Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN TUGAS MATA KULIAH

PRODUKSI BERSIH (TIN 460)

PELAKSANAAN METODE “QUICK- SCAN”


INDUSTRI PEMBUATAN TAHU DI
PABRIK TAHU RAOS CAP JEMPOL CIBEREUM BOGOR

KELOMPOK

Nanang Muchtar F34140067


Anik Luthfia F34140068
M. Chairul Iqbal F34140069
Lidya Pratama F34140070
Sabilah Makruf F34140071

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Pabrik Tahu Raos Cap Jempol merupakan industri kecil pembuatan tahu di Desa
Cihideung, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Tahu yang dihasilkan memiliki
warna kuning, rasa nornal, bau normal. Selain produk, juga dihasilkan keluaran lain yang berupa
ampas tahu, limbah cair tahu, dan gas sisa pembakaran kayu sebagai bahan bakar. Teknologi
yang digunakan masih sangat sederhana dan banyak mengandalkan tenaga manusia, seperti pada
proses pencucian, pengepresan, pencetakan, pewarnaan, dan pengemasan.
Pembuangan limbah dengan volume yang besar ke lingkungan secara terus menerus
tanpa tanpa pengolahan yang memadai dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan,
antara lain akumulasi dan intensitas polutan yang tinggi di kawasan tersebut. Tingkat kesadaran
pengusaha dan keterbatasan modal menjadi kendala di dalam penanganan limbah industri tahu.
Produksi bersih (cleaner production) menjadi strategi potensial yang dapat diterapkan pada
industri tahu karena terdapat peran aktif pelaku industri, nilai tambah langsung, dan pengurangan
resiko lingkungan.
Produksi bersih dapat menjadi suatu alternatif dalam strategi pengelolaan limbah cair
industri tahu yang bersifat preventive (pencegahan) dan terpadu. Menurut Purwanto (2009),
bahwa produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang menerapkan produksi bersih
sifatnya mengarah pada pencegahan dan terpadu agar dapat diterapkan pada seluruh siklus
produksi tahu. Hal tersebut, memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan
mernberikan tingkat efisiensi yang lebih baik pada penggunaan bahan baku kedelai, energi, dan
air, mendorong performansi lingkungan yang lebih baik melalui pengurangan sumber-sumber
pembangkit limbah dan emisi serta mereduksi campak produk terhadap lingkungan dari siklus
hidup produk denganrancangan yang ramah lingkungan, namun efektif dari segi biaya (Bruce et
al. 2000).
Dalam rangka menciptakan green industry dan meningkatkan daya saing industri tahu maka
perlu dikaji alternatif-alternatif strategi produksi bersih yang dapat diterapkan di sentra industri
kecil tahu. Metode Quick-Scan merupakan salah satu metode untuk mengidentifikasi proses
produksi, status produksi bersih pada industri tahu dan peluang penerapan lebih lanjut, dan cara
memperbaiki efisiensi produksi melalui penerapan produksi bersih. Oleh karena itu, kelompok
kami melakukan kunjungan pada industri kecil pembuatan tahu untuk mengkaji dan
mendapatkan alternatif strategi produksi bersih dan aplikasinya untuk sentra industri kecil tahu
khususnya di Pabrik Tahu Raos cap jempol Bogor.
BAB II
PROSEDUR

1. Tempat dan Tanggal Metode Quick-Scan:


Pelakasanaan metode Quick-Scan dilaksanakan di pabrik tahu di kawasan
Cibanteng Proyek, Dramaga, Bogor. Proses ini dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 11
November 2017. Pelakasanaan dimulai pada pukul 08.00-10.00 WIB.

2. Pelaksana:
1. Indah Dwi Permatasari, mahasiswa TIN IPB (F34140013)
2. M. Nail Muzammal, mahasiswa TIN IPB (F34140015)
3. M. Iqbal Ardiansyah, mahasiswa TIN IPB (F34140022)
4. Yuni Silvi Utami, mahasiswa TIN IPB (F3414004)
5. Hashfi Candrawardana, mahasiswa TIN IPB (F34140054)

3. Prosedur Metode Quick-Scan:


Prosedur yang dilakukan selama penerapan metode Quick-Scan adalah observasi
lingkungan proses secara langsung dan wawancara kepada pekerja pabrik serta pemilik
pabrik.

BAB III
DESKRIPSI PERUSAHAAN

Produksi
Kedelai yang digunakan dalam sehari yaitu 2 kuintal atau 200 kg kedelai. Kedelai yang
digunakan yaitu kedelai impor. Sumber panas yang digunakan yaitu kayu bakar untuk perebusan
dan listrik untuk penggilingan. Untuk satu kali siklus produksi, digunakan 9 kg kedelai dengan
tahu yang dihasilkan yaitu 450 buah tahu kuning. Dalam sehari, 2 kuintal kedelai dapat
menghasilkan 10 000 tahu kuning. Tahu dijual dengan harga Rp 400/biji. Air yang digunakan
berasal dari air tanah yang ditampung dalam sumur. Beban listrik yang digunakan yaitu 6600
watt. Pewarnaan tahu menggunakan kunyit dan garam untuk perisa.

Pemasaran
Tahu kuning yang diproduksi akan diambil oleh beberapa pembeli tiap paginya, yaitu
antara jam 5-8 pagi. Para pembeli berasal dari pasar sekitar Bogor. Selain itu, pembeli juga
berasal dari warga sekitar pabrik.

Supplier

Kedelai datang seminggu sekali dari supplier yang berasal dari Lawang Seketeng, Bogor
dengan jumlah 3 ton. Sedangkan kayu bakar dikirim dengan menggunakan mobil bak terbuka
dengan jumlah 2 mobil tiap harinya.

Alat
Alat yang digunakan yaitu penggilingan, tahang stainless untuk penyaringan, pengaduk,
tungku perebus, kain penyaring, cetakan, dan pisau.

Sistem Kerja
Produksi mulai dari jam 05.00 hingga 16.00. Jumlah yang diproduksi tergantung dari
jumlah yang dipesan. Proses produksi membutuhkan jumlah tenaga kerja 3 orang. Keseluruhan
tenaga kerja berjumlah 4 orang. Dalam sebulan, seorang pekerja mendapatkan jatah libur 1
minggu. Tetapi, jatah libur pekerja bergantian dengan pekerja lainnya.

BAB IV
PROSES PRODUKSI

Pabrik tahu Raos cap jempol memproduksi tahu sesuai dengan jumlah permintaan. Rata-
rata per harinya kegiatan produksi dimulai pukul 05.00 - 17.00 WIB yang dikerjakan oleh empat
orang pekerja. Dalam sehari, pabrik ini mampu mengolah sekitar 81 kg bahan baku kedelai untuk
menghasilkan 4500 potong tahu. Satu siklus pembuatan tahu di pabrik ini adalah dengan
mengolah 9 kg bahan baku kedelai menjadi 500 potong tahu.
Proses pembuatan tahu terdiri dari proses pencucian, perendaman, pembilasan,
penggilingan, pemasakan, penyaringan, pengendapan, pengepresan dan pencetakan,
pemotongan, pemasakan dengan kunyit, dan pengemasan. Proses perendaman dilakukan
menggunakan bak plastik atau ember plastik. Proses pembuatan tahu dapat dilihat pada
perendaman dilakukan kurang lebih tiga jam yaitu hingga kedelai mengembang dan mekar.
Proses perendaman terdapat pada Gambar 1.

Gambar 1 Proses perendaman kedelai

Setelah proses perendaman selesai, kedelai dicuci dengan air bersih sampai benar-benar
bersih. Hal ini bertujuan agar kebersihan kedelai terjamin. Proses selanjutnya kedelai digiling
menggunakan mesin penggiling dengan penambahan air sehingga kedelai menjadi bubur yang
halus. Mesin penggiling digerakkan oleh diesel berbahan bakar solar. Dalam satu hari produksi,
mesin giling dapat menghabiskan hingga lima liter solar. Kedelai yang telah digiling akan
dimasak dalam proses pemasakan. Proses penggilingan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Proses penggilingan tahu

Proses pemasakan dilakukan dengan memasak tiap 9 kg kedelai mentah yang telah
digiling dengan menggunakan air dan sisa air saringan sari tahu (aci) dalam tungku atau oven
yang menggunakan bahan bakar kayu. Sisa air saringan sari tahu (aci) merupakan sari tahu yang
tidak menggumpal yang didiamkan sehari sehingga terbentuk asam. Proses pemasakan dilakukan
hingga bubur kedelai mendidih sekitar 3 jam. Kayu yang dibutuhkan untuk proses pembakaran
sekitar 250 kg dalam sehari. Proses pemasakan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Proses pemasakan kedelai

Proses selanjutnya adalah proses penyaringan. Proses ini dilakukan dengan menyaring
hasil pemasakan kedelai menggunakan kain diatas tungku. Ampas tahu yang dihasilkan dari
proses ini oleh pabrik dijual ke peternak sebagi pakan dengan harga 15.000 per karung. Proses
penyaringan dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Proses penyaringan

Sari yang telah didapatkan dari hasil penyaringan kemudian ditambahkan air sari agar
sari kedelai dapat menggumpal menjadi tahu. Sari didiamkan hingga 30 menit sampai gumpalan
sari kedelai mengendap. Proses pemisahan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Proses pengendapan kedelai

Setelah mengendap, gumpalan sari kedelai dicetak menggunakan cetakan kayu bambu
berbentuk persegi. Sisa air sari digunakan kembali untuk proses pemasakan. Proses pencetakan
dapat dilihat pada Gambar .

Gambar 6 Proses pencetakan tahu

Tahu yang telah dicetakan kemudian dipotong-potong menjadi persegi kecil sesuai
ukuran yang ditetapkan pabrik. Pemotongan masih menggunakan peralatan sederhana yaitu
papan bambu yang disusun sesuai lebar sesuai ukuran tahu. Proses pemotongan dapat dilihat di
Gambar 7.

Gambar 7 Proses pemotongan tahu


Hasil potongan tahu ini kemudian dilakukan pewarnaan. Proses pewarnaan dilakukan
dengan merebus tahu menggunakan air kunyit selama kurang lebih 30 menit. Proses pewarnaan
dapat menghabiskan hingga 5 kg kunyit dalam sehari. Proses pewarnaan dapat dilihat di Gambar
8.
Setelah proses pewarnaan, tahu terlebih dahulu didinginkan diatas papan kayu bambu.
Tahu dikemas kedalam plastik atau rak bamboo. Dalam satu kemasan plastik kecil berisi 10
potong tahu yang dijual seharga Rp. 4000,00. Proses pengemasan dapat dilihat di Gambar 9.

Gambar 9 Proses pengemasan tahu

BAB V
NERACA MASSA

Neraca Massa Produksi Tahu


1. Proses Pencucian
Proses pencucian dilakukan per batch dengan jumlah 9 Kg/batch.

9 Kg Kedelai

18 L Air Pencucian 17,2 L Air

9,58 Kg Kedelai
2. Proses Perendaman
Proses perendaman dilakukan per batch dengan jumlah 9 Kg/batch.

9,58 Kg Kedelai

18 L Air Perendaman 0,36 L Air

27 Kg Kedelai

3. Proses Penggilingan

27 Kg Kedelai

108 L Air Penggilingan 85,5 L Air

49,5 Kg Bubur Kedelai

4. Proses Pemasakan
49,5 Kg Bubur Kedelai

31,5 L Air Pemasakan 0,0396 L Air Menguap

80,96 Kg Bubur Kedelai

5. Proses Pemisahan
80,96 Kg Bubur Kedelai

7 L Air Pemisahan 5,085 Kg Ampas Kedelai


75,875 Kg Sari Kedelai

6. Pengendapan
75,875 Kg Sari Kedelai

5 L Air Pemisahan 65,875 Kg Whey tahu

10 Kg Curd
7. Proses Penngepresan dan Pencetakan
10 Kg Curd

Pengepresan dan 5 L Air


Pencetakan

6,3 Kg Tahu
8. Proses Pewarnaan

6,3 Kg Tahu

31,5 L air kunyit Pewarnaan 31,5 L air kunyit

6,3 Kg Tahu

Rendemen yang dihasilkan oleh pabrik tahu di Cibanteng sebesar 70%. Menurut
Nasution (2001), seharusnya rendemen tahu sebesar 100%. Oleh karena itu,dibutuhkan
pengkajian dan penerapan produksi bersih pada pabrik tahu ini.

BAB VI
EVALUASI DATA
Data Volume Produksi & Supplier
Bahan baku tahu berupa kedelai diperoleh dari KOPTI Bogor dengan harga Rp 7.300/Kg.
setiap siklus pembuatan tahu, 9 kilogram kedelai dapat menghasilkan 500 potong tahu per siklus
pembuatan tahu jika kondisi bahan baku dan proses produksi baik. Kondisi baik yang dimaksud
yaitu bahan baku mencukupi untuk mencapai target produksi yang diinginkan; bahan baku
kedelai yang digunakan kualitas baik; tidak terjadi masalah atau sebuah insiden yang merugikan
proses produksi; pekerja mengikuti SOP yang berlaku; serta diusahakan meminimalisir
terbentuknya hasil samping.
Jika bahan baku kedelai yang diperoleh dari KOPTI berkualitas kurang baik, maka
sebanyak 9 kilogram kedelai hanya dapat menghasilkan 400 potong tahu per siklus produksi.
Jumlah produksi juga akan menurun jika terdapat faktor-faktor yang memberi pengaruh negatif
terhadap proses produksi seperti terjadi kekurangan bahan baku karena dari pihak supplier belum
dikirim atau target pengiriman jumlah bahan baku yang diinginkan tidak sesuai harapan;
kelalaian oleh pekerja yang tidak mengikuti SOP sehingga membentuk hasil samping dengan
kuantitas yang tidak semestinya.

Data Kebijakan Lingkungan


Limbah yang dihasilkan oleh pabrik yang langsung dapat mencemari lingkungan dalah
limbah cair dan udara. Limbah cair yang langsung dibuang dapat menimbulkan pencemaran air,
misalnya bau, pendangkalan sungai, dan kesulitan mendapatkan air bersih. Ketika penduduk
sekitar memaksa menggunakan air yang tercampur limbah tersebut, kemungkinan masyarakat
akan mengalami gangguan kesehatan. Limbah udara (asap) dihasilkan dari bahan bakar untuk
proses pemasakan kedelai dan perendaman tahu dengan air kunyit yang masih menggunakan
kayu. Asap ini dihasilkan sepanjang pabrik beroperasi. Asap mengandung zat-zat yang sebagian
besar berbahaya ketika dihirup. Peralatan produksi pabrik masih sangat sederhana dan tidak ada
upaya untuk memperkecil jumlah limbah yang dihasilkan oleh industri tersebut; misalnya dengan
pemilihan bahan baku dan peralatan yang ramah lingkungan. Belum adanya usaha pabrik untuk
mencegah terjadinya pencemaran lingkungan sekitar, misalnya dengan melakukan pengelolaan
limbah secara bijak atau menyediakan tempat penyaluran limbah yang tidak mengganggu
kesehatan lingkungan sekitar. Namun pemilihan lokasi pabrik yang jauh dari pemukiman
penduduk mampu mengurangi dampak pencemaran tersebut. Sehingga masyarakat tidak terkena
asap dan tidak langsung mengonsumsi air yang tercemar.

Data Estimasi Potensi Daerah Untuk Perbaikan


Hasil pengamatan lapang di pabrik menunjukkan adanya kerugian pada bahan baku dan
energi. Namun dalam proses produksinya tidak membutuhkan biaya yang mahal. Hal-hal yang
sudah dilakukan dalam upaya memastikan penggunaan energi dan bahan baku secara efisien
yaitu dengan mengurangi konsumsi listrik yang mahal dengan menggunakan bahan bakar kayu
bakar.

Data Manajemen Energi


Tipe energi yang digunakan di pabrik yaitu listrik, bahan bakar minyak dan kayu bakar.
Kapasitas listrik sebesar 4,5 Kwh dengan penggunaan 6600 Watt per hari. Bahan bakar minyak
yang digunakan adalah solar sebanyak 5 Liter per hari dan kayu bakar dengan total massa 250
Kg yang memiliki harga Rp 250.000. Penggunaan energi lainnya digunakan oleh pompa air.
Secara keseluruhan, penggunaan energi dalam lini produksi tergolong rendah. Belum
adanya pengenalan terhadap sistem manajemen energi seperti pengelolaan kapasitas energi dan
belum adanya rencana pemeliharaan untuk sistem energi teknis.

Data Perlindungan Kesehatan Kerja


Tidak ada pekerja yang menderita masalah kesehatan saat pengamatan dilakukan. Namun
pekerja tidak diberi informasi tentang kebersihan dan keamanan saat bekerja secara rinci oleh
pabrik, hanya sepengetahuan pekerja saat melakukan pekerjaannya. Pekerja juga tidak
menggunakan alat pelindung diri seperti helm kerja, sepatu pengaman, masker dan sebagainya
saat bekerja.

Data Keselamatan Industri & Pencegahan Kecelakaan


Masih belum ada studi risiko yang dilakukan untuk pencegahan kecelakaan; tidak adanya
ketentuan peraturan pada kecelakaan besar seperti pengurangan potensi bahaya; belum adanya
bantuan pencegahan kecelakaan yang tersedia dan belum ada pemberitahuan tentang langkah-
langkah pencegahan kecelakaan kepada pekerja secara rinci dan professional serta belum
digelarnya sesi latihan reguler terkait Keselamatan Kesehatan Kerja (K3).

Data Penanganan Bahan


Proses transportasi dan penanganan bahan saat proses produksi masih manual. Bahan
dipindahkan secara manual sehingga terjadi kehilangan bahan dalam jumlah yang kecil. Serta
belum adanya upaya meminimalisir rute transportasi internal.

Data Transportasi
Tipe transportasi yang terdapat di lokasi yaitu truk sedang seperti lori yang digunakan
untuk mengantarkan produk yang diproduksi dan truk besar yang berasal dari KOPTI yang
digunakan untuk pengiriman bahan baku. Pertanggung jawaban untuk transportasi jatuh ke pihak
ketiga yakni pembeli yang membeli produk langsung di tempat. Transportasi umumnya
digunakan untuk pengangkutan produk dan/atau bahan baku; tidak memiliki skema khusus
karena hanya berjarak pendek, namun supir-supir transportasi tersebut tidak diberikan latihan
khusus seperti kursus mengemudi secara eco.
Tidak ada skema khusus untuk konsep transportasi pekerja sampai saat ini. Para pekerja
juga tidak diberikan latihan khusus seperti kursus mengemudi secara eco serta belum adanya
upaya memotivasi pekerja untuk menggunakan transportasi umum. Transportasi pekerja menuju
pabrik tidak disediakan oleh pemilik pabrik. Pekerja membawa kendaraan sendiri atau berjalan
kaki menuju pabrik.

Data Statistik Produksi & Konsumsi


Berdasarkan hasil wawancara dengan pekerja sekitar lini produksi, air yang digunakan
sebanyak sekitar 219 L/siklus produksi untuk mengolah 9 Kg kedelai mentah menjadi 500
potong tahu. Alokasi penggunaan air tersebut adalah sekitar 18 L pencucian, 18 L perendaman,
108 L penggilingan, 31.5 L pemasakan, 7 L pemisahan, 5 L pengendapan, 31.5 L pewarnaan
dengan kunyit. Bahan baku kedelai yang digunakan sebesar 200 Kg per hari dan ampas tahu
yang dihasilkan bisa dijual dengan harga Rp 15.000/Kg.

Data Proses Produksi


Input bahan baku dan bahan tambahan tidak ditemukan masalah toksiksitas; bahan
mentah, auxil dan operasi bahan baku yang sedikit; serta konsumsi energi pada proses dan biaya
input bahan yang rendah. Limbah padat yang dihasilkan berupa ampas tahu dalam jumlah yang
sedikit dan tidak terdapat limbah yang khusus atau berbahaya. Limbah cair yang dihasilkan
dalam jumlah yang banyak karena hampir tiap proses produksi menghasilkan limbah cair, namun
komponen-komponen yang terkandung di dalam limbah cair tersebut tidak mengandung zat yang
berbahaya.
Emisi udara seperti CO2 dihasilkan dalam proses pembakaran kayu bakar. Namun proses
pembakaran masih dalam skala yang kecil sehingga dapat dinyatakan bahwa emisi yang
dihasilkan dalam jumlah yang kecil pula.
Teknologi yang mendukung proses produksi masih kurang memadai dan dalam jumlah
sedikit karena banyak pekerjaan yang dilakukan secara manual. Tingkat otomasinya masih
rendah. Terdapat batch tahu yang rusak walapun sedikit. Biaya pemeliharaan, servis,
pembersihan dan penghentian tergolong rendah sehingga masih ada peluang untuk dioptimalkan.

Data Penyimpanan & Manajemen Stok


Penyimpanan produk tidak diruangan khusus, hanya di rak-rak dekat lini produksi.
Berdasarkan hasil pengamatan, skema manajemen stok beroperasi secara sebagian; tidak tersedia
langkah-langkah keamanan seperti alarm kebakaran, petunjuk alat pemadam kebakaran, alat
penyiram sehingga perlu optimalisasi konsep keamanan dan kesesuian serta kerapihan
penyimpanan.

BAB VII
ANALISIS MASALAH DAN ALTERNATIF PRODUKSI BERSIH

Proses Produksi Masalah Produksi Manfaat Manfaat


Bersih yang Bersih yang Ekonomi Lingkungan
Telah Diusulkan
dilakukan
Pencucian Melakukan Pencucian Pencucian Menghemat Mengurangi
pencucian dilakukan tidak penggunaan jumlah
secara dengan dilakukan air dan limbah cair
batch menggunaka dengan air memperoleh yang
sehingga n air mengalir, revenue dari dihasilkan
mengurangi mengalir. Air tetapi pakan
penggunaan bekas cucian menggunakan ternak
air yang dibuang wadah dengan terfermentas
sehingga beberapa tahap i
konsumsi air pencucian.
tinggi dan air
bekas cucian
menghasilkan
bau yang
menyengat di
selokan
Perendaman - Air bekas Melakukan Mengurangi Mengurangi
rendaman filtrasi pada air jumlah air jumlah
yang dibuang bekas yang limbah cair
sehingga perendaman digunakan yang
menghasilkan yang untuk dihasilkan
bau yang digunakan perendaman
menyengat di untuk
selokan pencucian
selanjutnya
Penggilingan - - - - -
Pemasakan - Asap Penggunaan Meningkatk Mengurangi
penggunaan tungku untuk an limbah dari
kayu bakar mengurangi rendemen air
yang jumlah asap di tahu yang pemasakan
mengganggu ruang dihasilkan bubur
ruang produksi, dan kedelai
produksi dan mendesain yang
lingkungan tungku yang terbuang
sekitar, hemat energi
tumpahan air yang
selama mempunyai
pengadukan cerobong asap
keatas agar
asap yang
dihasilkan
tidak
mengotori
ruang
produksi.
Penggunaan
sabut kelapa
sebagai
substitusi kayu
bakar.
Pemisahan Ampas tahu Terbentuknya Ampas tahu Dapat Mengurangi
yang ampas tahu dapat meningkatk limbah
dihasilkan yang apabila dimanfaatkan an semipadat
dikemas dibiarkan sebagai pakan pemasukan organik
dalam akan ternak perusahaan yang
karung dan menimbulkan dan dihasilkan
kemudian bau yang meningkatk
dijual tidak enak an nilai
serta menjadi tmabah
limbah semi limbah
padat yang
mencemari
lingkungan
Pengendapa Air biang Jika air biang Air biang atau Mengurangi Mengurangi
n yang sisa filtrat hasil jumlah air limbah
dihasilkan pengendapan pengendapan yang organik
atau filtrat dibuang ke dapat digunakan berupa air
dari proses sungai dimanfaatkan dan biang di
pengendapa sekitarnya menjadi Nata meminimal sungai dan
n atau de Soya kan sekitarnya
digunakan dibiarkan dengan penggunaan
kembali akan perlakuan bahan baku
untuk menimbulkan penambahan pada proses
proses pencemaran starter bakteri produksi
pengendapa bau dan lahan Acetobacter
n pada xylinum.
batch Whey dapat
selanjutnya digunakan
untuk
pembuatan
membran semi
konduktor.
Air filtrat juga
dapat
dijadikan
bahan baku
biogas.
Pengepresan - Tercecernya Disarankan Meningkatk Mengurangi
dan biang tahu menerapkan an efisiensi pemborosan
pencetakan saat Good House- produksi dalam
pengambilan Keeping dan sehingga penggunaan
pada proses daur ulang air. rendemen air dan
penggumpala Air filtrat tahu yang meminimal
n. air (biang) dihasilkan kan limbah
dijadikan dan yang
bahan baku keuntungan dihasilkan
biogas. meningkat
Pewarnaan -

BAB VIII
ASPEK & ANALISA FINANSIAL

Analisis finansial opsi pencucian secara bertahap adalah sebagai berikut:


Opsi Perhitungan Jumlah Satuan
Investasi:
Ember besar 3 buah x Rp 8.000/buah,- Rp24.000 Rp/bulan
Total Aset Rp24.000
Air yang digunakan
pada proses biasa 0,162m³/hari x Rp 500/m³ x 30 hari Rp2.430 Rp/bulan
Air yang di gunakan
pada opsi 1 0,08 m3/hari x Rp 500/m3 x 30 hari Rp1.200
Penghematan Air Rp1.230
PBP Rp 24.000:Rp 930 19,5 Bulan

Analisis finansial opsi daur ulang sisa air rendaman dengan metode penyaringan adalah
sebagai berikut:
Opsi Perhitungan Jumlah Satuan
Investasi:
Alat Filtrasi 1 buah x Rp 71.400,- Rp71.400 Rp
Bak Penyaringan 1 buah x Rp 100.000,- Rp100.000 Rp
Total Aset Rp171.400
Air yang di gunakan 0,162m³/hari x Rp 500/m³ x 30 hari
pada proses biasa + (Rp 37.500/KwH) Rp39.930 Rp/bulan
Air yang di gunakan
pada opsi 1 0,1 m3/hari x Rp 500/m3 x 30 hari Rp1.500
Penghematan Air Rp38.430
PBP Rp 171.400:Rp 38.430 4,4 Bulan

Analisis finansial opsi pemanfaatan Whey menjadi Nata de Soya adalah sebagai berikut:
Opsi Perhitungan Jumlah Satuan
Investasi :
Wadah nampan 200 buah x Rp.5.000 Rp1.000.000 Rp/tahun
Kain serbet 200 buah x Rp.2.500 Rp500.000 Rp/tahun
Pisau 5 buah x Rp.15.000 Rp75.000 Rp/tahun
Total investasi Asumsi pembelian 1 kali dalam setahun Rp1.575.000 Rp/tahun
Rp131.250 Rp/bulan
Biaya tambahan:
Whey 65,875 kg/batch x Rp.0 Rp0 Rp/batch
Bibit Acetobacter xylinum 480ml/batch x Rp.65.000/500ml Rp62.400 Rp/batch
Urea 40gram/batch x Rp. 2.500/kg Rp10 Rp/batch
Gula pasir 1,6 kg/batch x Rp.7.000/kg Rp11.200 Rp/batch
Asam cuka 13 liter/batch x Rp.3.500/150ml Rp30.333 Rp/batch
Total biaya Tambahan 1 bulan melakukan 30 batch Rp103.943 Rp/batch
Rp3.118.300 Rp/bulan
Total biaya: Rp.131.250+Rp.3.118.300 Rp3.249.550 Rp/bulan
65,875kg/batch x 30 batch/bulan x
Hasil Penjualan: Rp2000/kg Rp3.952.500 Rp/bulan
Keuntungan: Rp.4.680.000-Rp.3.249.550 Rp702.950 Rp/bulan
PBP: Rp.1.575.000 : Rp. 702.950 2,24 bulan

Analisis finansial opsi pengolahan ampas kunyit & tahu untuk dijadikan berbagai produk
olahan (pakan ternak, substitusi makanan) adalah sebagai berikut:

Opsi Perhitungan Jumlah Satuan


Biaya tambahan:
Membeli kemasan 10 kg Rp 1000 x 10 buah x 30 hari Rp300.000 Rp/bulan
Rp 4000/kemasan x 10 buah
Hasil Penjualan x 30 tahun Rp1.200.000 Rp/bulan
PBP Rp 10000:Rp40000 0,25 bulan

Analisis finansial opsi pemanfaatan limbah cair tahu menjadi biogas untuk penghematan
penggunaan kayu bakar adalah sebagai berikut:

Opsi Perhitungan Jumlah Satuan


Investasi:
Penggalian dan pembuatan
reaktor biogas Rp.15.000.000 Rp15.000.000 Rp/20tahun
Penampung gas 2 Roll * Rp. 300.000 Rp600.000 Rp/5tahun
Tabung kontrol gas 2 Buah * Rp. 350.000 Rp700.000 Rp/5tahun
Pipa 5 Buah * Rp.100.000 Rp500.000 Rp/5tahun
Kompor 3 Buah * Rp.200.000 Rp600.000 Rp/5tahun
Total Investasi Asumsi umur peralatan 5 tahun Rp17.400.000 Rp
Biaya perawatan dan
operasional: Rp.3.000.000 Rp3.000.000 Rp/bulan
Keuntungan Biogas: Asumsi biogas yang dihasilkan Rp500.000 Rp/bulan
PBP: Rp.17.400.000:Rp.500.000 34,8 bulan

Analisis finansial opsi pembuatan tungku hemat energi adalah sebagai berikut:

Opsi Perhitungan Jumlah Satuan


Investasi:
Pembelian tungku hemat
energi Rp 1.000.000/ alat Rp1.000.000 Rp/bulan
Total Investasi Rp1.000.000 Rp/bulan
Penghematan kayu bakar +
minyak tanah Rp2.000/hari x 30 hari Rp60.000 Rp/bulan
PBP Rp 1.000.0000:Rp60.000 16,6 bulan

Analisis finansial opsi substitusi kayu bakar dengan batok kelapa adalah sebagai berikut:

Opsi Perhitungan Jumlah Satuan


Biaya tambahan dibanding
membeli kayu bakar Rp1.000/hari x 30 hari Rp30.000 Rp/bulan
Hasil penjualan arang Rp5.000/kg x 10kg Rp50.000 Rp/bulan
PBP Rp 30.000:Rp50.000 0,6 bulan

BAB IX
PENENTUAN SKALA PRIORITAS ALTERNATIF PRODUKSI BERSIH

Skala
Opsi Produksi Bersih
Prioritas
Pencucian bertahap 1
Filtrasi air bekas perendaman 2
Pemanfaatan whey menjadi Nata de Soya 3
Pengolahan ampas kunyit dan tahu sebagai produk olahan 2
Pemanfaatan limbah cair sebagai biogas 3
pembuatan tungku hemat energi 3
Substitusi kayu bakar dengan batok kelapa 1
Keterangan: 1 = Mudah Dilakukan
2 = Sulit Dilakukan
3 = Sangat Sulit Dilakukan

Penerapan opsi pencucian bertahap dan substitusi kayu bakar menempati skala prioritas
tertinggi. Sebab, penerapannya lebih mudah dibandingkan opsi lainnya. Walaupun opsi filtrasi
air bekas rendaman dan pengolahan ampas kunyit serta tahu memiliki nilai payback period yang
lebih kecil, penerapannya lebih sulit sebab membutuhkan pelatihan terlebih dahulu sebelumnya.
Opsi substitusi kay bakar dengan batok kelapa memiliki nilai payback period yang paling kecil,
sehingga akan lebih menguntungkan jika diterapkan.

BAB X
PENUTUP

Simpulan

Hasil kegiatan pelaksanaan metode Quick-Scan pada industri kecil pembuatan tahu
bertujuan untuk melihat potensi implementasi produksi bersih secara maksimal pada proses yang
diutamakan terlebih dahulu agar memberikan kondisi kerja yang ideal dan mengurangi jumlah
limbah yang dihasilkan. Limbah yang dihasilkan dari produksi tahu berupa limbah cair, semi
padat, dan berupa asap. Limbah cair dan semi cair dari hasil pengolahan tahu merupakan bahan
organik seperti protein, lemak, karbohidrat, dan mineral yang dapat menyebabkan gangguan
pada ekologi lingkungan dan menghasilkan bau yang tidak dan air yang keruh sehingga dapat
menyebabkan timbulnya penyakit atau kerusakan lingkungan pada area disekitarnya. Dengan
melakukan opsi penerapan produksi bersih akan dapat mengurangi dampak limbah terhadap
lingkungan, sosial, kesehatan, dan keamanan. Selain itu, dari penerapan produksi bersih yang
ditawarkan akan dapat menghemat secara ekonomis.

Saran

Sebaiknya dari pemilihan penerapan produksi bersih yang ditawakan dapat diterapkan
pada proses produksi tahu agar dapat menghemat biaya produksi dan megurangi limbah yang
dihasilkan. Selain itu, sebaiknya sanitasi pada proses prroduksi tahu lebih diperhatikan agar
kualitas tahu yang dihasilkan semakin baik.

DAFTAR PUSTAKA

Bruce N, Padilla RP, dan Albalak R. 2000. Indoor air pollution in developing countries: a major
environmental and public health challenge. Bull World Health Organ. Vol. 78: 1078–1092.

Purwanto. 2009. Penerapan Teknologi Produksi Bersih untuk Meningkatkan Efisiensi dan
Mencegah Pencemaran Industri. Semarang(ID): Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai