KELOMPOK
Pabrik Tahu Raos Cap Jempol merupakan industri kecil pembuatan tahu di Desa
Cihideung, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Tahu yang dihasilkan memiliki
warna kuning, rasa nornal, bau normal. Selain produk, juga dihasilkan keluaran lain yang berupa
ampas tahu, limbah cair tahu, dan gas sisa pembakaran kayu sebagai bahan bakar. Teknologi
yang digunakan masih sangat sederhana dan banyak mengandalkan tenaga manusia, seperti pada
proses pencucian, pengepresan, pencetakan, pewarnaan, dan pengemasan.
Pembuangan limbah dengan volume yang besar ke lingkungan secara terus menerus
tanpa tanpa pengolahan yang memadai dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan,
antara lain akumulasi dan intensitas polutan yang tinggi di kawasan tersebut. Tingkat kesadaran
pengusaha dan keterbatasan modal menjadi kendala di dalam penanganan limbah industri tahu.
Produksi bersih (cleaner production) menjadi strategi potensial yang dapat diterapkan pada
industri tahu karena terdapat peran aktif pelaku industri, nilai tambah langsung, dan pengurangan
resiko lingkungan.
Produksi bersih dapat menjadi suatu alternatif dalam strategi pengelolaan limbah cair
industri tahu yang bersifat preventive (pencegahan) dan terpadu. Menurut Purwanto (2009),
bahwa produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang menerapkan produksi bersih
sifatnya mengarah pada pencegahan dan terpadu agar dapat diterapkan pada seluruh siklus
produksi tahu. Hal tersebut, memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan
mernberikan tingkat efisiensi yang lebih baik pada penggunaan bahan baku kedelai, energi, dan
air, mendorong performansi lingkungan yang lebih baik melalui pengurangan sumber-sumber
pembangkit limbah dan emisi serta mereduksi campak produk terhadap lingkungan dari siklus
hidup produk denganrancangan yang ramah lingkungan, namun efektif dari segi biaya (Bruce et
al. 2000).
Dalam rangka menciptakan green industry dan meningkatkan daya saing industri tahu maka
perlu dikaji alternatif-alternatif strategi produksi bersih yang dapat diterapkan di sentra industri
kecil tahu. Metode Quick-Scan merupakan salah satu metode untuk mengidentifikasi proses
produksi, status produksi bersih pada industri tahu dan peluang penerapan lebih lanjut, dan cara
memperbaiki efisiensi produksi melalui penerapan produksi bersih. Oleh karena itu, kelompok
kami melakukan kunjungan pada industri kecil pembuatan tahu untuk mengkaji dan
mendapatkan alternatif strategi produksi bersih dan aplikasinya untuk sentra industri kecil tahu
khususnya di Pabrik Tahu Raos cap jempol Bogor.
BAB II
PROSEDUR
2. Pelaksana:
1. Indah Dwi Permatasari, mahasiswa TIN IPB (F34140013)
2. M. Nail Muzammal, mahasiswa TIN IPB (F34140015)
3. M. Iqbal Ardiansyah, mahasiswa TIN IPB (F34140022)
4. Yuni Silvi Utami, mahasiswa TIN IPB (F3414004)
5. Hashfi Candrawardana, mahasiswa TIN IPB (F34140054)
BAB III
DESKRIPSI PERUSAHAAN
Produksi
Kedelai yang digunakan dalam sehari yaitu 2 kuintal atau 200 kg kedelai. Kedelai yang
digunakan yaitu kedelai impor. Sumber panas yang digunakan yaitu kayu bakar untuk perebusan
dan listrik untuk penggilingan. Untuk satu kali siklus produksi, digunakan 9 kg kedelai dengan
tahu yang dihasilkan yaitu 450 buah tahu kuning. Dalam sehari, 2 kuintal kedelai dapat
menghasilkan 10 000 tahu kuning. Tahu dijual dengan harga Rp 400/biji. Air yang digunakan
berasal dari air tanah yang ditampung dalam sumur. Beban listrik yang digunakan yaitu 6600
watt. Pewarnaan tahu menggunakan kunyit dan garam untuk perisa.
Pemasaran
Tahu kuning yang diproduksi akan diambil oleh beberapa pembeli tiap paginya, yaitu
antara jam 5-8 pagi. Para pembeli berasal dari pasar sekitar Bogor. Selain itu, pembeli juga
berasal dari warga sekitar pabrik.
Supplier
Kedelai datang seminggu sekali dari supplier yang berasal dari Lawang Seketeng, Bogor
dengan jumlah 3 ton. Sedangkan kayu bakar dikirim dengan menggunakan mobil bak terbuka
dengan jumlah 2 mobil tiap harinya.
Alat
Alat yang digunakan yaitu penggilingan, tahang stainless untuk penyaringan, pengaduk,
tungku perebus, kain penyaring, cetakan, dan pisau.
Sistem Kerja
Produksi mulai dari jam 05.00 hingga 16.00. Jumlah yang diproduksi tergantung dari
jumlah yang dipesan. Proses produksi membutuhkan jumlah tenaga kerja 3 orang. Keseluruhan
tenaga kerja berjumlah 4 orang. Dalam sebulan, seorang pekerja mendapatkan jatah libur 1
minggu. Tetapi, jatah libur pekerja bergantian dengan pekerja lainnya.
BAB IV
PROSES PRODUKSI
Pabrik tahu Raos cap jempol memproduksi tahu sesuai dengan jumlah permintaan. Rata-
rata per harinya kegiatan produksi dimulai pukul 05.00 - 17.00 WIB yang dikerjakan oleh empat
orang pekerja. Dalam sehari, pabrik ini mampu mengolah sekitar 81 kg bahan baku kedelai untuk
menghasilkan 4500 potong tahu. Satu siklus pembuatan tahu di pabrik ini adalah dengan
mengolah 9 kg bahan baku kedelai menjadi 500 potong tahu.
Proses pembuatan tahu terdiri dari proses pencucian, perendaman, pembilasan,
penggilingan, pemasakan, penyaringan, pengendapan, pengepresan dan pencetakan,
pemotongan, pemasakan dengan kunyit, dan pengemasan. Proses perendaman dilakukan
menggunakan bak plastik atau ember plastik. Proses pembuatan tahu dapat dilihat pada
perendaman dilakukan kurang lebih tiga jam yaitu hingga kedelai mengembang dan mekar.
Proses perendaman terdapat pada Gambar 1.
Setelah proses perendaman selesai, kedelai dicuci dengan air bersih sampai benar-benar
bersih. Hal ini bertujuan agar kebersihan kedelai terjamin. Proses selanjutnya kedelai digiling
menggunakan mesin penggiling dengan penambahan air sehingga kedelai menjadi bubur yang
halus. Mesin penggiling digerakkan oleh diesel berbahan bakar solar. Dalam satu hari produksi,
mesin giling dapat menghabiskan hingga lima liter solar. Kedelai yang telah digiling akan
dimasak dalam proses pemasakan. Proses penggilingan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Proses penggilingan tahu
Proses pemasakan dilakukan dengan memasak tiap 9 kg kedelai mentah yang telah
digiling dengan menggunakan air dan sisa air saringan sari tahu (aci) dalam tungku atau oven
yang menggunakan bahan bakar kayu. Sisa air saringan sari tahu (aci) merupakan sari tahu yang
tidak menggumpal yang didiamkan sehari sehingga terbentuk asam. Proses pemasakan dilakukan
hingga bubur kedelai mendidih sekitar 3 jam. Kayu yang dibutuhkan untuk proses pembakaran
sekitar 250 kg dalam sehari. Proses pemasakan dapat dilihat pada Gambar 3.
Proses selanjutnya adalah proses penyaringan. Proses ini dilakukan dengan menyaring
hasil pemasakan kedelai menggunakan kain diatas tungku. Ampas tahu yang dihasilkan dari
proses ini oleh pabrik dijual ke peternak sebagi pakan dengan harga 15.000 per karung. Proses
penyaringan dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Proses penyaringan
Sari yang telah didapatkan dari hasil penyaringan kemudian ditambahkan air sari agar
sari kedelai dapat menggumpal menjadi tahu. Sari didiamkan hingga 30 menit sampai gumpalan
sari kedelai mengendap. Proses pemisahan dapat dilihat pada Gambar 5.
Setelah mengendap, gumpalan sari kedelai dicetak menggunakan cetakan kayu bambu
berbentuk persegi. Sisa air sari digunakan kembali untuk proses pemasakan. Proses pencetakan
dapat dilihat pada Gambar .
Tahu yang telah dicetakan kemudian dipotong-potong menjadi persegi kecil sesuai
ukuran yang ditetapkan pabrik. Pemotongan masih menggunakan peralatan sederhana yaitu
papan bambu yang disusun sesuai lebar sesuai ukuran tahu. Proses pemotongan dapat dilihat di
Gambar 7.
BAB V
NERACA MASSA
9 Kg Kedelai
9,58 Kg Kedelai
2. Proses Perendaman
Proses perendaman dilakukan per batch dengan jumlah 9 Kg/batch.
9,58 Kg Kedelai
27 Kg Kedelai
3. Proses Penggilingan
27 Kg Kedelai
4. Proses Pemasakan
49,5 Kg Bubur Kedelai
5. Proses Pemisahan
80,96 Kg Bubur Kedelai
6. Pengendapan
75,875 Kg Sari Kedelai
10 Kg Curd
7. Proses Penngepresan dan Pencetakan
10 Kg Curd
6,3 Kg Tahu
8. Proses Pewarnaan
6,3 Kg Tahu
6,3 Kg Tahu
Rendemen yang dihasilkan oleh pabrik tahu di Cibanteng sebesar 70%. Menurut
Nasution (2001), seharusnya rendemen tahu sebesar 100%. Oleh karena itu,dibutuhkan
pengkajian dan penerapan produksi bersih pada pabrik tahu ini.
BAB VI
EVALUASI DATA
Data Volume Produksi & Supplier
Bahan baku tahu berupa kedelai diperoleh dari KOPTI Bogor dengan harga Rp 7.300/Kg.
setiap siklus pembuatan tahu, 9 kilogram kedelai dapat menghasilkan 500 potong tahu per siklus
pembuatan tahu jika kondisi bahan baku dan proses produksi baik. Kondisi baik yang dimaksud
yaitu bahan baku mencukupi untuk mencapai target produksi yang diinginkan; bahan baku
kedelai yang digunakan kualitas baik; tidak terjadi masalah atau sebuah insiden yang merugikan
proses produksi; pekerja mengikuti SOP yang berlaku; serta diusahakan meminimalisir
terbentuknya hasil samping.
Jika bahan baku kedelai yang diperoleh dari KOPTI berkualitas kurang baik, maka
sebanyak 9 kilogram kedelai hanya dapat menghasilkan 400 potong tahu per siklus produksi.
Jumlah produksi juga akan menurun jika terdapat faktor-faktor yang memberi pengaruh negatif
terhadap proses produksi seperti terjadi kekurangan bahan baku karena dari pihak supplier belum
dikirim atau target pengiriman jumlah bahan baku yang diinginkan tidak sesuai harapan;
kelalaian oleh pekerja yang tidak mengikuti SOP sehingga membentuk hasil samping dengan
kuantitas yang tidak semestinya.
Data Transportasi
Tipe transportasi yang terdapat di lokasi yaitu truk sedang seperti lori yang digunakan
untuk mengantarkan produk yang diproduksi dan truk besar yang berasal dari KOPTI yang
digunakan untuk pengiriman bahan baku. Pertanggung jawaban untuk transportasi jatuh ke pihak
ketiga yakni pembeli yang membeli produk langsung di tempat. Transportasi umumnya
digunakan untuk pengangkutan produk dan/atau bahan baku; tidak memiliki skema khusus
karena hanya berjarak pendek, namun supir-supir transportasi tersebut tidak diberikan latihan
khusus seperti kursus mengemudi secara eco.
Tidak ada skema khusus untuk konsep transportasi pekerja sampai saat ini. Para pekerja
juga tidak diberikan latihan khusus seperti kursus mengemudi secara eco serta belum adanya
upaya memotivasi pekerja untuk menggunakan transportasi umum. Transportasi pekerja menuju
pabrik tidak disediakan oleh pemilik pabrik. Pekerja membawa kendaraan sendiri atau berjalan
kaki menuju pabrik.
BAB VII
ANALISIS MASALAH DAN ALTERNATIF PRODUKSI BERSIH
BAB VIII
ASPEK & ANALISA FINANSIAL
Analisis finansial opsi daur ulang sisa air rendaman dengan metode penyaringan adalah
sebagai berikut:
Opsi Perhitungan Jumlah Satuan
Investasi:
Alat Filtrasi 1 buah x Rp 71.400,- Rp71.400 Rp
Bak Penyaringan 1 buah x Rp 100.000,- Rp100.000 Rp
Total Aset Rp171.400
Air yang di gunakan 0,162m³/hari x Rp 500/m³ x 30 hari
pada proses biasa + (Rp 37.500/KwH) Rp39.930 Rp/bulan
Air yang di gunakan
pada opsi 1 0,1 m3/hari x Rp 500/m3 x 30 hari Rp1.500
Penghematan Air Rp38.430
PBP Rp 171.400:Rp 38.430 4,4 Bulan
Analisis finansial opsi pemanfaatan Whey menjadi Nata de Soya adalah sebagai berikut:
Opsi Perhitungan Jumlah Satuan
Investasi :
Wadah nampan 200 buah x Rp.5.000 Rp1.000.000 Rp/tahun
Kain serbet 200 buah x Rp.2.500 Rp500.000 Rp/tahun
Pisau 5 buah x Rp.15.000 Rp75.000 Rp/tahun
Total investasi Asumsi pembelian 1 kali dalam setahun Rp1.575.000 Rp/tahun
Rp131.250 Rp/bulan
Biaya tambahan:
Whey 65,875 kg/batch x Rp.0 Rp0 Rp/batch
Bibit Acetobacter xylinum 480ml/batch x Rp.65.000/500ml Rp62.400 Rp/batch
Urea 40gram/batch x Rp. 2.500/kg Rp10 Rp/batch
Gula pasir 1,6 kg/batch x Rp.7.000/kg Rp11.200 Rp/batch
Asam cuka 13 liter/batch x Rp.3.500/150ml Rp30.333 Rp/batch
Total biaya Tambahan 1 bulan melakukan 30 batch Rp103.943 Rp/batch
Rp3.118.300 Rp/bulan
Total biaya: Rp.131.250+Rp.3.118.300 Rp3.249.550 Rp/bulan
65,875kg/batch x 30 batch/bulan x
Hasil Penjualan: Rp2000/kg Rp3.952.500 Rp/bulan
Keuntungan: Rp.4.680.000-Rp.3.249.550 Rp702.950 Rp/bulan
PBP: Rp.1.575.000 : Rp. 702.950 2,24 bulan
Analisis finansial opsi pengolahan ampas kunyit & tahu untuk dijadikan berbagai produk
olahan (pakan ternak, substitusi makanan) adalah sebagai berikut:
Analisis finansial opsi pemanfaatan limbah cair tahu menjadi biogas untuk penghematan
penggunaan kayu bakar adalah sebagai berikut:
Analisis finansial opsi pembuatan tungku hemat energi adalah sebagai berikut:
Analisis finansial opsi substitusi kayu bakar dengan batok kelapa adalah sebagai berikut:
BAB IX
PENENTUAN SKALA PRIORITAS ALTERNATIF PRODUKSI BERSIH
Skala
Opsi Produksi Bersih
Prioritas
Pencucian bertahap 1
Filtrasi air bekas perendaman 2
Pemanfaatan whey menjadi Nata de Soya 3
Pengolahan ampas kunyit dan tahu sebagai produk olahan 2
Pemanfaatan limbah cair sebagai biogas 3
pembuatan tungku hemat energi 3
Substitusi kayu bakar dengan batok kelapa 1
Keterangan: 1 = Mudah Dilakukan
2 = Sulit Dilakukan
3 = Sangat Sulit Dilakukan
Penerapan opsi pencucian bertahap dan substitusi kayu bakar menempati skala prioritas
tertinggi. Sebab, penerapannya lebih mudah dibandingkan opsi lainnya. Walaupun opsi filtrasi
air bekas rendaman dan pengolahan ampas kunyit serta tahu memiliki nilai payback period yang
lebih kecil, penerapannya lebih sulit sebab membutuhkan pelatihan terlebih dahulu sebelumnya.
Opsi substitusi kay bakar dengan batok kelapa memiliki nilai payback period yang paling kecil,
sehingga akan lebih menguntungkan jika diterapkan.
BAB X
PENUTUP
Simpulan
Hasil kegiatan pelaksanaan metode Quick-Scan pada industri kecil pembuatan tahu
bertujuan untuk melihat potensi implementasi produksi bersih secara maksimal pada proses yang
diutamakan terlebih dahulu agar memberikan kondisi kerja yang ideal dan mengurangi jumlah
limbah yang dihasilkan. Limbah yang dihasilkan dari produksi tahu berupa limbah cair, semi
padat, dan berupa asap. Limbah cair dan semi cair dari hasil pengolahan tahu merupakan bahan
organik seperti protein, lemak, karbohidrat, dan mineral yang dapat menyebabkan gangguan
pada ekologi lingkungan dan menghasilkan bau yang tidak dan air yang keruh sehingga dapat
menyebabkan timbulnya penyakit atau kerusakan lingkungan pada area disekitarnya. Dengan
melakukan opsi penerapan produksi bersih akan dapat mengurangi dampak limbah terhadap
lingkungan, sosial, kesehatan, dan keamanan. Selain itu, dari penerapan produksi bersih yang
ditawarkan akan dapat menghemat secara ekonomis.
Saran
Sebaiknya dari pemilihan penerapan produksi bersih yang ditawakan dapat diterapkan
pada proses produksi tahu agar dapat menghemat biaya produksi dan megurangi limbah yang
dihasilkan. Selain itu, sebaiknya sanitasi pada proses prroduksi tahu lebih diperhatikan agar
kualitas tahu yang dihasilkan semakin baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bruce N, Padilla RP, dan Albalak R. 2000. Indoor air pollution in developing countries: a major
environmental and public health challenge. Bull World Health Organ. Vol. 78: 1078–1092.
Purwanto. 2009. Penerapan Teknologi Produksi Bersih untuk Meningkatkan Efisiensi dan
Mencegah Pencemaran Industri. Semarang(ID): Universitas Diponegoro.