Abstract
The purpose of this study was to find out how to control the quality ofpackaging bottled drinking water
products in the company CV. Tropis Tirta Dahaga. The number of samples taken was 329 pieces for
600ml bottles and 270 pieces for 220ml cup packaging. The sampling technique used in this study is
random sampling. Data collected through observation, interview and documentation. Data were
analyzed using pareto charts and fishbone charts. The results showed that the average damage/defect
that occurred in bottle packaging and cup packaging was above the tolerance set by the company
which is 5.73% for bottle packaging with a standars of 5% and 10.37% for cup packaging with
standard company by 10%. By using the pareto chart found the main problems of damage/defect that
occur in the bottle packaging, namely thin bottles/dents, tilted lids and opaque bottles. While on the
cup packaging the main problems that occur are the lid leak, the lid does not stick amd the double
cup. Furthermore, by using a fishbone charts found the factors that cause the main problems are
material factors, man, machines, methods and the environment.
1. PENDAHULUAN
Pertumbuhan dunia industri manufaktur di Indonesia semakin berkembang, dari data
terakhir yakni tahun 2019 industri manufaktur Indonesia menyumbang sebesar 20% ke GDP
pada quarter pertama, dengan pencapaian tersebut World Bank menempatkan Indonesia
berada di peringkat kelima di negara-negara G-20 dimana kontribusi manufakturnya sebesar
20,6%. Sejalandengan perkembangan industri manufaktur tersebut tentunya memicu
timbulnya persaingan antar perusahaan yang semakin ketat, tidak hanya persaingan antar
perusahaan dalam negeri tetapi juga persaingan dengan banyak perusahaan asing
atau luar negeri.
Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat, tentunya
perusahaanharusmemiliki strategi yang tepat untuk mencapai keunggulan kompetitif
agarmampu bersaing dan mempertahankan/mendapatkan pelanggan. Pelanggan merupakan
salah satu aset yang sangat penting untuk keberlangsungan suatu usaha, sehingga perusahaan
harus mampu memuaskan pelanggan dengan memenuhi kebutuhan mereka. Salah satu cara
untuk memuaskan pelanggan yaitu dengan terus berinovasi dan senantiasa meningkatkan
kualitas produk yang dihasilkan agar kondisi produk tersebut dipastikan terjamin dengan
baik.
Assauri (2011) menyatakan bahwa pengendalian kualitas merupakan usaha untuk
mempertahankan kualitas barang yang dihasilkan agar sesuai dengan spesifikasi produk yang
telah ditetapkan oleh perusahaan. Artinya, pengendalian kualitas merupakan salah satu
kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan dalam suatu perusahaan, baik perusahaan
manufaktur maupun perusahaan jasa.
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya Page 138
Seminar Nasional Manajemen dan Call for Paper (SENIMA 5)
Industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dapat dikatakan masih sangat sedikit
untuk di Bengkulu khususnya air mineral dalam kemasan yang menggunakan teknologi
Reverse Osmosis (RO) yaitu mesin yang digunakan untuk mengolah air mentah agar menjadi
air bersih yang siap diminum. Salah satu perusahaan di Bengkulu yang memproduksi Air
Minum Dalam Kemasan (AMDK) dengan menggunakan teknologi RO adalah CV. Tropis
Tirta Dahaga dengan nama produknya KitaRO, beralamatkan di Desa Talang pauh, jalan
Panca Mukti Blok 6 Kecamatan Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Tengah, dan sudah
beroperasi sejak tahun 2015 hingga saat ini. Untuk mendapatkan hasil produk yang
berkualitas perusahaan tidak hanya berpedoman pada pendekatan bahan baku, tetapi harus
melakukan pendekatan pengendalian kualitas dalam proses dan produk akhir yang dihasilkan,
karena proses produksi merupakan salah satu penentu tingkat keberhasilan kualitas.
Meskipun jenis air yang diproduksi bukan berasal dari air pegunungan seperti AQUA, tetapi
perusahaan CV. Tropis Tirta Dahaga tetap dapat menjadikan AQUA sebagai acuan untuk
meraih kesuksesan dipasar.
Berdasarkan informasi yang di dapat dari bagian produksi CV. Tropis Tirta Dahaga,
diketahui bahwa perusahaan CV. Tropis Tirta Dahaga telah melakukan pengendalian
terhadap produk yang mereka hasilkan serta selalu berusaha agar kerusakan produk atau
produk cacat dapat diminimalisir. Salah satu kerusakan produk AMDK yang sering adalah
kerusakan pada kemasan, baik kerusakan pada kemasan cup seperti cup bocor, maupun
kerusakan kemasan botol seperti botol penyok/tipis.
Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang di produksi oleh Perusahaan CV. Tropis
Tirta Dahaga adalah AMDK dengan kemasan botol, cup dan galon. AMDK kemasan botol
terdiri dari ukuran 330ml, 600ml dan 1.500ml, untuk kemasan cup terdiri dari ukuran 120ml,
220ml dan 240ml, dan untuk kemasan galon memiliki ukuran 19 liter. Penelitian ini
dilakukan karena kerusakan dan kecacatan produk yang terjadi di perusahaan masih belum
terkontrol sepenuhnya, hal tersebut terlihat dari kerusakan setiap harinya yang masih tinggi,
selain itu dikarenakan beberapa kecacatan produk terlihat sampai ke tangan konsumen.
Proporsi kerusakan atau kecacatan dilihat berdasarkan reject proses cup, LID, reject proses
botol dan pelabelan yang pernah mencapai 10% dari totalproduksi/hari. (wawancara pra
survey dengan karyawan CV.Tropis Tirta Dahaga)
Penelitian ini dilakukan dengan harapan pihak perusahaan akan mendapatkan
informasi mengenai bagaimana mengendalikan kualitas kemasan produk AMDK melalui
analisis mulai dari menemukan masalah utama yang perlu diatasi, penyebab masalah-masalah
tersebut hingga usulan tindakan perbaikan yang dapat diberikan berdasarkan informasi
mengenai produk pembanding yang lebih unggul yakni AMDK dengan merek AQUA
sehingga harapannya perusahaan dapat melakukan perbaikan berdasarkan hasil penelitian ini.
KAJIAN TEORI
Pengendalian kualitas secara umum dapat diartikan sebagai penggunaan teknik dan
kegiatan untuk mencapai, mempertahankan dan meningkatkan kualitas suatu produk atau
layanan. (Besterfield, 2009). Hal tersebut melibatkan pengitegrasian terkait teknik dan
aktivitas berikut:
1. Spesifikasi dari apa yang dibutuhkan.
KERANGKA PEMIKIRAN
Produk Rusak
Pareto Chart
Fishbone Chart
2. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus dan lapangan(case studyand field research),
kasus yang akan diteliti yaitu mengenai aspek kualitas, dalamhal ini yaitu pengendalian
kualitas produksi kemasan botol 600ml dan cup 220ml Air Minum Dalam Kemasan
(AMDK) merek KitaRO pada CV. Tropis Tirta Dahaga.
220ml dan 6000 buah untuk kemasan bool 600ml, taraf kesalahan yang ditetapkan yakni
sebesar 10% untuk kemasan cup 220ml dan 5% untuk kemasan botol 600ml. Kemudian,
dilihat pada tabel Isaac dan Michael berdasarkan taraf kesalahan tersebut didapat total sampel
yang diambil yaitu sebanyak 599 buah diperoleh dari 270 buah untuk kemasan cup 220ml
dan 329 buah untuk kemasan botol 600ml.
Tabel 1. Jenis kerusakan dan jumlah kerusakan dari 329 sampel/hari kemasan botol
AMDK pada CV. Tropis Tirta Dahaga selama 15 hari produksi
Jenis Kerusakan
Hari Dasar Botol Botol Tutup Tidak Total
Ke- botol tipis/ buram miring ada
miring Penyok tutup
1 3 3 4 7 1 18
2 1 7 2 8 2 20
3 3 4 3 2 1 13
4 2 4 3 4 3 16
5 1 5 7 3 1 17
6 2 8 - 8 3 21
7 3 5 2 6 3 19
8 5 4 3 5 5 22
9 - 5 - 3 6 14
10 - 6 5 7 2 20
11 2 4 3 9 4 22
12 2 8 2 8 1 21
13 4 7 4 5 3 23
14 1 5 3 5 1 15
15 8 - 6 3 5 22
Total 37 75 47 83 41 283
Sumber: Data diolah, 2020
Tabel 2. Jenis kerusakan dan jumlah kerusakan dari 270 sampel/hari kemasan
cup AMDK pada CV. Tropis Tirta Dahaga selama 15 hari produksi
Jenis Kerusakan
Hari Cup Cup Cup Cup Lid tidak Lid Total
Ke- tipis/ cacat double pecah menempel bocor
Penyok
1 1 3 2 2 5 12 25
2 3 1 5 3 5 12 29
3 4 2 2 2 6 9 25
4 3 5 5 3 8 7 31
5 2 5 5 1 6 9 28
6 3 3 5 2 11 11 35
7 4 5 1 2 8 14 34
8 1 3 2 3 5 12 26
9 3 1 4 2 7 6 23
10 2 5 3 2 5 14 31
11 3 4 5 2 8 15 37
12 2 - 4 1 10 13 30
13 1 3 2 2 11 10 29
14 2 2 4 1 6 9 24
15 1 3 - 1 5 3 13
Total 35 45 49 29 106 156 420
Sumber: Data diolah, 2020
Langkah selanjutnya yaitu mengolah data pada tabel 1 dan 2 menjadi tabel baru
yang nerisi hasil pengolahan data produk rusak/cacat dan proporsi kerusakan yang terjadi
pada kemasan AMDK perusahaan CV. Tropis Tirta Dahaga.
Kesimpulan yang dapat di ambil dari perhitungan pada tabel 3 dan 4 adalah bahwa
kecacatan yang terjadi pada kemasan botol maupun kemasan cup adalah tidak berada
dalam batas toleransi yang ditetapkan perusaahaan, sehingga perlu dilakukan analisis lebih
lanjut untuk mengetahui penyebab utama dan jenis kerusakan kemasan yang paling
dominan untuk diatasi terlebih dahulu.
Langkah selanjutnya adalah membuat faktor-faktor dalam urutan baru
menggunakan data jenis kerusakan dan jumlah kerusakan kemasan yang di mulai dari
jumlah kontribusi terbesar hingga yang terkecil dan kemudian di hitung nilai
akumulasinya.
• Persentase Jumlah Kerusak an Kemasan Botol
Langkah selanjutnya dari tabel tersebut dapat di buat sebuah diagram pareto yang
disajikan pada gambar 1 untuk kemasan botol dan 2 untuk kemasan cup.
Gambar 1. Diagram Pareto untuk Kemasan botol AMDK pada CV.
TropisTirta Dahaga
Terlihat dari gambar 1 dan 2 dapat disimpulkan bahwa kemasan cup memiliki
tingkat kerusakan/kecacatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemasan botol. Dari 5
jenis kerusakan/kecacatan yang terjadi pada kemasan botol terdapat 3 jenis kerusakan yang
menjadi masalah utama yaitu rusak karena tutup miring, botol tipis/penyok dan botol
buram, yang mana ketiga jenis kerusakan tersebut secara bersama menguasai sebesar
72,44% dari nilai akumulasi sehingga ketiga jenis kerusakan tersebut yang perlu dilakukan
penanganan terlebih dahulu.
Sedangkan pada kemasan cup dari 6 jenis kerusakan terdapat 3 jenis
kerusakan/kecacatan yang menjadi masalah utama yaitu lid bocor, lid tidak menempel dan
cup double, ketiga jenis kerusakan tersebut secara bersama menguasai sebesar 74,05% dari
nilai akumulasi sehingga ketiga jenis kerusakan tersebut yang perlu dilakukan penanganan
terlebih dahulu.
Fishbone Chart
Untuk membantu melihat faktor-faktor penyebab kerusakanyang terjadi dapat
dilakukan analisis lebih lanjut menggunakan metode fishbonechart. Setelah melakukan
wawancara terhadap salah satu informan di perushaantersebut, langkah selanjutnya adalah
membuat diagram sebab-akibat atau fishbone untuk mempermudah dalam melihat analisis
faktor-faktor apa saja yang menjadi kerusakan/cacat kemasan AMDK.
Penyebab kerusakan kemasan AMDK tersebut dilihat dari (1) bahan baku yaitu
komponen-komponen yang menjadi bahan dalam menghasilkan kemasan, (2) peralatan
yaitu berbagai macam mesin yang digunakan dalam proses produksi, (3) metode yaitu
instruksi yang harus diikuti atau cara kerja yang harus dilakukan oleh para pekerja dalam
proses produksi, (4) manusia yaitu para pekerja yang terlibat dalam proses produksi dan (5)
lingkungan yaitu keadaan sekitar yang mempengaruhi proses produksi. Gambaran
permasalahan yang dibuat dalam bentuk diagram tulang ikan (fishbone) dapat dilihat pada
gambar 3.
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya Page 149
Seminar Nasional Manajemen dan Call for Paper (SENIMA 5)
Material Machine
Mudah pecah
Lid tidak
menempel
Botol tidak tercetak
dengan baik
Lid dan cup tipis
Suhu mesin cup
Kualitas bahan Suhu mesin blowing sealer tidak stabil
baku Cup cacat
tidak stabil
botol kurang
baik
Kesalahan ekspedisi
Pindah Supplier Kerusakan/
Cacat
Kemasan
AMDK Botol
dan Cup
Kecepatan mesin dengan Kurang fokus
pekerja tidak
seimbang
Mengantuk
Jatuh dan pecah Lambat Suhu mesin tidak
stabil
Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kerusakan atau kecacatan dari kemasan
botol Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) pada perusahaan CV. Tropis Tirta Dahaga
disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Faktor Material (Bahan Baku), dalam hal ini kualitas bahan baku yang didapat
untuk kemasan botol (biji plastik) kurang baik dikarenkan perusahaan berganti
supplier, untuk kemasan cup yang dibeli siap pakai seringkali mendapat yang tipis
serta lid yang dibeli untuk label kemasan cup juga sering mendapatkan yang tipis
sehingga mudah pecah saat produksi, selain itu sering terjadi cacat kemasan cup
yang disebabkan oleh kesalahan bagian ekspedisi.
2. Faktor Machine (Mesin), botol seringkali tidak tercetak dengan baik saat proses
pembuatannya, hal tersebut disebabkan oleh suhu mesin blowing yang sering tidak
stabil. Pada kemasan cup juga kecacatan sering terjadi pada suhu mesin cup sealer
yang tidak stabil sehingga menyebabkan lid cup tidak menempel.
3. Faktor Methods (Cara Kerja), kurangnya koordinasi antara operator mesin dengan
pekerja di bagian pengepakan menyebabkan keduanya menjadi tidak seimbang
yakni kecepatan mesin dan kemampuan pekerja, hal tersebut menjadikan produk
akan menumpuk terlalu banyak pada saat pengepakkan dan akibatnya banyak
produk yang jatuh kemudian pecah.
4. Faktor Man (Manusia), kelalaian yang menyebabkan terjadinya kerusakan kemasan
pada faktor manusia adalah kondisi pekerja yang seringkali kurang fokus
dikarenakan mengantuk, selain itu karyawan seringkali lambat saat proses
pengepakkan yang disebabkan oleh kurang pelatihan.
5. Faktor Environment (Lingkungan), suhu ruang yang tidak menentu menjadi
penyebab banyaknya kegagalan produksi terutama cacat kemasan, hal tersebut
terjadi karena suhu ruang yang terlalu panas menyebabkan suhu mesin tidak stabil.
Usulan Tindakan Perbaikan
Dengan mengetahui penyebab-penyebab utama dari kegagalan produksi terutama
cacat produk maka diharap perusahan bisa melakukan tindakan antisipasi seperti:
• Memilih supplyer yang tepat,
• Melakukan perawatan terhadap mesin secara teratur,
• Metode pengepakan yang lebih teratur sehingga tidak terjadi penumpukkan produk,
• Melatih karyawan agar mampu menyesuaikan kecepatan kerjanya dengan
kecepatan kerja mesin,
• Memberikan tunjangan atau insentif bagi setiap tenaga kerja yang berprestasi, hal
tersebut diberikan agar para tenaga kerja lebih bersemangat dan focus dalam
bekerja,
• Selalu menjaga suhu ruangan agar tidak terlalu panas atau terlalu dingin.
4. KESIMPULAN
Kesimpulan
Hasil penelitian dan analisis pada perusahaan CV. Tropis TirtaDahaga dapat
disimpulkan sebagai berikut.
pada bab sebelumnya, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Jenis-jenis kerusakan yang terjadi pada kemasan AMDK botol pada perusahaan CV. Tropis
Tirta Dahaga yaitu dasar botol miring, botol tipis/penyok, botol buram, tutup miring dan
tidak ada tutup. Jenis kerusakan pada kemasan AMDK cup yaitu cup tipis/penyok, cup
cacat, double cup, cup pecah, lid tidak menempel dan lid bocor.
2. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama 15 hari produksi terdapat 283
buah kemasan botol yang mengalami kecacatan dengan jumlah total sampel sebanyak
4.935 buah dan didapat rata-rata kerusakan kemasan botol adalah sebesar 5,73% sedangkan
standar kerusakan yang ditetapkan perusahaan adalah sebesar 5%. Pada kemasan cup
terdapat 420 buah yang mengalami kecacatan dengan total sampel sebanyak 4.050 buah
dan didapat rata-rata kerusakannya sebesar 10,37%, sedangkan standar kerusakan yang
ditetapkan perusahaan adalah sebesar 10%. Hal tersebut berarti bahwa kerusakan yang
terjadi pada kemasn botol dan cup melebihi standar kerusakan yang telah ditetapkan
perusahaan.
3. Setelah diketahui bahwa kerusakan yang terjadi melebihi standar yang ditetapkan
perusahaan, selanjutnya perlu dilakukan analisis untuk mengetahui jenis kerusakan yang
memerlukan penanganan paling utama yakni menggunakan pareto chart. Diketahui bahwa
jenis kerusakan pada kemasan botol yang perlu di atasi terlebih dahulu yakni rusak karena
tutup miring, botol tipis/penyok dan botol buram. Sedangkan jenis kerusakan kemasan cup
yang perlu mendapatkan penanganan utama adalah lid bocor, lid tidak menempel dan cup
double. Jenis kerusakan yang terjadi pada kemasan botol dan cup tersebut menguasai lebih
dari 70% dari nilai akumulasi keseluruhan sehingga perlu menjadi perhatian utama untuk
perbaikan.
4. Beberapa masalah yang menyebabkan kerusakan pada produk AMDK di perusahaan CV.
Tropis Tirta Dahaga dapat dilihat menggunakan analisis diagram sebab-akibat (fishbone).
Penyebab kerusakan dalam proses produksi dapat dilihat berdasarkan beberapa faktor,
diantaranya seperti faktor material (bahan baku), yakni cup dan lid yang tipis sehingga
mudah pecah, kualitas bahan baku kemasan botol (biji plastik) kurang baik dan cup cacat
yang disebabkan oleh kesalahan pada ekspedisi. Faktor machine (peralatan), yakni suhu
mesin blowing dan cup sealer yang sering tidak stabil dikarenakan suhu ruang yang
berubah-ubah. Faktor method (cara kerja), yakni kecepatan mesin berjalan dengan
kemampuan pekerja tidak seimbang dan produk menumpuk saat pengepakan yang
menyebabkan produk sering jatuh kemudian pecah. Faktor man (tenaga kerja), yakni
kelalaian dari pekerja itu sendiri seperti mengantuk yang menyebabkan tenaga kerja
menjadi kurang fokus saat bekerja, serta lambatnya dalam melakukan pengepakkan
disebabkan kurangnya melatih kecepatan. Faktor environment (lingkungan), yakni suhu
ruang yang terlalu panasmenyebabkan suhu mesin tidak stabil.
Saran
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti bedasarkan hasil penelitian yangtelah
dilakukan adalah:
1. Sebaiknya perusahaan lebih memusatkan perhatiannya kepada jenis kerusakan yang
dominan terjadi untuk lebih ditindaklanjuti penanganannya dalam mengurangi
tingkat kerusakan yang terjadi pada jenis kerusakan yang dominan terjadi tersebut,
baik pada kemasan botol seperti tutup miring, botol tipis/penyok dan botol buram
dan pada kemasan cup seperti lid bocor, lid tidak menempel dan cup double
2. Sebaiknya perusahaan dapat memproduksi sendiri kemasan cup dan label/lid pada
kemasan cup tersebut untuk meminimalisir kesalahan yang sering terjadi akibat
banyak mendapatkan cup yang cacat dan lid yang tipis atau dengan mencari
supplier lain yang benar-benar memiliki kualitas cup dan lid yang baik.
3. Sebaiknya perusahaan untuk kedepannya dapat menggunakan teknologi
4. system in line process seperti pada AQUA, untuk meminimalisir kesalahanyang
terjadi, karena dengan menggunakan teknologi tersebut perusahaan dapat
meminimalisir kesalahan dari tiga faktor yaitu faktor mesin, cara kerja dan tenaga
kerja.
5. Sebaiknya perusahaan perlu melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap para
karyawan pada bagian produksi dan memberlakukan sanksi terhadap tenaga kerja
yang sering melakukan kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, S. (2011). Manajemen Pemasaran.Jakarta: Rajawali Pers.
Besterfield, D. H. (2009). Quality Control Edisi 8. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Heizer, J., & Render, B. (2017). Manajemen Operasi: Keberlangsungan dan
Rantai Pasokan, Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat.
https://aqualestari.aqua.co.id/data/sr-aqua-2018.pdf (di akses pada tanggal 20 Juni 2020)
https://m.bisnis.com/ekonomi-bisnis/read/20191009/257/1157316/kinerja industri-air-
minum-dalam-kemasan-tahun-ini-diprediksi-lebih-baik (diakses pada tanggal 1
maret 2020).
https://m.liputan6.com/bisnis/read/3980293/menperin-industri-di-ri-berkembang-pesat-dalam-
10-tahun-terakhir (diakses pada tanggal 1 maret 2020).
Kotler, P., & Armstrong, G. (2016). Prinsip-Prinsip Pemasaran Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Stevenson,W. J. (2005). Operations Management. Singapore: McGraw-Hill/Irwin.
Sujarweni, V. W. (2019). Statistik untuk Bisnis & Ekonomi. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Wirya, I. (1999). Kemasan yang Menjual (Menang Bersaing Melalui Kemasan). Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utam.