METODE DEFINE-MEASURE-ANALYZE-IMPROVE-
CONTROL (DMIC) PADA CV HARUM MEKAR
DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD ALVIN NURAZIZI
NIM 31601800060
PENGUPASAN
PENIMBANGAN PENCUCIAN PEMARUTAN
KULIT
PENGEMASAN
Yang mana proses, Pengolahan ubi kayu menjadi tepung dimulai dari sortasi
ubi kayu yaitu pemilihan ubi kayu yang bagus. Ubi kayu yang jelek atau rusak
dipisahkan dan tidak diikutkan pada proses selanjutnya. Hal ini untuk menghindari
rasa pahit dan keracunan yang disebabkan oleh asam sianida yang ada dalam ubi
kayu. Ubi kayu menghasilkan umbi yang mengandung pati. Pada umbi ubi kayu
terdapat racun asam sianida. Pada ubi kayu manis kandungan asam sianida pada
umbi sangat rendah sehingga tidak dapat menimbulkan efek keracunan bagi yang
mengkonsuminya. Sedangkan ubi kayu pahit kandungan asam sianida sangat tinggi
sehingga dapat meimbulkan keracunan bagi yang mengkonsumsinya.
Selanjutnya proses penimbangan yang mana ubi yang telah di sortir masuk ke
stasiun penimbangan, di stasiun ini ubi kayu ditimbang sesuai jumlah yang
dibutuhkan untuk sekali produksi tepung tapioka. Sebenarnya sebelum di lakukan
penyortiran sudah dilakukan penimbangan ubi kayu secara kotor ketika ubi kayu
baru di kirim dari petani sekitar dengan menggunakan timbangan muatan truck di
bagian depan perusahaan. Setelah itu masuk kebagian penyortiran dan ditimbang
kembali sesuai jumlah yang digunakan untuk satu kali produksi tepung tapioka.
Tahapan proses selanjutnya adalah pengupasan kulit yaitu daging ubi kayu
dipisahkan dengan kulitnya dengan cara pengupasan. Bagian-bagian umbi yang
tidak berguna dihilangkan karena akan menggangu proses pengolahan. Selanjutnya
proses pencucian dilakukan dengan cara meremas-remas ubi kayu di dalam bak
yang berisi air, tujuannya adalah untuk memisahkan kotoran yang menempel pada
singkong. Pencucian ini dilakukan dengan mengalirkan air ke arah yang berlawanan
dengan arah aliran umbi; atau dilakukan dalam bak dimana air harus sering diganti
(sehingga dibutuhkan banyak air).
Tahapan proses selanjutnya adalah pemarutan dilakukan dengan secara
manual yaitu dengan menggunakan parutan biasa. Umbi diparut halus sampai
menjadi bubur umbi. Tujuannya untuk memecah dinding sel agar butir pati yang
ada di dalamnya dapat keluar. Setelah bubur ditambah air (4 kg) kemudian
dilakukan pemerasan atau ekstraksi suspensi pati dengan menggunakan kain saring
sehingga pati dapat lolos dari saringan sebagai suspensi pati. Pemerasan dilakukan
dengan cara meremas-remas bubur pati sehingga patinya dapat keluar. Penyaringan
dilakukan menggunakan air yang cukup sampai air saringan jernih untuk
memisahkan butir tepung pati dari ampas. Pati yang telah tersuspensi dalam air
saringan selanjutnya diendapkan sesegera mungkin.
Setelah proses pemerasan (ekstraksi) dan penyaringan dilakukan proses
pengendapan. Suspensi pati hasil ekstraksi ditampung dalam wadah pengendapan.
Tujuan dari pengendapan yaitu untuk memisahkan bagian atau komponen air
dengan asta. Air dibagian atas endapan dipisahkan dengan endapan, air tersebut
disimpan di wadah yang lain. Sedangkan endapannya diambil dan dikeringkan.
Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 680C sampai
diperoleh kadar air di bawah 14 %. Maksud dan tujuan pengeringan adalah untuk
mengurangi kandungan air sehingga diperoleh tapioka yang kering. Kadar air yang
terlalu tinggi akan memudahkan tumbuhnya jamur/cendawan dan menimbulkan
bau yang tidak disukai. Seyogyanya kadar air tapioka hasil pengeringan 13%
namun kisaran kadar air 14,5-17% masih dapat diterima dalam perdagangan.
Standar mutu tapioka untuk faktor kadar air (maksimal) adalah 17 %.
Hasil pengeringan pasta pati berupa tepung tapioka kasar. Tepung kasar ini
selanjutnya digiling dengan menggunakan blender sampai (sekurangkurangnya 80
mesh) menjadi tepung tapioka. Secara visual, warna memegang peranan penting
dalam penentuan suatu mutu produk yang dihasilkan. Warna tepung tapioka yang
dihasilkan adalah berwarna putih. Hal ini menandakan bahwa kualitas tepung
tapioka tersebut memenuhi standart mutu tapioka. Pada dasarnya kualitas tapioka
sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Warna Tepung; tepung tapioka yang baik berwarna putih.
2. Kandungan Air; tepung harus dijemur sampai kering benar sehingga
kandungan airnya rendah.
3. Banyaknya serat dan kotoran; usahakan agar banyaknya serat dan kayu yang
digunakan harus yang umurnya kurang dari 1 tahun karena serat dan zat
kayunya masih sedikit dan zat patinya masih banyak.
4. Tingkat kekentalan; usahakan daya rekat tapioka tetap tinggi. Untuk ini
hindari penggunaan air yang berlebih dalam proses produksi.
Tepung tapioka yang telah selesai diproduksi harus dicek terlebih dahulu oleh
bagian Quality Control apakah sudah sesuai dengan standarisasi perusahaan. Bila
semua telah selesai maka dilakukan pengepakan menggunakan kemasan yang telah
disiapkan sesuai dengan ukuran kemasan yang disediakan selanjutnya diberi label
QC Checked yang artinya sudah oke dan siap untuk di distribusikan.
Proses produksi pembuatan sepatu sering terjadi kecacatan produk sehingga
perusahaan banyak mengalami kerugian karena mengalami pemborosan,
membuang waktu yang harusnya digunakan untuk proses produksi menjadi proses
perbaikan produk cacat dan itu juga akan menghambat untuk mencapai jumlah
produksi yang di pesan oleh konsumen. Kecacatan yang dimaksud adalah seperti
seperti serat tepung, kadar air dan kadar abu yang menimbulkan variasi kecacatan
produk tepung. Pada bulan januari 2022 hingga bulan mei 2022 CV Harum Mekar
memproduksi barang dengan data kecacatan sebagai berikut:
Tabel 1.1 Data Kecacatan Produk
Banyaknya
Jumlah Total Persentase
No Bulan Produk yang
Cacat/Bulan Produksi/Bulan Cacat/Bulan
Diperiksa/Bulan
1. JANUARI 11.450 542 10.908 4,73%
2. FEBRUARI 11.732 532 11.200 4,53%
3. MARET 11.048 571 10.477 5,17%
4. APRIL 10.866 432 10.434 3,98%
5. MEI 11.017 721 10.296 6,54%
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa rata rata persentase produk cacat
adalah 5% dimana perusahaan menginginkan target produk cacat adalah dibawah
2% kecacatan produk inilah akan menyebabkan kerugian dan kepercayaan
pelanggan yang menurun oleh sebab itu perlu dilakukan perbaikan.
Perusahaan ini banyak menghasilkan produk gagal yang banyak yang
mengakibatkan bayaknya biaya bagi perusahaan. Pengecekan kualitas produk yang
dilakukan manajer perusahaan saat ini adalah mengecek produk dengan cara
manual. Dengan metode manual tersebut memerlukan banyak waktu dan tenaga
yang digunakan, belum lagi banyaknya produk cacat yang dihasilkan banyak maka
akan mengulang dari awal proses produksi yang mengakibatkan muncul biaya
tambahan. Cara perusahan menangani produk cacat yaitu dengan cara melakukan
penghalusan bahan baku kembali, di ekstrak kembali di stasiun eksatraksi, lalu
dikeringkan di proses pengeringan yang mempengaruhi siklus produksi.
Kerugian yang dihasilkan oleh produk cacat mengganggu proses produksi,
kecacatan produk disebabkan oleh beberapa factor, Menurut Tim Auditor
pemeriksaan mutu kualitas tepung pada CV Harum Mekar Tapioka penyebab
kecacatan disebabkan oleh
1. Penyebab kadar air disebabkan karena masih adanya gumpalan pada proses
pengayakan masih banyak yang tidak lolos dari 80 mesh pengayakan tepung
tapioka ≤14%,
2. Adapun kadar serat yang menyimpang yang melebihi batas mencapai < 0,4%
pada proses pemisahan sari pati, dan
3. Kadar abu disebabkan oleh penyimpangan pada proses ekstraksi dengan
keadaan warna yang kurang putih seperti Khas Tepung Tapioka ≤ 0,5%. Oleh
karena itu, kualitas tepung tapioka yang dihasilkan kurang baik.
Dari faktor yang ada maka dapat di klasifikasikan jenis kecacatan yang
dihasilakan. Pada kasus ini maka perusahaan diharuskan untuk meminimalisir
kecacatan produk untuk menaikkan keuntungan. CV Harum Mekar perlu
memperhatikan faktor faktor penyebab kecacatan yang dialami oleh perusahaan
tersebut, dikarenakan mempengaruhi kualitas produk yang akan dihasilkan yang
menyebabkan kepuasan konsumen akan terjadi penurunan, apabila tidak segera
diperbaiki akan terjadi kerugian bagi perusahaan. Maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk meminimalisir kecacatan atau produk gagal pada proses produksi.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah adalah
sebagai berikut:
1. Apa saja jenis jenis kecacatan tepung tapioca yang ada di CV Harum Mekar?
2. Jenis kecacatan apa saja yang sering terjadi pada proses pembuatan tepung
tapioka?
3. Bagaimana cara meminimalisir kecatatan produk yang dihasilkan untuk
mengurangi kerugian?
4. Pembatasan Masalah
Agar tujuan awal penelitian tidak menyimpang maka dilakukan pembatasan
masalah sebagai berikut :
1. Penelitian pada produk pembuatan tepung tapioka
2. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan ju1i- september 2022.
3. Data yang digunakan merupakan data hasil riset lapangan yang terdiri dari
dokumentasi, observasi, interview, dan kuisioner yang diperoleh dari bagian
QC.
4. Perusahaan yang diteliti hanya di CV Harum Mekar.
5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi jenis jenis kecacatan produk yang terjadi
2. Mengetahui jenis kecacatan yang sering terjadi pada proses produksi.
3. Meminimalisir penyebab kecacatan produk
6. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Perusahaan :
Dapat dijadikan penerapan dalam melakukan penanganan untuk mengurangi
produk cacat sehingga memberi keuntungan untuk perusahaan.
b. Bagi Peneliti :
Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dalam perkuliahan dengan
cara meningkatkan kemampuan soft skill dan hard skill dalam menganalisis dan
menyelesaikan permasalahan yang didapat.
c. Bagi Universitas :
Sebagai bahan pengetahuan di perpustakaan yang dapat digunakan
mahasiswa
7. Tinjauan Pustaka
Pada tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai hasil dari penelitian yang
sudah ada atau penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya
Tabel 1.2 Tinjauan Pustaka
ANALISIS PENGENDALIAN
KUALITAS DENGAN
Dari hasil analisa peningkatan kualitas pada proses produksi Majalah
MENGGUNAKAN METODE SIX
Nurul Hayat terdapat jenis defect: cacat pada cover, cacat pada jilid,
SIGMA SEBAGAI USAHA
dan cacat pada potong. Dari hasil peningkatan kualitas dengan
MENGURANGI PRODUK CACAT
menggunakan diagram pareto didapatkan jenis defect Majalah Nurul
1. (Budi et al.) DI PT. ANTAR SUYA JAYA
SIX SIGMA Hayat yang paling dominan adalah cacat pada jilid dengan nilai sebesar
SURABAYA,
1183 eksemplar dengan prosentase sebesar 47,59%. Dan penyebab
Institut Teknologi Adhi Tama
terjadinya cacat jilid berdasarkan hasil RPN tertinggi karena faktor
Surabaya,
mesin yaitu terjadi shutdown pada mesin.
2016
ANALISIS PENYEBAB PRODUK
CACAT PADA BAGIAN
PT. Austenite Foundry pada bulan Desember 2016 belum dapat
FOUNDRY
memenuhi batas maksimum produk cacat sebesar 10%, produk cacat
DENGAN METODE FAILURE
yang terjadi pada bulan Desember 2016 mencapai 20,83%. Dari hasil
MODE AND EFFECT ANALYSIS FAILURE MODE
(Naibaho and diagram pareto didapatkan dua penyebab cacat dominan pada bagian
2. (FMEA) (Studi Kasus: PT. Austenite AND EFFECT
Susanty) foundry, yaitu lubang kecil (pin hole) dan patah (crack) dengan
Foundry Medan), ANALYSIS (FMEA)
masing-masing persentasenya adalah 53,8% (436 dari 810 jumlah
Departemen Teknik Industri,
cacat) dan 26,2% (212 dari 810 jumlah cacat). Setelah didapatkan
Fakultas Teknik, Universitas
penyebab cacat dominan kemudian mencari nilai RPN
Diponegoro,
2016
PERBAIKAN KUALITAS PROSES
Pada define terdapat 5 cacat yaitu ukuran, warna, kotor, lubang,
PRODUKSI DENGAN METODE
terbalik, pada measure tidak terdapat perbedaan antar faktor, pada
SIX SIGMA DI PT. CATUR PILAR
3. (Laurent et al.) SIX SIGMA tahap analyze FMEA terdapat 11 penyebab kecacatan, pada tahap
SEJAHTERA, SIDOARJO,
improve dilakukan perhitungan waktu dan output standar dengan
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
menggunakan metode six sigma
Surabaya Vol.2 No.1 (2013)
Penyebab Cacat Dominan
Dari data-data yang diperoleh dan analisa penyebab terjadinya
Pengecoran Logam Produk Bollard
kecacatan pada produk bollard
Type BITT MENGGUNAKAN
type bitt 150 ton menggunakan metode six sigma disimpulkan bahwa
METODE DMAIC DI PT. FAJAR
(Syarifudin and faktor-faktor penyebab terjadinya cacat pada produk bollard type bitt
4. METALINDO ABADI, DMAIC
Chirzun) 150 ton dengan beberapa aspek yang meliputi, seperti aspek metode,
urusan Teknik Industri, Fakultas
mesin, manusia, lingkungan dan material yang mengakibatkan
Sains dan Teknologi, Universitas Al
terjadinya kegagalan cor. Adapun kegagalan cor terbesar atau dominasi
Azhar Indonesia
defect coran produk adalah cacat ekor tikus.
2014
ANALISIS KUALITAS PRODUK Berdasarkan data yang diperoleh maka kapabilitas proses produksi
PENGECORAN LOGAM DI PT. Roda Lori selama 1 tahun (2014) adalah sebesar 3,4 sigma dengan nilai
(Kurniawan and APIE INDO KARUNIA DENGAN DPMO 31.358 (dalam sejuta peluang). Yang dimana nilai sigma 3,4
5. SIX SIGMA
Wiwi) METODE SIX SIGMA, merupakan rata-rata atas Industri di Indonesia dan tergolong cukup
JTM. Volume 01 Nomor 1 Tahun baik.
2015
Dengan menerapkan metode Six Sigma di Perusahaan (PT Profab
Indonesia), maka Perusahaan dapat menurunkan defect rate-nya yaitu
ANALISIS DEFECTRATE
yang awalnya sebesar 15% dan setelah perbaikan menjadi 2,63% dan
PENGELASAN DAN
meningkatkan kinerja proses dari awalnya rata-rata nilai Sigma sebesar
PENANGGULANGANNYA SIX SIGMA dan
6. (Kifta) 3,32 sekarang menjadi 4,0. Faktor Manusia dan Sistem Pengukuran
DENGAN METODE SIX SIGMA FMEA
yang diperoleh dari analisis FMEA, yang secara dominan
DAN FMEA DI PT. PROFAB
mempengaruhi terjadinya defect dapat diatasi dan ditekan sehingga
INDONESIA
output yang dihasilkan menjadi lebih baik dan mencapai sasaran yang
diinginkan.
PENERAPAN METODE SIX Berdasarkan analisa yang telah dilakukan dan berdasarkan dari data
SIGMA DENGAN produk reject di PT Herculon Carpet diketahui bahwa penyebab produk
MENGGUNAKAN FAILURE reject di PT Herculon Carpet adalah proses pengendalian kualitas yang
MODE AND SIX SIGMA dan kurang baik dan ada 4 unsur yang mempengaruhi dari hasil reject yang
7. (Ferdinan et al.)
EFFECT ANALYSIS (FMEA) FMEA ada yaitu : Manusia, Mesin, Metode dan Material hal ini menyebabkan
SEBAGAI ALAT PENGENDALI seperti dari hasil reject yang melebihi dari target dari perusahaan, yaitu
KUALITAS PADA PRODUKSI sebesar 3,48% sedangkan untuk target dari perusahaan sendiri yaitu
KARPET OTOMOTIF sebesar 2,5%.
Berdasarkan studi literatur atau tinjauan pustaka tersebut maka dapat
diidentifikasi bagaimana cara pengendalian kualitas terbaik menggunakan
beberapa metode salah satunya adalah metode Six Sigma dan FMEA . Sehingga
penelitian ini mencoba untuk mengunakan metode tersebut dengan tujuan dapat
mengetahui pengendalian kualitas terbaik.
Dalam penelitian ini menggunakan metode Six Sigma dan FMEA. Dimana
terdapat 5 tahapan yang digunakan dalam metode tersebut yaitu Define,
Measure, Analyze, Improve, dan Control. Dengan menggunakan metode tersebut
diharapkan dapat mengetahui pengendalian kualitas terbaik yang dibutuhkan
perusahaan.
FMEA merupakan alat yang digunakan untuk menganalisa keandalan
suatu sistem dan penyebab kegagalannya untuk mencapai persyaratan keandalan
dan keamanan sistem, desain dan proses dengan memberikan informasi dasar
mengenai prediksi keandalan sistem, desain, dan proses.
8. Landasan Teori
1. Sistem Manajemen Pengendalian Kualitas
Departemen pengendalian kualitas sebagai bagian penting dalam organisasi
perusahaan memainkan peran penting dalam kegiatan pengendalian kualitas atau
mutu merupakan salah satufungsi yang penting dari suatu perusahaan agar
spesifikasi produkyang telah ditetapkan sebagai standard terdapat pada produk
akhir. Tujuan dari kegiatan pengendalian mutu ini semua barang dicatat menurut
standard dan dijadikan sebagai acuan untuk melakukan tindakan-tindakan
perbaikan pada produksi di masa mendatang.
Daya saing perusahaan dan organisasi semakin ketat pada eraglobalisasi
dan liberalisasi pangan, sehingga kelangsungan organisasi atauperusahaan
sangat bergantung pada kemampuan untuk memberikanrespon terhadap
berbagai perubahan. Umumnya perubahan yang terjadiberupa peningkatan
mutu, modifikasi produk, dan perubahan yang baikbersifat internal maupun
eksternal (Saulina, 2009).
2. Six Sigma
Six Sigma merupakan sebuah metode yang dapat membantu untuk membuat
kaizen atau continous improvement (perbaikan berkesinambungan).
Metode Six Sigma merupakan salah satu tools yang digunakan dalam
penerapan konsep lean manufacturing. Metode Six Sigma adalah sebuah siklus
metodologi yang terstruktur secara sistematis yang bertujuan untuk mengurangi
waste (pemborosan) pada suatu sistem, agar sistem tersebut bisa bekerja secara
efisien dan produktif.
Pada dasarnya Six Sigma mirip dengan PDCA (Plan, Do, Check, Action) yaitu
sama – sama bertujuan untuk melakukan langkah - langkah perbaikan
berkesinambungan. Hanya saja, pada metode PDCA terlihat lebih populer di
kalangan industri manufaktur karena lebih mudah dipahami. Namun, bukan berarti
bahwa metode Six Sigma tidak memiliki kelebihan.
CV Harum Mekar sebagai salah satu sentra perusahaan pembuatan tepung tapioka di
Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati memiliki permasalahan yaitu grafik kecacatan produk
yang tinggi
Melakukan identifikasi faktor faktor kecacatan yang berpengaruh pada kecacatan produk
berguna untuk menjadi data yang diolah menggunakan metode six sigma dan FMEA
Mulai
Survei Pendahuluan
Tujuan Penelitian
Pengumpulan Data
1. Data profil perusahaan
2. Data proses produksi
3. Data jumlah produksi
4. Data jumlah produk cacat
A
A
Pengolahan Data
Define : identifikasi objek penelitian