Anda di halaman 1dari 2

A.

Latar Belakang Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat

Cikal bakal pemberontakan DI/TII yang meluas di beberapa wilayah Indonesia bermula
dari sebuah gerakan di Jawa Barat yang dipimpin oleh S.M. Kartosuwiryo. Ia dulu adalah salah
seorang tokoh Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Perjanjian Renville membuka peluang bagi
Kartosuwiryo untuk lebih mendekatkan cita-cita lamanya untuk mendirikan negara Islam.

Gerakan DI/TII Jawa Barat bermula ketika ditandatanganinya persetujuan/ perjanjian


Renville pada 17 Januari 1948. Akibat dari persetujuan itu, wilayah Indonesia yang diakui Belanda
semakin sempit dan pemerintah RI harus mengakui kedaulatan Belanda atas wilayah-wilayah yang
dikuasainya hingga terbentuk Negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Selain wilayah kedaulatan
RI berkurang, tentara gerilyawan RI yang berada diluar garis demarkasi Van Mook harus ditarik
mundur.

Akibat persetujuan Renville yang ditandatangani pada bulan Januari 1948, maka
kekuatan republik ditarik dari kantong-kantong gerilya, untuk berhimpun di Yogya. Divisi
Siliwangi dipindahkan ke Jawa Tengah karena Jawa Barat dijadikan negara bagian Pasundan
oleh Belanda.Namun, pasukan Hisbullah dan Sabilillah yang dipimpin oleh S.M. Kartosuwiryo
tidak mau untuk ikut pergi ke Jawa Tengah, malahan dia membentuk sebuah pasukan yang mana
semuanya dijadikan sebagai Tentara Islam Indonesia. Markas utama dari pasukan tersebut berada
di Gunung Cepu.
B. Tujuan Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat
Sekar Marijan Kartosuwiryo mendirikan Darul Islam (DI) dengan tujuan menentang
penjajah Belanda Di Indonesia. Akan tetapi, setelah semakin kiat Tujuan Pemberontakan DI/TII
ini tidak lain adalah untuk mendirikan negara sendiri (Berlandaskan Islam) yang terpisah dari
Republik Indonesia
C. Kronologis Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat
Dalam kehidupannya, Kartosuwiryo mempunyai cita-cita untuk mendirikan Negara Islam
Indonesia. Untuk memujudkan cita-citanya, Kartosuwiryo mendirikan sebuah pesantren di
Malangbong Garut, yaitu Pesantren Sufah. Pesantren Sufah selain menjadi tempat menimba ilmu
keagamaan juga dijadikan sebagai tempat latihan kemiliteran Hizbullah dan Sabillah.
Sejak perjanjian Renville ditandatangani pada tanggal 8 Desember 1947, pasukan TNI
harus meninggalkan wilayah Jawa Barat dan hijrah ke Jawa Tengah. Sekarmadji Maridjan
Kartosuwiryo dan pasukannya yang terdiri atas Hizbullah dan Sabilillah menolak persetujuan
Renville. Ia menolak untuk memundurkan pasukannya ke Jawa Tengah dan sejak saat itu ia tidak
lagi mengakui keberadaan RI. Kemudian Kartosuwiryo membentuk Gerakan Darul Islam dan
seluruh pasukannya dijadikan Tentara Islam Indonesia. Markas Besar Kartosuwiryo didirikan di
Gunung Cepu. Pemberontakan DI/TII ini bertujuan untuk mendirikan negara sendiri yang
terpisah dari Republik Indonesia. Kemudian pada tanggal 7 Agustus 1949 Kartosuwiryo
memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII).
Dengan kembalinya pasukan TNI (Divisi Siliwangi) dari Yogyakarta merupakan
ancaman bagi kelangsungan da tercapainya cita-cita Kartosuwiryo. Oleh karena itu, pasukan
Siliwangi yang kembali dari Hijrah harus dihancurkan agar tidak masuk ke wilayah Jawa Barat.
Kemudian, terjadilah bentrokan antara pasukan DI/TII Kartosuwiryo dan pasukan TNI yang baru
pulang dari hijrah. Apa yang dilakukan Kartosuwiryo tersebut merupakan penyimpangan dari
cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan merupakan pemberontakan terhadap
pemerintah negara RI yang sah.

Anda mungkin juga menyukai