Anda di halaman 1dari 13

EBI

ISSN 2685-8622
Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Industri (EBI)
http://jurnal.cic.ac.id/
Vol. 03, No. 01, 2021, pp. 19-31
https://doi.org/10.52061/ebi.v3i1.31

PENGARUH PENERAPAN GOOD MANUFACTURING PRACTICES (GMP) DAN


PENYUSUNAN SANITASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SSOP) TERHADAP
PROSES PENGOLAHAN CUMI BEKU YANG DIMODERASI OLEH SISTEM HAZARD
ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PT. SANJAYA INTERNASIONAL
FISHERY

Ari Soeti Yani1, Riana Wulan Safitri2


1, 2
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
e-mail: arisoetiyani@gmail.com1, rianawulan55@gmail.com2

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) dan
penyusunan Sanitasi Standar Operasional Prosedur (SSOP) terhadap proses pengolahan cumi beku, serta
mengetahui pengaruhnya sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) sebagai variabel
moderatingnya. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan adanya pengaruh dari penerapan Good
Manufacturing Practices (GMP), penyusunan Sanitasi Standar Operasional Prosedur (SSOP) dan Hazard
Analysis Critical Control Point (HACCP) terhadap proses pengolahan cumi beku. Namun secara memoderasi
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) tidak mampu memoderasi Good Manufacturing Practices
(GMP) dan Sanitasi Standar Operasional Prosedur (SSOP) terhadap proses pengolahan cumi beku. Dari
penelitian ini dijelaskan salah satu pengaruhnya yaitu masih adanya penyimpangan-penyimpangan dalam
menjalankan penerapan Good Manufacturing Practices (GMP), Sanitasi Standar Operasional Prosedur (SSOP)
dan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) terhadap proses pengolahan cumi beku.

Kata kunci : Good Manufacturing Practces (GMP), Sanitasi Standar Operasional Prosedur (SSOP), Proses
Pengolahan, dan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP).

Abstrack
This Study aims to determine the effect of the application of Good Manucturing Practices (GMP) and the
preparation of Sanitation Standard Operational Procedure (SSOP) on the processing of frozen squid, and
determine the effect of the Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) system as a moderating variable.
The results of the research that love been carried out show the influence of the implementation of Good
Manufacturing Practices (GMP), preparation of Sanitasi Standard Operational Procedure (SSOP) and Hazard
Analysis Critical Control Point (HACCP) on the processing frozen squid. However, moderating the Hazard
Analysis Critical Control Point (HACCP) is not able to moderate the Good Manufacturing Practices (GMP) and
Sanitation Standard Operational Procedure of the frozen squid processing. From this research, it is explained
one of the effects is that there are still irregularities in craying out the application of Good Manufacturing
Practices (GMP), Sanitation Standard Operational Procedure (SSOP) and Hazard Analysis Critical Control
Point (HAACP) to the frozen squid processing.
Keywords : Good Manufacturing Practices (GMP), Sanitation Standard Operational Procedure (SSOP),
processing, and Hazard Analysis Critocal Control Point (HACCP).

19 | Jurnal Ekonomi, Bisnis Dan Industri (EBI)


Vol. 3. No. 1 Mei 2021
EBI Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Industri (EBI)
Vol. 03, No. 01, 2021, pp. 19-31
ISSN 2685-8622
http://jurnal.cic.ac.id/

I. PENDAHULUAN Proses Pengolahan


1.1. Latar Belakang Penelitian
Menurut Keputusan Menteri Kelautan
PT. Sanjaya Internasional Fishery dan Perikanan RI Nomor 52A/KEPMEN-
merupakan salah satu industri yang bergerak KP/2013 Tentang Persyaratan Jaminan Mutu
dibidang ekspor-impor ikan segar maupun dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses
beku, terutama produk cumi beku. Berikut Produksi, Pengolahan dan Distribusi,
adalah fenomena yang terjadi pada proses pengolahan adalah rangkaian kegiatan dan atau
pengolahan cumi beku selama tahun 2017- perlakuan dari bahan baku sampai menjadi
2019. produk akhir untuk menjadi konsumsi manusia.
Kelancaran proses pengolahan dijadikan
Tabel 1. Laporan Realisasi Jumlah Arus sebagai tolak ukur (Perikanan, 2013).
Produk Cumi-cumi Beku Kelancaran proses pengolahan dijadikan
No. Tahun Satuan Jumlah Arus Produk sebagai tolak ukur bahwa perusahaan tersebut
Cumi-cumi Beku
1. 2017 TON 12.401,49
berhasil sehingga dapat menghasilkan kualitas
produk yang baik dan mendapatkan
2. 2018 TON 15.963,56
kepercayaan dan loyalitas dari para
3. 2019 TON 12.126,66
konsumennya (Ari Soeti Yani, 2019).
Sumber : Laporan Operasional PT. Sanjaya Internasional
Fishery Good Manufacturing Practices (GMP)
Tabel 1 di atas menunjukkan jumlah Menurut Keputusan Menteri Kelautan
arus produk cumi beku dari tahun 2017-2019 dan Perikanan RI Nomor 52A/KEPMEN-
mengalami penurunan. Pada tahun 2018 ke KP/2013 Tentang Persyaratan Jaminan Mutu
tahun 2019 penurunan disebabkan oelh dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses
banyaknya faktor diantaranya keadaan alam Produksi, Pengolahan dan Distribusi, Good
(cuaca), persediaan bahan baku yang kurang Manufacturing Practices (GMP) adalah
efektif dan efisien. Cumi yang diperoleh pedoman persyaratan dan tata cara berproduksi
pemasok berkurang dapat menyebabkan yang baik bagi suatu unit pengolahan ikan
persediaan bahan baku berkurang, sehingga (Perikanan, 2013). Good manufacturing
hasil arus proses pengolahan menurun. Practices (GMP) merupakan persyaratan
Penelitian ini akan membahas proses minimum untuk pengolahan dan sanitasi yang
pengolahan cumi beku. Apakah penerapan harus diterapkan disemua industri terutama
Good Manufacturing Practices (GMP) dan industri pangan pengolahan pangan guna
penyusunan Sanitasi Standar Operasional menghasilkan produk yang memiliki mutu baik
Prosedur (SSOP) itu sendiri dapat berpengaruh dan aman secara konsisten.
pada proses pengolahan cumi beku? baik secara Sanitasi Standar Operasional Prosedur
langsung maupun tidak langsung. Dan apakah (SSOP)
sistem Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP) sangat efektif dalam membantu Menurut Keputusan Kelautan dan
meningkatkan penerapan Good Manufacturing Perikanan RI Nomor 52A/KEPMEN-KP/2013
Practices (GMP) dan penyusunan Sanitasi Tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan
Standar Operasional Prosedur (SSOP) pada Keamanan Hasil Perikanan pada Proses
proses pengolahan cumi beku? Hal ini akan Produksi, Pengolahan dan Distribusi, Sanitasi
dibahas dalam penelitian ini. Standar Operasional Prosedur (SSOP) adalah
pedoman persyaratan sanitasi unit pengolahan
II. TINJAUKAN PUSTAKA ikan. Dalam hal ini Sanitasi Standar
Grand Theory Operasional Prosedur (SSOP) menjadi program
sanitasi wajib suatu indrustri untuk
Manajemen operasional menurut meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan
Heizer dan Rander (2011) adalah serangkaian dan menjamin sistem keamanan produk
aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk pangan.
barang dan jasa dengan mengubah input
menjadi output.

Ari Soeti Yani, Riana Wulan Safitri | 20


EBI
ISSN 2685-8622
Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Industri (EBI)
http://jurnal.cic.ac.id/
Vol. 03, No. 01, 2021, pp. 19-31
https://doi.org/10.52061/ebi.v3i1.31

Hazard Analysis Critical Control Point Dari hasil penelitian terdahulu diatas
(HACCP) menjelaskan bahwa penerapan Good
Manufacturing Practices (GMP)
Menurut Keputusan Kelautan dan mempengaruhi berjalannya proses pengolahan.
Perikanan RI Nomor 52A/KEPMEN-KP/2013 Masih banyak industri kecil yang tidak
Tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan menerapkan Good Manufacturing Practices
Keamanan Hasil Perikanan pada Proses (GMP) namun beberapa industri pengolahan
Produksi, Pengolahan dan Distribusi, Hazard atau manufaktur telah membuktikan bahwa
Analysis Critical Control Point (HACCP) dalam menjalankan usahanya ini mereka perlu
adalah sistem manajemen keamanan pangan menerapkan Good Manufacturing Practices
yang mendasarkan kesadaran bahwa dapat (GMP) guna kelancaran produksi. Maka
timbul pada tahap-tahap proses, namun dapat ditetapkanlah hipotesis, yaitu : adanya
dikendalikan melalui tindakan pencegahan dan pengaruh penerapan Good Manufacturing
pengendalian titik-titik kritis. Practices (GMP) terhadap proses
Penerapan Good Manufacturing Practices pengolahan cumi beku.
(GMP) terhadap proses pengolahan cumi Penyusunan Sanitasi Standar Operasional
beku Prosedur (SSOP) terhadap proses
Good Manufacturing Practices (GMP) pengolahan cumi beku
adalah pedoman persyaratan dan tata cara Sanitasi Standar Operasional Prosedur
berproduksi yang baik bagi suatu unit (SSOP) adalah pedoman persyaratan sanitasi
pengolahan ikan. Proses pengolahan adalah unit pengolahan ikan. Keterkaitannya dengan
rangkaian kegiatan atau perlakuan dari bahan proses pengolahan cumi beku yaitu Sanitasi
baku sampai menjadi produk akhir untuk Standar Operasional Prosedur (SSOP)
menjadi konsumsi manusia. Keterkaitan antara membantu dalam melaksanakan kegiatan
Good Manufacturing Practices (GMP) dengan sanitasi dan higienes maka semakin baik
proses pengolahan cumi beku ialah apabila penerapannya pada proses pengolahan semakin
Good Manufacturing Practices (GMP) baik pula mutu produk yang dihasilkan.
diterapkan secara baik dan benar maka proses Penelitian yang sudah dilakukan oleh (Wu et
pengolahan akan berjalan dengan efektif dan al., 2020)menujukkan karyawan melakukan
efisien, namun ada beberapa industri kecil yang kebersihan mendalam dengan program
masih belum menerapkannya. Seperti penelitian merupakan bagian penting dari
penelitian dari (Hanidah, I, 2018)menunjukkan mencegah kontaminasi seilang berikutnya. Dan
bahwa penerapan Good Manufacturing pada penelitian (Rodrigues et al.,
Practices (GMP) didalam produksi dapat 2018)menjelaskan pentingnya kebersihan
membuka peluang bagi pelaku usaha dalam operasional dalam penerapan sistem
meningkatkan kualitas produk sekaligus pemantauan Sanitasi Standar operasional
meningkatkan peluang bagi produk tersebut Prosedur (SSOP) untuk pemeliharaan
dalam memasuki pasar global. Pada penelitian kontaminasi mikroba dibawah batas yang
(Fraser et al., 2018)penerapan Good direkomendasikan. Pada penelitian (Suhardi et
Manufacturing Practices (GMP) yang kuat al., 2019), (Domili, 2017), dan (Mardiana et al.,
dapat menujukkan kelayakan proses yang 2016)permasalahan dalam
dikembangkan ini untuk pembuatan produk mengimplementasikan sistem Sanitasi Standar
akhir. Sedangkan pada penelitian (Rudiyanto, Operasional Prosedur (SSOP) dan penerapan
2016), (Rahmayanti, 2018), dan (Jumiati & yang belum sesuai sehingga adanya tingkat
Zainudin, 2019) mengungkapkan kualitas kontaminasi yang masih cukup tinggi. Hal ini
dalam proses pengolahan namun ada beberapa disebabkan oleh kurangnya pemahaman
penyimpangan yang masih belum sesuai karyawan akan pentingnya Sanitasi Standar
dengan prinsip Good Manufacturing Pratices Operasional Prosedur (SSOP) dalam menjaga
(GMP). Perlu adanya perbaikan agar proses mutu produk dan kehigienisan proses
pengolahan dapat berjalan dengan efektif dan pengolahan dimulai dari penerimaan bahan
lebih baik. baku hingga produk jadi diterima oleh
konsumen.

21 | Jurnal Ekonomi, Bisnis Dan Industri (EBI)


Vol. 3. No. 1 Mei 2021
EBI Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Industri (EBI)
Vol. 03, No. 01, 2021, pp. 19-31
ISSN 2685-8622
http://jurnal.cic.ac.id/

Dari hasil penelitian terdahulu diatas minuman. Namun masih ada beberapa
dapat ditarik kesimpulan yaitu perencanaan perusahaan yang belum benar-benar
pelaksanaan Sanitasi Standar Operasional menerapkan sistem ini sehingga belum
Prosedur (SSOP) terhadap proses pengolahan mengetahui sampai dimana titik bahaya yang
mempunyai pengaruh positif. Sanitasi Standar ada pada lingkungan perusahaan. Maka
Operasional Prosedur (SSOP) dapat menjaga ditetapkanlah hipotesis, yaitu H3 : adanya
keamanan kualitas pada produk jika dipahami pengaruh sistem Hazard Analysis Critical
dan diterapkan dengan benar. Maka Control Point (HACCP) terhadap proses
ditetapkanlah hipotesis, yaitu H2 : adanya pengolahan cumi beku.
pengaruh penyusunan Sanitasi Standar
Operasional Prosedur (SSOP) terhadap Penerapan Good manufacturing Practices
proses pengoalahn cumi beku. (GMP) terhadap proses pengolahan cumi
beku yang dimoderasi oleh Hazard Analysis
Sistem Hazard Analysis Critical Control Point Critical Control Point (HACCP)
(HACCP) terhadap proses pengolahan cumi
beku Pengaruh Hazard Analysis Critical
Control Point (HACCP) itu sendiri untuk
Hazard Analysis Critical Control Point memoderasi Good Manufacturing Practices
(HACCP) merupakan sistem manajemen (GMP) terhadap proses pengolahan cumi beku,
keamanan pangan yang mendasarkan yang merupakan prosedur umur yang berkaitan
kesadaran bahwa dapat timbul pada tahap-tahap dengan persyaratan suatu operasi bisnis pangan
proses, namun dapat dikendalikan melalui untuk mencegah kontaminasi akibat suatu
tindakan pencegahan dan pengendalian titik- operasi produksi atau penanganan. Oleh karena
titik kritis. Penerapan Hazard Analysis Critical itu, dibutuhkan penerapan Good Manufacturing
Control Point (HACCP) dapat menjaga mutu Practices (GMP) yang baik sebagai fondasi
produk selama proses pengolahan cumi beku terwujudnya sistem Hazard Analysis Critical
dan mampu menghasilkan produk yang Control Point (HACCP) yang baik pula. Pada
berkualitas tinggi. Dari penelitian (Al-Busaidi penelitian (Sutresni, Sudiana Mahendra, &
et al., 2017) menunjukkan bahwa perusahaan Redi Aryanta, 2016) telah menerapkan
HACCP lebih terverifikasi dipasar ekspor kelayakan dasar Good Mnaufacturing
mereka dan mampu menargetkan pasar yang Practices (GMP) serta penerapan Hazard
lebih menguntungkan seperti UE, Jepang, dan Analysis Critical Control Point (HACCP)
Amerika. Sedangkan pada penelitian dengan sangat baik. Sedangkan ada penelitian
(Dzwolak, 2019) masih banyak ketidakpatuhan (Perdana, 2018), (Setyoko & Kristiningrum,
pada beberapa aspek dari penerapan 2019), (Hidayat et al., 2019), dan (Triyanni et
HACCP/keamanan pangan. Pada penelitian al., 2017) masih adanya penyimpangan-
(Tomasevic et al., 2016) menunjukkan efek penyimpangan sehingga harus diperbaiki
positif yang kuat dari penerapan wajib HACCP sebelum menerapkan sistem Hazard Analysis
pada indikator kebersihan diperusahaan. Pada Critical Control Point (HACCP), serta untuk
penelitian (Lemos Junior et al., mencapai fondasi persyaratan kelayakan dasar
2019)menunjukkan bahwa rencana HACCP yang lebih baik.
yang diterapkan adalah alat yang efektif untuk
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan Dari hasil penelitian terdahulu di atas
mengendalikan bahaya kimia dan fisika. Pada dapat ditarik kesimpulan bahwa Hazard
penelitian (Hasnan & Mohd Ramli, 2020) Analysis Critical Control Point (HACCP) akan
menunjukkan kemungkinan untuk ikut membantu meningkatkan kelayakan
memoderenisasi persiapan hidangan lokal penerapan Good Manufacturing Practices
menjadi produksi massal yang efisien tanpa (GMP) pada proses pengolahan. Karena pada
mengorbankan keamanan makanan melalui dasarnya Good Manufacturing Practices
rencana HACCP. (GMP) merupakan syarat penerapan Hazard
Analysis Critical Control Point (HACCP)
Dari hasil penelitian terdahulu diatas, dalam menyempurnakan mutu produk. Maka
sistem keamanan/ Hazard Analysis Critical ditetapkan hipotesis, yaitu H4 : adanya
Control Point (HACCP) merupakan wajib pengaruh penerapan Good Manufacturing
dalam industri pengolahan makanan dan Practices (GMP) terhadap proses

Ari Soeti Yani, Riana Wulan Safitri | 22


EBI
ISSN 2685-8622
Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Industri (EBI)
http://jurnal.cic.ac.id/
Vol. 03, No. 01, 2021, pp. 19-31
https://doi.org/10.52061/ebi.v3i1.31

pengolahan cumi beku yang dimoderasi oleh Hazard Analysis Critical Control Point
sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) untuk menjaga kehigienisan produk
(HACCP). maupun lingkungan kerja. Sedangkan
penelitian (Rahayu & Adhi, 2017) penerapan
Penyusunan Sanitasi Standar Operasional sistem tersebut harus dapat disesuaikan lagi
Prosedur (SSOP) terhadap proses dengan aspek-aspek penyusunan Sanitasi
pengolahan cumi beku yang dmoderasi oleh Standar Operasional Prosedur (SSOP). Dalam
Hazard Analysis Critical Control Point pelaksanaan Sanitasi Standar Operasional
(HACCP) Prosedur (SSOP) harus mencakup tujuan dan
Hubungan antara Hazard Analysis prosedur untuk setiap aspek sanitasi.
Critical Control Point (HACCP) dengan Dari hasil penelitian terdahulu diatas
Sanitasi Standar Operasional Prosedur (SSOP) menyatakan bahwa Hazard Analysis Critical
yang juga merupakan pre-requisite HACCP Control Point (HACCP) dapat ikut serta
plan. Pre-requisite HACCP plan didasarkan menyempurnakan mutu produk bersama
pada sanitasi dan higiene produk yang dengan penyusunan Sanitasi Standar
merupakan prosedur umum yang berkaitan Operasional Prosedur (SSOP) dalam
dengan suatu operasi bisnis pangan untuk menganalisis bahaya yang ada pada proses
mencegah kontaminasi akibat suatu operasi pengolahan. Maka dapat ditarik hipotesis, yaitu
produksi. Pada penelitian (Citraresmi & Putri, H5 : adanya pengaruh penyusunan Sanitasi
2019), (Basyarudin, 2018), (Nurulchusna, Standar Operasional prosedur (SSOP)
2017), dan (Yuniarti et al 2015) hubungan terhadap proses pengolahan cumi beku yang
antara Sanitasi standar Operasional Prosedur dimoderasi oleh sistem Hazard Analysis
(SSOP) dan Hazard Analysis Critical Control Critical Control Point (HACCP).
Point (HACCP) sangat berkaitan. Dikarenakan
Sanitasi Standar Operasional Prosedur (SSOP)
merupakan salah satu syarat pelaksanaan sistem

Gambar 1. Kerangka pemikiran


III. METODE PENELITIAN mengetahui kegiatan proses pengolahan cumi
beku didalam perusahaan.
Populasi dan Sampel
n= N
Penelitian ini dilaksanakan di PT. 1 + Ne2
Sanjaya Internasional Fishery, Muara Angke n= 225
Jakarta Utara. Populasi yang diambil dalam 1 + 225 (0,05)2
penelitian ini yaitu karyawan/karyawati yang n= 144

23 | Jurnal Ekonomi, Bisnis Dan Industri (EBI)


Vol. 3. No. 1 Mei 2021
EBI Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Industri (EBI)
Vol. 03, No. 01, 2021, pp. 19-31
ISSN 2685-8622
http://jurnal.cic.ac.id/

Keterangan : perusahaan. (c) Studi dokumenter, sumber data


yang diperoleh berisi tentang laporan
n = Jumlah sampel operasional arus pengolahan produk cumi beku.
N = Jumlah populasi (d) Studi pustaka, penelitian ini mengumpulkan
data dan teori yang memiliki relevansi dengan
E = Batas toleransi error margin 95% atau permasalahan yang akan diteliti dengan
sig = 0,05 melakuka studi pustaka terhadap literatur
berupa artikel, jurnal, buku, dan penelitian
Sampel diambil sebanyak 144 karyawan/i
terdahulu.
dengan menggunakan rumus slovin dari 225
populasi pada tingkat kesalahan 5%. Operasionalisasi Variabel
Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Berdasarkan perumusan masalah yang
Data telah diuraikan pada bab pendahuluan, berikut
definisi dan pengukuran dari variabel tersebut :
Jenis data yang digunakan dalam
(a) variabel bebas (independent variabel),
penelitian ini berdasarkan tujuannya yaitu jenis
merupakan suatu variabel yang mempengaruhi
data kuantitatif. Penelitian ini menggunakan
variabel lainnya. Dalam penelitian ini variabel
dua sumber data yaitu data primer dan data
bebas yang digunakan terdiri dari Good
sekunder. Data primer yang diambil dari data
Manufacturing Practices(GMP) (X1) dan
kuesioner dan data sekunder yang digunakan
Sanitasi Standar Operasinal Prosedur (SSOP)
berupa lapiran operasional di PT. Sanjaya
(X2). (b) variabel terikat (dependent variabel),
Internasional Fishery.
adalah tipe variabel yang dijelaskan atau
Metode dalam pengumpulan data dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel
penelitian ini, yaitu : (a) wawancara yang terikat dalam penelitian ini adalah proses
dilakukan kepada pihak Quality Control (QC) pengolahan cumi beku (Y). (c) variabel
selaku pengawas dalam kegiatan proses moderating, adalah variabel yang
pengolahan cumi beku. (b) kuesioner yang mempengaruhi kuat lemahnya hubungan antara
digunakan berupa daftar pernyataan tertutup, variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
dimana jawaban dari setiap pernyataan telah moderating dalam penelitian ini adalah Hazard
disiapkan sehingga responden memilih Analysis Critical Control Point (HACCP) (Z).
jawaban yang sesuai dengan kondisi di
Tabel 2. Operaional variabel
No. Variabel Definisi Operasional dan Indikator Presepsi Responden
Referensi
1. Good Menurut Keputusan Menteri Faktor yang perlu diperhatikan dalam GMP menurut
Manufacturing Kelautan dan Perikanan RI Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor
Practices (GMP) Nomor 52A/KEPMEN- 72/PERMEN-KP/2016, yaitu :
KP/2013 GMP adalah pedoman 1. Seleksi bahan baku
pesyaratan dan tata cara 2. Penanganan dan pengolahan
berproduksi yang baik bagi 3. Bahan tambahan/ penolong dan bahan kimia
suatu unit pengolahan 4. Pengemasan
perikanan. 5. Penyimpanan, dan/atau
6. Distribusi
2. Sanitasi Standar Menurut Keputusan Menteri Aspek SSOP menurut Peraturan Menteri Kelautan dan
Operasional Kelautan dan Perikanan RI Perikanan RI Nomor 72/KEPMEN-KP/2016, yaitu :
Prosedur (SSOP) Nomor 52A/KEPMEN- 1. Keamanan air proses produksi
KP/2013, SSOP adalah 2. Kondisi kebersihan permukaan yang kontak
pedoman persyaratan sanitasi dengan dengan bahan pangan
unit pengolahan perikanan. 3. Pencegahan kontaminasi silang
4. Pemeliharaan fasilitas sanitasi/pencucian
tangan/toilet
5. Perlindungan produk/ pengemasan/alat dari
bahan-bahan kimia/kontaminan
6. Syarat label dan penyimpangan dan penggunaan
bahan toksin yang benar
7. Pengendalian kesehatan karyawan
8. Pemberantasan hama

Ari Soeti Yani, Riana Wulan Safitri | 24


EBI
ISSN 2685-8622
Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Industri (EBI)
http://jurnal.cic.ac.id/
Vol. 03, No. 01, 2021, pp. 19-31
https://doi.org/10.52061/ebi.v3i1.31

3. Proses pengolahan Menurut Sofjan Assauri (2016) Faktor pennetu keberhasilan dari proses pengolahan
proses pengolahan adalah suatu menurut Sofjan Assauri dalam bukunya Manajemen
kegiatan yang melibatkan tenaga Produksi, antar lain :
manusia, bahan serta peralatan 1. Jenis barang
untuk menghasilkan produk 2. Mutu barang
yang berguna. 3. Jumlah yang dihasilkan
4. Ketepatan waktu penyerahan barang
5. Informasi biaya
6. Informasi tentang buruh
4. Hazard Analysis Menurut Surono, dkk., (2016) Tujuh prinsip HAACP menurut Dewani (2013) adalah
Critical Control HACCP merupakan sistem :
Point (HACCP) jaminan keamanan yang pangan 1. Daftarkan semua bahaya potensial, lakukan
dalam industri makanan yang analisis bahaya, tentukan tindakan pengendalian
sudah dikenal dan berlaku secara 2. Tentukan CCP (titik kendali kritis)
internasional. 3. Tetapkan batas kritis untuk setiap CCP
4. Sistem pemantauan untuk setiap CCP
5. Tindakan koreksi untuk penyimpanan yang
mungkin terjadi
6. Prosedur verifikasi
7. Pencatatan/ penyimpanan dokumen
Sumber : Penelitian Terdahulu

Metode Analisis Data IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini menggunakan metode Uji Validitas
analisis dengan menggunakan software
SmartPLS 3. Pengujian pertama pada penelitian Suatu indikator dinyatakan valid jika
ini adalah outer models (uji validitas dan mempunyai outer loading > 0,5. Nilai outer
realibilitas), pengujian kedua adalah inner loading merupaka kolerasi antara indikator
model (uji signifikansi atau pengujian dengan konstrukturnya. Semakin tinggi
hipotesis). kolerasi, maka semakin tinggi tingkat
validitasnya dan juga menunjukkan tingkat
validitas yang lebih bak.
Tabel 3. Hasil Uji Validitas Variabel Good Manufacturing Practices (GMP)
Penyataan Original Sample Keterangan
X1.P1 0.780 Valid
X1.P2 0.793 Valid
X1.P3 0.777 Valid
X1.P4 0.847 Valid
X1.P5 0.817 Valid
X1.P6 0.792 Valid
Sumber : Hasil Olah Data SmartPLS3, 2020.

Berdasarkan tabel 3 di atas, hasil Sehingga dapat dinyatakan bahwa seluruh item
pengujian validitas dari setiap item pernyataan pernyataan dari variabel Good Manufacturing
dari variabel Good Manufacturing Practices Practices (GMP) valid dan digunakan untuk
(GMP) memiliki nilai outer loading > 0,5. mengukur variabel yang diteliti.
Tabel 4. Hasil Uji Validitas Variabel Sanitasi Standar Operasional Prosedur (SSOP)
Pernyataan Original sample Keterangan
X2.P1 0.787 Valid
X2.P2 0.764 Valid
X2.P3 0.833 Valid
X2.P4 0.772 Valid
X2.P5 0.852 Valid
X2.P6 0.786 Valid
X2.P7 0.825 Valid
X2.P8 0.837 Valid
Sumber : Hasil Olah Data SmartPLS 3, 2020.

25 | Jurnal Ekonomi, Bisnis Dan Industri (EBI)


Vol. 3. No. 1 Mei 2021
EBI Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Industri (EBI)
Vol. 03, No. 01, 2021, pp. 19-31
ISSN 2685-8622
http://jurnal.cic.ac.id/

Berdasarkan tabel 4 di atas, hasil Sehingga dapat dinyatakan bahwa seluruh item
pengujian validitas setiap item pernyataan dari pernyataan dari variabel budaya organisasi
variabel Sanitasi Standar Operasional Prosedur valid dan digunakan untuk mengukur variabel
(SSOP) memiliki nilai outer loading > 0,5. yang diteliti.
Tabel 5. Hasil Uji Validitas Proses Pengolahan Cumi Beku
Pernyataan Original Sample Keterangan
Y.P1 0.874 Valid
Y.P2 0.831 Valid
Y.P3 0.878 Valid
Y.P4 0.813 Valid
Y.P5 0.814 Valid
Y.P6 0.785 Valid
Sumber : Hasil Olah Data SmartPLS 3, 2020.

Berdasarkan tabel 5 diatas, hasil dapat dinyatakan bahwa seluruh item


pengujian validitas dari setiap item pernyataan pernyataan dari variabel proses pengolahan
dari variabel proses pengolahan cumi beku cumi beku valid dan digunakan untuk
memiliki nilai outer loading > 0,5. Sehingga mengukur variabel yang diteliti.
Tabel 4. Hasil Uji Validitas Variabel Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
Pernyataan Original Sample Keterangan
Z.P1 0.756 Valid
Z.P2 0.847 Valid
Z.P3 0.844 Valid
Z.P4 0.819 Valid
Z.P5 0.790 Valid
Z.P6 0.787 Valid
Z.P7 0.794 Valid
Sumber : Hasil Olah data SmartPLS 3, 2020.

Berdasarkan tabel 6 di atas, hasil Uji Reliabilitas


pengujian validitas dari setiap item pernyataan
dari variabel Hazard Analysis Critical Control Reliabilitas suatu konstruk variabel
Point (HACCP) memiliki nilai outer loading > dikatakan baik jika memiliki nilai Composite
0,5. Sehingga dapat dinyatakan bahwa seluruh Reliability> 0,7 Cronbach’s Alpha> 0,7 dan
item pernyataan dari variabel Hazard Analysis Average Variance Extracted (AVE) > 0,5.
Critical Control Point (HACCP) valid dan Berikut disajikan hasil uji reliabilitas dalam
digunakan untuk mengukur variabel yang penelitian ini :
diteliti.
Tabel 7. Composite Reliability
Pertanyaan Composite Keterangan
Reliability
Proses Pengolahan Cumi Beku (Y) 0.932 Reliabel
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) (Z) 0.928 Reliabel
Good Manufacturing Practices (GMP) 0.915 Reliabel
Sanitasi Standar Operasional Prosedur (SSOP) 0.937 Reliabel
Sumber : Hasil Olah Data SmartPLS 3, 2020.

Berdasarkan tabel 7 di atas reliability yang tertinggi adalah sebesar 0.937


menunjukkan bahwa nilai composite pada konstruk Sanitasi standar Operasional
reliability>0,7 yang berarti bahwa semua Prosedur (SSOP).
variabel dinyatakan reliabel. Nilai composite

Ari Soeti Yani, Riana Wulan Safitri | 26


EBI
ISSN 2685-8622
Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Industri (EBI)
http://jurnal.cic.ac.id/
Vol. 03, No. 01, 2021, pp. 19-31
https://doi.org/10.52061/ebi.v3i1.31

Tabel 8. Cronbach’s Alpha


Pernyataan Cronbach’s Keterangan
Alpha
Proses Pengolahan Cumi Beku (Y) 0.912 Reliabel
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) (Z) 0.910 Reliabel
Good Manufacturing Practices (GMP) (X1) 0.888 Reliabel
Sanitasi Standar Operasional Prosedur (SSOP) (X2) 0.924 Reliabel
Sumber : Hasil Olah Data SmartPLS, 2020.

Berdasarkan tabel 8 di atas yang tertinggi adalah sebesar 0.924 pada


menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha> konstruk Sanitasi Standar Operasional Prosedur
0,7 yang berarti bahwa semua variabel (SSOP).
dinyatakan reliabel. Nilai cronbach’s alpha
Tabel 9. Average Variance Extracted (AVE)
Pernyataan Average Variance Keterangan
Extracted (AVE)
Proses Pengolahan Cumi Beku (Y) 0.694 Reliabel
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) (Z) 0.649 Reliabel
Good manufacturing Practices (GMP) (X1) 0.642 Reliabel
Sanitasi Standar Operasional Prosedur (SSOP) (X2) 0.652 Reliabel
Sumber : Hasil Olah Data SmartPLS 3, 2020.

Tabel 9 di atas menunjukkan nilai AVE pengaruh (signifikan) atau tidak ada pengaruh
diatas 0,5 untuk semua konstruk yang terdapat (non signifikan) antar konstruk. Penguji model
pada model penelitian. Nilai tertinggi AVE struktural digunakan untuk pengujian hipotesis
adalah sebesar 0.694 pada proses pengolahan antara variabel penelitian dapat dilihat dari nilai
cumi beku. P-Value dan T-Statistic, bila nilai T-Statistic>
1,96 maka pengaruhnya berdasarkan nilai pada
Pengujian Hipotesis tabel path coefficients (koefisien jalur) seperti
Pengujian ini meliputi nilai signifikan pada tabel bahawah ini :
tiap koefisien jalur yang menyatakan ada

Tabel 10. Path Coefficients


Variabel Original T- P-
Sample Statistics Value
Good Manufacturing Practices (GMP) (X1) -> Proses 0.294 4.127 0.000
Pengolahan Cumi Beku (Y)
Sanitasi Standar Operasional Prosedur (SSOP) -> Proses 0.199 2.416 0.016
Pengolahan Cumi Beku (Y)
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) (Z) -> 0.490 6.466 0.000
Proses Pengolahan Cumi Beku (Y)
Moderating Effect 1 -> Proses Pengolahan Cumi Beku (Y) 0.031 0.413 0.680
Moderating Effect 2 -> Proses Pengolahan Cumi Beku (Y) -0.021 0.258 0.797
Sumber : Hasil Olah Data SmartPLS 3, 2020.

Pembuktian Hipotesis (H1) : Good ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang
Manufacturing Practices (GMP) Terhadap dilakukan oleh (Hanidah, I, 2018) dan (Fraser
Proses Pengolahan Cumi Beku et al., 2018), bahwa adanya pengaruh
penerapan Good Manufacturing Practices
Tabel path coefficientsmenunjukkan (GMP) terhadap proses pengolahan.
nilai Original Sample = 0.294, T-Statistics =
4.127 > 1.96, dan P-Value = 0.000. Berdasarkan Hal ini disebabkan karena Good
hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan Manufacturing Prcatices (GMP) saling
hipotesis pertama (H1) diterima yaitu berpengaruh terhadap proses pengolahan cumi
berpengaruh signifikan dengan arah positif. Hal beku, sehingga penerapan Good Manufacturing
27 | Jurnal Ekonomi, Bisnis Dan Industri (EBI)
Vol. 3. No. 1 Mei 2021
EBI Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Industri (EBI)
Vol. 03, No. 01, 2021, pp. 19-31
ISSN 2685-8622
http://jurnal.cic.ac.id/

Practices (GMP) didalam proses pengolahan ekspor dan mampu menargetkan pasar yang
cumi beku dapat membantu meningkatkan lebih menguntungkan.
kualitas dan memberikan peluang bagi produk
untuk memasuki pasar global. Pembuktian Hipotesis (H4) : Good
Manufacturing Practices (GMP) Terhadap
Pembuktian Hipotesis (H2) : Sanitasi Proses Pengolahan Cumi Beku yang
Standar Operasional Prosedur (SSOP) Dimoderasi Oleh Hazard Analysis Critical
Terhadap Proses Pengolahan Cumi Beku Control Point (HACCP)
Tabel path coefficients menunjukkan Tabel path coefficients menunjukkan
nilai Original Sample = 0.199, T-Statistics = nilai Original Sampel = 0.031, T-Statistics =
2.416 > 1.96, dan P-Value = 0.016. Berdasarkan 0.413 > 1.96, dan P-Value = 0.680 > 0.05.
hasil penelitian, maka dapat disimpulkan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat
hipotesis kedua (H2) diterima yaitu disimpulkan hipotesis keempat (H4) ditolak
berpengaruh signifikan dengan arah positif. Hal yaitu tidak berpengaruh signifikan dengan arah
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan positif.
oleh (Wu et al., 2020) dan (Rodrigues et al.,
2018), bahwa adanya pengaruh penyusunan Hal ini dikarenakan masih adanya
Sanitasi Standar Operasional Prosedur (SSOP) beberapa penyimpangan dalam penerapan
terhadap proses pengolahan. Good Manufacturing Practices (GMP) sebagai
salah satu syarat penerapan sistem Hazard
Hal ini disebabkan karena Sanitasi Analysis Critical Control Point (HACCP)
Standar Operasional Prosedur (SSOP) saling dalam proses pengolahan cumi beku. Hasil ini
bepengaruh terhadap proses pengolahan cumi didukung oelh penelitian terdahulu yang
beku, sehingga penyusunan Sanitasi Standar dilakukan oleh (Perdana, 2018), (Setyoko &
Operasional Prosedur (SSOP) pada proses Kristiningrum, 2019), (Hidayat et al., 2019),
pengolahan cumi beku dapat membantu dan (Triyanni et al., 2017) dimana masih
menjaga kehigienisan produk dengan adanya penyimpangan-penyimpangan sehingga
menjelaskan pentingkan kebersihan. harus diperbaiki sebelum menerapkan sistem
Hazard Analysis Critical Control Point
Pembuktian Hipotesis (H3) : Hazard (HACCP) serta untuk mencapai fondasi
Analysis Critical Control Point (HACCP) persyaratan kelayakan dasar yang lebih baik.
Terhadap Proses Pengolahan Cumi Beku
Pembuktian Hipotesis (H5) : Sanitasi
Tabel path coefficients menunjukkan Standar Operasional Prosedur (SSOP)
nilai Original Sample = 0.490, T-Statistics = Terhadap Proses Pengolahan Cumi Beku yang
6.466 > 1.96, dan P-Value = 0.000. Berdasarkan Dimoderasi Oleh Hazard Analysis Critical
hasil penelitian, maka dapat disimpulkan Control Point (HACCP)
hipotesis ketiga (H3) diterima yaitu
berpengaruh signifikan dengan arah positif. Hal Tabel path coefficients menunjukkan
ini sesuai dnegan penelitian terdahulu yang nilai Original Sample = -0,021, T-Statistics =
dilakukan oleh (Tomasevic et al., 2016), 0.258 > 1.96, dan P-Value = 0.797 > 0.05.
(Hasnan & Mohd Ramli, 2020), (Lemos Junior Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat
et al., 2019), dan (Al-Busaidi et al., 2017) disimpulkan hipotesis kelima (H5) ditolak yaitu
bahwa adanya pengaruh sistem Hazard tidak berpengaruh signifikan dengan arah
Analysis Critical Control Point (HACCP) negatif.
terhadap arah proses pengolahan.
Hal ini dikarenakan masih adanya
Hal ini disebabkan karena sistem beberapa yang belum berjalan dengan
Hazard Analysis Critical Control Point semestinya. Hasil ini didukung oleh penelitian
(HACCP) saling berpengaruh terhadap proses terdahulu yaitu (Rahayu & Adhi, 2017) dimana
pengolahan cumi beku yang mampu masih perlu adanya penyesuaian atau perbaikan
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan pada aspek-aspek Sanitasi Standar Operasional
mengendalikan bahaya kimia dan fisika Prosedur (SSOP) dan penerapannya dapat
sehingga Hazard Analysis Critical Control disesuaikan dengan sumberdaya, kemampuan,
Point (HACCP) lebih terverifikasi dipasar dan kebutuhan setiap pelaku usaha.

Ari Soeti Yani, Riana Wulan Safitri | 28


EBI
ISSN 2685-8622
Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Industri (EBI)
http://jurnal.cic.ac.id/
Vol. 03, No. 01, 2021, pp. 19-31
https://doi.org/10.52061/ebi.v3i1.31

Koefisien Determinasi
Tabel 11. R Square
Variabel R Square R Square
Adjusted
Proses Pengolahan Cumi 0.863 0.858
Beku (Y)
Sumber : Hasil Olah Data SmartPLS 3, 2020.

Berdasarkan tabel 11 diatas penelitian ini diterima atau mendukung


menunjukkan nilai pada R Square = 0.863 hipotesis ketiga. Berdasarkan hasil penelitian
untuk proses pengolahan cumi beku. Hal ini tersebut dapay dipahami bahwa sistem Hazard
memiliki makna bahwa pengaruh Good Analysis Critical Control Point (HACCP) yang
Manufacturing Practices (GMP), Sanitasi diterapkan merupakan alat yang efektif untuk
Standar Operasional Prosedure (SSOP), dan mengidentifikasi, mengevaluasi, dan
Hazard Analysis Critical Control Point mengendalikan bahaya kimia dan fisika pada
(HACCP) terhadap proses pengolahan cumi proses pengolahan cumi beku.
beku adalah 86%. Sedangkan sisanya 14%
adalah variabel lainnya yang diluar variabel Hasil dari pengujian hipotesis keempat,
penelitian ini. ditemukan bahwa sistem Hazard Analysis
Critical Control Point (HACCP) tidak mampu
V. KESIMPULAN memoderasi penerapan Good Manufacturing
Practices (GMP) terhadap proses pengolahan
Hasil dari pengujian hipotesis pertama, cumi beku pada PT. Sanjaya Internasional
ditemukan bahwa penerapan Good Fishery. Hasil penelitian ini tidak mendukung
Manufacturing Practices (GMP) berpengaruh hipotesis keempat, dikarenakan masih adanya
terhadap proses pengolahan cumi beku pada penyimpangan-penyimpangan dalam
PT. Sanjaya Internasional Fishery. Hasil penerapannya.
penelitian ini diterima atau mendukung
hipotesis pertama. Berdasarkan hasil penelitian Hasil pengujian hipotesis kelima,
tersebut dapat dipahami bahwa penerapan ditemukan bahwa sistem Hazard Analysis
Good Manufacturing Practices (GMP) dapat Critical Control Point (HACCP) tidak mampu
membantu proses pengolahan cumi beku dalam memoderasi penyusunan Sanitasi Standar
meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Operasional Prosedur (SSOP) terhadap proses
pengolahan cumi beku pada PT. Sanjaya
Hasil dari pengujian hipotesis kedua, Internasional Fishery. Hasil penelitian ini tidak
ditemukan bahwa penerapan Sanitasi Standar dapat mendukung hipotesis kelima,
Operasional Prosedur (SSOP) berpengaruh dikarenakan masih adanya beberapa yang
terhadap proses pengolahan cumi beku pada belum berjalan pada semestinya dan asih perlu
PT. Sanjaya Internasional Fishery. Hasil adanya perbaikan–perbaikan agar sesuai
penelitian ini diterima atau mendukung dengan aspek yang ada.
hipotesis kedua. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut dapat dipahami bahwa penyusunan Untuk perusahaan, seharusnya
Sanitasi Standar Operasional Prosedur (SSOP) meningkatkan sistem kinerja operasionalnya.
sangat penting bagi proses pengolahan cumi Tetap menjaga konsistensi dalam penerapan
beku. Menjaga kebersihan operasional dapat faktor-faktor Good manufacturing Practices
membantu berjalannya proses pengolahan cumi (GMP), aspek-aspek Sanitasi Standar
beku dengan baik, serta menghindari Operasional Prosedur (SSOP) dan prinsip-
kontaminasi yang kemungkinan bisa terjadi. prinsip Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP) pada proses pengolahan cumi beku.
Hasil dari pengujian hipotesis ketiga, Penggunaan kuisioner dalam pengumpulan
ditemukan bahwa sistem Hazard Analysis data membutuhkan waktu yang cukup lama dan
Critical Control Point (HACCP) berpengaruh diharapkan responden dapat lebih cepat dalam
terhadap proses pengolahan cumi beku pada pengisian kuisioner yang telah diberikan.
PT. Sanjaya Internasional Fishery. Hasil

29 | Jurnal Ekonomi, Bisnis Dan Industri (EBI)


Vol. 3. No. 1 Mei 2021
EBI Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Industri (EBI)
Vol. 03, No. 01, 2021, pp. 19-31
ISSN 2685-8622
http://jurnal.cic.ac.id/

DAFTAR PUSTAKA Pertanian.


[9] Hasnan, N. Z. N., & Mohd Ramli, S. H.
[1] Al-Busaidi, M. A., Jukes, D. J., & Bose, (2020). Modernizing the preparation of
S. (2017). Hazard analysis and critical the Malaysian mixed rice dish (MRD)
control point (HACCP) in seafood with Cook-Chill Central Kitchen and
processing: An analysis of its application implementation of HACCP.
and use in regulation in the Sultanate of International Journal of Gastronomy
Oman. Food Control. and Food Science.
https://doi.org/10.1016/j.foodcont.2016. https://doi.org/10.1016/j.ijgfs.2019.1001
09.042 93
[2] Ari Soeti Yani, A. A. (2019). Pengaruh [10] Hidayat, T., Najah, Z., Putri, N. A., &
Keakuratan Timbangan Dan Zulmaneri, Z. (2019). the Evaluation of
Pengendalian Kualitas Terhadap Good Manufacturing Practices (Gmp) in
Kelancaran Proses Produksi Pada Pt Fish Processing Sme Center Case Study
Smart Tbk. Jurnal Administrasi Dan of Balikpapan City. Food ScienTech
Perkantoran Modern. Journal, 1(1), 45.
[3] Basyarudin. (2018). Диф https://doi.org/10.33512/fsj.v1i1.6245
нарушениямиNo Title. Высшей [11] Jumiati, J., & Zainudin, M. (2019).
Нервной Деятельности, 2, 227–249. Analisis Good Manufacturing Practice
[4] Citraresmi, A. D. P., & Putri, F. P. (Gmp) Dan Mutu Daging Rajungan Pada
(2019). Penerapan Hazard Analysis and Miniplant Pengupasan Di Kabupaten
Critical Control Point (Haccp) Pada Tuban. Pena Akuatika : Jurnal Ilmiah
Proses Produksi Wafer Roll. Jurnal Perikanan Dan Kelautan.
Teknologi & Industri Hasil Pertanian, https://doi.org/10.31941/penaakuatika.v
24(1), 1–14. 18i1.709
https://doi.org//10.23960/jtihp.v24i1.1- [12] Lemos Junior, W. J. F., do Amaral dos
14 Reis, L. P., de Oliveira, V. S., Lopes, L.
[5] Domili, R. S. (2017). Sanitasi dan O., & Pereira, K. S. (2019). Reuse of
Hygiene pada Proses Pembuatan refillable PET packaging: Approaches to
Rambak Ikan Buntal Pisang (Tetraodon safety and quality in soft drink
lunaris) di UKM Jaya Utama. Jurnal processing. Food Control.
Aquabis, 1–5. https://doi.org/10.1016/j.foodcont.2019.
[6] Dzwolak, W. (2019). Assessment of 02.008
HACCP plans in standardized food [13] Mardiana, S., Gumilar, I., & Hamdani,
safety management systems – The case H. (2016). Analisis Prospektif Usaha
of small-sized Polish food businesses. Produk Olahan Kaki Naga (Studi Kasus
Food Control. di CV Bening Jati Anugrah Kabupaten
https://doi.org/10.1016/j.foodcont.2019. Bogor). Jurnal Perikanan Kelautan,
106716 VII(2), 22–28.
[7] Fraser, H., Safinia, N., Grageda, N., [14] Nurulchusna, A. A. (2017). Pelaksanaan
Thirkell, S., Lowe, K., Fry, L. J., … hazard analysis critical control point
Lombardi, G. (2018). A Rapamycin- (haccp) pada sistem keamanan pangan
Based GMP-Compatible Process for the dan penerapan sanitation operating
Isolation and Expansion of Regulatory T procedure (ssop) area pengemasan multi
Cells for Clinical Trials. Molecular line. Teknologi Pangan.
Therapy - Methods and Clinical [15] Perdana, W. W. (2018). Penerapan Gmp
Development. Dan Perencanaan Pelaksanaan Haccp (
https://doi.org/10.1016/j.omtm.2018.01. Hazard Analysis Critical Control Point )
006 Produk Olahan Pangan Tradisional
[8] Hanidah, I, D. (2018). Penerapan Good (Mochi). Jurnal Agroscience.
Manufacturing Practices Ebagai Upaya [16] Perikanan, K. K. dan. (2013). Keputusan
Peningkatan Kualitas Produk Olahan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
Pesisir Eretan - Indramayu. Agricore: 52A/KEPMEN-KP/2013 tentang
Jurnal Agribisnis Dan Sosial Ekonomi

Ari Soeti Yani, Riana Wulan Safitri | 30


EBI
ISSN 2685-8622
Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Industri (EBI)
http://jurnal.cic.ac.id/
Vol. 03, No. 01, 2021, pp. 19-31
https://doi.org/10.52061/ebi.v3i1.31

Persyaratan Jaminan Mutu dan [23] Sutresni, N., Sudiana Mahendra, M., &
Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Redi Aryanta, I. W. (2016). Penerapan
Produksi, Pengolahan dan Distribusi, 27. Hazard Analysis Critical Control Point
[17] Rahayu, W. P., & Adhi, W. (2017). (Haccp) Pada Proses Pengolahan Produk
Penerapan Good Logistic Practices Ikan Tuna Beku Di Unit Pengolahan
Untuk Produk Perikanan. Jurnal Ikanpelabuhan Benoa – Bali.
Manajemen Transportasi Dan Logistik. ECOTROPHIC : Jurnal Ilmu
https://doi.org/10.25292/j.mtl.v3i2.89 Lingkungan (Journal of Environmental
[18] Rahmayanti, F. (2018). Evaluasi Science).
penerapan good manufacturing practices https://doi.org/10.24843/ejes.2016.v10.i
(gmp) dan perencanaan ulang tata letak 01.p07
industri gula merah tebu di desa [24] Tomasevic, I., Kuzmanović, J.,
cranggang, kab. kudus. In Skripsi Andelković, A., Saračević, M.,
Departemen Teknik Mesin Dan Stojanović, M. M., & Djekic, I. (2016).
Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian. The effects of mandatory HACCP
[19] Rodrigues, L. B., Dos Santos, L. R., implementation on microbiological
Rizzo, N. N., Ferreira, D., De Oliveira, indicators of process hygiene in meat
A. P., Levandowski, R., … Do processing and retail establishments in
Nascimento, V. P. (2018). ATP- Serbia. Meat Science.
Bioluminescence and Conventional https://doi.org/10.1016/j.meatsci.2015.1
Microbiology for Hygiene Evaluation of 2.008
Cutting Room Surfaces in Poultry [25] Triyanni, T. R., Purwanggono, B., &
Slaughterhouse. Acta Scientiae Pujotomo, D. (2017). Analisis Persiapan
Veterinariae. Penerapan Sistem Manajemen Hazard
https://doi.org/10.22456/1679- Analysis Critical Control Point (Haccp)
9216.86204 Dan Penyusunan Rencana Haccp Pada
[20] Rudiyanto, H. (2016). Kajian Good Industri Pembuatan Tahu. None, 6(1).
Manufacturing Practices (GMP) dan [26] Wu, S. T., Hammons, S. R., Wang, J.,
Kualitas Mutu pada Wingko Assisi, C., DiPietro, B., & Oliver, H. F.
Berdasarkan SNI-01-4311-1996. Jurnal (2020). Predictive risk models combined
Kesehatan Lingkungan. with employee- and management-
[21] Setyoko, A. T., & Kristiningrum, E. implemented SSOPs identified and
(2019). Pengembangan Desain Sistem reduced Listeria monocytogenes
Keamanan Pangan Menggunakan prevalence in retail delis. Food Control.
Hazard Analysis Critical Control Point https://doi.org/10.1016/j.foodcont.2019.
(Haccp) Pada Ukm Produsen Nugget 106942
Ikan. Jurnal Standardisasi. [27] Yuniarti, R., Azlia, W., & Sari, R. A.
https://doi.org/10.31153/js.v21i1.723 (2015). Penerapan Sistem Hazard
[22] Suhardi, B., Wardani, S. V., & Jauhari, Analysis Critical Control Point ( Haccp )
W. A. (2019). Perbaikan Proses Produksi Pada Proses. Jurnal Ilmiah Teknik
Ikm Xyz Berdasarkan Kriteria Cppb-Irt, Industri, 14(167), 86–95.
Wise, Dan Sjh Lppom Mui. J@ti Undip :
Jurnal Teknik Industri.
https://doi.org/10.14710/jati.14.2.93-102

31 | Jurnal Ekonomi, Bisnis Dan Industri (EBI)


Vol. 3. No. 1 Mei 2021

Anda mungkin juga menyukai