Terjadinya Pemberontakan DI
Terjadinya Pemberontakan DI
Maklumat NII
Penangkapan
Pemerintah mengeluarkan peraturan No. 59 Tahun 1958 yang berisikan tentang penumpasan DI/TII.
Dengan cara menerapkan taktik Pagar Betis, Taktik Pagar Betis ini dilakukan dengan menggunakan
tenaga rakyat dengan jumlah ratusan ribu untuk mengepung tempat persembunyian DI/TII untuk
mempersempit ruang gerak DI/TII. Tertangkapnya Kartosoewirjo ini menjadi awal mula teratasinya
pemberontakan DI/TII. Banyak dari mereka yang memutuskan untuk menyerah
Salah satu isi Perjanjian Renvile adalah pasukan RI dsri daerah-daerah yang berada di dalam garis van
Mook harus pindah ke daerah yang dikuasai RI. Perjanjian yang merugikan Indonesia membuka
peluang kartosuwiryo untuk mendirikan negara Islam. Laskar Hisbullah dan Sabilillah yang sudah
berada di bawah pengaruh Kartusuwiryo tidak mau dipindahkan dari jawa barat ke jawa tengah dan
malah membentuk Tentara Islam Indonesia (TII). Kekosongan kekuasaan RI di Jawa Baarat
dimanfaatkan Kartosuwiryo.
Mendengar adanya dukungan Batalyon 426 terhadap gerakan Darul Islam, Mayor Munawar dan
Kapten Sofyan mendapat perintah untuk menghadap ke markas Divisi Diponegoro untuk
diperiksa pada tanggal 7 Desember 1951. Hanya Kapten Sofyan yang datang ke markas
sedangkan Kapten Sofyan menolaknya. Kapten Sofyan mengakui bahwa tiga kompinya telah
bergabung dengan Darul Islam. [4]