalahgunaan NAPZA melakukan konseling kenapa sih kamu mendapatkan input yang lebih positif setelah
dalam merubah perilaku melakukan hal ini berulang-ulang, kalau itu dilakukan konseling mengenai
buruk mereka menjadi memang itu perilaku yang buruk kenapa nggak permasalahan yang terjadi
perilaku yang lebih positif berubah ke lebih baik
dan sehat?
3. Apa Kontribusi terbesar ya klien dapat menjalani hidup normal dan Informan menjelaskan bahwa
yang diberikan oleh dapat berfungsi sebagaimana mestinya, kontribusi terbesar yaitu klien
konselor dalam membantu memberikan motivasi, dukungan, support, dapat menjalani hidup normal
korban penyalahgunaan penanganan masalah, lebih cenderung ke situ dan dapat berfungsi di
NAPZA dalam mencapai sih keluarga serta masyarakat
tujuan mereka selama serta memberikan motivasi
proses rehabilitasi sosial? dukungan kepada klien
4. Apa Pendapat konselor mengikuti pelatihan juga update materi baru Menurut pendapat informan m yang harus
tentang yang harus untuk membantu pelayanan sebagai konselor. dilakukan untuk meningkatkan peran dan
dilakukan untuk Materi juga didapatkan dari BNN dan juga kualitas konselor itu adalah dengan
meningkatkan peran dan internal trainer yaitu bro Andre sendiri, dan mengikuti pelatihan serta update materi
kualitas konselor dalam juga melakukan case conference untuk terbaru untuk membantu pelayanan sebagai
membantu korban pemecahan masalah konselor
penyalahgunaan NAPZA
dalam proses rehabilitasi
sosial di Yayasan Penuai
Indonesia?
1.4 Waktu konselor harus terlibat dalam proses pelayanan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan
Penuai Indonesia
171
1. Kapan Waktu yang tepat saat melakukan konseling, dari awal masuk Informan m menjelaskan bahwa waktu yang
untuk konselor adiksi sampai akhir itu juga proses dan mereka tepat adalah saat melakukan konseling
terlibat dalam proses melakukan program dan klien mengalami dimulai dari awal masuk ke rumah
rehabilitasi sosial? masalah kita ikut membantu menyelesaikan pemulihan sampai akhir yaitu keluar dari
masalah, lebih intens di waktu konseling rumah pemulihan dan klien melakukan
program lalu konselor dapat membantu klien
menyelesaikan permasalahan serta waktu
yang pas adalah di saat melakukan konseling
2. Bagaimana Cara seorang kalau klien melakukan blocking ya kita harus Informan menjelaskan bahwa penentuan
konselor adiksi bisa membaca pemahaman dulu tujuan direhab waktu yang tepat untuk menangani klien itu
menentukan kapan waktu apa sih, untuk kebaikan dia atau keluarga, jadi berdasarkan kesiapan dari klien Kalau klien
yang tepat untuk terlibat intinya penentuan waktu itu berdasarkan bersedia untuk bercerita maka dengan Saat
dalam proses rehabilitasi kesiapan klien itu pula kita konselor akan memberikan
sosial untuk korban solusi yang pas untuk klien
penyalahgunaan NAPZA?
3. Bagaimana Cara konselor kalau klien melakukan blocking ya kita harus Dijelaskan bahwa penentuan waktu
adiksi menentukan waktu bisa membaca pemahaman dulu tujuan direhab berdasarkan kesiapan dari klien semakin
terlibatnya dalam proses apa sih, untuk kebaikan dia atau keluarga, jadi cepat klien memberikan informasi Maka
rehabilitasi sosial untuk intinya penentuan waktu itu berdasarkan akan semakin cepat pula penanganan yang
korban dengan tingkat kesiapan klien akan diberikan oleh konselor
keparahan ketergantungan
yang berbeda-beda?
4. Berapa Lama proses 30-60 menit tergantung permasalahan klien, Menurut informan m waktu konseling
konseling yang dilakukan situasional sii, makanya dibutuhkan juga berkisar antara 30 sampai 60 menit
konselor dalam pelayanan persiapan dari konselor itu sendiri tergantung permasalahan serta situasi dari
rehabilitasi sosial? klien tersebut
5. Apa Peran konselor adiksi yaa dalam melakukan pemantauan atas perilaku Informan menjelaskan bahwa
dapat membantu korban klien komunikasi dengan keluarganya, selama dalam melakukan pemantauan
172
mencapai hasil rehabilitasi dia belum bisa merubah perilaku
atas perilaku klien selama klien
sosial yang lebih cepat kedisiplinannya, dan dia belum mempunyaibelum bisa berubah perilakunya
dengan terlibat pada waktu tujuan yang jelas kedepannya nanti itu belum
maka dia juga belum bisa
yang tepat dalam proses bisa dibilang pelaksanaannya cepat, kembali
menentukan tujuan yang jelas
rehabilitasi sosial? lagi ke orangnya dan kesiapan dari keluarga
kedepannya kembali lagi kepada
juga klien serta kesiapan dari
keluarga klien juga
1.5 Efektivitas peran konselor dalam pelayanan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Penuai
Indonesia dinilai oleh klien dan tenaga profesional terkait
1. Bagaimana Efektivitas pastinya belum terlalu efektif karena masih Menurut informan m efektivitas
peran konselor adiksi banyak skill yang harus kita kembangkan peran konselor belum terlalu
dalam pelayanan sebagai konselor dalam melakukan pelayanan, efektif karena masih banyak
rehabilitasi sosial untuk dan juga disini kita kekurangan SDM yang keterampilan dan pengetahuan
korban penyalahgunaan mendukung dalam pelayanan ini itu yang harus dikembangkan
NAPZA di Yayasan Penuai menyebabkan kita masih harus terus belajar sebagai konselor. konselor juga
Indonesia menurut mengenai penanganan klien itu merasakan adanya kekurangan
konselor? sumber daya manusia yang
mendukung dalam pelayanan ini
yang menyebabkan konselor
harus terus belajar mengenai
penanganan klien
2. Apa Peran penting saat melakukan konseling, dari awal masuk Peran penting dukungan
dukungan konselor adiksi sampai akhir itu juga proses dan mereka konselor pada saat melakukan
dalam proses rehabilitasi melakukan program dan klien mengalami konseling dimulai dari awal
sosial bagi klien yang masalah kita ikut membantu menyelesaikan masuk ke rumah pemulihan
mengalami ketergantungan masalah, lebih intens di waktu konseling sampai keluar dari rumah
NAPZA? pemulihan dan lebih intens saat
173
melakukan konseling
3. Bagaimana Keterkaitan yaa konselor ini tidak memiliki kapasitas dalam Informan menjelaskan bahwa konselor tidak
tenaga profesional terkait, keperawatan, kedokteran, kalo diluar kapasitas memiliki kapasitas dalam keperawatan
seperti dokter, perawat, dan ya kenapa tidak diberikan ke profesional, kita kedokteran makanya dibutuhkan tenaga
psikolog, dalam efektivitas hanya memfasilitasi klien dengan psikiater, profesional seperti dokter perawat maupun
peran konselor adiksi dokter maupun perawat psikiater agar tidak terjadi malpraktek
dalam pelayanan
rehabilitasi sosial untuk
korban penyalahgunaan
NAPZA?
4. Bagaimana Cara konselor melalui case conference setiap minggu yg Konselor mengevaluasi
adiksi mengevaluasi dihadiri oleh all staf dan koordinator divisi efektivitas perannya dengan cara
efektivitas peran mereka case conference setiap minggu
dalam pelayanan yang dihadiri oleh semua staf di
rehabilitasi sosial untuk dalamnya ada konselor Pekerja
korban penyalahgunaan Sosial serta koordinator divisi
NAPZA di Yayasan Penuai untuk meningkatkan kualitas
Indonesia? pelayanan
5. Bagaimana Cara konselor sebagai fasilitator saja dalam menghubungkan Informan menjelaskan bahwa konselor
adiksi dan tenaga klien dengan profesional terkait hanya sebagai fasilitator saja dalam
profesional terkait dapat menghubungkan client dengan tenaga
bekerja sama untuk profesional terkait seperti dokter perawat
meningkatkan efektivitas serta psikiater
pelayanan rehabilitasi
sosial bagi korban
penyalahgunaan NAPZA?
174
1.6 Tempat konselor melaksanakan perannya dalam pelayanan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA di
Yayasan Penuai Indonesia
1. Dimana Tempat konselor ruangan observasi dulu saat screening awal, Informan m menjelaskan
bertemu dengan korban kalo udah masuk program maka kita hubungan observasi serta semua
penyalahgunaan NAPZA melaksanakan kegiatan ya di facility, ada ruang fasilitas yang ada di rumah
yang sedang dalam proses konseling, serta rumah pemulihan pemulihan seperti ruangan
rehabilitasi? konseling dan ruangan
serbaguna
2. Apa saja Bentuk fasilitas ruang konseling, RSG, gazebo, internal trainer Bentuk fasilitas dan ruangan
dan ruang yang tersedia di dan kantor serta tempat ibadah juga ada yang tersedia di Yayasan untuk
Yayasan Penuai Indonesia mendukung konselor dalam
yang digunakan konselor menjalankan perannya yaitu ada
dalam menjalankan ruangan konseling ruangan
perannya dalam pelayanan serbaguna gazebo ruangan
rehabilitasi sosial korban internal trainer serta kantor dan
penyalahgunaan NAPZA? juga tempat ibadah
3. Adakah Bentuk ruang ada, aula, tempat melakukan edukasi, baik itu Bentuk ruangan khusus untuk
khusus di Yayasan Penuai bikin sablon baju, sablon gelas, terus kayak memberikan edukasi dan
Indonesia yang digunakan memasak, seminar-seminar itu dilakukan di pelatihan kepada klien ada aula
konselor untuk ruang serbaguna RSG untuk melakukan edukasi, ada
memberikan edukasi dan ruangan konseling juga untuk
pelatihan kepada korban Individual.
penyalahgunaan NAPZA?
4. Bagaimana Strategi ya karena kenapa memilih konseling contohnya Informan menjelaskan strategi
konselor membantu korban yaitu konseling itu sifatnya privasi yang tidak pemilihan tempat itu
penyalahgunaan NAPZA boleh diketahui oleh orang lain dan juga berdasarkan tingkat privasinya
untuk menemukan tempat keinginan serta kenyamanan dari klien itu juga titik Apabila dirasa sangat
175
atau lingkungan yang aman privasi itu digunakan ruangan
dan mendukung setelah konseling titik dan apabila dirasa
proses rehabilitasi sosial tidak privasi itu bisa di mana
selesai? saja berdasarkan kenyamanan
klien itu sendiri
5. Adakah Bentuk dukungan diperbolehkan atas ijin keluarga, biasanya ini di Informan menjelaskan bahwa kegiatan
dari konselor dalam fase re entry dan harus didampingi terus, tersebut berdasarkan izin keluarga dan harus
memfasilitasi korban dilakukan urine tes saat pergi dan pulang, dan didampingi oleh konselor terkait
penyalahgunaan NAPZA mengambil materi disana dan menyampaikan
untuk menghadiri serta mengaplikasikannya untuk di yayasan,
pertemuan atau acara yang tentunya kita di yayasan tentu memfasilitasi
berhubungan dengan kegiatan tersebut
pencegahan dan rehabilitasi
sosial di luar Yayasan
Penuai Indonesia?
176
tentang konselor terutama konselor adiksi
dengan berbagai macam pelatihan dan
pendidikan yang pernah beliau ikuti. AS
sudah terlibat menjadi konselor adiksi di
Yayasan Penuai Indonesia selama 10 tahun
1.2 Peran konselor dalam pelayanan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Penuai Indonesia
1. Bagaimana peran konselor oke, kalau menurut saya peran konselor ya Menurut pendapat informan as peran
menurut pendapat konselor sebagai pembantu klien atau residen dalam konselor adalah sebagai pembantu klien
itu sendiri? mencari solusi permasalah terkait NAPZA, dalam mencari solusi atas permasalahan
seharusnya peran itu hanya itu dan itu melalui melalui konseling
konseling
2. Apa Peran konselor hmm perannya membantu klien melakukan Informan as menjelaskan bahwa
membantu korban pendampingan untuk mencari solusi untuk peran konselor itu membantu
penyalahgunaan NAPZA mengatasi masalah masalah yang muncul klien melakukan pendampingan
dalam mengatasi masalah- serta mencari solusi untuk
masalah yang muncul mengatasi permasalahan yang
selama proses rehabilitasi muncul Selama proses
sosial? rehabilitasi berjalan
3. Bagaimana Peran konselor sebagai ujung tombak dalam memberikan Peran konselor dalam
dalam meningkatkan layanan, yang bersentuhan langsung kepada meningkatkan kualitas
kualitas pelayanan klien, memberi jasa layanan kepada klien pelayanan yaitu sebagai ujung
rehabilitasi sosial bagi tombak dalam memberikan
korban penyalahgunaan pelayanan karena konselor lah
NAPZA di Yayasan Penuai yang bersentuhan langsung
Indonesia sebagai seorang kepada klien
konselor?
177
1.2 Peran konselor membantu dalam proses rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Penuai
Indonesia
1. Bagaimana Proses oke, mulai dari penerimaan, screening, intake, Informan as menjelaskan, mulai
rehabilitasi sosial bagi pengenalan program terhadap keluarga, dari penerimaan klien di rumah
korban penyalahgunaan asesmen, lalu ada rencana rawatan dulu baru pemulihan menjalankan skrining
NAPZA dilakukan di setelah itu pelaksanaan program dan yang melakukan intake dan
Yayasan Penuai Indonesia? terakhir baru ke terminasi dan fase paling pengenalan program terhadap
panjang ya di intervensi itu keluarga Melakukan asesmen
lalu membuat rencana rawatan
setelah itu pelaksanaan program
dan yang terakhir ke tahap
terminasi
2. Hal-hal apa saja yang melakukan konseling, pendampingan medical, Yang dilakukan konselor adalah
dilakukan konselor untuk membantu menggali masalah, memfasilitasi melakukan konseling
membantu korban klien terhadap kebutuhan klien, memastikan pendampingan medical
penyalahgunaan NAPZA fasilitas dan suasana yg nyaman dan aman membantu menggali
dalam proses rehabilitasi untuk pemulihan, tidak adanya pelanggaran permasalahan klien
sosial? cardinal rules seperti kekerasan, narkoba memfasilitasi klien terhadap
kebutuhan klien dan memastikan
fasilitas serta suasana yang
nyaman dan aman untuk
pemulihan klien
3. Apa Strategi konselor oke, yang pertama adalah membina Strategi konselor membantu
membantu korban kepercayaan atau trust building, kita klien dalam memahami
penyalahgunaan NAPZA metodenya tetap tidak melewati batas-batas penyebab dan akar masalahnya
dalam memahami etika, tidak melanggar peraturan yg ada, ini yang pertama adalah membina
penyebab dan akar masalah dilakukan agar klien percaya dan nyaman cerita kepercayaan atau trust building
178
klien? ke kita teorinya seperti itu, tapi kalau praktek dengan tidak melewati batas-
nya tentu dengan cara-cara kita sendiri batas etika serta tidak melanggar
menambahkannya seperti genuine, warm dan peraturan yang ada titik ini
lain sebagainya dilakukan agar klien percaya dan
nyaman untuk bercerita kepada
konselor.
4. Apa Metode atau teknik untuk kecanduan ya tekniknya ada edukasi Metode atau teknik yang biasa
yang biasa digunakan terkait NAPZA dan adiksi lalu ada membantu digunakan konselor untuk
konselor untuk membantu klien mencari tujuan hidup, membangkitakan membantu klien yaitu
korban penyalahgunaan harapan lalu ada teknik CBT relapse prevention menggunakan edukasi terkait
NAPZA dalam mengatasi saya ajarkan lalu ada teknik REBT, lalu pada adiksi NAPZA setelah itu
kecanduan klien? akhirnya memberikan edukasi bahwa hidup ini membantu klien mencari tujuan
adalah pilihan dia dan pastikan dia memilih hidup membangkit Harapan
yang benar, memberikan motivasi hidup Dengan menggunakan teknik cbt
dimana semua itu dengan tujuan menjaga relapse prevention
pemulihannya
5. Apa Teknik yang pemulihan itu seumur hidup makanya dibekali
Teknik untuk membantu klien
digunakan konselortadi diajarkan teknik untuk dibawa keluardalam merencanakan dan
membantu korban karena dia akan terus berjuang lagi. Dan teknik
mencapai tujuan setelah keluar
penyalahgunaan NAPZA tadi juga digunakan dalam merencanakan dari rumah pemulihan yaitu
dalam merencanakan dan tujuan klien setelah menjalani program disini
dibekali edukasi serta membantu
mencapai tujuan klien merencanakan tujuan klien
setelah selesai melakukan setelah selesai menjalani
rehabilitasi sosial? program di sini
1.3 Peran konselor dianggap penting dalam pelayanan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan
Penuai Indonesia
1. Apa Peran konselor yang ya karena paling sering komunikasi dengan Peran konselor dianggap sangat
179
dianggap sangat penting klien, saat klien susah, kendala, dan bercerita penting karena konselor lah yang
dalam membantu korban kepada konselor kalo dulu kan ke ibunya, dan paling sering berkomunikasi
penyalahgunaan NAPZA selama disini ya ke kita ajaa dengan klien saat klien merasa
dalam proses rehabilitasi susah ada kendala dan bercerita
sosial? kepada klien selama menjalani
pemulihan di Yayasan
2. Bagaimana Cara konselor yang dilakukan konselor yang melakukan Konselor melakukan skrining
dapat membantu korban screening, pemberian outcome, memberikan pemberian outcome serta
penyalahgunaan NAPZA treatmen plant karna bukan cuman sekali aja itu memberikan treatment plant
dalam merubah perilaku selalu diberikan, lalu ada konfrontasi kepada klien
buruk mereka menjadi
perilaku yang lebih positif
dan sehat?
3. Apa Kontribusi terbesar kontribusi terbesar hmm membantu pemulihan Kontribusi terbesar konselor
yang diberikan oleh hubungan dengan keluarga, membantu klien terhadap klien adalah membantu
konselor dalam membantu mencari tujuan hidupnya pemulihan hubungan dengan
korban penyalahgunaan keluarga serta membantu klien
NAPZA dalam mencapai mencari tujuan hidupnya
tujuan mereka selama
proses rehabilitasi sosial?
4. Apa Pendapat konselor okee, menambah pengetahuan terus menerus, Konselor berpendapat bahwa
tentang yang harus meningkatkan kompetensi melalui sertifikasi, yang harus dilakukan untuk
dilakukan untuk dan disini belum semua konselor bersertifikasi, meningkatkan peran dan kualitas
meningkatkan peran dan harus ada sertifikasi SNI dari BNN, kemensos, konselor yaitu dengan
kualitas konselor dalam IKAI, ICAP dan banyak lagi, salah satu saja menambah pengetahuan
membantu korban harus mengikuti pelatihan agar mendapatkan meningkatkan kompetensi
penyalahgunaan NAPZA sertifikasi SNI tadi melalui sertifikasi dan mengikuti
dalam proses rehabilitasi pelatihan-pelatihan
180
sosial di Yayasan Penuai
Indonesia?
1.4 Waktu konselor harus terlibat dalam proses pelayanan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan
Penuai Indonesia
1. Kapan Waktu yang tepat tentu saja saat dilibatkan dalam program Itu yang tepat saat konselor
untuk konselor adiksi terlibat dalam pelayanan yaitu
terlibat dalam proses pada saat klien bersentuhan
rehabilitasi sosial? langsung dengan konselor tentu
saja itu terlibat di dalam program
pemulihan
2. Bagaimana Cara seorang waktu itu sudah ditentukan dan diatur oleh Cara seorang konselor
konselor adiksi yayasan tentang kapan waktu terlibatnya menentukan waktu yang tepat
menentukan kapan waktu dengan klien, itu salah satu value, ibiden, patuh untuk terlibat dalam proses
yang tepat untuk terlibat pada atasan dan harus kita patuhi pelayanan yaitu waktu sudah
dalam proses rehabilitasi ditentukan dan diatur oleh
sosial untuk korban Yayasan bagaimana Kapan
penyalahgunaan NAPZA? terlibatnya dengan klien
3. Bagaimana Cara konselor ya dari awal memang sudah harus terlibat Informan menjelaskan bahwa
adiksi menentukan waktu apapun situasinya. Kalo konteksnya rawat inap perlakuan terhadap klien itu
terlibatnya dalam proses itu berhenti total kann, kalo seminggu dua equal atau sama rata apapun latar
rehabilitasi sosial untuk minggu ya jadi clean, yang tepat yaa saat dia belakangnya yang membedakan
korban dengan tingkat tidak lagi menggunakan narkoba atau tidak hanya intervensi saja karena
keparahan ketergantungan dalam pengaruh zat. Kita equal ya samaa, setiap lain mempunyai perilaku
yang berbeda-beda? apapun latar belakangnya kita tidak bedain buruk yang berbeda-beda
sama ajaa intervensinya cuman yg
membedakan ya perilaku buruknya tadi, tentu
181
saja itu intervensinya berbeda, tapi kalo soal
putus zat ya itu perlakuannya sama saja kepada
klien
4. Berapa Lama proses okee, lama proses konseling yang paling ideal Lama proses konseling yang
konseling yang dilakukan itu 45-60 menit. Tergantung kebutuhan klien paling ideal itu 45 sampai 60
konselor dalam pelayanan juga, contoh aja kalo kita ke psikolog itu menit tergantung juga dengan
rehabilitasi sosial? menurut mereka idealnya cuman 20 menit nah kebutuhan klien
disini kita beda
5. Apa Peran konselor adiksi semuanya equal atau disamaratakan tidak ada
Cepat atau lambatnya proses
dapat membantu korban bedanya, cepat atau tidaknya itu tentunya
rehabilitasi itu tergantung
mencapai hasil rehabilitasi tergantung dari klien juga apakah klien berniat
kepada kebutuhan klien Apakah
sosial yang lebih cepat ingin pulih dan berubah menjadi lebih baik
klien berniat ingin pulih dan
dengan terlibat pada waktu berubah menjadi lebih baik
yang tepat dalam proses ataupun sebaliknya
rehabilitasi sosial?
1.5 Efektivitas peran konselor dalam pelayanan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Penuai
Indonesia dinilai oleh klien dan tenaga profesional terkait
1. Bagaimana Efektivitas kurang efektif, karena kita multifungsi, gini ya, Efektivitas peran konselor dalam
peran konselor adiksi fokus kita terpecah karena dituntut harus bisa pelayanan menurut informan
dalam pelayanan segala layanan, dan tidak ada pelatihan untuk kurang efektif dikarenakan
rehabilitasi sosial untuk multifungsi tersebut, capek kita sebenarnya, konselor di Yayasan ini
korban penyalahgunaan konselor itu kerjaannya cuman konseling sajaa, multifungsi jadi fokus untuk
NAPZA di Yayasan Penuai hanya konseling, bukan yang lain, kembali lagi melakukan konseling itu
Indonesia menurut biaya untuk setiap orang melakukan sesuai terpecah-pecah serta tidak ada
konselor? pekerjaan itu yaa sangat banyak, ya jadi harus pelatihan untuk program
gimana kan, ya anggaran sih sebenarnya multifungsi tersebut. dan
harusnya konselor hanya
182
memiliki tugas yaitu melakukan
konseling tidak lebih daripada
itu
2. Apa Peran penting saat melakukan konseling, dari awal masuk Peran penting dukungan
dukungan konselor adiksi sampai akhir itu juga proses dan mereka konselor yaitu saat melakukan
dalam proses rehabilitasi melakukan program dan klien mengalami konseling serta saat klien masuk
sosial bagi klien yang masalah kita ikut membantu menyelesaikan ke rumah pemulihan dan sampai
mengalami ketergantungan masalah, lebih intens di waktu konseling keluar lagi dari rumah
NAPZA? pemulihan
3. Bagaimana Keterkaitan sangat penting dalam efektifitas pelayanan saya Efektivitas peran konselor sangat
tenaga profesional terkait, sebagai konselor jadi saya tidak malpraktek, bergantung dengan tenaga
seperti dokter, perawat, dan misal disuruh suntik saya tidak tahu jadinya profesional terkait untuk
psikolog, dalam efektivitas malah malpraktek nanti menghindari malpraktek contoh
peran konselor adiksi konselor tidak mempunyai
dalam pelayanan kapasitas untuk memberikan
rehabilitasi sosial untuk panduan obat kepada klien yang
korban penyalahgunaan butuh obat makanya dibutuhkan
NAPZA? peran serta dari tenaga
profesional seperti dokter
perawat maupun psikiater
4. Bagaimana Cara konselor oke, karena masih ada ketidak fokusan layanan, Konselor mengevaluasi
adiksi mengevaluasi sekarang banyak program yang dari kemensos efektivitas perannya yaitu karena
efektivitas peran mereka yang akan memecah fokus kita untuk menjadi masih ada ketidak fokusan
dalam pelayanan konselor, semakin tidak efektif sekarang ini layanan banyak program yang
rehabilitasi sosial untuk karena dituntut banyak hal tapi tidak ada dari Kementerian Sosial yang
korban penyalahgunaan pelatihan kaya gitu jadinya kita kurang memecah fokus konselor untuk
NAPZA di Yayasan Penuai memahami apa yang akan kita lakukan menjadi konselor itu sendiri
183
Indonesia? nantinya Karena dituntut banyak hal
tetapi tidak ada pelatihan-
pelatihan.
5. Bagaimana Cara konselor contohnya saat klien sakit, saya hubungi Konselor berkoordinasi dengan
adiksi dan tenaga perawatnya untuk memeriksa dan disarankan profesional terkait seperti contoh
profesional terkait dapat untuk beli obat atau disarankan ke dokter saat klien sakit konselor
bekerja sama untuk berdasarkan keluhan mereka, contohnya seperti menghubungi perawat untuk
meningkatkan efektivitas itu memeriksakan keadaan dan
pelayanan rehabilitasi disarankan untuk beli obat
sosial bagi korban berdasarkan keluhan klien
penyalahgunaan NAPZA? tersebut
1.6 Tempat konselor melaksanakan perannya dalam pelayanan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA di
Yayasan Penuai Indonesia
1. Dimana Tempat konselor di semua facility tempatnya, apa yang bisa Klien dan konselor bertemu bisa
bertemu dengan korban diakses oleh klien ya maka disanalah terjadi di semua fasilitas yang ada yang
penyalahgunaan NAPZA interaksi antara klien dengan konselor menyangkut ke dalam proses
yang sedang dalam proses pemulihan dari klien itu sendiri
rehabilitasi?
2. Apa saja Bentuk fasilitas ee ruang edukasi, ruang makan, ruang olahraga, Bentuk fasilitas dan ruangan
dan ruang yang tersedia di kolam renang karena itu tetapi juga jadi untuk mendukung pelayanan
Yayasan Penuai Indonesia semakin klien itu sehat semakin dia merasa yaitu ada ruangan edukasi
yang digunakan konselor bahagia, ada juga gazebo buat ngeroko, ruang ruangan makan ruangan olahraga
dalam menjalankan ibadah, lapangan terbukaa adaa jugaa, itulah kolam renang Gazebo ruang
perannya dalam pelayanan ruangan-ruangannya ibadah pangan terbuka serta
rehabilitasi sosial korban ruangan konseling tentunya
penyalahgunaan NAPZA?
3. Adakah Bentuk ruang ada ruangan khusus jugaa, RSG namanya, Ruangan khusus untuk
184
khusus di Yayasan Penuai ruang serbaguna tapi klo utk individu ya ruang memberikan edukasi dan
Indonesia yang digunakan konseling sih biasanya pelatihan kepada klien yaitu
konselor untuk ruangan serbaguna
memberikan edukasi dan
pelatihan kepada korban
penyalahgunaan NAPZA?
4. Bagaimana Strategi kalo saya memilih itu dulu karena ruangan itu Strategi konselor Dalam
konselor membantu korban kaca dan bisa dipantau dari luar, tatanan nya menemukan ruangan atau tempat
penyalahgunaan NAPZA sudah dikondisikan juga jadi akses keluar yang tepat yaitu contohnya
untuk menemukan tempat gampang, seandai konselor atau klien nggak ruangan konseling ada kaca dan
atau lingkungan yang aman nyaman bisa langsung keluar, jadi pada tatanan bisa dipantau dari luar
dan mendukung setelah khusus juga, bisa ngasih kode juga kalo ada tatanannya sudah dikondisikan
proses rehabilitasi sosial bahaya jadi ruangan itu sifatnya rahasia agar juga Agar akses keluar lebih
selesai? klien merasa nyaman dan tidak didengar oleh mudah seandainya konselor atau
orang lain. klien tidak merasa nyaman bisa
langsung keluar dan dibuat
kedap suara agar percakapan
tidak bisa didengar oleh orang
dari luar
5. Adakah Bentuk dukungan yaa rujukan, informasi, tidak begitu prinsipnya Untuk dukungan dari konselor
dari konselor dalam disini, misal klien sudah selesai program, terus dalam memfasilitasi klien yaitu
memfasilitasi korban ada pelatihan dari kemensos nah kita bisa berupa rujukan dan informasi
penyalahgunaan NAPZA rekomendasikan ke klien untuk mengikuti dikarenakan belum ada program
untuk menghadiri pelatihan tersebut, hanya sekedar itu saja, seperti itu di mana pihak luar
pertemuan atau acara yang untuk klien rawat inap belum ada program mengundang klien untuk
berhubungan dengan seperti itu, jatuhnya itu aftercare, sebenarnya memberikan edukasi
pencegahan dan rehabilitasi bisa saja didukung tapi memang tidak ada
sosial di luar Yayasan undangan atau program seperti itu
185
Penuai Indonesia?
186
bermasalah dengan NAPZA
2. Apa Tugas dan tanggung yaa tugasnya adalah sebagai pendamping dan Tugas dan tanggung jawab
jawab yang diemban oleh tanggung jawab nya adalah memberikan terapi konselor menurut pekerja sosial
konselor dalam kepada klien tentunya disesuaikan dengan yaitu sebagai pendamping dan
memberikan pelayanan kebutuhan klien, selain itu juga memberikan tanggung jawab memberikan
rehabilitasi sosial untuk konseling, bisa jadi role model juga sebagai terapi kepada klien tentunya
korban penyalahgunaan contoh, sebagai panutan dalam program TC ini disesuaikan dengan kebutuhan
NAPZA menurut klien selain itu juga memberikan
pandangan pekerja sosial? konseling dan menjadi promodal
atau contoh bagi klien
3. Bagaimana Penilaian oke baik, untuk disini ada beberapa konselor Penilaian kualitas pelayanan
kualitas pelayanan yang dengan kapasitas yg berbeda, kita punya yang diberikan oleh konselor
diberikan oleh konselor di konselor yg sudah ICAP II dan ada juga sebatas menurut informan as bahwa
Yayasan Penuai Indonesia konselor adiksi saja tapi secara umum sudah konselor di Yayasan memiliki
menurut pandangan pekerja tersertifikasi, secara kompetensi ya mereka kapasitas yang berbeda-beda
sosial? berkompeten dalam pelayanan, mereka juga juga ada yang memiliki latar
punya pengalaman dalam pemulihan, menurut belakang pendidikan yang bagus
saya kualitasnya sangat bagus ya dan ada juga yang hanya berlatar
belakang mantan pengguna
narkoba secara kompetensi
mereka berkompeten dalam
pelayanan dan juga
berpengalaman dalam
pemulihan
4. Bagaimana Kemampuan ya kembali lagi setiap kemampuan konselor Informance o menjelaskan
konselor dalam berbeda, punya cara masing2 untuk bahwa kemampuan konselor
membangun hubungan berhubungan dengan klien, ada lambat, ada berbeda-beda mereka punya cara
yang baik dengan klien cepat, ada sulit juga, karena punya cara masing- masing-masing untuk
187
menurut pandangan pekerja masing untuk berhubungan dengan klien. berhubungan dengan klien
sosial? Berlatar belakang pendidikan juga tidak berlatar belakang pendidikan
mempengaruhi dalam membangun hubungan, juga tidak mempengaruhi dalam
karna balik lagi, mereka punya cara sendiri membangun hubungan
membangun hubungan dengan klien itu sendiri,
tergantung juga dengan situasi kondisi mental
dari konselor ini, bisa jadi yg tidak punya latar
pendidikan yg tinggi bisa cepat dalam
membangun hubungan
5. Apa Faktor pendukung dan klo pendukung sendiri ya pasti situasi rekan Faktor pendukung dalam
penghambat efektivitas sejawat sangat mendukung dalam efektifitas efektivitas pelayanan peran
peran konselor dalam peran konselor sesama konselor juga harus konselor tentu saja rekan sejawat
pelayanan rehabilitasi saling mendukung karna dalam menangani karena sangat mendukung peran
sosial untuk korban klien juga tidak bisa sendiri kita butuh orang tersebut Kalau faktor
penyalahgunaan NAPZA di lain atau teman sejawat juga. Kalo penghambat penghambat yaitu kapasitas dan
Yayasan Penuai Indonesia? ya kapasitas dan kemampuan SDM dalam cara kemampuan dari konselor dan
berpikir, mengambil keputusan dan terapi yg mengenai cara berpikir
digunakan untuk membantu klien itu sendiri, mengambil keputusan dan terapi
ketika klien salah mengambil keputusan juga yang digunakan untuk
bisa mempengaruhi efektivitas juga. Keluarga membantu klien
juga menjadi faktor pendukung ketika konselor
bisa melakukan komunikasi yg baik kepada
keluarga beri edukasi dan pemahaman bahwa
klien juga butuh keluarga untuk memberikan
dukungan secara moral bukan cuman moril
6. Bagaimana Pandangan ya klo utk program kita gunakan TC ya karna Pekerja Sosial berpandangan
pekerja sosial tentang dri dlu kita lakukan TC dan kombinasi dengan bahwa kalau untuk program
kebijakan dan program terapi lain dengan melihat juga kondisi dari yang digunakan yaitu terapeutik
188
yang diterapkan oleh klien saat ini. Karena kalau kita terapkan TJ Community tentu saja dengan
Yayasan Penuai Indonesia murni itu juga tidak efektif makanya kita kombinasi terapi lain dengan
dalam memberikan kombinasikan dengan terapi yg lain lakukan melihat kondisi dari klien saat
pelayanan rehabilitasi inovasi, evaluasi juga itu yg diterapkan di kita ini
sosial untuk korban
penyalahgunaan NAPZA?
1.2 Efektivitas peran konselor dalam pelayanan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Penuai
Indonesia dinilai oleh klien dan tenaga profesional terkait
1. Apa Hal-hal yang yaa mulai tahap intake ya pasti harus Hal-hal yang dilakukan konselor
dilakukan oleh konselor melakukan trust building kepada klien, tugas menurut pekerja sosial yaitu
dalam memberikan konselor ini melihat progres klien melalui dimulai dari tahap intake atau
pelayanan rehabilitasi evaluasi atau observasi secara langsung dan perkenalan melakukan evaluasi
sosial bagi korban melalui konseling juga dan grup terapi juga ataupun observasi secara
penyalahgunaan NAPZA baik individu maupun kelompok. Konselor juga langsung melakukan konseling
menurut pandangan pekerja membuat laporan terhadap perkembangan klien membuat laporan terhadap
sosial juga, itu secara administrasi yaa, semuanya perkembangan klien,
dicatat oleh konselor, selain itu juga punya berkomunikasi juga dengan
tugas berkomunikasi juga dengan keluarga keluarga klien untuk
klien untuk memberitahu perkembangan klien memberitahu perkembangan
kepada keluarganya klien kepada keluarga
2. Bagaimana Penilaian kalo menurut saya ya cukup baik ya dalam Pekerja Sosial menilai peran
efektivitas peran konselor artian mereka mampu menjalankan tugas fungsi konselor bahwa cukup baik
oleh pekerja sosial dalam dan tanggung jawab sebagai konselor dan karena mampu menjalankan
pelayanan rehabilitasi mereka tidak memilih klien mana yg akan tugas fungsi dan tanggung jawab
sosial untuk korban mereka tangani mereka menerima siapapun sebagai konselor
penyalahgunaan NAPZA di klien tanpa ada latar belakang juga
Yayasan Penuai Indonesia? menganggap semua klien sama saja karena
189
membutuhkan pertolongan, jadi ya cukup baik
menurut sayaa
3. Apa Program atau metode ya untuk TC ini ya global sebetulnya, bisa Metode yang dianggap paling
yang dianggap paling diterapkan kepada org yg tidak kecanduan efektif yaitu program terapeutik
efektif dalam membantu narokoba tentunya dengan inovasi dan Community karena selalu
proses rehabilitasi sosial pengambangan program itu sendiri. Untuk berinovasi dalam pengembangan
korban penyalahgunaan terapi sendiri itu masing2 klien akan berbeda program ini sendiri
NAPZA di Yayasan Penuai tergantung kebutuhan dan permasalahan yg
Indonesia? muncul oleh klien, menurut saya ya cukup
efektif karena kita selalu berinovasi dalam
program TC ini
4. Apa Faktor yang ya tentunya support atau dukungan rekan Pekerjaan Menurut informano
mempengaruhi efektivitas sejawat, dari keluarga juga dan yg penting juga faktor yang mempengaruhi
peran konselor dalam hubungan antara klien dengan konselor, trust efektivitas peran konselor yaitu
pelayanan rehabilitasi building nya sampai mana dengan klien kan itu support atau dukungan dari
sosial untuk korban mempengaruhi efektifitas peran konselor itu rekan sejawat serta dari keluarga
penyalahgunaan NAPZA di juga kann juga lalu hubungan yang baik
Yayasan Penuai Indonesia? antara klien dengan konselor
5. Apa Bentuk saran atau saran saya selalu mengupgrade kapasitas atau Saran dari Pekerja Sosial untuk
masukan yang dapat kemampuan konselor dalam memberikan konselor yaitu Selalu
diberikan kepada Yayasan layanan ya meningkatkan kapasitas mereka lah, mengupgrade kapasitas atau
Penuai Indonesia dan kita disini masih belajar juga dan terus belajar kemampuan konselor dalam
konselor dalam dan berlatih, asah ilmu itu terus agar bisa memberikan layanan
meningkatkan efektivitas berkembang dan tentunya akan meningkatkan
pelayanan rehabilitasi kualitas pelayanan yg diberikan oleh konselor
sosial bagi korban itu sendiri
penyalahgunaan NAPZA?
190
1.3 Hasil yang dicapai konselor adiksi dalam penanganan pecandu narkoba di Yayasan Penuai Indonesia
1. Apa Hasil yang dicapai ya jadi klo secara sendiri yaa banyak klien kita Hasil yang dicapai konselor
oleh konselor adiksi dalam yg telah selesai menjalani pemulihan mampu yaitu banyak klien yang telah
menangani pecandu untuk tak lagi gunakan narkoba dan mampu selesai menjalani pemulihan
narkoba di Yayasan Penuai berfungsi sosial lagi di masyarakat, tentunya itu mampu untuk tidak lagi
Indonesia menurut tergantung dari dalam diri klien itu sendiri, nah menggunakan narkoba dan
pandangan pekerja sosial? sebelum keluar kan kita selalu bekal untuk berfungsi sosial di masyarakat
menjalani hidup diluar yayasan dirancang
bersama oleh klien dan konselor itu sendiri, ada
juga klien yg telah menjalani pemulihan terus
balik lagi, dan itu tidak bisa kita bebankan
kepada konselor karena kalau sudah diluar
yayasan ya itu tanggung jawab sendiri oleh
klien itu tetapi konselor juga dilakukan
monitoring dan evaluasi bersama keluarga dari
klien itu
2. Apa Contoh konkret yaa ada beberapa klien kita sampai hari ini dari Contoh klien yang berhasil
tentang bagaimana solo, bandung, inisial S, R, T, RMN terus menjalani pemulihan di Yayasan
konselor adiksi berhasil banyak sih sebenarnya, yang pertama mereka yaitu ada beberapa klien seperti
membantu pecandu masih bisa menjaga komunikasi yg baik dengan inisial S,R,Sampai saat ini juga
narkoba mengatasi masalah kita, klo yg relapse sudah lost kontak tidak bisa klien tersebut masih sering
klien? dihubungi indikasinya kesana lah, memberikan berkomunikasi dengan staf di
role model juga disini ada juga itu Yayasan
3. Apa Strategi konselor mengukur keberhasilan itu berdasarkan dari Strategi konselor dengan
adiksi di Yayasan Penuai komunikasi dengan kita, kalo komunikasi baik mengukur keberhasilan terapi
Indonesia menilai berarti aman begitu juga sebaliknya klo yang dilakukan yaitu
191
kesuksesan terapi yang komunikasi buruk ya bisa diindikasikan bahwa berdasarkan dari komunikasi
mereka lakukan, apakah klien itu mengalami relapse klien dengan konselor maupun
mengukur keberhasilan Pekerja Sosial apabila
secara kuantitatif atau komunikasi berjalan baik bisa
kualitatif? dikatakan klien sukses menjalani
pemulihan di luar
4. Apa Saran atau ya sarannya lebih mempunyai suatu kreatifitas Saran yang diberikan pekerja
rekomendasi yang dapat dalam menunjang burn out klien, kejenuhan sosial terhadap harus bisa
diberikan kepada konselor klien, apakah itu kegiatan vokasional kaya mempunyai kreativitas dalam
adiksi di Yayasan Penuai mekanik, menyablon dan lain juga, serta perlu menunjang kebosanan klien dan
Indonesia untuk ada biaya tambahan juga untuk melakukan tentunya meningkatkan kapasitas
meningkatkan efektivitas program tersebut, dan juga ya lebih banyak serta kemampuan dari konselor
terapi mereka dalam capacity building karna sudah berapa tahun itu sendiri
menangani pecandu tidak ada pelatihan pelatihan seperti itu buat
narkoba? konselor
192
1.2 Peran konselor dianggap penting dalam pelayanan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan
Penuai Indonesia
1. Bagaimana peran konselor oke, jadi yang namanya permasalahan narkoba Menurut informan a ukuran
dalam membantu proses itu banyak sekali tenaga profesional yang konselor yaitu memberikan
rehabilitasi sosial korban dibutuhkan utk mengatasi permasalahan konseling menjadi mediator
penyalahgunaan NAPZA di tersebut karena cukup kompleks. Peran menjadi fasilitator dalam
Yayasan Penuai Indonesia konselor ya cukup membantu dalam pelayanan running program menjadi serta
menurut pandangan pekerja disini. Dengan adanya konselor ini dianggap menjadi akses sistem sumber
sosial? sangat berarti karna mereka dulu pengguna dan terhadap klien
sekarang bisa menjadi role model bagi klien
yang sedang menjalankan pemulihan disini.
Intinya selalu bersinergi, mendukung satu sama
lain, kalo dari peksos ya dari teori klo dri
konselor ya dri prakteknya
Peran konselor ya sama kayak peksos yaa kaya
konseling, mediator, fasilitator dalam menjalani
running program, enable atau pemungkin, lalu
juga bisa mengakses sistem sumber juga
terhadap klien
2. Apa Tugas dan tanggung ya tugas dan tanggung jawab ga lepas dari Tugas dan tanggung jawab
jawab yang diemban oleh mekanisme layanan yg diberikan dari mulai konselor menurut pandangan
konselor dalam intake sampai terminasi dan itu dilakukan juga pekerja sosial yaitu tidak lepas
memberikan pelayanan oleh konselor, bedanya peksos disini jadi dari mekanisme layanan yang
rehabilitasi sosial untuk manajer kasus, saat ada permasalahan kita diberikan tentu dimulai dari
korban penyalahgunaan mengadakan case conference bersama konselor Intake hingga terminasi
NAPZA menurut juga
pandangan pekerja sosial?
3. Bagaimana Penilaian ya cukup baik, akan tetapi dengan tersedianya Pekerja Sosial menilai kualitas
193
kualitas pelayanan yang konselor saat ini punya latar pendidikan yang pelayanan yang diberikan oleh
diberikan oleh konselor di berbeda dan juga mungkin kurangnya konselor dengan cukup baik
Yayasan Penuai Indonesia kreatifitas dari konselor tersebut contoh untuk hanya saja konselor mempunyai
menurut pandangan pekerja menanggulangi rasa bosan, capacity building latar belakang yang berbeda-
sosial? untuk peningkatan SDM juga harus dibutuhkan, beda serta kurangnya kreativitas
nggk cukup cuman sekedar pengalaman sajaa dari konselor
4. Bagaimana Kemampuan menurut saya hubungan konselor dengan klien Informan a menjelaskan bahwa
konselor dalam ya berjalan baik akan tetapi terkadang konselor hubungan konselor dengan klien
membangun hubungan ini selalu menyamaratakan dengan apa yg berjalan dengan baik terkadang
yang baik dengan klien mereka alami sebelumnya, kasarnya masih ada ada juga konselor yang
menurut pandangan pekerja sikap atau perilaku yg bikin klien nggak menyamaratakan dengan apa
sosial? nyaman, kayak teriak-teriakan, untuk menjalin yang konselor alami juga
hubungan dengan klien yang baik sebelumnya
5. Apa Faktor pendukung dan untuk faktor pendukung sii yg pertama perlu Faktor pendukung serta
penghambat efektivitas adanya penerimaan diri yg baik dari klien itu yg penghambat efektivitas peran
peran konselor dalam pertama, terus juga support system yang penuh konselor yaitu adanya
pelayanan rehabilitasi dari keluarga, bahkan bisa jadi faktor penerimaan diri yang baik dari
sosial untuk korban penghambat juga sebaliknya saat klien klien lalu juga ada support
penyalahgunaan NAPZA di menolak, tidak ada dukungan dari keluarga System yang penuh dari
Yayasan Penuai Indonesia? keluarga dan faktor
penghambatnya tidak ada
dukungan dari keluarga serta
kurangnya keinginan klien untuk
berubah ke arah yang lebih baik
6. Bagaimana Pandangan menurut saya sih saat ini, akhir tahun Pandangan pekerja sosial
pekerja sosial tentang sebelumnya kan saat covid itu mengganggu terhadap kebijakan dan program
kebijakan dan program akselerasi dalam memberikan pelayanan, yaitu Bahwa program
yang diterapkan oleh refreshing bagi klien terhambat karena covid, therapeutic community ini bisa
194
Yayasan Penuai Indonesia dan bisa terpenuhi ya baru kemaren ini, dan menyebabkan klien merasa
dalam memberikan juga mungkin dalam program itu sendiri, TC, bosan namun bagus untuk
pelayanan rehabilitasi itu kan bisa menyebabkan klien merasa bosan perkembangan diri bagi klien itu
sosial untuk korban namun kan bisa mengaembangkan diri bagi sendiri
penyalahgunaan NAPZA? klien itu sendiri
1.2 Efektivitas peran konselor dalam pelayanan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Penuai
Indonesia dinilai oleh klien dan tenaga profesional terkait
1. Apa Hal-hal yang yg pertama tentunya saat klien masuk ya Hal yang dilakukan konselor
dilakukan oleh konselor melakukan spot cek barang bawaan, badan, yaitu Saat klien masuk
dalam memberikan terus masuk kepada observasi selama 1 minggu melakukan spacek barang
pelayanan rehabilitasi itu dipisahkan karena masa detoksifikasi dan bawaan badan lalu melakukan
sosial bagi korban menjaga emosional nya juga, setelah itu baru observasi selama satu minggu
penyalahgunaan NAPZA bisa masuk untuk running program di situ setelah itu membantu dan
menurut pandangan pekerja dilakukan proses perkenalan terus proses membimbing klien selama
sosial asesmen selama maksimal 1 bulan, dan sampai menjalankan program
tahap terminasi saat klien menjalani pemulihan pemulihan
diluar yayasan
2. Bagaimana Penilaian ya cukup baik, akan tetapi dengan tersedianya
Pekerja Sosial menilai bahwa
efektivitas peran konselor konselor saat ini punya latar pendidikan yang
efektivitas peran konselor dinilai
oleh pekerja sosial dalam berbeda dan juga mungkin kurangnya cukup baik akan tetapi dengan
pelayanan rehabilitasi kreatifitas dari konselor tersebut contoh untuk
konselor saat ini yang
sosial untuk korban menanggulangi rasa bosan, capacity building
mempunyai latar pendidikan
penyalahgunaan NAPZA di untuk peningkatan SDM juga harus dibutuhkan,
yang berbeda serta kurangnya
Yayasan Penuai Indonesia? nggk cukup cuman sekedar pengalaman sajaa
kreatifitas untuk menanggulangi
rasa bosan
3. Apa Program atau metode yaa TC pastinya itu gunanya melatih Metode atau program yang
yang dianggap paling kedisiplinan, tanggung jawab, kedisiplinan, dianggap efektif menurut
195
efektif dalam membantu membangun kepedulian, empati, dengan informan a yaitu terapeutik
proses rehabilitasi sosial program yang ada cukup membantu mereka Community berguna untuk
korban penyalahgunaan karena itu belum tentu juga mereka dapatkan di melatih kedisiplinan tanggung
NAPZA di Yayasan Penuai luarnya nanti jawab membangun kepedulian
Indonesia? serta empati
4. Apa Faktor yang kurang inovasi menurut sayaa dan kreatifitas Faktor yang mempengaruhi
mempengaruhi efektivitas karna klien butuh hal-hal baru agar gak merasa efektivitas peran konselor yaitu
peran konselor dalam bosan nah kurang nya tuh disini sih inovasi salah satunya kurang inovasi
pelayanan rehabilitasi sama kreatifitas dari konselor itu sendiri serta kreativitas agar klien tidak
sosial untuk korban merasa bosan dan jenuh dengan
penyalahgunaan NAPZA di aktivitas yang itu-itu saja
Yayasan Penuai Indonesia?
5. Apa Bentuk saran atau ya sarannya lebih mempunyai suatu kreatifitas Saran yang diberikan Pekerja
masukan yang dapat dalam menunjang burn out klien, kejenuhan Sosial kepada konselor yaitu
diberikan kepada Yayasan klien, apakah itu kegiatan vokasional kaya lebih mempunyai kreativitas saat
Penuai Indonesia dan mekanik, menyablon dan lain juga, serta perlu menunjang kebosanan klien dan
konselor dalam ada biaya tambahan juga untuk melakukan juga membangun kapasitas
meningkatkan efektivitas program tersebut, dan juga ya lebih banyak sebagai konselor untuk
pelayanan rehabilitasi capacity building karna sudah berapa tahun meningkatkan pelayanan
sosial bagi korban tidak ada pelatihan pelatihan seperti itu buat
penyalahgunaan NAPZA? konselor
1.3 Hasil yang dicapai konselor adiksi dalam penanganan pecandu narkoba di Yayasan Penuai Indonesia
1. Apa Hasil yang dicapai hasilnya ya tentunya adanya suatu Yang dicapai oleh konselor
oleh konselor adiksi dalam pengembangan diri dari klien, terus ada menurut pandangan pekerja
menangani pecandu perubahan perilaku dari klien dan juga respon sosial yaitu adanya suatu
narkoba di Yayasan Penuai yg baik dari keluarga karena itukan kepuasan pengembangan diri bagi klien
196
Indonesia menurut juga bagi konselor lalu perubahan perilaku ke arah
pandangan pekerja sosial? yang lebih baik serta Respon
yang baik dari keluarga juga
2. Apa Contoh konkret ya klien bisa menjalankan keberfungsian Contoh kasus sukses yaitu inisial
tentang bagaimana sosialnya, ada yg sukses ada yg relapse juga, R sukses menjalankan usaha
konselor adiksi berhasil contoh yg sukses ya inisial R dia sukses dalam konveksi dan selama di Yayasan
membantu pecandu usaha konveksi baju, S dia sukses dalam usaha juga sering mengalami
narkoba mengatasi masalah pabrik singkong dan ada juga jadi pelayanan permasalahan-permasalahan
klien? ibadah dan tak sedikit juga yang relapse sampai hingga saat ini klien masih
saat ini, diharapkan ya bagi klien harus bisa sering berkomunikasi dengan
menjaga pemulihannya, menjalankan fungsi staf di sini
sosialnya di masyarakat dengan anak istri
maupun keluarga, juga bisa memecahkan
masalah dengan pikiran jernih dan tentunya
bisa produktif untuk memenuhi kebutuhan
3. Apa Strategi konselor dengan kualitatif pastinya, dengan melihat Strategi konselor diukur dengan
adiksi di Yayasan Penuai perkembangan kesehariannya, dalam laporan kualitatif yaitu dengan melihat
Indonesia menilai bulanan juga, melihat hasil treatment dari perkembangan keseharian klien
kesuksesan terapi yang psikiater juga bisa karena kegiatan yg berdasarkan laporan bulanan
mereka lakukan, apakah dilakukan lebih kepada narasi dan praktek juga serta melihat hasil treatment
mengukur keberhasilan langsung yaa dari psikiater karena kegiatan
secara kuantitatif atau yang dilakukan lebih kepada
kualitatif? praktek langsung
4. Apa Saran atau ya sarannya lebih mempunyai suatu kreatifitas Saran yang diberikan Pekerja
rekomendasi yang dapat dalam menunjang burn out klien, kejenuhan Sosial kepada konselor yaitu
diberikan kepada konselor klien, apakah itu kegiatan vokasional kaya lebih mempunyai kreativitas saat
adiksi di Yayasan Penuai mekanik, menyablon dan lain juga, serta perlu menunjang kebosanan klien dan
Indonesia untuk ada biaya tambahan juga untuk melakukan juga membangun kapasitas
197
meningkatkan efektivitas program tersebut, dan juga ya lebih banyak sebagai konselor untuk
peran mereka? capacity building karna sudah berapa tahun meningkatkan pelayanan
tidak ada pelatihan pelatihan seperti itu buat
konselor
198