Anda di halaman 1dari 3

Tugas Praktikum Ke: VIII Dasar-Dasar Bisnis

”Pengelolaan Produksi”
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS
Sekolah Vokasi IPB
Dosen Koordinator: Dr. Drs. D.Iwan Riswandi, SE, M.Si
___________________________
DIKERJAKAN KELOMPOK

Kasus 1. Keripik Singkong Perusahaan Aneka Rasa “Dara Kembar “


Singkong merupakan produk pertanian yang cocok dijadikan unit bisnis karena manfaat yang
diperoleh dari komoditi tersebut cukup banyak dan bermanfaat. Melihat pangsa pasar yang
cukup menggiurkan atas bahan baku singkong, Perusahaan Aneka Rasa (AR) mengambil
bagian dalam manfaat komoditi singkong. Karena keripik singkong sangat banyak diminati
oleh masyarakat umum dari kalangan anak-anak sampai orang tua, baik dari golongan
masyarakat bawah maupun kalangan atas. Perusahaan Aneka Rasa (AR) yang bergerak
dibidang pengolahan, memanfaatkan singkong sebagai bahan baku utama dalam membuat
produknya, yang kemudian diolah menjadi keripik singkong. Karena cara pengolahannya
cukup mudah dan sederhana, namun memiliki proses yang cukup baik untuk dikembangkan.
Ini terlihat dari begitu banyak peminatan masyarakat akan makanan ringan tersebut.
Selama ini produksi keripik singkong di pasaran sudah cukup banyak dengan berbagai merk,
namun perusahaan Aneka Rasa dalam pengembangan usaha tersebut menggunakan konsep
product (Produck Concept). Karena hal tersebut merupakan faktor yang menentukan
keberhasilan suatu usaha. Pada perusahaan Aneka Rasa (AR) mutu produksi menjadi andalan
yang digunakan dalam menghadapi para pesaing, mutu produk hasil olahan “AR” dirasakan
sudah memberikan kepuasan konsumen.
Pada awalnya perusahaan Aneka Rasa mempunyai kegiatan hanya pengemasan saja dengan
berbagai jenis makanan, namun karena ada satu produk makanan unggulan yang paling
laku/unggul di pasaaran dari pada produk makanan lainnya. Maka AR kemudian
memproduksi sendiri mulai bulan Januari 2004, dan selama ini pangsa pasar yang AR
jalankan 100% pasar lokal (dalam negeri). Antara lain : Bekasi, Cikarang, Karawaang,
Cikampek, Purwakarta, Bandung Jakarta, Tangerang, Bogor, Merak, Dll.

Kasus 2. Pengendalian Mutu Proses Produksi Teh Cup Pada PT. Dharana
Inti Boga
PT. Dharana Inti Boga yang merupakan Business Unit dari PT. Suntory Garuda Beverage yang
fokus pada produksi berbasis minuman ringan non-alcohol. PT. Dharana Inti Boga saat ini
memiliki beberapa kategori produk yang berbasis jelly, teh dan minuman rasa buah.
Perusahaan ini selalu berusaha untuk memastikan agar produk yang dihasilkan tetap sehat,
bermutu, halal dan aman dikonsumsi oleh pelanggan. Upaya suatu perusahaan dalam
mengendalikan mutu produk merupakan bagian dari proses produksi. Pada proses produksi,
produk yang dihasilkan harus terkontrol, mulai dari tahap awal proses hingga ke tangan
konsumen, sesuai dengan spesifikasi atau persyaratan, selalu melakukan perbaikan saat terjadi
penyimpangan atau ketidaksesuaian antara produk yang dihasilkan dengan standar yang telah
ditetapkan dan produk yang cacat, terutama pada kemasan cup air mineral 240 ml adalah reject
filler dan lid miring. Dalam upaya meminimalkan kecacatan menuju zero defect, maka suatu
perusahaan perlu menerapkan sistem manajemen muutu (TQM) di seluruh unit kerja, termasuk
pada tahapan proses produksi. Dengan adanya manajemen mutu, maka proses bisa terkendali
dan dapat menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh manajemen.
Cacat produk paling banyak di PT. Dharana Inti Boga adalah pada proses pengisian (filling)
dan penyegelan (sealing). Dimana pada proses pengisian (filling) dan penyegelan (saling), jenis
cacatnya adalah kurang press, kurang isi, seal miring, seal lecet, bergerigi dan bocor seal. Cacat
kurang press merupakan cacat paling besar mencapai 70,94% dari keseluruhan cacat cacat yang
ada.
PT. Dharana Inti Boga memiliki toleransi tingkat kecacatan. Toleransi tingkat kecacatan
produk akhir maksimal 0,5%. Saat produk akhir diperoleh di atas atau melewati batas maksimal
tingkat kecacatan, maka terdapat masalah mutu. Proses produksi teh cup di PT. Dharana Inti
Boga dilakukan pada dua mesin produksi yang berbeda, yaitu mesin Line 1 dan mesin Line 2.
Penggunaan kedua mesin tersebut, meliputi: 1). Mesin di Line 1 digunakan bukan hanya untuk
memproduksi produk teh cup, tetapi juga digunakan untuk memproduksi minuman berbasis
jelly dan nata de coco. Pada Line 1 menggunakan mesin pasteurisasi jenis tubular, dimana
mesin ini juga memungkinkan produk yang berbentuk jelly dan nata de coco untuk dialirkan
pada saat proses pasteurisasi. Hal ini sesuai dengan Richardson (2001), bahwa Tubular Heat
Exchanger (THE) dapat memproses berbagai produk dari viskositas rendah hingga tinggi, serta
produk yang mengandung partikel, pulp dan serat. 2). Mesin di Line 2 digunakan hanya untuk
memproduksi produk jenis teh cup. Pada Line 2 menggunakan mesin pasteurisasi jenis PHE
(Plate Heat Exchanger), dimana pada mesin ini produk dilewatkan pada plat-plat sehingga
produk yang bisa dialirkan pada mesin ini adalah yang berbentuk cair. Plat Heat Exchanger
terdiri dari serangkaian pelat baja anti karat tipis secara vertikal, yang dipasang dengan erat
pada bingkai logam. Pelat membentuk saluran parallel, dan cairan makanan dan media panas
(air panas atau uap) dipompa, biasanya dalam pola aliran arus balik.
Pengolahan data produk cacat di PT. Dharana Inti Boga periode Bulan Januari 2017 hingga
Juni 2017 adalah diperoleh nilai Defect Per Million Opportunity (DPMO) produk cacat teh cup
pada Line 1 sebesar 8.525, artinya terdapat 8.525 pcs teh cup yang cacat dalam setiap 1.000.000
pcs teh cup yang diproduksi, dan untuk Line 2 diperoleh nilai DPMO sebesar 856 pcs teh cup
yang cacat dalam setiap 1.000.000 pcs teh cup yang diproduksi. Line 1 maupun Line 2 masih
perlu dilakukan perbaikan mutu terus-menerus sampai menuju zero defect.
Faktor utama penyebab cacat produk adalah faktor mesin, juga ada faktor lain, yakni faktor
manusia dan bahan baku. Solusi yang dilakukan PT. Dharana Inti Boga adalah dengan menjaga
dan merawat mesin produksi, khususnya mesin heater, filler dan sealer agar tetap dalam
kondisi prima dan awet dalam memproduksi teh cup. Melakukan penggantian pada mesin
secara berkala, melakukan pemeriksaan pada mesin setiap awal dan akhir produksi lebih teliti,
dan sebaiknya dilakukan peremajaan pada mesin atau perlu adanya unit Line cadangan yang
dapat digunakan saat produksi tinggi. Untuk cacat produk yang disebabkan oleh manusia atau
operator, perusahaan memberikan pelatihan berkala kepada karyawan baru dan karyawan lama,
melakukan kontrol terhadap kinerja karyawan serta melakukan penggantian karyawan yang
lelah dengan karyawan cadangan.
Tugas Kelompok:
1. Buatlah skema tahapan proses produksi keripik singkong ?
2. Jelaskan untuk masing-msing tahap proses produksi keripik singkong, meliputi:
a. Uraian kegiatannya
b. Output yang dihasilkan pada masing-masing tahapan
c. Peralatan yang diperlukan pada masing-masing tahapan3.
3. Jika setiap 1 kg keripik singkong yang diproduksi menggunakan 0.6 kg singkong
mentah. Setiap produksi mengalami kegagalan 5%. Jika ingin menhasilkan 100%
keripik singkong, Berapa diperlukan singkong mentah?.
4. Dimanakah sebaiknya pabrik keripik singkong didirikan?. Berikan alasannya.
5. Buatlah Skema tahapan proses produksi Teh Cup di PT. Dharana Inti Boga?
6. Tunjukkan pada tahapan mana yang paling kritikal dari proses produksi tersebut untuk
menentukan produk Teh Cup yang bermutu baik?.
7. Tunjuk alasannya bahwa pilihan PT. Dharana Inti Boga untuk menerapkan sistem Total
Quality Manajemen (TQM) dalam pengelolaan produksi sudah tepat?.
8. Berdasarkan pengalaman mesin di Line mana pada PT. Dharana Inti Boga yang
produktivitasnya lebih tinggi dengan mutu Teh Cup yang baik?.
9. Uraikan upaya-upaya yang dilakukan PT. Dharana Inti Boga untuk menghasilkan mutu
Teh Cup yang baik?.

Anda mungkin juga menyukai