e-ISSN : 2746-2625
ABSTRACT
The purpose of this study was to find out the application of quality control
using statistical tools to control the level of defects in the production of plastic bottle
packaging. Quality control analysis was carried out using the method of statistical
quality control (SQC) with tools such as check sheet, histograms, p control charts,
pareto diagrams and cause-effect diagrams. Based on production data obtained
during 15 days there was an average percentage of defects of 8.07% while the
tolerance limit set by the company was 3% of each production. The result of the
analysis using the p control chart showed that the production process was in an
uncontrolled state. The Pareto diagram shows that 80% of the most dominant
defects were caused by dented body and cracked neck defects. The cause of the
product defect was influenced by factors: human, method, machine and
environment. Therefore to reduce the level of product defect, the authors provide
suggestion for corrective actions.
ABSTRAK
Studi ini dilakukan untuk mengetahui penerapan kontrol kualitas dengan
menggunakan alat statistik untuk mengontrol tingkat cacat dalam produksi
kemasan botol plastik. Analisis pengendalian kualitas dilakukan menggunakan
metode Statistical Quality Control (SQC) dengan alat-alat seperti lembar periksa,
histogram, peta kendali p, diagram pareto dan diagram sebab-akibat. Berdasarkan
data produksi yang diperoleh selama 15 hari terdapat persentase rata-rata cacat
8,07% sedangkan batas toleransi yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 3% per
produksi. Hasil analisis menggunakan peta kendali p menunjukkan bahwa proses
produksi dalam keadaan tidak terkendali. Diagram Pareto menunjukkan bahwa
80% cacat yang paling dominan disebabkan oleh cacat penyok dan leher retak.
Penyebab cacat produk dipengaruhi oleh faktor: manusia, metode, mesin dan
lingkungan. Oleh karena itu untuk mengurangi tingkat cacat produk, penulis
memberikan usulan berupa tindakan perbaikan.
63
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 20, Edisi 1 (2021)
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625
64
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 20, Edisi 1 (2021)
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625
keringanan yang baik. Secara visual botol kemasan yang dibuat dari
material HDPE terlihat buram atau tidak transparan dan untuk material PC,
struktur yang ada didalam material PC dapat membuat sifat transparan.
Sedangkan untuk material PET memiliki sifat kedua material tersebut yaitu
dapat dibuat transparan maupun buram. Pengambilan data produksi botol
kemasan dilakukan selama 15 hari menggunakan check sheet. Jumlah
produksi sebanyak 21600 buah menghasilkan cacat produk sebanyak 1744
buah. Jenis cacat produk yang terjadi diantaranya bahu keras, penyok,
leher retak, dan konstriksi leher.
Metode yang digunakan dalam analisis pengendalian kualitas botol
kemasan yaitu dengan menggunakan metode pengendalian kualitas secara
statistik mencakup tiga kajian studi yaitu studi pendahuluan, studi lapangan
dan studi analisis. Studi pendahuluan dilakukan dengan mencari refrensi
melalui buku, jurnal dan sitasi lainnya yang berhubungan dengan objek
yang diteliti.
Start
Studi Pustaka:
1. Buku
Studi Pendahuluan 2. Jurnal
Studi Lapangan
Observasi
Penemuan
Tidak masalah
Uji kecukupan data
1
N1 > N
Pengumpulan
data 1
Ya
Analisa pengendalian
Studi Analisis kualitas dengan alat
bantu statistik
Finish
66
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 20, Edisi 1 (2021)
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625
Histogram
Untuk memudahkan dalam melihat lebih jelas cacat yang terjadi sesuai
dengan check sheet pada tabel 1 maka langkah selanjutnya adalah
membuat histogram. Data produk cacat tersebut disajikan dalam bentuk
grafik balok tinggi yang dibagi berdasarkan jenis cacatnya masing-masing.
68
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 20, Edisi 1 (2021)
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625
800
753
700 667
600
Jumlah Cacat
500
400
300 237
200
100 87
0
Bahu Keras Penyok Leher Retak Konstriksi Leher
Jenis Cacat
Peta kendali
Tabel 1 check sheet laporan produksi botol kemasan menunjukkan
bahwa terdapat jumlah cacat yang melebihi batas toleransi cacat yang
ditetapkan perusahaan. Total rata-rata persentase cacat pada produksi
selama 15 hari sebesar 8.07% sedangkan batas toleransi persentase cacat
yang ditetapkan perusahaan sebesar 3% per produksi. Oleh karena itu,
akan dianalisis kembali untuk mengetahui sejauh mana cacat yang terjadi
masih dalam batas kendali statistik melalui grafik kendali. Peta kendali p
mempunyai manfaat untuk membantu pengendalian kualitas produksi serta
dapat memberikan informasi mengenai waktu pihak perusahaan akan
melakukan perbaikan kualitas. Peta kendali p ditunjukkan pada gambar 3.
0.18
1
1
0.16
0.14
1
0.12
Proportion
1 UCL=0.1043
0.10
_
0.08 P=0.0807
0.06
LCL=0.0571
1 1
0.04 1
1
1
0.02
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
69
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 20, Edisi 1 (2021)
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625
Diagram pareto
Menurut Fakhri (2010) dan Meliyana (2017) diagram pareto adalah
diagram yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengurutkan dan bekerja
untuk menyisihkan cacat yang paling dominan secara permanen untuk
peningkatan kualitas. Masing-masing jenis cacat harus diurutkan
berdasarkan jumlah cacat dari yang terbesar hingga yang terkecil dan
dibuat persentase kumulatifnya. Persentase kumulatif berguna untuk
menyatakan besarnya perbedaan yang ada dalam frekuensi kejadian
diantara beberapa permasalahan yang dominan. Jenis cacat diurutkan
berdasarkan jumlahnya terdapat pada tabel 2.
70
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 20, Edisi 1 (2021)
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625
Diagram sebab-akibat
Melalui diagram sebab-akibat pada gambar 5 dapat dijelaskan
bahwa cacat penyok merupakan cacat yang paling dominan. Faktor yang
paling banyak menyebakan cacat penyok terdapat pada mesin stretch blow
molding. Pengaruh setting time dan belum adanya parameter baku pada
temperatur lampu pemanas preform sehingga operator harus mencari
parameter yang standar setiap kali pergantian shift dan seringnya terjadi
kerusakan pada stretch rod seperi stretch rod yang bengkok bahkan bocor.
Menurut Mas’ud (2017) parameter yang berpengaruh terhadap kualitas
botol yaitu preblow pressure dan temperatur lampu preform.
Proses
Produksi
Selektor Baru
Inspeksi QC
P
Penyok
Terlalu mepet dengan bottom
Injection
Suhu Ruangan Molding Ujung stretch tidak radius
Panas Bocor
Stretch blow
molding
Blowing time
terlalu lama Belum ada parameter baku
Exhaust time
terlalu cepat Tidak ada ventilasi dalam
oven
71
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 20, Edisi 1 (2021)
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625
Proses
Produksi
Selektor Baru
Inspeksi QC
Leher Retak
Perputaran holder terlalu cepat
Injection
Suhu Ruangan Molding Ring holder lepas
Panas
Stretch blow
Kotor
molding
MTC terlalu panas
72
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 20, Edisi 1 (2021)
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625
Temperature Control) yang terlalu panas dan mold kotor menjadi penyebab
leher retak.
Usulan tindakan perbaikan
Setelah mengetahui penyebab cacat pada produk botol kemasan
yang terjadi pada perusahaan, maka disusun suatu rekomendasi atas
usulan tindakan perbaikan secara umum dalam upaya menekan tingkat
persentase cacat produk sebagai berikut:
Faktor Manusia
Penyebab cacat dari faktor manusia disebabkan oleh kinerja dari
selektor baru (karyawan baru). Selektor baru kurang teliti dalam menyeleksi
produk cacat sehingga terdapat kelolosan produk cacat kedalam kardus
dan selektor baru kurang paham mengenai kualitas. Adapun upaya
perbaikan sebagai bahan masukan dari penulis yaitu memberikan pelatihan
kualitas kepada selektor secara berkala berupa pengetahuan mengenai
jenis-jenis cacat yang terdapat pada botol dan penanggulangan jika terjadi
cacat yang sama secara terus-menerus.
Faktor Metode
Faktor metode dibagi menjadi dua bagian yaitu pada saat proses
produksi dan pada saat pemeriksaan produk oleh inspektor QC. Pada
proses produksi preform, pihak perusahaan tidak menyediakan selektor
sehingga tidak ada penyortiran pada produk preform dan kurangnya
pengawasan dari operator. Sehingga banyak produk preform yang cacat
sebelum ditiup menjadi botol.
Sedangkan pada proses pemeriksaan (inspeksi) produk, Inspektor
QC belum menerapkan SOP pemeriksaan QC secara penuh. Pada saat titik
kritis pemeriksaan, inspektor QC tidak mengecek sampling preform dengan
menggunakan alat PET & preform testing instrument. Adapun upaya
perbaikan sebagai berikut:
Perusahaan sebaiknya memberikan penambahan tenaga selektor
pada bagian produksi preform, guna meminimalisir preform cacat pada saat
diproduksi menjadi botol. Inspektor QC memeriksa sampel preform
menggunakan alat PET & Preform testing instrument, untuk mengetahui
jenis cacat yang terdapat pada prefrom.
Faktor Mesin
Pada setiap jenis cacat memiliki penyebab faktor mesin yang
berbeda. Hal ini disebabkan karena parameter dan kondisi pada setiap
mesin akan mempengaruhi kualitas produk. Kualitas preform dipengaruhi
oleh parameter pada mesin injeksi seperti injection speed, injection
pressure, coolimg time, mold temperature control (MTC) serta kondisi dari
73
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 20, Edisi 1 (2021)
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625
Faktor Lingkungan
Suhu ruangan yang panas dapat menyebabkan selektor kurang
fokus dalam melakukan pekerjaannya. Belum adanya operasional terhadap
pemasangan AC menyebabkan selektor hanya menggunakan kipas angin
dengan jumlah yang terbatas dan para selektor harus menggunakan
fasilitas tersebut secara bergantian. Penulis memberikan saran agar
pemasangan AC dapat segera beroperasi dengan baik.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan, dapat diambil
kesimpulan mengenai permasalahan beserta dengan usulan tindakan
perbaikan diantaranya:
1. Jenis defect (cacat) yang mempengaruhi kualitas pada botol kemasan
yaitu penyok, leher retak, bahu keras dan konstriksi leher. Analisis
diagram sebab akibat mengidentifikasikan bahwa faktor penyebab
cacat pada produksi botol kemasan disebabkan oleh faktor manusia,
metode, mesin dan lingkungan kerja.
2. Penggunaan alat bantu statistik dengan peta kendali p dalam
pengendalian kualitas produk dapat mengidentifikasi bahwa kualitas
produksi botol kemasan pada perusahaan masih berada diluar batas
kendali. Rata-rata persentase cacat pada produksi selama 15 hari
sebesar 8.07%. Sedangkan toleransi persentase yang ditetapkan
perusahaan sebesar 3%.
3. Diagram pareto menunjukkan bahwa cacat yang paling mendominasi
yaitu penyok dan leher retak. Usulan tindakan perbaikan yang dilakukan
untuk mencegah cacat penyok yaitu perlu dilakukan perbaikan pada
stretch rod secara berkala. Untuk mencegah cacat leher retak dengan
Mencari parameter yang optimal pada proses injection molding
sehingga dapat memperbaiki cacat leher retak pada preform.
74
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 20, Edisi 1 (2021)
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625
DAFTAR PUSTAKA
BPS (Badan Pusat Statistik). 2019. Berita Resmi Statistik Edisi 2 Mei 2019.
https://www.bps.go.id/website/materi_ind/materiBrsInd-
20190502115806.pdf, diakses 04 Juli 2019.
Bakhtiar, S., Tahir, S., & Hasni, R.A. (2013). Analisa Pengendalian Kualitas
dengan Menggunakan Metode Statistical Quality Control (SQC),
Jurnal Malikussaleh Industrial Engineering, Vol.2, No.1, Hal 29-36.
ISSN 2302 934X.
Chandradevi, A., & Puspitasari, N.B. (2016). Analisa Pengendalian Kualitas
Produksi Botol X 500ml pada PT. Berlina Tbk dengan Menggunkan
Metode New Seven Tools. (Skripsi). Universitas Diponegoro,
Indonesia.
Fakhri, F. A. (2010). Analisis Pengendalian Kualitas Produksi di PT.
Masscom Graphy dalam Upaya Mengendalikan Tingkat Kerusakan
Produk Menggunakan Alat Bantu Statistik. Skripsi. Universitas
Diponegoro, Indonesia.
Ilham, M. N. (2012). Analisis Pengendalian Kualitas Produk dengan
Menggunakan Statistical Processing Control (SPC) pada PT.
Bosowa Media Grafika (Tribun Timur). Skripsi. Universitas
Hasanuddin Makassar, Indonesia.
Kementerian Perindustrian, 2019, Analisis Perkembangan Industri Edisi I-
2019 http://www.kemenperin.go.id/download/21653/Laporan-
Analisis-Perkembangan-Industri-Edisi-I-2019, diakses 24 Juli 2019.
Mas’ud, M. (2017). Optimasi Proses Mesin Stretch Blow Molding Pada Botol
600ml dengan Metode RSM (Response Surface Methodology) Studi
Kasus di PT. Uniplastindo Interbuana. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin,
Vol.18, No.1, Hal 15-23, ISSN: 1411-4348.
Meliyana, H. (2017). Analisis Pengendalian Kualitas Produk Air Dalam
Kemasan (AMDK) Merek Great pada PT. Trijaya Tirta Dharma di
Bandar Lampung. Univuersitas Lampung, Indonesia.
Sofiani, F., & Hapsari, V. W. (2011). Prancangan Pabrik Polipropilen dari
Propilen dengan Proses Sheripol Kapasitas 200.000 Ton/Tahun.
(Skripsi) Universitas Sebelas Maret, Indonesia.
Widiyatmawan, Y. D. (2007). Penanganan Proses Polyethylene
Terephthalate (PET) dengan Metode Analisa Statistik pada Injection
Stretch Blow Molding (ISBM). (Skripsi). Universitas Mercu Buana,
Indonesia.
75
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 20, Edisi 1 (2021)