Anda di halaman 1dari 122

PERAN NOTARIS DALAM PELAKSANAAN IZIN LOKASI BAGI

PELAKU USAHA PERUMAHAN ATAU INDUSTRI MELALUI SISTEM


ONLINE SINGLE SUBMISSION (OSS) BERBASIS RESIKO DI BADAN
PERTANAHAN NASIONALKABUPATEN SEMARANG

TESIS

Oleh :

AYU AGUSTINA

NIM : 21302000114
Program Studi : Magister Kenotariatan

PROGRAM MAGISTER (S2) KENOTARIATAN (M.Kn)


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
SEMARANG
2022

i
LAMAN JUDUL
PERAN NOTARIS DALAM PELAKSANAAN IZIN LOKASI BAGI
PELAKU USAHA PERUMAHAN ATAU INDUSTRI MELALUI SISTEM
ONLINE SINGLE SUBMISSION (OSS) BERBASIS RESIKO DI BADAN
PERTANAHAN NASIONALKABUPATEN SEMARANG

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar


Magister Kenotariatan (M.Kn)

Oleh :

AYU AGUSTINA

NIM : 21302000114
Program Studi : Magister Kenotariatan

PROGRAM MAGISTER (S2) KENOTARIATAN (M.Kn)


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
SEMARANG
2022

ii
HALAMAN PERSETUJUAN
PERAN NOTARIS DALAM PELAKSANAAN IZIN LOKASI BAGI
PELAKU USAHA PERUMAHAN ATAU INDUSTRI MELALUI SISTEM
ONLINE SINGLE SUBMISSION (OSS) BERBASIS RESIKO DI BADAN
PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN SEMARANG

Oleh :
AYU AGUSTINA
NIM : 21302000114
Program Stui : Magister (S2) Kenotariatan (M.Kn)

Disetujui Oleh :
Pembimbing,
Tanggal,

Dr. H. Achmad Sulchan, S.H.,M.H


NIDN : 0631035702

Mengetahui,
Ketua Program Magister (S2) Kenotariatan (M.Kn.)

Dr. Jawade Hafidz, S.H.,M.H


NIDN : 0620046701

iii
HALAMAN PENGESEAHAN
PERAN NOTARIS DALAM PELAKSANAAN IZIN LOKASI BAGI PELAKU
USAHA PERUMAHAN ATAU INDUSTRI MELALUI SISTEM ONLINE SINGLE
SUBMISSION (OSS) BERBASIS RESIKO DI BADAN PERTANAHAN
NASIONAL KABUPATEN SEMARANG

Oleh :
AYU AGUSTINA
NIM : 21302000114
Program Stui : Magister (S2) Kenotariatan (M.Kn)

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji


Pada Tanggal 31 Agustus 2022
Dan Dinyatakan LULUS.

Tim Penguji
Ketua,

Dr. JAWADE HAFIDZ, S.H., M.H


NIDN. 0620046701
Anggota

Dr. H. Achmad Sulchan, S.H., M.H


NIDN : 8937840022
Anggota

Dr. Taufan Fajar Riyanto, S.H., M.Kn


NIDN : 8905100020

Mengetahui,
Ketua Program Magister (S2) Kenotariatan

Dr. Jawade Hafidz, S.H.,M.H


NIDN : 0620046701

iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :AYU AGUSTINA


NIM :21302000114
Program Studi :Magister (S2) Kenotariatan (M.Kn)

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan tesis ini berjudul


“PERAN NOTARIS DALAM PELAKSANAAN IZIN LOKASI BAGI
PELAKU USAHA PERUMAHAN ATAU INDUSTRI MELALUI SISTEM
ONLINE SINGLE SUBMISSION (OSS) BERBASIS RESIKO DI BADAN
PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN SEMARANG” adalah hasil
penelitian/karya sendiri atau pada bagian-bagian yang telah dirujuk sumbernya.

Semarang, 01 September 2022


Yang membuat pernyataan

AYU AGUSTINA

v
PERSYARATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :AYU AGUSTINA


NIM :21302000114
Program Studi :Magister (S2) Kenotariatan (M.Kn)

Dengan ini menyerahkan karya ilmiah berupa tugas akhir/Tesis dengan


judul : “PERAN NOTARIS DALAM PELAKSANAAN IZIN LOKASI BAGI
PELAKU USAHA PERUMAHAN ATAU INDUSTRI MELALUI SISTEM
ONLINE SINGLE SUBMISSION (OSS) BERBASIS RESIKO DI BADAN
PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN SEMARANG” dan
menyetujuinya menjadi hak milik Universitas Islam Sultan Agung serta
memberikan Hak Bebas Royalti Non-ekslusif untuk disimpan, dialihmediakan,
dikelola dalam pangkalan data, dan dipublikasikannya di Internet atau media lain
untuk kepentingan akademis selama tetap mencantumkan nama penulis sebagai
pemilik Hak Cipta.
Pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh.Apabila dikemudian
hari terbukti ada pelanggaran Hak Cipta/Plagiarisme dalam karya ilmiah ini,maka
segala bentuk tuntutan hukum yang timbul akan saya tanggung secara pribadi
tanpa melibatkan pihak Universitas Islam Sultan Agung (UNISULA).
Semarang, 01 September 2022
Yang membuat pernyataan

AYU AGUSTINA

vi
ABSTRAK

Online Single Submission Risk Based Approach (OSS-RBA) merupakan


sistem perizinan yang baru berdasarkan PP Nomor 24 Tahun 2018 yang telah
diperbaharui pada Agustus 2021 berbeda dengan OSS versi 1.1, OSS RBA
perizinan berusaha berdasarkan resiko dan skala kegiatan usaha sehingga
memudahkan pelaku UMKM dengan tingkat usaha rendah untuk mengantongi
perizinan berusaha dengan mudah. Seperti halnya untuk pengurusan Izin Lokasi
atau yang sekarang disebut dengan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
(KKPR). Perumusan masalah dalam tesis ini adalah Peran notaris dalam
pelaksanaan perizinan usaha melalui sistem OSS-RBA menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Sifat penelitian dalam penulisasn dalam tesis ini adalah yuridis normatif.
Sumber data penelitian hukum diperoleh dari kepustakaan. Teknik Penelitian studi
kepustakaan dan studi lapangan.
Pengaturan tentang Izin Lokasi atau yang sekarang disebut dengan KKPR
wajib dilakukan melalui sistem OSS-RBA untuk dan atas nama menteri, pimpinan
lembaga, gubernur, atau bupati/walikota. Ketentuan tersebut tidak menghilangkan
kewenanganBKPM mengoordinasikan dan melaksanakan PTSP. Dengan sistem
OSS-RBA,perizinan berusaha akan berubah melalui satu kantor dan secara online.
Sistemtersebut akan terintegrasi dan melengkapi sistem PTSP. Perizinan berusaha
padasistem OSS-RBA mengharuskan pelaku usaha atau investor mengajukan
permohonanperizinan berusaha hanya ke PTSP. Seluruh data perizinan berusaha
yangditujukan kepada kementerian/lembaga/pemerintah berada dalam 1 (satu)
sistemOSS, sehingga investor tidak perlu melakukan registrasi ulang saat
mengurusperizinan lain.
Kewenangan notaris dalam pengurusan Izin Lokasi/KKPR melalui
onlinesingle submition menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Notaristidak memiliki kewenangan dalam menjalankan OSS, hal ini dikarenakan
sistemOSS-RBA bisa dijalankan oleh setiap orang yang ingin mendaftarkan badan
usaha.Namun kewenangan notaris dalam pengisian data izin usaha terintegrasi
secaraelektronik merupakan kewenangan yang diperoleh melalui pemberian kuasa
olehpelaku usaha. Mekanisme pengurusan perizinan usaha setelah berlakunya
OSS,pengusaha dapat mengakses dengan sendiri terhadap pendaftaran
perizinanberusaha, pengusaha memangkas waktu dan birokrasi serta mendukung
programpemerintah yaitu percepatan berusaha.

Kata Kunci : Peran Notaris, Pendaftaran Izin Lokasi/KKPR, OSS-RBA

vii
ABSTRACT

Online Single Submission Risk Based Approach (OSS-RBA) is a new licensing


system based on PP Number 24 of 2018 which was updated in August 2021,
different from OSS version 1.1, OSS RBA permits business based on risk and scale
of business activities, making it easier for MSME actors with a low level of low
effort to get a business license easily. As is the case for the management of
Location Permits or what is now called the Suitability of Spatial Utilization
Activities (KKPR). The formulation of the problem in this thesis is the role of a
notary in the implementation of business licensing through the OSS-RBA system
according to the applicable laws and regulations.
The nature of the research in the writing of this thesis is normative juridical.
Sources of legal research data obtained from the literature. Research techniques
library studies and field studies.
Arrangements regarding Location Permits or what is now called KKPR must be
carried out through the OSS-RBA system for and on behalf of the minister, head
of institution, governor, or regent/mayor. This provision does not eliminate the
authority of BKPM to coordinate and implement PTSP. With the OSS-RBA
system, business licensing will change through one office and online. The system
will be integrated and complement the PTSP system. Business licensing in the
OSS-RBA system requires business actors or investors to apply for business
licenses only to PTSP. All business licensing data addressed to
ministries/agencies/government are in 1 (one) OSS system, so investors do not
need to re-register when taking care of other permits.
The authority of a notary in managing Location Permits/KKPR through online
single submission according to the applicable laws and regulations. Notaries do
not have the authority to run OSS, this is because the OSS-RBA system can be run
by anyone who wants to register a business entity. However, the authority of a
notary in filling out integrated business license data electronically is an authority
that is obtained through the granting of power of attorney by business actors. The
mechanism for managing business licenses after the implementation of the OSS,
entrepreneurs can independently access the registration of business licenses,
entrepreneurs cut time and bureaucracy and support the government's program,
namely the acceleration of business.
Keywords: Role of Notary, Location Permit Registration/KKPR, OSS-RBA

viii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Tiada ungkapan yang pantas saya ucapkan selain rasa puji syukur
kehadirat Allah SWT. Dengan rahmat dan hidayah-Nya, penyusunan tesis ini
dapat selesai. Sholawat beserta salam sebagai ungkapan kebahagiaan penulis atas
selesainya penyusunan tesis ini kehadirat Nabi Muhammad SAW, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “PERAN NOTARIS DALAM
PELAKSANAAN IZIN LOKASI BAGI PELAKU USAHA PERUMAHAN
ATAU INDUSTRI MELALUI SISTEM ONLINE SINGLE SUBMISSION
(OSS) BERBASIS RESIKO DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL
KABUPATEN SEMARANG”. Tesis ini disusun guna untuk memenuhi salah
satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program Magister (S2) Program
Studi Magister Kenotariatan (M.Kn), Universitas Islam Sultan Agung
(UNISULA).
Dalam kesempatan pengantar ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih pada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, baik moral, material
dan fasilitas terhadap penulis pada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Gunarto, S.H., S.E., Akt, M.Hum selaku Rektor
Universitas Islam Sultan Agung (UNISULA) Semarang.
2. Bapak Dr. Bambang Tri Bawono, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Islam Sultan Agung (UNISULA) Semarang.
3. Bapak Dr. Jawade Hafidz, S.H.,M.H, selaku Ketua Program Magister
Notariat Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung (UNISULA)
Semarang.
4. Bapak Dr. H. Achmad Sulchan, S.H.,M.H, selaku Dosen Pembimbing
Tesis saya yang berkenan membimbing saya hingga tesis saya dapat
selesai dengan baik.
5. Bapak Roberto Verhoeven, S.H., M.Kn terimakasih atas segala
dukungan dan supportnya sehingga saya bisa mendapatkan gelar
Magister ini, dan terimakasih pula sudah memberikan kesempatan
untuk menjalankan pendidikan Magister Kenotariatan di Universitas
Islam Sultan Agung (UNISULA) Semarang.

ix
6. Tim Penguji, yang berkenan memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun dalam penyusunan tesis ini.
7. Bapak/Ibu Dosen Pengajar Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Islam Sultan Agung Semarang, atas bantuan dan
pemberian ilmu yang berguna selama mengikuti proses perkuliahan
atas bimbingan,kritik dan saran yang diberikan selama ini.
8. Staff Pengajar dan Karyawan serta petugas perpustakaan Magsitet
Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung
Semarang, atas segala bantuannya selama ini.
9. Kepada semua pihak yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu,
terima kasih telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
tesis ini, sehingga perlu adanya kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk
menyempurnakan tesis ini. Semoga ALLAH SWT membalas budi baik dan
amalannya yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap penelitian ini
berguna bagi Civitas Akademika Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan
Agung Semarang pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Semarang, 01 September 2022


Penulis

AYU AGUSTINA

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii
HALAMAN PENGESEAHAN ............................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ..................................................................... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 10

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 10

D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 11

E. Kerangka Konseptual ............................................................................. 12

F. Kerangka Teori ....................................................................................... 15

G. Metode Penelitian ................................................................................... 21

H. Sistematika Penulisan ............................................................................. 26

BAB II ................................................................................................................... 29
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 29
A. Tinjauan Umum Tentang Peran Notaris ...................................................... 29
1. Pengertian Notaris .................................................................................. 29

2. Organisasi Notaris .................................................................................. 31

3. Hak (Kewenangan), Kewajiban, dan Larangan Notaris ......................... 32

B. Tinjauan Umum Tentang Izin Lokasi/KKPR melalui sistem OSS RBA .... 37

xi
1. Sejarah OSS di Indonesia Sejarah OSS di Indonesia ............................. 37

2. OSS Versi 1.0 ......................................................................................... 38

3. OSS Versi 1.1 ......................................................................................... 40

4. OSS-RBA(Online Single Submission-Risk Based Approach)............... 41

5. Izin Lokasi atau KKPR ........................................................................... 45

C. Tinjauan Umum Perseroan Terbatas / Badan Hukum ................................. 52


1. Pengertian Perseroan Terbatas ............................................................... 52

2. Organ Perseroan Terbatas....................................................................... 53

D. Tinjauan Umum Tentang Developer ........................................................... 56


1. Pengertian ............................................................................................... 56

2. Hak, Kewajiban dan Tanggung Jawab Developer ................................. 58

E. Perspektif Islam Tentang Tanah; ................................................................. 61


1. Konsepsi Hukum Tanah Adat di Indonesia ............................................ 61

2. Hak Penguasaan Atas Tanah Menurut Hukum Islam............................. 62

BAB III.................................................................................................................. 69
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................... 69
A. Peran Notaris dalam pelaksanakan izin lokasibagi pelaku usaha perumahan
atau industri melalui Sistem Online Single Submission-Risk Based
Approach (OSS-RBA) berbasis resiko di Badan Pertanahan Nasional
Kabupaten semarang.................................................................................... 69
B. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Izin Lokasi bagi pelaku usaha
perumahan atau industri melalui Sistem Online Single Submission-Risk
Based Approach (OSS-RBA) berbasis resiko di Badan Pertanahan
Kabupaten Semarang dan solusinya. ........................................................... 97
BAB IV ............................................................................................................... 103
PENUTUP ........................................................................................................... 103
A. Kesimpulan ........................................................................................... 103

B. Saran ..................................................................................................... 104

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 106

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semakin berkembangnya teknologi komunikasi dijaman era

milenal, sistem perizinan di Indonesia telah terjadi banyak perubahan. Hal

inilah yang menjadikan setiap individu harus menyesuaikan dengan

kemajuan-kemajuan teknologi yang semakin hari semakin berkembang.

Pada dasarnya sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, meletakkan

pelayanan sebagai dasar membangun hubungan birokrasi antara Negara

dengan masyarakat. Yang mereka letakkan dalam sistem pemerintahan

pelayanan sebagai bentuk tercapainya tujuan bersama sudah pasti harus

mendapatkan perhatian khusus demi tercapainya cita-cita bangsa.

Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan pelayanan kepada masyarakat yang masuk dalam

kerangka Negara Indonesia sebagai welfage state dengan tujuan bestuur

zorg dan juga pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009

Tentang Pelayanan Publik. Pemerintah sebagai perangkat negara harus

mampu menyelenggarakan pelayana publik yang baik kepada masyarakat.

Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009

Tentang Pelayanan Publik Pasal 4 huruf L mengenai Kecepatan,

kemudahan dan keterjangkauan.

1
Notaris sebagai pejabat umum yang menjalankan profesi dalam

memberikan jasa hukum kepada masyarakat, perlu mendapatkan

perlindungan dan jaminan demi tercapainya kepastian hukum. Jaminan

perlindungan dan jaminan tercapainya kepastian hukum terhadap

pelaksanaan tugas notaris telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN). Namun, beberapa

ketentuan dalam Undang-Undang tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan

perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat, sehingga perlu

dilakukan perubahan, yang juga dimaksudkan untuk lebih menegaskan dan

memantapkan tugas, fungsi, dan kewenangan notaris sebagai pejabat yang

menjalankan pelayanan publik, sekaligus sinkronisasi dengan undang-

undang lain.1

Fungsi profesi notaris sebagai pejabat umum sangat dibutuhkan

keberadaannya sebagai tempat bagi masyarakat guna memperoleh nasihat

serta segala sesuai yang ditulis dan ditetapkan oleh notaris (konstatir)

adalah benar serta dapat dikatakan bahwa seorang notaris merupakan

pembuat dokumen terkuat dan memiliki sifat pembuktian yang sempurna

dalam suatu proses penegakan hukum. Perkembangan era globalisasi

menerjang semua negara, dan perkembangan ini menuntut agar para

noatris senantiasa up to datedalam perkembangan tentang media teknologi

yang terbaru dikaitkan dengan keperdataan. Perkembangan era globalisasi

1
Permatasari, E. (2017). Peran dan Tanggung Jawab Notaris Terhadap Pelaksanaan Pendaftaran
Badan Hukum Perseroan Terbatas Melalui Sistem Online. Jurnal Akta Vol 4 Nomor 3, 401.

2
dalam hal krisis keuangan global merupakan topik isu utama di seluruh

belahan dunia yang terjadi sejak tahun 1997, dan hal ini terjadi sehingga

sampai saat ini, dan notaris dituntut untuk menghadapi tantangan

perkembangan era globalisasi tersebut.2

Notaris selaku pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta

autentik melalui UUJN, peran notaris sangat penting dalam mengawal dan

memastikan berjalannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal (UU Penanaman Modal), Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU Perseroan Terbatas), Perpres

Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan

Bidang Usaha yang Terbuka dan Peraturan pelaksana lainnya agar sesuai

dengan apa yang diinginkan pemerintah dalam memberikan hak

penanaman modal yaitu kepastian hukum berupa Akta Autentik dari

notaris yang diatur dalam Pasal 14 huruf a UU Penanaman Modal.3

Dewasa ini pelayanan publik yang dilakukan pemerintah masih

banyak dijumpai kelemahan-kelemahan, sehingga belum dapat memenuhi

kualitas yang diharapkan masyarakat. Oleh karena itu, seiring dengan

perkembangannya kemajuan teknologi di era sekarang ini, maka

perkembangan dan kemajuan dibidang pelayanan publik perlu adanya

peningkatan demi terwujudnya optimalisasi efektifitas dan efisiensi yang

lebih baik. Pemerintah Indonesia berupaya untuk meningkatkan efesiensi

2
Yulia, A. (April 2019). Profesi Notaris di Era Industrialisasi dalam Perspektif Transendesi
Pancasila, Jurnal Law and Justice. Vol 4 No 1, 57.
3
Yusrizal. (2018, Juli 3). Peran Notaris dalam Mendorong Terciptanya Kepastian Hukum bagi
Investor dalam Investasi Asing. Lex Renaissance, 362

3
pelayanan kepada masyarakat dalam hal izin berusaha salah satu ialah

dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018

tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau

yang lebih dikenal dengan Online Single Submission (OSS), dan yang kini

telah diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021

tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Resiko.

Perizinan merupakan instrumen kebijakan pemerintah/Pemerintah

Daerah (Pemda) yuntuk melakukan pengendalian atas eksternalitas negatif

yang mungkin ditimbulkan oleh aktivitas sosial maupun ekonomi. Izin

juga merupakan instrumen untuk perlindungan hukum atas kepemilikan

atau penyelenggara kegitan. Sebagai instrumen pengendalian perizinan

memerlukan rasionalitas yang jelas dan tertuang dalam bentuk kebijakan

sebagai bahan acuan. Tanpa rasionalitas dan desain kebijakan yang jelas,

perizinan akan kehilangan maknanya sebagai instrumen untuk membela

kepentingan koperasi atas tindakan yang berdasarkan atas tindakan

individu.4

Pelaku Usaha adalah Orang Perseroangan atau Badan Usaha yang

melakukan usaha dan/atau kegiatan pada bidang tertentu. Notaris

merupakan pejabat public yang menjalankan profesi dalam pelayanan

hukum kepada masyarakat, guna memberi perlindungan dan jaminan

hukum demi tercapainya kepastian hukum dalam masyarakat. Sebagian

pelaku usaha untuk mendirikan sebuah Badan Usaha/badan Hukum itu

4
Sutedi, A. (2017). Hukum Perizinan : Dalam Sektor Pelayanan Publik. Jakarta: Sinar Grafika, h v

4
harus melewati Notaris selaku Pejabat Umum yang berwenang untuk

mendirikan Badan Usaha/Badan Hukum. Pastinya pelaku usaha

kebanyakan untuk sekalian pengurusan ke Perizinan Usaha yang

notabennya Notaris hanya bisa membantu mengesahkan atau melegalkan

suatu usaha. Secara tidak langsung Notaris harus andil didalam Perizinan

Berusaha yang harus membantu si Pelaku Usaha untuk mencapai kepastian

hukum.

Izin adalah instrumen yuridis yang berdasarkan pada peraturan-

peraturan perundang-undangan, prosedur, dan persyaratan tertentu yang

digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi para warga agar mau

mengikuti cara yang dianjurkan guna mencapai suatu tujuan konkret. Pada

dasarnya izin merupakan keputusan pejabat atau badan usaha negara yang

berwenang.5

Kepastian Hukum adalah merupakan salah satu tujuan utama

didalam konsep negara hukum selain adanya tujuan lain yaitu untuk

tercapainya ketertiban hukum maupun ketertiban masyarakat. 6 Negara

Indonesia adalah negara hukum sebagaimaan yang ditetapkan dala Pasal 1

ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara republik Indonesia Tahun 1945

(UUD 1945) artinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di

Indonesia harus didasarkan kepada hukum, bukan kepadakekuasaan.

Kepastian Hukum dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada

5
Ibid, h 173
6
Azhari, T. (2007). Negara Hukum Suatu Studi Tentang Prinsip-Prinsipnya. Dilihat dari segi
Hukum Islam, implementasinya Pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini. Jakarta:
Kencana Prenada Media, h 88

5
masyarakat dalam mempertahankan hak-haknya. Hak-Hak dimaksud

adalah hak-hak yang sempurna yaitu hak-hak yang cakupannya jelas,

tetap, dan tertentu, yang ditandai dengan pemenuhan kewajiban yang

sempurna.7

Dalam rangka percepatan dan peningkatan penanaman modal

berusaha, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No 24 Tahun

2018 pada 21 Juni 2018. Menko Perekonomian Darmin nasution

menyatakan pemerintah terus melakukan perbaikan iklim usaha, antara

lain dengan mengintegrasikan proses perizinan sebagaimana diamanatkan

PP No. 04 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha

Terintegerasi Secara Elektronik (PP No 24 Tahun 2018). Pemerintah

berkomitmen lebih fokus pada penyelenggaraan program reformasi yang

lebih mendasar mencakup aspek regulasi, proses bisnis, dan sitem layanan,

sehingga pelaku usaha lebih merasakan manfaatnya. Dengan adanya PP

No 24 Tahun 2018 maka izin prinsip penamaman modal digantikan oleh

Nomor Induk Berusaha (NIB) yang berfunsgi sebagai Tanda Daftar

Perusahaan (TDP). Selain itu, kementrian dan pemerintah daerah tidak lagi

berwenang menerbitkan izin yang terdapat dalam lampiran PP No 24

tahun 2018. Pengurusan perizinan berusaha terintegerasi secara elektronik

diluncurkan secara resmi oleh Kementrian Koordinator Bidang

Perekonomian (Kemenko) pada 9 Juli 2018. 8 Notaris dituntut untuk

mengikuti juga menyesuaikan perkembangan era globalisasi yang terjadi


7
Darji Darmodiharjo., Et. al. (2000). Pokok-Pokok Filsafat Hukum (apa dan Bagaimana Hukum
Indonesia). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, h 184
8
Ibid, h 2

6
pada saat ini, hal ini dikarenakan adanya hubungan keperdataan yang

dapat terjadi transaksi yang dilakukan secara media elektronik atau

transaksi yang dilakukan secara online, serta semakin banyak mengalami

perkembangan dan saling terintegrasi satu sama lainnya, sebagai contoh

adalah hubungan anatar Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusi yang

terintegerasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,

hubungan ini terintegerasi melalui sistem perizinan yaitu Online Single

Submission (OSS) dengan PP Nomor 24 Tahun 2018. 9 Dengan melalui

banyak evaluasi terkait sitem yang diluncurkan pemerintah. Sistem OSS

mengalami pembaharuan yaitu diluncurkannya sistem OSS terbaru

yaitu Sistem Online Single Submission-Risk Based Approach (OSS-

RBA) oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 09 Agustus

2021. Sistem ini diharapkan dapat mernjadi platform layanan perizinan

yang terintegrasi, terpadu, dengan paradigma perizinan berbasis resiko

untuk meningkatkan tranparansi, keterbukaan dan keterjaminan dalam

mendapatkan izin berusaha bagi para pelaku usaha di Indonesia. Beda

dengan sistem OSS 1.1 yang tidak mendasarkan perizinan pada resiko dan

skala kegiatan usaha, sistem OSS RBA ini nantinya akan menilai

permohonan perizinan berusaha pada tingkatan resiko dan besaran skala

kegiatan usaha. Sistem OSS RBA dibangun menyesuaikan dengan UU

Cipta Kerja Nomor 11 Tahun 2020 agar dapat mendorong lebih kuat

lagi semangat penyederhana (pengurangan izin) melalui penetapan KBLI

9
Aris Yulia, Op. Cit, h 61

7
yang berbasis resiko dan Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016

tentang Daftar Bidang Usaha yang tertutup dan Bidang Usaha yang

terbuka dengan persyaratan di Bidang Penanaman Modal (DNI) sebagai

basis dalam izin. Berbasis pada resiko sesuai dengan Peraturan Pemerintah

nomor 5 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis

Resiko, penetapan KBLI yang berbasis Resiko dibagi atas emapt tingkat

resiko, yaitu : Kegiatan Usaha dengan Tingkat Resiko Rendah, Resiko

menengah Rendah, Resiko Menengah Tinggi, dan Resiko Tinggi.

Khususnya bagi Pelaku Usaha Badan Usaha/Badan Hukum yang

bergerak di bidang Perumahan atau Industri, banyak yang harus ditempuh

untuk mendapatkan Izin Lokasi perusahaan. Karena perizinan yang telah

dikeluarkan tahun lalu tentang Izin Lokasi yang masih rancu untuk

didapatkan terkait tentang pendaftaran Online Single Submission-Risk

Based Approach (OSS-RBA)yang masih dalam evaluasi system. Dalam

hal ini, pemerintah melalui Menteri Agraria dan tata Ruang/Kepala Badan

Pertanahan Nasional mengeluarkan Permen ATRBPN Nomor 12 Tahun

2021 Tentang Pertimbangan Teknis Pertanahan. Dalam Peraturan ini

dijelaskan Tentang Pertimbangan Teknis Pertanahan mengatur kembali

pelaksanaan pengakuan dan penyelenggaraan penguasaan, pemilikan,

penggunaan dan pemanfaatan tanah yang adil dan berkelanjutan.

Dengan adanya Online Single Submission-Risk Based Approach

(OSS-RBA)ini diharapkan memudahkan bagi para pencari izin usaha

karena berasaskan mudah dan dapat diakses kapanpun dan dimanapun

8
sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018

Pasal 96 ayat a sampai c tentang Penyediaan Peralatan untuk pelaksanaan

system OSS, lalu jaringan system OSS dan Sumber Daya manusia untuk

pelaksanaan Sistem OSS-RBA. Tetapi faktanya Peraturan Pemerintah

yang ditetapkan Presiden Joko Widodo pada tanggal 21 Juni 2018 yang

mengatur tentang OSS ini dan yang telah diperbaharui Peraturan

Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 Tentang Pedoman dan Tata Cara

Pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis Resiko ternyata masih banyak

mengalami kendala dari pelaku usahanya maupun dari dinas yang

menaungi pelaksanaan izin dalam Online Single Submission-Risk Based

Approach (OSS-RBA) yaitu pemahaman dalam penggunaan system

Online Single Submission-Risk Based Approach (OSS-RBA) ini masi

lemah, baik dari satgas maupun para pengusaha. Dan juga susahnya akses

bagi pelaku usaha untuk memperoleh Izin Lokasi, dan saat ini Izin Lokasi

telah diubah menjadi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang

(KKPR) merupakan salah satu persyaratan dasar yang wajib dipenuhi oleh

seluruh pelaku usaha.

Dengan munculnya beberapa permasalahan tersebut penulis ingin

mengkaji lebih lanjut tentang permasalahan yang ada didalam pelayanan

perizinan Permohonan Izin Lokasi atau yang sekarang disebut Kesesuaian

Kegiatan Pemanfataan Ruang (KKPR) melalui Sistem Online Single

Submission-Risk Based Approach (OSS-RBA) di Kantor Badan

Pertanahan Kabupaten Semarang.

9
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang diatas penbulis tertarik

untuk melakukan penelitian hokum dengan mengangkat permasalahan

mengenai “PERAN NOTARIS DALAM PELAKSANAAN IZIN

LOKASI BAGI PELAKU USAHA PERUMAHAN ATAU INDUSTRI

MELALUI SISTEM ONLINE SINGLE SUBMISSION (OSS)

BERBASIS RESIKO DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL

KABUPATEN SEMARANG”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut,maka dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaima Peran Notaris dalam pelaksanakan izin lokasibagi pelaku

usaha perumahan atau industri melalui Sistem Online Single

Submission-Risk Based Approach (OSS-RBA) berbasis resiko di

Badan Pertanahan Nasional Kabuapten semarang ?

2. Bagiama hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Izin Lokasi bagi

pelaku usaha perumahan atau industri melalui Sistem Online Single

Submission-Risk Based Approach (OSS-RBA) berbasis resiko di

Badan Pertanahan Kabupaten Semarang dan solusinya ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang dicapai dari Penelitian ini adalah memperoleh

jawaban atas Permasalahan yang telah diuraikan dalam rumusan maslaah,

yaitu :

10
1. Untuk mengetahui dan menganalisis peran Notaris dalam pelaksanaan

Izin Lokasi bagi pelaku usaha perumahaan atau industri melalui sistem

terbaru yaitu Sistem Online Single Submission-Risk Based Approach

(OSS-RBA) berbasis resiko di Badan Pertanahan Nasional Kabupaten

Semarang.

2. Untuk mengetahui dan menganalisisis hambatan-hambatan dalam

pelaksanaan izin lokasi bagi pelaku usaha perumahan atau Industri

melalui Sistem Online Single Submission-Risk Based Approach (OSS-

RBA) berbasis resiko di Badan Pertanahan Kabupaten Semarang dan

solusinya.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan beberapa

manfaat secara teoritis dan praktis, yatu sebagai berikut :

1. Manfaat secara Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

sumbangan pemikiran bagi pengembang ilmu hukum pada

umumnya untuk memberikan informasi mengenai peran dan fungsi

dalam pelaksnakan sistem terbaru OSS yaitu Sistem Online Single

Submission-Risk Based Approach (OSS-RBA) berbasis resiko.

b. Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan kepustakaan maupun

referensi bagi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat secara Praktis

11
Hasil penelitian ini diharapkan juga mampu memberikan sumbangan

secara praktis, yaitu :

a. Pemerintah;

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan

pemikiran dan saran bagi pengembangan ilmu hukum, khusunya

peran dan fungsi notaris dalam pelaksanaan sistem perizinan

Online Single Submission-Risk Based Approach (OSS-RBA).

b. Praksitisi Hukum

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada

praktisi hukum khususnya berkaitan dengan peran dan fungsi

notaris dalam pelaksanaan sistem perizinan Online Single

Submission-Risk Based Approach (OSS-RBA).

c. Masyarakat;

Bagi masyarakat khusunya Pelaku Usaha, penelitian ini diharapkan

mampu memberikan pengetahuan kepada masyarakat agar kebih

memahamii pentingknya bagi mengetahui peran dan fungsi notaris

dalam pelaksnaan sistem perizinan Online Single Submission-Risk

Based Approach (OSS-RBA).

E. Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan

antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah uang ingin

diteliti. Kerangka konsep ini untuk menggabungkan atau menjelaskan

secara panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas. Kerangka ini

12
didapatkan dari konsep ilmu/teori yang dipakai sebagai landasan penelitian

yang didapatkan di bab tinjauan pustaka atau merupakan ringkasan dari

tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variable yang di

teliti.10

Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus

didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh

hasil penelitian ini yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan yaitu :

a. Peran adalah aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang

melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai derngan kedudukannya,

maka ia menjalankan suatu peranan.11

b. Notaris adalah orang yang mendapat kuasa dari pemerintah untuk

mengesahkan dan menyaksikan berbagai surat perjanjian, surat wasiat,

akta dan sebagainya.12

c. Sistem merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian yang

disebut subsistem yang berkaitan dengan tujuan untuk mencapai

tujuqan-tujuan tertentu.13

d. Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan

bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-

kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat.14

e. Pelaku Usaha adalah perseorangan atau non perseorangan yang

melakukan usaha dan/atau kegiatan pada bidang tertentu.15

10
(Kerangka Konsep dan kerangka Teori, 2022)
11
Soerjono Soekanto,Teori Peranan, Bumi Aksara, Jakarta 2002, h 243
12
J.C.T.Simorangkir, Kamus Hukum, Aksara Baru, Jakarta, 2013, h 53
13
Zaki Baridwan, Intermediate Accounting, BPFE. Yogyakarta, 2010, h 4
14
Adrian Sutedi, Op.Cit., h 27

13
f. Online Single Submissionadalah perizinan berusaha yang diterbitkan

oleh lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga,

gubernur, atau bupati/wali kota kepada pelaku usaha melalui sistem

elektronik yang terintegerasi16

g. Sistem Perizinan Berusaha terintegerasi secara elektronik (Online

Single Submission) yang selanjutnya disebut sistem OSS adalah sistem

elektronik terintegerasi yang dikelola dan diselenggarakan oleh

Lembaga OSS untuk penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis

Resiko.17

h. Perizinan Berusaha Berbasis Resiko adalah perizinan berusaha

berdasarkan tingkat Risiko kegiatan usaha.18

i. KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia) adalah Kode

klasifikasi yang diatur oleh lembaga pemerintah non kementrian yang

menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang statistik.19

j. Izin Lokasi adalah Izin yang diberikan kepada pelaku usaha untuk

memperoleh tanah yang diperlukan untuk usaha dan/atau kegiatannya

dan berlaku pula sebagai izin pemindahan hak dan untuk menggunakan

tanah tersebut untuk keperluan usaha dan/atau kegiatannya. 20

15
PP Nomor 17 Tahun 2019, Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia tentang Izin Lokasi, Pasal 1 angka 2
16
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
terintegerasi Secara Elektronik Pasal 1 angka 5
17
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 5 Tahun 2021, tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha
Berbasis Resiko, Pasal 1 angka 21
18
Ibid, Pasal 1 angka 3
19
Ibid, Pasal 1 angka 20
20
PP Nomor 17 Tahun 2019, Op.Cit, Pasal 1 angka 1

14
k. KKPR (Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang) merupakan

kesesuaian anatara rencana kegiatan Pemanfatan Ruang dengan

Rencana Tata Ruang (RTR);21

l. Badan Pertanahan Nasional adalah Lembaga pemerintah

nonkementerian di Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan

tugas pemerintahan di Bidang Pertanahan sesuyai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.22

F. Kerangka Teori

1. Teori Kewenangan (Philips M. Hadjin)

Jabatan notaris merupakan jabatan yang lahir atas dasar aturan hukum

dan terikat dengan hukum perdata yang memberikan kewenangan

membuat akta autentik untuk melayani masyarakat. Kewenangan

notaris dalam hal menjalankan tugas jabatannya sebagai pejabat umum

merupakan kewenangan yang diperoleh secara atribusi yang secara

normatif diatur didalam UUJN. Menurut konsep teori kewenangan

mneurut Philipus M. Hadjon bahwa “Setiap tindakan pemerintahan

disyaratkan harus bertumpu atas kewenangan yang sah. Kewenangan

itu diperoleh melalui tiga sumber, yaitu atribusi, delegasi, dan mandat.

Kewenangan atribusi lazimnya digariskan melalui pembagian

kekuasaan negara oleh Undang-Undang, kewenangan delegqasi

adalahg kewenangan yang berasal dari adanya “pelimpahan”

21
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2021,tentang Penyelenggaraan Tata Ruang, Pasal 1
angka 17
22
Badan Pertanahan Nasional, 02 Juni 2022, https://g.co/kgs/N4USNN

15
kewenangan secara atributif sedangkan mandat tidak terjadi suatu

“pelimpahan” kewenangan.23

Kewenangan atau wewenang mempunyai kedudukan yang sangat

penting dalam kajian hukum administrasi. Pentingnya kewenangan ini

sehingga F.A.M Stroink dan J.G Steenbeek sebagaimaan dikutio Nur

Basuki Winarno mengemukakan bahwa wewenang merupakan konsep

yang inti dari hukum administrasi. Istilah Kewenangan atau wewenang

sejajar dengan “authority”.24

Walaupun notaris sebagai pejabat umum, namun Notaris bukan

pegawai negeri sipil yang tunduk pada Undang-Undang Nomor 5

Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, karena antara Pemerintah

dengan notaris tidaka da hubungankedinasan, dan notaris tidak digaji

dari anggaran Pemerintah, namun demikian Notaris juga bukan

pegawai swasta biasa karena Noatris harus tunduk kepada UUJN.

Notaris dalam menjalankan tugasnya diwajibkan terlebih dahulu untuk

melaksanakan sumpah jabatan, hal ini bertujuan agar dalam

melaksnakan tugasnya, Notaris senantiasa menjunjung tinggi martabat

jabatan notaris.25

2. Teori Kepastian Hukum (Hukum Guru Radbrush)

23
Philipus M. Hadjon, Penataan Hukum Administrasi, Tentang Wewenang, Fakultas hukum
Unair, Surabaya, 1997, h 2
24
Nur Basuki, Penyalahgunaan Wewenang dan Tindak Pidana Korupsi, Laskbang Mediatama,
Yogyakarta, 2008, h 65
25
Hadi setia Tunggal, Peraturan pelaksanakan Undang-undang Jabatan Notaris, Dilengkapi
Putusan Mahkamah Konstitusi & AD, ART dan Kode Etik Notaris, Harvarindo, Jakarta, 2003, h
39

16
Kepastian hukum mengandung dua pengertian, yaitu pertama

adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui

perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua,

berupa keamanan hukum bagi individu dari kewenangan pemerintah

karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat

mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh

Negara terhadap Individu dapat mengetahui apa saja yang bolerh

dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap Individu. Kepastian

hukum ini berasal dari ajaran Yuridis-Dogmatik yang didasarkan pada

aliran pemikiran positivisme di dunia hukum yang cenderung melihat

hukum sebagai sesuatu yang otonom yang mandiri, karena bagi

penganut aliran ini, tujuan hukum tidak lain sekedar menjamin

terwujudnya oleh hukum yang bersifat umum. Sifat umum dari aturan-

aturan hukum membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk

mewujudkan keadilan ini atau kemanfaatan, melainkan semata-mata

untuk kepastian. 26 Kepastian hukum adalah jaminan bahwa hukum

dijalankan, bahwa yang berhak menurut hukum dapat memperoleh

haknya dan bahwa putusan dapat dilaksnakan.27

Konsep kepastian hukum mencakup sejumlah aspek yang saling

mengkait. Salah satu aspek dari kepastian hukum ialah perlindungan

yang diberikan pada individu terhadap kewenangan-kewenangan

individu lainnya, hakim dan administrasi (pemerintah). Kepercayaan

26
Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Citra Aditya, Bandung, 1999, h 23
27
Sudikno Mertokusumo, Mengenal hukum Suatu Pengantar, Liberty, 2007, h 160

17
akan kepastian hukum yang seharusnya dapat dikaitkan individu

berkenaan dengan apa yang didapat diharapkan individu akan

dilakukan penguasa, termasuk juga kepercayaan akan konsistensi

putusan-putusan hakim atau administrasi (pemerintah).28

Kepastian hukum merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan dari

hukum terutama untuk norma hukum tertulis. Hukum tanpa nilai

kepastian akan kehilangan makna karena tidak dapat dijadikan sebagai

pedoman perilaku bagi semua orang. Kepastian hukum memiliki dua

segi yaitu dapat ditentukannya hukum dalam hal yang konkret dan

keamanan hukum. Hal ini berarti pihak yang mencari keadilan ingin

mengetahui apa yang menjadi hukum dalam suatu hal tertentu sebelum

ia memulai perkara dan perlindungan bagi para pihak dalam

kesewenangan hakim.29

Didalam kehidupan masyarakat yang berkembang memerlukan

kepastian hukum dalam sektor pelayanan jasa publik. Salah satu

pekerjaan yang menawarkan pelayanan jasa dalam bidang hukum

khususnya hukum perdata ialah Notaris.

Beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kepastian hukum

merupakan suatu perwujudan dari peraturan-peraturan yang telah

dibuat (hukum positif) dan dilaksanakan oleh perangkat tertentu yang

juga telah diatru didalam peraturan. Akan tetapi pelaksanaan dari

28
Herlien (Rahardjo, 2006)Budiono, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia-
Hukum perjanjian Berlandaskan Asas-Asas Wigati Indonesia, Citra Aditya, bandung, 2006, h
208
29
Ibid.

18
peraturan tidak semua dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Setiap permaslaahan yang timbul serta fakta yang ada dilapangan dapat

menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan. Masalah

kepastian hukum dalam kaitan dengan pelaksanakan hukum, memang

sama sekali tak dapat dilepaskan dari perilaku manusia. Kepastian

hukum bukan mengikuti prinsip “pencet tombol” (submisi otomat),

melainkan sesuatu yang cukup rumit, yang banyakberkaitan dengan

faktor diluar hukum itu sendiri. Berbicara mengenai kepastian, maka

seperti dikatakan Radbruch, yang lebih tepat adalah kepastian dari

adanya peraturan itu sendiri atau kepastian peraturan (sicherkeit des

rechts).30

Akta yang dibuat oleh notaris juga memiliki peranan penting dalam

menciptakan kepastian hukum didalam setiap hubungan hukum, sebab

akta notaris bersifat autentik, dan merupakan alat bukti terkuat dan

terpenuh dalam setiap perkara yang terkait dengan akta Notaris

tersebut. Proses pembuatan akta autentik tertentu, ada yang diharuskan

oleh peraturan perundang-undangan dalam rangka menciptakan

kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum. Pembuatan akta

demikian tidak saja karena diharuskan oelh peraturan perundang-

undangan, tetapi juga karena dikehendaki oleh pihak yang

berkepentingan untuk memastikan hak dan kewajiban para pihak yang

berkepentingan demi kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum

30
Satjipto Rahardjo, Hukum dalam Jagat Ketertiban, UKI Press, Jakarta, 2006, h 133

19
bagi pihak yang berkepentingan sekaligus bagi masyarakat secara

keseluruhan.31

Notaris dalam melakukan tugasnya didasari oleh peraturan

perundang-undangan yang sering disebut UUJN. Dalam ketentuan

Peraturan Jabatan Notaris maupun UUJN tersebut padqa intinya

menyatakan bahwa tugas utama seorang n otaris adalah membuat akta-

akta autentik. Pasal 1870 KUHPerdata dikatakan bahwa akta autentik

memberi perjanjian yang absolut kepada para pihak yang membuatnya.

Dengan demikian maka pentingnya jabatan notaris adalah pada

kewenangan notaris ytang diberikan oleh undang-undang untuk

membuat perangkat atau alat pembuktian yangabsolut dan karenanya

akta autentik tersebut pada hakikatnya dinilai benar. Sehingga

merupakan hal yang sangat penting khususnya pihak yang

membutuhkan dalam urusan pribadi atau usaha.32

Bila kepastian hukum yang dijadikan sasaran, maka hukum formal

adalah wujud yang dapat diambil sebagai tolak ukurnya, dengan

demikian perlu mengkaji hukum formal sebagai basis menganalisis

suatu kebijakan yang dapat memberikan kepastian hukum didalam

menggerakkan usaha tersebut kedepan.33

31
Agus Budiarto, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, Ghalia
Indonesia, jakarta, 2002
32
Eripa permatasari, Op. Cit, h 401-402
33
Muhammad Yamin, Beberapa Dimensi Filosofis Hukum Agraria. Pustaka Bangga Press, medan,
2003, h 46

20
G. Metode Penelitian

Metode Pendekatan Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Metode Pendekatan Yuridis Sosiologis yang bertujuan memperoleh

pengetahuan hukum secara empiris dengan jalan terjun langsung ke

objeknya.Pendekatan yuridis sosiologis adalah pendekatan yang dilakukan

dengan melihat kenyataan yang ada dalam praktek di lapangan.34

1. Metode Pendekatan Penelitian

Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan

metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data,

dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan/atau pengujian

suatu cabang ilmu pengetahuan dan teknologi. 35 Penelitian merupakan

suatu kegitatan ilmah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi,

yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara

metodolois, sistematis dan konsisten. Penelitian hukum mempunyai

peran yang sangat penting dalam kerangka pengembangan ilmu hukum

dan merupakan salah satu faktor penyebab dalam menyelesaikan

masalah-masalah hukum yang terjadi baik secara teoritis maupun

secara praktis dalam masyarakat. Jenis penelitian yang digunakan

adalah :

a. Penelitian Hukum Normatif

Penelitian Hukum Normatif secara garis besar akan

ditujukan pada penelitian terhadap azas-azas hukum, Penelitian


34
Agung Nugroho dan Karmi, Notary Autority in Installing Mortagage as Effort to Settie Bad
Credit (Second Way Out), Sultan Agung Notary Law Review, Vol 2, No 2, 2020, h 93.
35
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pedndidikan Tinggi

21
terhadap sistematika hukum, Penelitian terhadap sinkronisasi

hukum,Penelitian terhadap perbandingan hukum dan Penelitian

Sejarah hukum. Penelitian ini lebih fokus pada linkup konsepsi

hukum, asas hukum, dan kaidah hukum (peraturan), tidak sampai

pada perilaku manusia yang menerapkan peraturan atau penerapan

hukum dalam pelaksanaanya.

Penelitian hukum menggunakan berbagai pendekatan,

dengan tujuan untuk mendapatkan informasi dari berbagai aspek

mengenai isu yang diteliti. Untuk memecahkan masalah yang

menjadi pokok bahasan dalam penelitian hukum diperlukan

pendekatan dalam penelitian hukum.

2. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian ini menggunakan deskriptif analisis yaitu

penelitian yang disamping memberikan gambaran, menuliskan dan

melaporkan suatu objek atau suatu peristiwa juga akan mengambil

kesimpulan umum dari maslaah yang dibahas. Melakukan deskripsi

terhadap hasil penelitian dengan data yang selengkap dan sedetail

mungkin. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap hasil penelitian

dengan menggunakan peraturan perundang-undangan dan teori yang

relevan.

3. Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sata sekunder. Data

sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelaahan kepustakaan

22
atau penelaahan terhadap berbagai literatur atau bahan pustaka yang

berkaitan dengan masalah atau materi hukum. 36 Sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bahan Hukum Primer yang terdiri atas peraturan perundang-

undangan, risalah resmi, putusan pengadilan, dam dokumen resmi

negara. Adapun bahan hukum primer dalam penelitian ini antara

lain :

- Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

- Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

- Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang perseroan

terbatas.

- Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Perumahan

dan Kawasan Permukiman.

- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintah

Daerah.

- Undang Undang Cipta Kerja Nomor 11 Tahun 2020

- Peraturan Presiden Nomor Nomor 44 Tahun 2016 tentang

Daftar Bidang Usaha yang tertutup dan Bidang Usaha yang

terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal

(DNI) sebagai basis dalam izin.

36
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Op. Cit, h 156

23
- Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

- Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang

Pelayanan Perizinan berusaha Terintegrasi Secara Elektronik.

- Peraturan Pemerintah ATR BPN Nomor 12 Tahun 2021

tentang Pertimbangan Teknis Pertanahan.

- Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Pedoman

dan Tata Cara Pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis

Resiko.

- Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2021 tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016

Tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan

Permukiman

b. Bahan Hukum sekunder, yaitu bahan hukum dapat memberikan

penjelasan terhadqap bahan hukum primer yang dapat berupa

pendapat para ahli, jurnal ilmiah, sureat kabar dan berita Internet.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang dapat menjelaskan

baik bahan hukum primer maupun bahan sekunder, yang berupa

kamus hukum, kamus Bahasa Indonesi, dan Ensiklopedia.37

4. Metode Pengumpulan Data

a. Wawancara

37
Ibid, hlm 157-158

24
Studi lapangan merupakan penelitian yang dilakukan

dengan cara melakukan pengamatan lansgung pada objek yang


38
diteliti untuk memperoleh data Primer. Adapun teknik

pengumpulan data dilakukan dengan wawancara. Pada penelitian

ini wawancara dilakukan Kantor Notaris WILLY BRORDOUS.

B. P, Sarjana Hukum Notaris di Kabuapten Kendal.

b. Internet

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi

kepustkana dan studi lapangan. Teknik pengumpulan data dalam

penelitian hukum normatif dilakukan dengan studi pustaka

terhadap bahan-bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder maupun bahan hukum tersier dan atau bahan non

hukum, Penelurusan bahan-bahan hukum tersebut dapat dilakukan

bahan hukum tersebut dengan melalui media internet.

5. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan dalam penelitian yang berupa

melakukan kajain atu telah didaptkan sebelumnya. Secara sederhana

analisis data ini sisdebut sebagai kegiatan memberikan telaah, yang

dapat berarti menentang, mengkritik, mendukung, menambah atau

memberi komentar dan kemudian membuat suatu kesimpulan terhadap

38
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta,Bandung 2017, h 91

25
hasil penelitian dengan pikiran sendiri dan bantuan teori yang telah

dikuasainya.39

Metode analisis data yang digunakan dalam tesis ini adalah analisis

deskriptif kualitatif, dimana peniliti selain mengolah dan menyajikan

data, juga melakukan analisis data kualitatifnya. Hal ini dimasudkan

agar dapat mensinergikan antara beberapa data yang telah didapatkan

dengan berbagai literatur maupun data-data lain yang telah

diopersiapkan. Selanjutnya data-data tersebut akan dianalisa dengan

memunculkan beberapa kesimpulan dan hasil temuan berdasarkan

usaha penelitian tersebut. Oleh karenanya, apabila data yang

diperlukan telah berkumpul dan dengan metode analisi deskripsi

kualitatif tersebut diatas, maka langkah selanjutnya dalam proses

pengolahan dan penganalisaan data, peneliti dalam analisis data

mengupayakan langkah dengan menyusun secara induktif, metode

analisis yang bertumpu dari kaidah-kaidah khusus kemudian ditarik

menjadi kaidah umum.40

H. Sistematika Penulisan

Pembahasan hasil penilitian dijabarkan dan untuk mengantarkan

pembaca pada inti isi yang diinginkan, maka sistematika tesis ini memuat

tentang uraian isi bab-bab. Bagian utama yang ada dalam tesis secara garis

besar sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

39
Ibid, h 180
40
Soerjono Soekanto, Op. Cit, h 36-37

26
Bagian pendahuluanm yang memberikan informasi yang bersifat umum

dan menyeluruh secara sistemtis yang terdiri dari : Latar Belakang

Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Kerangka Konseptual, Kerangka Teori, Metode Penelitian, Sistematika

Penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan mengenai tinjauan umum berisikan tinjauan

umum tentang Peran Notaris, tinjauan umum tentang Izin Lokasi / KKPR

melalui sistem OSS-RBA, dan tinjauan umum terhadap pelaku usaha

perumahan atau industri, perspektif islam tentang tanah.

BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian, pembahasan dan

hasil dari data-data, sesuai denga yang dijelaskan pada bab pendahuluan,

kemudian langsung di analisis. Analisis diarahkan untuk menjawab

rumusan masalah yakni tentang Peran Notaris dalam pelaksanaan Izin

Lokasi bagi pelaku usaha perumahan atau industri melalui Sistem Online

Single Submission-Risk Based Approach (OSS-RBA) berbasis resiko di

Badan Pertanahan Nasional Kabuapten semarang dan hambatan-hambatan

serta solusinya.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan bagian terakhri yang berisi kesimpulan yang

ditarik dari rumusan masalah yang merupakan jawaban dari permaslaahan

27
setelah dibahas dan saran-saran sebagai rekomendasi penulis dari hasil

penelitian yang berguna bagi pihak terkait.

28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Peran Notaris

1. Pengertian Notaris

Istilah Notaris pada dasarnya berasal dari kata “Notarius” (bahasa latin),

yaitu nama yang diberikan pada orang-orang Romawi dimana tugasnya

menjalankan pekerjaan menulis atau orang-orang yang membuat catatan

pada masa itu. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa nama “Notaries”

itu berasal dari perkataan “Nota Literaria” berarti tanda (Letter Mark atau

Karakter) yang menyatakan suatu perkataan. 41 Hampir selama seabad lebih,

eksistensi Notaris dalam memangku jabatannya didasarkan pada ketentuan

Reglement Of Het Notaris Ambt In Nederlandsch No. 1860 : 3 yang mulai

berlaku 10 Juli 1860. Yang sekarang dikenal dengan PJN, dalam kurun

waktu itu PJN mengalami bebrapa kali perubahan. Dan saat ini Notaris telah

memiliki Undang-Undang tersendiri dengan lahirnya Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang kemudian dirubah

dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014.

Berdasarkan sejarah, Notaris adalah seorang Pejabat Negara/Pejabat

Umum yang diangkat dan diberhentikan oleh Negara yang dalam hal ini

diwakili oleh pemerintah melalui Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

41
Notodisoerjo, Soegondo, R. Hukum Notarial di Indonesia suatu penjelasan, (Jakarta: Rajawali,
1982). h.13

29
(Menkumham) 42 untuk melakukan tugas-tugas Negara dalam pelayanan

hukum kepada masyarakat demi tercapainya kepastian hukum sebagai

pejabat pembuat akta otentik dalam hal keperdataan. Engertian Notaris

terdapat dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014, tentang perubahan

atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. 43

Notaris sebagai salah satu penegak hukum karena notaris membuat alat

bukti tertulis yang mempunyai kekuatan pembuktian. Para ahli hukum

berpendapat bahwa akta notaris dapat diterima dalam pengadilan sebagai

alat bukti yang mutlak mengenai isinya, tetapi meskipun demikian dapat

diadakan penyangkalan dengan bukti sebaliknya oleh saksi-saksi, yang

dapat membuktikan bahwa apa yang diterangkan oleh Notaris dalam

aktanya adalah benar.44

Notaris sebagai pejabat publik, dalam pengertian mempunyai

wewenang dengan pengecualian, dengan mengkategorikan Notaris sebagai

pejabat publik, dalam hal ini publik yang bermakna hukum. Notaris sebagai

pejabat publik tidak berarti sama dengan Pejabat Publik dalam bidang

Pemerintahan yang dikategorikan sebagai Badan atau Pejabat Tata Usaha

Negara, hal ini dapat dibedakan dari produk masing-masing Pejabat Publik

tersebut. Notaris sebagai Pejabat Publik produk akhirnya yaitu akta otentik,

42
Budi Untung, 22 Karakter Pejabat Umum (Notaris dan PPAT) Kunci Sukses Melayani, (CV.
Andi Offset, Yogyakarta, 2015), h.25
43
Pengertian Notaris terdapat dalam ketentuan UU Nomor 2 Tahun 2014 tentang perubahan atas
UU Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris Bab I Pasal I ayat (1) yaitu, Notaris adalah
pejabat umum yang berwenang dan mewakili kekuasaan umum untuk membuat akta otentik dan
kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan Undang-
Undang lainnya, untuk kepentingan pembuktian atau sebagai alat bukti.
44
Liliana Tedjosaputro, Malpraktek Notaris dan Hukum Pidana, (Semarang: CV.
Agung,1991).h.4

30
yang terikat dalam ketentuan hukum perdata terutama dalam hukum

pembuktian. 45 Notari s dalam melaksanakan tugasnya secara profesional

harus menyadari kewajibannya, bekerja sendiri, jujur, tidak berpihak dan

penuh rasa tanggungjawab. Jabatan seorang notaris harus berpegang teguh

pada Kode Etik Jabatan Notaris sebab tanpa itu, harkat dan martabat

profesionalisme akan hilang.

Adapun karateristik Noatris sebagai penyandang Jabatan (Publik),

antara lain :

a. Sebagai Jabatan;

b. Notaris memiliki kewenangan tertentu;

c. Diangkat serta diberhentikan oleh pemerintah;

d. Tidak Menerima gaji pensiun dari pemerintah yang mengangkatnya;

e. Akuntabilitas dalam pekerjaannya kepada masyarakat;

2. Organisasi Notaris

Undang-Undang Jabatan Notaris menjelaskan bahwa organisasi

notaris adalah organisasi profesi jabatan Notaris yang berbentuk

perkumpulan berbadan hukum. Dalam organisasi notaris memiliki struktur

yang bertujuan untuk mengawasi tingkah laku notaris dalam melakukan

jabatan sebagai notaris, serta melaksanakan standar operasional sesuai

dengan kode etik notaris baik dalam kode etik notaris maupun yang ada

dalam UUJN. Pada organisasi notaris terdapat beberapa kelengkapan yang

terdiri dari Majelis Kehormatan Notaris (MKN), Dewan Kehormatan

45
Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administrasi Terhadap Notaris sebagai Pejabat Publik,
(Bandung : Refika Aditama. 2008), h.31

31
Notaris (DKN) dan Majelis Pengawas Notaris (MPN). Dewan Kehormatan

Notaris mempunyai kewenangan sebagaimana untuk melukan penegakan

hukum secara internal ditubuh perkumpulan notaris yang dalam hal ini

pelaksanaan kode etik notaris Majelis Pengawas Notaris memiliki

kewenangan dalam memberikan keputusan untuk memutus sidang terhadap

suatu perkara terkait profesi notaris yang melanggar kode etik dalam

menjalankan tugas jabatan notaris dengan sanksi yang dijatuhkan oleh

Majelis Pengawas Notaris. Sedangkan Majelis Kehormatan Notaris

berwenanga dalam melaksanakan pembinaan Notaris dan kewajiban untuk

memberikan persetujuan atau melakukan penolakan dalam proses peradilan

yang dijalani oleh notaris tersebut.

3. Hak (Kewenangan), Kewajiban, dan Larangan Notaris

a. Hak (Kewenangan) Notaris

Hak atau Kewenangan Notaris dapat memberikan perintah atau

dapat bertindak untuk mempengaruhi tindakan orang lain agar

dilakukan sesuai dengan diinginkan. Kewenangan dapat dikatakan

merupakan suatu tindakan hukum yang diatur serta diberikan kepada

suatu jabatan berdasarkan peraturan perudang-undangan yang berlaku

dan mengatur mengenai jabatannya, kemudian setiap wewenang

tersebut terdapat didalam perundang-undangan yang mengaturnya. 46

Kewenangan Notaris ditegaskan dalam Pasal 15 Ayat (1) UUJN, yaitu

46
Sulhan, et.al. Profesi notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (Panduan Praktis dan Mudah
Taat Hukum), Cetakan Pertama, (Jakarta : Mitra Wacana Media), 2018. h.6

32
bahwa salah satu kewenangan Notaris membuat akta secara umum,

dengan batasan sepanjang :

- Tidak dikecualikan kepada pejabat lain yang telah ditetapkan

Undang-Undang;

- Berkaitan dengan akta yang wajib dibuat atau berwenang membuat

akta autentik mengenai semua perbuatan hukum, perjanjian, dan

ketetapan yang telah diwajibkan oleh aturan hukum atau

dikehendaki oleh yang bersangkutan;

- Berkaitan dengan subjek hukum (orang atau badan hukum) untuk

kepentingan siapa akta tersebut dibuat atau dikehendaki oleh yang

berkepentingan.47

Kewenangan khusus dalam Jabatan Notaris dalam melakukan

tindakan hukum tertentu, diatur dalam Pasal 15 ayat (2), yaitu :

a. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat

di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;

b. Membukukan surat dibawah tangan dan mendaftar dalam buku

khusus; (waarmeking);

c. Membuat kopi dari asli surat dibawah tangan berupa salinan yang

memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat

yang bersangkutan;

d. Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya;

47
M. Luthfan Hadi Darus, Hukum Notariat dan Tanggungjawab Jabatan Notaris, UII Press,
Yogyakarta, 2017, h.28

33
e. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan

akta;

f. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau

g. Membuat akta risalah lelang.48

b. Kewajiban Notaris

Notaris dalam menjalankan kewajibannya diatur dalam Pasal 16

Undang-Undang Jabatan Notaris, yaitu :

1) Bertindak amanah, jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan

menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan

hukum;

2) Membuat akta dalam bentuk minuta akta dan menyimpannya

sebagai bagian dari protocol notaris;

3) Melekatkan surat dan dokumen serta sidik jari penghadap pada

minuta akta;

4) Mengeluarkan grosse akta, salinan akta, atau kutipan akta

berdasarkan minuta akta;

5) Memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam

undangundang ini, kecuali ada alasan untuk menolaknya;

6) Merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan

segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai

dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang

menentukan lain;

48
Ibid. h.81-82

34
7) Menjilid akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi buku

yang memuat tidak lebih dari 50 (lima puluh) akta, dan jika

jumlah akta tidak dapat dimuat dalam satu buku, akta tersebut

dapat dijilid menjadi lebih dari satu buku, dan mencatat jumlah

minuta akta, bulan, dan tahun pembuatannya pada sampul setiap

buku;

8) Membuat daftar dari akta protes terhadap tidak dibayar atau

tidak diterimanya surat berharga; i. Membuat daftar akta yang

berkenaan dengan wasiat menurut urutan waktu pembuatan akta

setiap bulan;

9) Mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud dalam huruf i

atau daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke pusat daftar

wasiat pada kementerian yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang hukum dalam waktu 5 (lima) hari pada

minggu pertama setiap bulan berikutnya;

10) Mencatat dalam repertorium tanggal pengiriman daftar wasiat

pada setiap akhir bulan;

11) Mempunyai cap atau stempel yang memuat lambang negara

republik indonesia dan pada ruang yang melingkarinya

dituliskan nama, jabatan, dan tempat kedudukan yang

bersangkutan;

12) Membacakan akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh

paling sedikit 2 (dua) orang saksi, atau 4 (empat) orang saksi

35
khusus untuk pembuatan akta wasiat di bawah tangan, dan

ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan

notaris; dan

13) Menerima magang calon notaris

Untuk itu dalam melaksanakan jabatan notaris harus mematuhi

aturan kode etik dan sesuai dengan Undang-Undang Jabatan Notaris.

Profesi notaris haruslah dibekali dengan moral dan kejujuran dalam

melaksanakan jabatan profesi notaris. Dalam menjalankan profesi

notaris notaris wajib mempunyai hanya satu kantor, yaitu di tempat

kedudukannya. Pada penjelasan atas Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris bahwa

Notaris sebagai pejabat umum yang menjalankan profesi dalam

memberikan jasa hukum kepada masyarakat, perlu mendapatkan

perlindungan dan jaminan demi tercapainya kepastian hukum.

c. Larangan Notaris

Adanya larangan bagi Notaris dimaksudkan untuk menjamin

kepentingan masyarakat yang memerlukan jasa Notaris. 49 Larangan

bagi Notaris dalam menjalankan jabatannya diatur dalam ketentuan

pasal 17 UUJN antara lain:

1. Menjalankan jabatan diluar wilayah jabatannya.

2. Meninggalkan wilayah jabatannya lebih dari 7 (tujuh) hari kerja

berturut-turut tanpa alasan yang sah.

49
Penjelasan Pasal 17 Undang-Undang Jabatan Notaris

36
3. Merangkap sebagai pegawai negeri.

4. Merangkap sebagai pejabat negara.

5. Merangkap jabatan sebagai advokat.

6. Merangkap jabatan sebagai pemimpin atau pegawai badan usaha

milik negara, badan usaha milik daerah atau badan usaha swasta.

7. Merangkap jabatan sebagi Pejabat Pembuat Akta Tanah dan/atau

Pejabat Lelang Kelas II di luar tempat kedudukan notaris.

8. Menjadi Notaris Pengganti

Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dapat dikenai sanksi berupa :

1. peringatan tertulis;

2. pemberhentian sementara;

3. pemeberhentian dengan hormat;

4. pemeberhentian dengan tidak hormat.

B. Tinjauan Umum Tentang Izin Lokasi/KKPR melalui sistem OSS RBA

1. Sejarah OSS di Indonesia Sejarah OSS di Indonesia

Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single

Submission (OSS) adalah Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh lembaga

OSS untuk dan atas nama Menteri, Pimpinan Lembaga, Gubernur, atau

Bupati/Wali Kota kepada Pelaku Usaha melalui sistem elektronik yang

terintegrasi yang digunakan untuk pengurusan izin berusaha di Indonesia.

OSS digunakan oleh pelaku usaha yang berbentuk usaha perorangan atau

badan usaha yang termasuk dalam usaha mikro, kecil, menengah maupun

37
besar. Usaha perorangan/badan usaha baik yang baru maupun yang sudah

berdiri sebelum operasionalisasi OSS. Usaha dengan modal yang seluruhnya

berasal dari dalam negeri, maupun terdapat komposisi modal asing. Adapun

manfaat yang diperoleh apabila menggunakan OSS antara lain :

1. Mempermudah pengurusan berbagai perizinan berusaha baik prasyarat

untuk melakukan usaha (izin terkait lokasi, lingkungan, dan bangunan),

izin usaha, maupun izin operasional untuk kegiatan operasional usaha di

tingkat pusat ataupun daerah dengan mekanisme pemenuhan komitmen

persyaratan izin.

2. Memfasilitasi pelaku usaha untuk terhubung dengan semua stakeholder

dan memperoleh izin secara aman, cepat dan real time.

3. Memfasilitasi pelaku usaha dalam melakukan pelaporan dan pemecahan

masalah perizinan dalam satu tempat.

4. Memfasilitasi pelaku usaha untuk menyimpan data perizinan dalam satu

identitas berusaha (NIB)50

2. OSS Versi 1.0

Dengan disahkannya PP 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan

Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (PP OSS), maka pada tahun 2018

diluncurkan OSS versi1.0 di Indonesia. Kemunculannya pada awalnya

memberikan dampak sangat besar, terutama di Sistem Perizinan di

Indonesia. Dari semula yang berbasis manual dan terbesar di masing -

masing daerah, menjadi sistem online dan terpusat diplatform OSS.

50
https://kek.go.id/online-single-submission(Minggu,10 Juli 2022)

38
Sebelumnya proses pengurusan perizinan dilakukan di Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (PTSP) di setiap daerah. Namum dirasa kurang maka pemerintah

Indonesia melalui Kementerian Koordinator bidang Perekonomian

meresmikan Online Single Submission (OSS) sebagai sistem yang

mempermudah para pelaku bisnis dalam melakukan pengurusan perizinan

usahanya. Hal ini tentu disambut baik oleh kalangan professional dan pelaku

usaha.Akan tetapi masih banyak sekali kekurangan diantaranya adalah

sistem yang belum siap dan sering sekali website OSS mengalami

gangguan. Dan salah satu kekurangannya adalah kebingungan dalam

menentukan Klasifikasi Buku Lapangan Usaha Indonesia. Pada saat itu,

KBLI yang digunakan masih menggunakan KBLI 2017.Berikutnya sejak 1

Januari 2020, sistem OSS mengalami pembaruan dengan diluncurkannya

OSS Versi 1.1.

Gambar 2.1 OSS Versi 1.0

39
3. OSS Versi 1.1

Pemerintah pada akhir tahun 2019 kembali menyempurnakan sistem

OSS yaitu dengan meluncurkan OSS Versi 1.1.Mulai berlaku efektif pada

tanggal 1 Januari 2020 sebagai langkah untuk permasalahan dan kelemahan

yang ada pada system OSS Versi 1.0.Pada OSS versi 1.1 telah dilakukan

penyempurnaan struktur database dan melengkapi berbagai

validasi.Perbedaan antara Versi 1.0 dengan OSS Versi 1.1 adalah penjelasan

atau definisi pelaku usaha yang sebelumnya tidak ada dalam OSS versi 1.0.

Format isian legalitas sesuai jenis badan hukum (PT) & badan usaha (CV,

Firma, Persekutuan Perdata).Pelaku usaha juga dapat mendaftarkan kegiatan

utama dan penunjangnya.Dan di OSS Versi 1.1 menerbitkan izin lokasi

daratan, izin lokasi perairan, dan izin lokasi di laut, tidak seperti versi

sebelumnya yang hanya menerbitkan izin lokasi daratan dan hanya

dilengkapi dengan list komitmen.

Gambar 2.2 OSS Versi 1.1

40
4. OSS-RBA(Online Single Submission-Risk Based Approach)

Gambar 2.3 OSS RBA

OSS-RBA adalah perizinan berusaha yang diberikan kepada pelaku

usaha untuk memulai dan menjalankan kegiatam usahanya yang dinilai

berdasarkan tingkat risiko kegiatan usaha. Sistem OSS Berbasis Risiko

dibangun sejak bulan Maret 2021 dengan mengintegrasikan sistem di

lingkup Kabupaten/Kota, lingkup Provinsi,lingkup Kementrian/Lembaga

dengan sistem OSS yang ada di pusat Kementerian Investasi/BKPM. OSS

RBA diluncurkan pada 9 Oktober 2021 di Pusat Komando Operasi dan

Pengawalan Investasi BKPM Jakarta. Kementerian Investasi/Badan

Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) resmi meluncurkan Online Single

Submission (OSS) Berbasis Risiko atau OSS Risk Based Approach (RBA).

Sebagaimana diatur dalam ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 5

Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko

(PP 5/2021). Beda dengan sistem OSS Versi 1.1 yang tidak mendasarkan

perizinan pada risiko dan skala kegiatan usaha, sistem OSS RBA ini

nantinya akan menilaipermohonan perizinan berusaha pada tingkatan risiko

dan besaran skala kegiatan usaha.

41
Adapun yang menjadi landasan utama kemunculannya adalah dengan

disahkannya UU Cipta Kerja No. 11 Tahun 2020 agar dapat mendorong

lebih kuat semangat penyederhana (Pengurangan Izin) melalui penetapan

KBLI yang berbasis risiko dan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2021

tentang Bidang Usaha Penanaman Modal pengganti dari Presiden Nomor 44

Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang tertutup dan Bidang Usaha

yang terbuka dengan persyaratan di Bidang Penanaman Modal (DNI)

sebagai basis dalam penetapan izin.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.5 Tahun 2021 tentang

Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko, penetapan KBLI

yang berbasis pada risiko dibagi atas empat tingkat risiko, yaitu:

1. Pertama, Kegiatan Usaha dengan tingkat Risiko Rendah, Pelaku Usaha

wajib mengurus Nomor Induk Berusaha (NIB) yang merupakan Identitas

Pelaku Usaha sekaligus legalitas untuk melaksanakan kegiatan usaha dan

juga berlaku sebagai SNI (Standar Nasional Indonesia).

2. Kedua, Kegiatan Usaha dengan tingkat Risiko Menengah Rendah,

Pelaku Usaha wajib memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB) dan

Sertifikat Standar. Sertifikat Standar sebagaimana dimaksud merupakan

legalitas untuk melaksanakan kegiatan usaha dalam bentuk persyaratan

pelaku usaha untuk memenuhi standar usaha dalam rangka melakukan

kegiatan usaha yang diberikan melalui sistem OSS.

3. Ketiga, Kegiatan Usaha dengan tingkat Risiko Menengah Tinggi,

Pelaku Usaha wajib memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB) dan

42
Sertifikat Standar. NIB dan Sertifikat Standar merupakan Perizinan

Berusaha bagi Pelaku Usaha untuk melakukan kegiatan operasional

dan/atau komersial kegiatan usaha.

4. Keempat, Kegiatan Usaha dengan tingkat Risiko Tinggi, pada bagian ini

Pelaku Usaha wajib memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB) dan Izin.

Persyaratan untuk penerbitan Izin, pemenuhan persyaratan termasuk

Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup dan NIB sekaligus Izin sebagai

perizinan berusaha berlaku untuk tahap operasional dan komersial.

Skala usaha selain dibagi berdasar tingkat usaha, dalam sistem OSS

RBA juga dibagi berdasarkan skala kegiatan usaha, yakni Usaha Mikro,
51
Kecil dan Menengah (UMKM) dan Usaha Besar. Layanan OSS-

RBA,Perizinan berusaha dalam OSS-RBA dapat digunakan untuk Layanan

penerbitan perizinan berusaha, dan layanan fasilitas penanaman modal. 52

Layanan yang disediakan OSS-RBA dalam hal penerbitan berusaha meliputi

: Penerbitan Perizinan berusaha berbasis risiko, Penerbitan Perizinan

berusaha berbasis risiko untuk usaha mikro dan kecil (UMK),

Pengembangan Usaha,Merger, Konsolidasi, dan Likuidasi Usaha. 53 Sektor

Usaha OSS RBA ini berlaku bagi 17 sektor usaha, diantaranya : Kelautan

dan perikanan Pertanian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Energi dan

sumber daya mineral Ketenaganukliran, Perindustrian, Perdagangan,

Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat, Transportasi, Kesehatan,Obat dan

51
PP 5/2021
52
Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 4 Tahun 2021 tentang Pedoman dan Tata
Cara Pelayan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko dan Fasilitas Penanaman Modal (Perka BKPM
4/2021),Pasal 4 ayat (1).
53
Ibid. Pasal 4 ayat (2)

43
Makanan, Pendidikan dan Kebudayaan, Pariwisata,

Keagamaan,Pos,Telekomunikasi,Penyiaran, serta sistem dan transaksi

elektronik,Pertanahan dan Keamanan, Ketenagakerjaan,Keuangan. Dengan

catatan, penerbitan Nomor Induk Berusaha (NIB) sebagai identitas pelaku

usaha di sektor Keuangan berlaku bagi kegiatan usaha perbankan dan non

perbankan. 54 Dalam hal penerbitan perizinan berusaha, sektor keuangan

berupa perbankan dan perbankan mendapatkan izin dari Otoritas jasa

Keuangan (OJK) atau Bank Indonesia tanpamelalui sistem OSS RBA. 55

Pemohon Perizinan Berusaha, pihak-pihak yang dapat mengajukan

permohonan perizinan berusaha pada OSS-RBA antara lain :

a. Orang Perseorangan, Pelaku usaha perorangan yang cakap untuk

bertindak dan melakukan perbuatan hukum dalam hal kegiatan

penanaman modal dalam negeri (PMDN).

b. Badan Usaha, Badan Usaha berbadan hukum maupun badan usaha

bukan badan hukum yang didirikan di Indonesia dan melakukan

kegiatan usaha pada bidang tertentu.

c. Kantor perwakilan yang mencakup perorangan WNI, perorangan

WNA, atau badan usaha perwakilan pelaku usaha dari luar negeri.

Dapat berupa KPPA,KP3A,kantor perwakilan BUJKA.

d. Badan Usaha luar negeri, Badan Usaha asing yang didirikan diluar

wilayah Indonesia dan melakukan kegiatan usaha pada bidang tertentu

yang melakukan usaha di Indonesia sebagai : Pemberi waralaba luar

54
Perka BKPM 4/2021. Pasal 5 ayat 2
55
Ibid Pasal 5 ayat (3)

44
negeri, Pedagang berjangka asing, PSE lingkup privat asing, Bentuk

Usaha tetap untuk kegiatan di sektor minyak dan gas.

Hak Akses agar dapat mengakses sistem OSS RBA, pelaku usaha

wajib melakukan pendaftaran. Pihak yang dapat memperoleh hak akses

adalah :56

- Pelaku usaha dapat berupaorang perseorangan, Direksi/Penanggung

jawab pelaku usaha, atau Pengurus (untuk Koperasi dan Yayasan);

- Lembaga OSS;

- Kementrian/Lembaga;

- Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(DPMPTS) Provinsi;

- DPMPTSP Kabupaten/Kota;

- Administrator KEK;

- Badan pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan

Bebas (KPBPB).

Dalam hal ini, pelaku usaha memiliki hak akses untuk Mengajukan

permohonan perizinan, perubahan dan pencabutan berusaha; Menyampaikan

laporan kegiatan penanaman modal; Menyampaiakan pengaduan, dan atau

Mengajukan Permohonan fasilitas berusaha.

5. Izin Lokasi atau KKPR

Perizinan berasal dari kataizin menurut Mr. N.M. Spelt dan Prof.

Mr. J.B.J.M ten Berge,izin merupakan suatu persetujuan dari penguasa

56
PP 5/2021 Pasal 171 ayat (1) dan (2)

45
berdasarkan Undang-Undang atau peraturan pemerintah untuk dalam

keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan perundang-undangan

(Izin dalam arti sempit).57 Hal ini izin dapat dipahami bahwa suatu pihak

tidak dapat melakukan sesuatu kecuali diizinkan, dalam hal ini

kemungkinan untuk seseorang atau suatu pihak tertutup kecuali diizinkan

oleh pemerintah.58

Izin adalah suatu persetujuan yang diberikan oleh penguasa

berdasarkan pada peraturan perundang-undangan sehingga dalam keadaan

tertentu dapat menyimpang dari ketentuan dan larangan dalam peraturan

perundang-undangan yang ada,hal ini dapat diartikan sebagai bentuk dari

dispensasi atau pembebasan daru suatu larangan.59

Perizinan salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan

bersifat pengendalian yang dimilik oleh Pemerintah terhadap kegiatan-

kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Izin dibuat dengan proses dalam

jangka waktu tertentu.Untuk dapat diterbitkannya suatu izin diawali dari

pengajuan permohonan oleh pihak yang memiliki kepentingan, disertai

dengan pemenuhan syarat-syarat yang ditetapkan dan kemudian diproses

dengan mempertimbangkan syarat-syarat tersebut hingga kemudian terbitlah

izin yang dimohonkan.60

57
Mr. N. M.Spelt dan Prof.Mr. J.B.J.M ten Berge, disunting Dr.Philipus M.Hadjon,
SH,1993,Pengantar Hukum Perizinan, Penerbit Yuridika, Surabaya,h. 2-3
58
Y Sri Pudyatmoko, Perizinan : Problem dan Upaya Pembenahan.Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2009. h.7
59
Adrian Sutedi, Op.Cit.h.167
60
Y.Sri Pudyatmoko,Op.Cit,h.8

46
Pemberian izin usaha akan menentukan arah dan batas-batas dari

kegiatan atau usaha yang dilakukan tersebut agar tetap berada pada jalur

yang telah ditentukan atau diatur oleh peraturan perundang-undangan.

Melindungi objek izin maksudnya dalam hal pemberian izin tempat usaha

telah berarti dengan peraturan yang berlaku terhadap jenis usaha yang

dilakukan, sebagai proteksi akan bahaya yang akan timbul nantinya. Izin

tempat usaha memiliki kekuatan hukum, sehingga memberikan suatu bentuk

perlindungan hukum tertentu yang sesuai dengan pengaturannya, artinya

bahwa nantinya akan memberikan perlindungan terhadap hal yang dianggap

merugikan dan berakibat langsung pada usaha atau kegiatan yang dilakukan

tersebut. Perizinan berusaha yang diterbitkan oleh Kementrian/lembaga

danPemerintah daerah untuk memulai melaksanakan, dan mengembangkan

kegaiatan usaha,perlu didata kembali agar menjadi pendukung dan bukan

sebaliknya menjadi hambatan perkembangan kegiatan usaha.61

Jenis-jenis izin tersusun secara berbeda-beda dan memiliki fungsi

yang berbeda-beda. Berikut ini beberapa mengenai sejumlah izin yang

dikeluarkan pemerintah Kabupaten/Kota bsebagai berikut :62

a. Izin Lokasi;

b. Izin Pemanfataan Tanah;

c. Izin mendirikan bangunan;

d. Izin Mendirikan Bangunan Rumah Ibadah;

61
Desi Arianing Arrum, Kepastian Hukum Dalam Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik (Online Single Submission) di Indonesia, Jurist-Diction: Vol. 2 Nomor 5, September
2019.h 1635
62
Rifqy Maulana Dan Jamhir,”Konsep Hukum Perizinan Dan Pembangunan”, Jurnal
Justisia,Volume 3 Nomor 1,2018. H. 90.

47
e. Izin Gangguan HO (Hinder Ordonantie);

f. Tanda Daftar Industri;

g. Izin Usaha Industri;

h. Surat Izin Usaha Perdagangan;

i. Tanda Daftar Perusahaan

j. Izin Peruntukan Lahan;

k. Izin Usaha Perkebunan;

l. Izin Usaha Restoran, Rumah Makan,dan Tempat Makan;

m. Izinn Usaha Hotel Melati;

n. Izin Usaha Hotel Bintang;

o. Izin Usaha Biro Perjalanan wisata dan Izin Usaha Agen Perjalanan

Wisata.

Izin Lokasi adalah izin yang diberikan kepada pelaku usaha untuk

memperoleh tanah yang diperlukan untuk usaha dan/atau kegiatannya dan

berlaku pulas sebagai izin pemindahan hak dan untuk menggunakan tanah

tersebut untuk keperluan usaha dan/atau kegiatannya. 63 Setiap perusahaan

yang telah memperoleh persetujuan penanaman modal wajib mempunyai

izin lokasi untuk memperoleh tanah yang diperlukan untuk melaksanakan

rencana penanaman modal yang bersangkutan.

Sistem OSS menerbitkan Izin Lokasi. Yang sudah dimiliki dengan

cara memperoleh persetujuan Kesesuaian peruntukan ruang di DPMPTSP

sesuai lokasi usaha. Izin Lokasi pada sistem OSS dengan mengisi

63
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/KepalaBadan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2019, Tentang Izin Lokasi. Pasal 1 Ayat 1

48
pernyataan komitmen penyelesaian Izin Lokasi. Dengan adanya

pembaharuan Sistem OSS RBA Izin lokasi ini secara resmi diganti dengan

Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR).Program KKPR ini

diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomot 21 Tahun 2021 tentang

Penyelenggaraan Penataan Ruang (PP/2021). PP 21/2021 merupakan

peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang

Cipta Kerja. KKPR ini berfungsi sebagai salah satu perizinan dasar yang

perlu didapatkan sebelum pelaku usaha dapat melanjutkan proses perizinana

berusaha.

Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR) merupakan

kesesuaian antara rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang dengan Rencana

Tata Ruang (RTR). KKPR merupakan suatu jenis perizinan yang menjadi

acuan baru didalam melakukan perizinan berusaha sebagai pengganti Izin

Lokasi dan Izin Pemanfaatan ruang dalam membangun dan mengurus

tanah.Selain melakukan peruabahan tehadap nama Izin Lokasi dan

Pemanfaatan Ruang,KKPR juga melakukan perubahan terhadap konsep

serta prosedur perizinan berusaha. Berdasarkan Surat Edaran Menteri

Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor

4SE.PF.01/III/2021 tentang Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfataan

Ruang di Daerah disebutkan bahwa kewenangan atas KKPR dimiliki

pemerintah pusat dan sebagai penilaian dan penerbitan KKPR diberikan

kepada pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah Kabupaten/Kota

tanpa mengurangi kewenangan menteri.

49
Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Menteri Agraria dan Tata

Ruang/KepalaBadan Pertanahan Nasional Nomor 13 Tahun 2021 tentang

Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sinkronisasi

Program Pemanfaatan Ruang (Permen ARTBPN No 13/2021), jenis-jenis

KKPR dibagi menjadi 3 jenis yaitu :

- KKPR untuk kegiatan berusaha;

- KKPR untuk kegiatan non berusaha;

- KKPR untuk kegiatan yang bersifat strategis nasional.

Kewenangan penerbitan Persetujuan KKPR terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Pemerintah Pusat

 kegiatan usaha yang perizinan berusahanya merupakan

kewenangan pemerintah pusat,

 objek vital nasional,

 Proyek Strategis Nasional (PSN), dan

 lintas provinsi.

2. Pemerintah Provinsi

 lintas kabupaten/kota, dan

 khusus DKI Jakarta, permohonan KKPR yang bukan

kewenangan pemerintah pusat maka diterbitkan oleh pemerintah

provinsi DKI Jakarta.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota

Kegiatan usaha di suatu kabupaten/kota yang perizinan berusahanya bukan

kewenangan pemerintah pusat atau pemerintah provinsi.

50
3 (tiga) tahapan untuk memperoleh izin usaha Persetujuan Kegiatan

Pemanfaatan Ruang (PKKR) :

Kesesuaian Kegiatan Pemnafaat Ruang (KKPR) sebagai salah satu

syarat penting sebelum melakukan perizinan berusaha dan Persetujuan

Kegaiatan Pemanfaatan Ruang (PKKPR) menjadi salah satu bentuk

pelaksanaan dari KKPR. Menurut Pasal 1 angka 21 Peraturan Menteri

Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 13

Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang

dan Sinkroniasi program Pemanfataan Ruang (Permen ATRBPN 13/2021),

PKKPR adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian antara rencana

kegiatan Pemanfaata Ruang dengan RTR selain RDTR. Tahapan-tahapan

sebelum mendapatkan dokumen PKKPR pelaku usaha terlebih dahulu

melakukan pendaftaran melalui sistem OSS dengan menyertakana dokumen

usulan kegiatan yang paling sedikit dilengkapi dengan (Pasal 11 ayat (1)

Permen ATRBPN 13/2021) : Dokumen Koordinat lokasi Berdasarkan Pasal

11 ayat (4) Permen ATRBPN 13/2021 yang dimaksud dengan Dokumen

koordinat lokasi adalah polygon yang memberikan informasi luasan dan

bentuk lahan atau nomor identifikasi bidang untuk tanag yang telah

bersertifikat; titik; dan/atau garis, Dokumen kebutuhan luas lahan

kegiatan,Dokumen Pemanfaatan Ruang Informasi Penguasaan Tanag,

Dokumen Informasi Jenis Usaha;

51
C. Tinjauan Umum Perseroan Terbatas / Badan Hukum

1. Pengertian Perseroan Terbatas

Istilah Perseroan Terbatas (PT) terdiri dari dua kata, yakni

“Perseroan” dan “terbatas”. “Perseroan” merujuk pada modal PT yang

terdiri atas “sero-sero” atau “saham-saham”. Adapun kata “terbatas”

merujuk pada tanggung jawab pemegang saham yang hanya terbatas pada

nilai nominal semua saham yang dimilikinya. Di dalam hukum Inggris PT

dikenal dengan istilah Limited Company. Yang artinya bertanggug jawab

tidak lebih dari dan semata-mata dengan harta kekayaan yang terhimpun

dalam badan tersebut. Dengan kat alain, hukum inggris lebih menampilkan

segi tanggungjawabnya. 64 Berbeda dengan hukum di Jerman, PT dikenal

dengan istilah Aktien Gesellschaft. Yang berarti hukum Jerman lebih

menampilkan segi saham yang merupakan ciri bentuk usaha ini.

Badan Hukum, dalam bahasa Belanda “Rechtspersoon” adalah suatu

badan yang dapat mempunyai harta kekayaan, hak serta kewajian seperti

orang-orang pribadi. 65 Oleh karena badan hukum adalah subyek, maka

iamerupakan badan yang independenatau mandiri dari pendiri, anggota atau

penanam modal badan tersebut. Badan ini dapat melakukan kegiatan bisnis

atas nama dirinya sendirinya seperti manusia. Bisnis yang dijalankan,

kekayaan yang dikuasai, kontrak yang dibuar semua atas badan itu sendiri.

64
Rudi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, PT. Citra Aditya Bakri, Bandung,
1996. h.43
65
Rochmat Soemitro, Hukum. Perseroan Terbatas, Yayasan dan Wakaf, PT. Eresco, Bandung
1993. h.10

52
Perseroan Terbatas merupakan badan hukum yang oleh hukum diakui

secara tegas sebagai badan hukum, yang cakap melakukan perbuatan hukum

atau mengadakan hubunga hukum dengan berbagai pihak layaknya seperti

manusia. Badan hukum sendiri pada dasarnya adalah suatu badan yang

memiliki hak-hak dan kewajiban-kewajiban untuk melakukan perbuatan

seperti manusia, memiliki kekayaan sendiri, dan digugat dan menggugat

didepan pengadilan. 66 Sesuai Pasal 7 ayat (4) Undang-Undang Perseroan

Terbatas, status badan hukum diperoleh sejak akta pendirian disahkan oleh

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Ini berarti

secara prinsipnya pemegang saham tidak bertanggungjawab secara pribadi

atas seluruh perikatan yang dibuat oleh dan atas nama perseroan dengan

pihak ketiga, dan oleh karenanya tidak bertanggugjawab atas kerugian yang

diderita oleh perseroan.

2. Organ Perseroan Terbatas

Perseroan Terbatas mempunyai alat yang disebut organ perseroan

yang berfungsi untuk menjalanka perseroan. Organ disini maksudnya tidak

oleh para pemegang saham, melainkan oleh suatu lembaga tersendiri, yang
67
terpisah kedudukannya sebagai pemegang saham. Ketiga organ ini

mempunyai fungsi dan kewenangannya masing-masing.

a. RUPS

RUPS adalah organ Perseroan Terbatas yang memiliki kewenangan

eksklusif yang tidak diberikan kepada Direksi dan Dewan Komisaris.


66
Chidir Ali, Badan Hukum, Alumni, Bandung, 1987. h.19
67
Rudhi Pasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 1996.
h.43

53
Menurut Pasal 1 angka 4 UU PT, RUPS adalah organ perseroan yang

mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau

Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-

Undang ini dan/atau anggaran dasar. RUPS mempunyai kewenangan

untuk ;

 Mengambil keputusan sesuai dengan ketentuan forum yang

terdapat dalam UU PT.

 Mengubah anggaran dasar sesuai dengan ketentuan forum

yang terdapat dalam UU PT.

 Menyetujui penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau

pemisahan, pengajuan permohonan pailit, perpanjangan jangka

waktu berdirinya dan pembubaran Perseroan sesuai dengan

ketentuan yang terdapat dalam UU PT.

b. DIREKSI

Direksi mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk

menjalankan perseroan sesuai dengan tujuan dan maksud di

dirikannya perseroan. Direksi yang diangkat oleh perusahaan tidak

harus memiliki kewarganegaraan Indonesia tetapi juga dapat memiliki

kewarganegaraan asing. UU PT sendiri tidak mengatur mengenai

ketentuan warga negara apa yang dapat menduduki jabatan direktur.

Namun, dalam Pasal 46 ayat (1) UU Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa “Tenaga kerja asing

dilarang menduduki jabatan yang mengurusi personalia dan/atau

54
jabatan-jabatan tertentu”, sehingga dapat diartikan jika tenaga kerja

asing boleh menjadi direktur suatu perusahaan kecuali untuk jabatan

yang mengurusi atau berhubungan secara langsung dengan

kepegawaian atau personalia seperti Direktur HRD.

Direksi mempunyai kewenangan untuk menjalan pengurusan

perusahaan dengan kebijakan yang dipandang tepat dan dengan batas

yang ditentukan oleh Undang-Undang dan/atau anggaran dasar. Selain

itu, direksi mempunyai kewajiban untuk;

 Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS dan

risalah rapat direksi

 Membuat laporan tahunan untuk disampaikan kepada RUPS.

 Memelihara seluruh daftar, risalah dan dokumen keuangan

Perseroan diatas dan dokumen Perseroan lainnya.

c. KOMISARIS

Komisaris mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan atas

kebijakan pengursan, jalannya pengurusan pada umumnya kepada

Perseroan ataupun usaha Perseroan kepada Direksi. Ketentuan ini

terdapat dalam Pasal 108 UU PT. Komisaris yang melakukan

pengawasan mempunyai beban tanggung jawab yang sama dengan

Direksi. Kewajiban mengenai tugas komisaris terdapat dalam Pasal

116 UU PT;

 Membuat risalah rapat Dewan Komisaris dan menyimpan

salinannya

55
 Melaporkan kepada Perseroan mengenai kepemilikan

sahamnya dan/atau keluarganya pada Perseroan dan Perseroan

lain

 Memberikan laporan tentang tugas pengawsan yang telah

dilakukan selama tahun buku yang baru lampau kepada RUPS.

Apabila salah satu organ ini tidak ada maka PT tidak dapat di dirikan

atau harus terjadi perubahan anggaran dasar dikarenakan dalam UU

PT telah disebutkan bahwa organ perseroan adalah RUPS, Direksi dan

Dewan Komisaris.

D. Tinjauan Umum Tentang Developer

1. Pengertian

Istilah developer berasal dari bahasa asing yang menurut kamus

bahasa inggris artinya adalah pembangun/pengembang. Sementara itu

menurut Pasal 5 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 tahun

1974, disebutkan pengertian Perusahaan Pembangunan Perumahan yang

dapat pula masuk dalam pengertian developer, yaitu : “Perusahaan

Pembangunan Perumahan adalah suatu perusahaan yang berusaha dalam

bidang pembangunan perumahan dari berbagai jenis dalam jumlah yang

besar di atas suatu areal tanah yang akan merupakan suatu kesatuan

lingkungan pemukiman yang dilengkapi dengan prasarana-prasarana

lingkungan dan fasilitas-fasilitas sosial yang diperlukan oleh masyarakat

penghuninya”. Dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen developer

masuk dalam kategori sebagai pelaku usaha. Pengertian Pelaku Usaha dalam

56
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen yaitu: “Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau

badan usaha, baik yang berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam

wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-

sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai

bidang ekonomi”. Pengembang (developer) dapat pula bekerja membangun

atau mengubah perumahan atau bangunan yang sudah ada sehingga menjadi

perumahan/bangunan yang lebih baru, lebih baik, dan memiliki nilai

ekonomis yang lebih tinggi.

Secara umum,pemegang dapat digolongkan menjadi 3 kategori, yaitu :68

a) Pengembang Besar.Membangun perumahan dengan harga satuan

rumah diatas Rp. 800Juta;

b) Pengembang Menengah.Membangun perumahan dengan harga

persatuan antara Rp. 300Juta hingga Rp. 800Juta;

c) Pengembang Kecil. Mengkhususkan pembangunan perumahan dengan

harga satuan rumah maksimal Rp. 300Juta.

Pengembang (developer) dapat terdiri dari orang perorangan maupun

perusahaan, baik yang belum berbadan hukum (seperti CV atau firma)

maupun perusahaan yang sudah berbadan hukum (seperti CV atau Firma)

maupun perusahaan yang sudah berbadan hukum (seperti PT atau

68
Ibid. h.12

57
Koperasi).69 Mayoritas pengembang di Indonesia bernaung dalam 2 asosiasi

perusahaan pengembang perumahan, yaitu :

- REI (Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia). Pengembang REI

lebih berfokus pada membangun perumahan untuk kalangan

Masyarakat Berpenghasilan Atas (MBA) dan Masyarakat

Berpenghasilan Menengah (MBM). Namun REI juga dapat dilibatkan

untuk membangun perumahan MBR yang antara lain untuk memenuhi

kewajiban membangun rumah murah yang dikaitkan dengan

pembangunan rumah mewah;

- APERSI (Asosiasi Pengmbang Perumahan dan Pemukiman Seluruh

Indonesia). Pengembang APERSI lebih berfokus membangun

perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).70

2. Hak, Kewajiban dan Tanggung Jawab Developer

Tanggung Jawab (Responsbility) dapat didefinisikan sebagai suatu

tanggung jawab secara hukum dari orang atau badan yang menghasilkan

suatu produk. Berbicara mengenai tanggung jawab,maka tidaklepas dari

prinsip-prinsip suatu tanggung jawab. Terkait komitmen-komitmen yang

harus dilaksanakan sebagai pengembang. Untuk menciptakan kenyamanan

dalam berusaha dan untuk menciptakan pola hubungan yang seimbang

antara developer dan konsumen maka perlu adanya hak dan kewajiban

masing-masing pihak. Hal tersebut lebih lanjut diatur dalam Undang-

Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Menurut

69
Ibid.
70
Ibid.

58
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen, meliputi:

a) Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan

mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan.

b) Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen

yang bertikad tidak baik.

c) Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam

penyelesaian hukum sengketa konsumen.

d) Hak untuk merehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum

bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang/jasa yang

diperdagangkan.

Sedangkan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen mengatur mengenai Kewajiban developer yang

meliputi:

a) Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.

b) Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan barang/jasa serta memberi penjelasan penggunaan,

perbaikkan, dan pemeliharaan.

c) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta

tidak diskriminatif;

59
d) Menjamin mutu barang/jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan

berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang

berlaku.

e) Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau

mencoba barang/jasa tertentu serta member jaminan dan/atau garansi

atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan.

f) Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian atas kerugian

akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa

yang diperdagangkan.

g) Memberi kompensasi dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan

tidak sesuai dengan perjanjian.

Bagi developer (pelaku usaha), selain dibebani kewajiban

sebagaimana disebutkan di atas, ternyata dikenakan larangan-larangan yang

diatur dalam Pasal 8 sampai dengan 17 Undang-Undang Nomor 8 tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen. Pasal 8 Undang-Undang Nomor 8

tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mengatur larangan bagi pelaku

usaha yang sifatnya umum dan secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2

(dua), yaitu :

a) Larangan mengenai produk itu sendiri, yang tidak memenuhi syarat dan

standar yang layak untuk dipergunakan atau dipakai atau dimanfaatkan

oleh konsumen.

b) Larangan mengenai ketersediaan informasi yag tidak benar, tidak akurat,

dan yang menyesatkan konsumen.

60
E. Perspektif Islam Tentang Tanah;

1. Konsepsi Hukum Tanah Adat di Indonesia

Hukum adat di Indonesia merupakan kristalisasi nilainilai luhur

kehidupanmasyarakat Indonesia yang mengedepankan keseimbangan

antara kepentinganbersama dengan kepentingan perorangan. Pemilikan

dan pemanfaatan tanah harusmemperhatikan keselarasan dengan

memposisikan manusian dan masyarakatnyadalam posisi yang selaras,

serasi dan seimbang sehingga tidak ada pertentanganantara masyarakat

dengan individu. Lingkungan tanah yang merupakan faktor pendukung

kehidupan kelompok dan para anggotannya itu adalah kepunyaan bersama

masyarakat hukum adat. Hak kepunyaan bersama tersebut telah diterima

secara umum dalam perundang undangan sebagai hak ulayat dan

merupakan hak atas penguasaan atas tanah yang tertinggi dari kelompok

masyarakat hukum adat. Para anggota masyarakat sebagai individu

diperbolehkan untuk menghaki sebahagian tanah ulayat tersebut. Kelompok

masyarakat adat ini merupakan kesatuan yang mempunyai wilayah

tertentu, mempunyai kesatuan hukum, mempunyai penguasa dan memiliki

kekayaan tersendiri.71

Seiring dengan perkembangan kehidupan, maka penggunaan tanah ulayat

tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama, tetapi juga

anggota masyarakat diperbolehkan untuk menguasai sebahagian tanah

ulayat itu untuk dapat digunakan memenuhi kebutuhannya masing-masing.

71
Arie Sukanti Sumantri, Konsepsi yang Mendasari Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional,
(Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2003). h.27

61
Proses penguasaan individu ini terus berlangsung secara turun temurun,

dihormati dan diakui oleh tetangga yang berbatasan dan diakui oleh tetangga

yang berbatasan dan masyarakat hukum adat.

Di daerah yang konsepsi hak ulayatnya tidak tumbuh sebagai suatu

lembaga penguasaan bersama yang kuat, maka penguasa adat tidak

mempunyai peranan yang menentukan dalam pengaturan penguasaan,

pemilikan dan pemanfaatan tanah. Di dalam praktik, kewenangan

pengaturannya berada pada pemerintah swapraja atau kepala desa terutama

pada wilayah yang jauh dari pusat kerajaan.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan mengenai proses

lahirnya hak individu yang merupakan awal pemilikan atas tanah menurut

konsepsi hukum adat, pada dasarnya meliputi unsur-unsur:

a. Penguasaan secara individu dan turun temurun;

b. Penguasaan itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya;

c. Pemanfaatan tanah dengan tetap memelihara selarasan

kepentingan individu dan masyarakat;

d. Memperoleh pengakuan dari penguasa adan dan dihormati

oleh tetangga berbatasan dengan masyarakat adat lainnya;

e. Penguasa adat mempunyai kewenangan mengatur peruntukan dan

penguasaan tanah; Ada hubungan yang bersifat ”Magis-

Relegius” I antara manusia dan tanah.

2. Hak Penguasaan Atas Tanah Menurut Hukum Islam

a. Tanah Tidak Dapat Dikuasai Secara Mutlak;

62
Hak Ulayat itu sebenarnya adalah hak dari pada persekutuan

hukum atas wilayahnya, termasuk segala sesuatu (kekayaan) yang ada

di atasnya. Hasil ini dijaga oleh seluruh anggota masyarakat

persekutuan dengan cara menaati aturan-aturan, demikian juga tentang

pemanfaatannya.

Konsep penguasaan tanah menurut ketentuan Islam. Dalam

dasar-dasar Ekonomi Islam, sumber daya alam sebagai sumber

kesejahteraan dan perannya merupakan aspek penting yang ditekankan

dalam Islam. Semua yang ada di alam, baik matahari, bulan, udara dan

lain-lain; diciptakan untuk menuju kesejahteraan manusia. Semua

diciptakan oleh Allah swt., dan tak ada seseorang yang dapat

memonopolinya. Salah satu alam tersebut adalah permukaan bumi

(surface of the earth), di mana tanah merupakan komponen yang

paling bernilai. Pada prinsipnya, konsep penguasaan tanah dalam

Islam berakar dari konsep bumi, di mana bumi dipandang sebagai satu

sumber daya yang paling bernilai untuk menuju kesejahteraan hidup.72

Dalam kepemilikan mutlak, si pemilik dapat melakukan apapun

yang dia mau tanpa batasan atau pengekangan. Dalam konsep Islam,

kepemilikan mutlah hanyalah milik Allah swt. Hanya Allah yang

dapat melakukan apapun terhadap apa yang ada dibumi. Hanya Dia,

bukan manusia yang dapat mangadakan atau meniadakan,

72
Afzalurrahman, Muhammad sebagai Seorang Pedagang (Muhammad as Trader) (Jakarta:
Yayasan Swarna Bhumy, 2000), h. 63

63
mengambil atau membuang. Dalam Alquran disebutkan (Q.S Al-Njm

: 31) Artinya :

“Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan


apa yang adadi bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-
orang yang berbuatjahat terhadap apa yang telah mereka
kerjakan dan memberi balasankepadaorang-orang yang berbuat
baik dengan pahala yang lebih baik(syurga);”

Menurut ketentuan Islam, baik negara maupun

masyarakat tidak dapatmengklaim sebidang tanah bila keduanya

mengabaikan tanah tersebut melewati bataswaktu 3

tahun. 73 Pemanfaatan atas tanah dalam Islam bukan pada

kemampuanseseorang untuk menguasainya tetapi atas dasar

pemanfaatannya. Sehingga fungsitanah dalam Islam adalah sebagai

hak pengelolaan bukan pada penguasaan.

b. Penguasaan Tanah Bersifat Inklusif;

Hak kepemilikan (right of property) dalam ketentuan Islam

adalah satu bentukyang khas (special form), dalam upaya

menghindarkan bahaya (the evil effects) dari kepemilikan dengan

pola kapitalis dan sekalipun mampu memberi insentif dalam upaya

ekonomi. Ada tiga kondisi dasar untuk tegaknya hak kepemilikan

dalam kesatuan Islam, yaitu:74

1. Kepemilikan tidak bertentangan dengan hukum Islam.

2. Tidak memberikan kerusakan atau kerugian kepada orang lain.

73
Syahyuti,Nilai-Nilai Kearifan Pada Konsep Penguasaan Tanah Menurut Hukum Adat
diIndonesia,dalam Forum Penelitian Agro Ekonomi oleh Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
KebijakanPertanian, Volume 24 No. 1, Juli 2006, h. 20
74
Anonimous, Guidelines of Islamic Economy, (dalam http//www.alislam.org/philosophyofislam/17.htm),
didownload pada 12 September 2009

64
3. Pemilikan tidak tumpang tindih dengan orang lain.

Dalam Alquran, Allah swt., berfirman: (Q.S. Al-Hasyr: 7)

“Apa saja harta rampasan (fa’i) yang diberikan Allah kepada


Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-
kota, maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam
perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-
orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul
kepadamu, Maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu,
maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Amat keras hukumannya.”

Dalam ayat di atas disebutkan bahwa untuk kesempurnaan hidup

masyarakat, selain hukum yang harus dilaksanakan, begitu pula

tentang upaya memfaedahkan benda-benda yang dibutuhkan,

tetapi sangat ditekankan agar tidak jatuh pada kekuasaan

beberapa orang saja yang dengan kesempatan yang ada padanya

lalu mempersempit gerak perekonomian orang banyak. Anjuran

ini juga sesuai dengan semangat dalam pasal 33 Undang-Undang

Dasar 1945.

c. Tanah Boleh Diperjualbelikan;

Sebagaimana dalam hukum adat di Indonesia, dalam Islam orang

yang menggarap tanah terlantar (giving life to the dead land) memiliki

hak khusus (special claim). Orang yang telah menghidupkan

sepetak lahan yang mati menjadi pemilik tanah tersebut. Ketentuan-

ketentuan dasarnya dalam Islam adalah :

1. Siapa yang telah mengusahakan lahan memiliki hak untuk

menguasai (rightofownership).

65
2. Orang yang tidak menanami atau membuatnya produktif, maka ia

tidak dapat mengklaim tanah tersebut.

3. Tanda-tanda belaka (superficial occupation and marking) tidak

cukup untuk mengklaim kepemilikan, karena mereka harus

membuat tanah tersebut pruduktif dengan bekerja di atasnya.

4. Seseorang yang telah mengklaim sepetak lahan, hanya berhak

sepanjang ia mengusahakan tanah tersebut secara ekonomi

(bukan untuk menjualnya). Menurut suatu hadist, barang siapa

yang menghidupkan tanah mati, maka ia paling berhak

atasnya.75

Dalam hukum Islam tidak diatur secara khusus hak milik

atas tanah, tetapi dikenal adanya konsepsi hak milik atas harta,

di mana tanah termasuk di dalamnya. Sehubungan dengan itu,

selanjutnya diutarakan berbagai pendapat mengenai konsepsihak milik

atas harta.Abdullah Syah mengemukakan bahwa Islam telah

mengariskan haluannyadalam hal harta berdasarkan prinsip-prinsip

sebagai berikut :76

Pertama,Harta adalah milik Allah, sebagaimana firmanAllah

swt., dalam Alquran (Q.S An-Nur: 33), yang artinya :

“….., dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta


Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu….”

75
Afzalurrahman, Muhammad sebagai Seorang Pedagang, h.68-69
76
Abdullah Syah, Harta Menurut Pandangan Al-qur’an (Medan: Institut Agama Islam Negeri
Press, 1992), h.1-2

66
Kedua,manusia diberi hak penguasaan terhadap harta. Hal ini

dijelaskan dalam firman Allah SWT (Q.S Al-Hadid: 7), yang artinya :

“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan


nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan
kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman diantara kamu
dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang
besar.”

Ketiga,pemilik harta bebas dalam mengembangkan

hartanya. Syaratkebebasan ini adalah tidak membahayakan

masyarakat, dan masyarakat mempunyaihak tersebut.

Keempat,harta sebagai sarana bukan tujuan. Alquran

membenarkan hartadijadikan sarana apabila harta tersebut suci

sumbernya dan baik penggunaannya.Harta bukan saja sebagai milik

pribadi, tetapi juga merupakan hak masyarakat.

Berkenaan dengan hak milik yang telah disebut di muka,

di dalam Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) No. 5 tahun 1960

pasal 20 yang dinyatakan:

(1) Hak milik adalah turun menurun, terkuat dan terpenuh yang dapat

dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam

pasal 6.

(2) Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada orang lain.

Selanjutnya dari jenis-jenis hak atas tanah dapat dilihat di dalam

pasal 16 ayat (1) 16 UUPA.

Di antara hak-hak yang disebutkan dalam UUPA, tampaknya

hak yang paling kuat adalah hak milik. Hak milik merupakan hak

67
yng memberikan kewenangan kepada pemiliknya untuk

memberikan kembali suatu hak lain di atas bidang tanah yang

dimilikinya tersebut yang hampir sama dengan kewenangan

negara (sebagai penguasa) untuk memberikan hak atas tanah kepada

warganya.

68
BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Peran Notaris dalam pelaksanakan izin lokasibagi pelaku usaha

perumahan atau industri melalui Sistem Online Single Submission-Risk

Based Approach (OSS-RBA) berbasis resiko di Badan Pertanahan

Nasional Kabupaten semarang.

Notaris memiliki kewenangan dalam membuat akta otentik untuk

semua perbuatan, perjanjian, dan menurut ketetapan yang diharuskan sesuai

dalam peraturan perundang-undangan dan/atau apa yang dikehendaki oleh

mereka yang berkepentingan untuk dinyatakan/dicantumkan dalam akta

otentik, untuk menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan

akta, memberikan grosse, salinan, dan kutipan akta. Hal tersebut diatas

sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 15 ayat (1) UUJN. Notaris juga

berwenang untuk mengesahkan tanda tangan dan juga menetapkan kepastian

tanggal surat yang dilakukan dibawah tangan dengan mendaftarkannya

didalam buku khusus.77

Pasal 16 ayat (1) memuat kewajiban Notaris yang harus dijalankan

dengan sungguh-sungguh yang juga diawasi dengan adanya kode etik

Notaris sebagai kaidah moral yang dibentuk oleh perkumpulan Ikatan

Notaris Indonesia (INI) untuk ditaati oleh Notaris dalam menjalankan tugas

dan kewajibannya serta dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.


77
Aris Yulia, 2019, Profesi Notaris di Era Industrialisasi dalam Perspektif Transendensi
Pancasila, Jurnal Law and Justice, Vol. 4 No. 1.

69
Untuk mendirikan suatu perusahaan berdasarkan undang-undang,

maka Notaris selaku Pejabat Umum berwenang membuat akta pendirian

badan usaha. Badan usaha di Indonesia beraneka ragam jenisnya. Secara

garis besar ditinjau dari status badan hukumnya, badan usaha terbagi

menjadi dua kelompok, yaitu badan usaha yang tidak berbadan hukum dan

perusahaan yang berbadan hukum, badan usaha yang berbadan hukum salah

satunya adalah Perseroan Terbatas (untuk selanjutnya disingkat PT).

Pengembang Perumahan/Pemukiman di Kabupaten Semarang saat ini

hanya bisa dilakukan perusahaan yang berbadan hukum 78 dan menjadi

anggota REI (Real Estate Indonesia).Pasal 1 angka 1 UU Nomor 40 Tahun

2007 menyebutkan definisi dari PT adalah “Perseroan Terbatas, yang

selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum yang merupakan

persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan

usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta

peraturan pelaksanaannya”. Peran Notaris dalam pendirian PT dengan

pelaku usaha perumahan sangat dibutuhkan di era modern ini, sehingga

Notaris harus menguasai prosedur pendirian PT dari mulai membuat Akta

Pendirian sampai dengan pengurusan SK Kemenkumham dan urusan

administratif lainnya, sehingga PT yang bersangkutan dapat beroperasi


79
dengan legalitas yang tepat. Di Indonesia Peseroan Terbatas (PT)

merupakan subjek hukum berstatus badan hukum dan sebagai institusi yang

78
Valeanto Sukendro (Kepala DPMPTSP Kabupaten Semarang, Wawancara 8 Agustus 2022);
79
Willy Brordous (Wawancara : 01 Agustus 2022)

70
mempunyai maanfaat untuk memperoleh sejumlah keuntungan ekonomi

yang mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan badan usaha lain,baik

ditinjau dari segi aspek ekonomi maupun segi aspek yuridis. Perseroan

Terbatas merupakan subjek hukum yang berhak menjadi pemegang hak dan

kewajiban, termasuk menjadi pemilik dari suatu benda atau harta kekayaan

tertentu. Untuk mendirikan Perseroan Terbatas dengan Bidang Usaha

Perumahan, harus dipenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh Undang-

UndangNomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Syarat-Syarat

tersebut adalah sebagai berikut :80

a. Perjanjian dua orang atau lebih.

Menurut Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas,

Perseroan harus didirikan oleh dua orang atau lebih. Ketentuan

minimal dua orang ini menegaskan prinsip yang dianut oleh Undang-

Undang Perseroan Terbatas, yaitu perseroan sebagai badan hukum

dibentuk berdasarkan perjanjian.Oleh karena itu, Perseroan Terbatas

mempunyai lebih dari satu pemegang saham.

b. Dibuat dengan akta autentik di depan Notaris

Perjanjian untuk membuat suatu atau mendirikan suatu perseroan

harus dengan akta autentik notaris dan harus berbahasa indonesia

(Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas). Perjanjian merupakan suatu akta pendirian yang

sekaligus memuat anggaran dasar yang telah disepakati.

80
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia,(Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2005). H. 43-44

71
c. Modal Dasar

Modal dasar perseroan paling sedikit adalah Rp 50.000.000,- (lima

puluh juta rupiah), tetapi untuk bidang usaha tertentu diatur sendiri

dalam suatu Undang-Undang Perseroan Terbatas Pasal 32 ayat (1)

yang bisa atau boleh melebihi ketentuan ini.

d. Pengambilan Saham saat Perseroan Didirikan.

Setiap pendiri perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat

perseroan didirikan (Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas).Ketentuan Pasal ini

merupakan wujud pernyataan kehendak pendiri ketika membuat

perjanjian pendirian perseroan.

Ada beberapa pengaturan mengenai pendirian PT tercantum dalam

Pasal 7 ayat (1) sampai dengan ayat (7) UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang

PT yang berbunyi:

1) Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris

yang dibuat dalam bahasa Indonesia.

2) Setiap pendiriPerseroan wajib mengambil bagian saham pada saat

Perseroan didirikan.

3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam

rangka Peleburan.

4) Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal

diterbitkannya keputusan menteri mengenai pengesahan badan hukum

Perseroan.

72
5) Setelah Perseroan memperoleh status badan hukum dan pemegang

saham menjadi kurang dari 2 (dua) orang, dalam jangka waktu paling

lama 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut pemegang

saham yang bersangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya

kepada orang lain atau Perseroan mengeluarkansaham baru kepada

orang lain.

6) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) telah

dilampaui, pemegang saham tetap kurang dari 2 (dua) orang,

pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala

perikatan dan kerugian Perseroan, dan atas permohonan pihak yang

berkepentingan, pengadilan negeri dapat membubarkan Perseroan

tersebut.

7) Ketentuan yang mewajibkan Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang

atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan ketentuan pada

ayat (5), serta ayat (6) tidak berlaku bagi :

a) Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara; atau

b) Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan

penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan

lembaga lain sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang

Pasar Modal.

Ketentuan dalam ayat ini menegaskan prinsip yang berlaku

berdasarkan undang-undang ini bahwa pada dasarnya sebagai badan hukum,

73
Perseroan didirikan berdasarkan perjanjian, karena itu mempunyai lebih dari

1 (satu) orang pemegang saham.

Mengenai substansi dalam Akta Pendirian PT diatur dalam Pasal 8

UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang PT yang menyebutkan:

1) Akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan

dengan pendirian Perseroan.

2) Keterangan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat

sekurangkurangnya :

a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal,

dan kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau nama, tempat

kedudukan dan alamat lengkap serta nomor dan tanggal keputusan

menteri mengenai pengesahan badan hukum dari pendiri

Perseroan;

b. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal,

kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang

pertama kali diangkat;

c. nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham,

rincian jumlah saham, dan nilai nominal saham yang telah

ditempatkan dandisetor.

3) Dalam pembuatan akta pendirian, pendiri dapat diwakili oleh orang

lain berdasarkan surat kuasa.

Pendirian Perseroan Terbatas dilakukan dihadapan Notaris dengan

prosedur membuat akta pendirian. Adapun persyaratan dokumen atau

74
material yang harus dipersiapkan. Sebagai kelengkapan sebelum membuat

akta pendirian PT adalah sebagai berikut :81

a. Kartu Tanda Penduduk para pendiri dan Kartu Keluarga khusus untuk

jabatan Direktur/Direktur Utama, baik asli atau fotocopinya.

b. Keterangan Modal Dasar dan Modal Disetor.

c. Keterangan nama dan susunan direksi dan Komisaris PT, serta jumlah

Dewan Direksi dan Dewan Komisaris.

d. Jumlah saham yang akan diambil oleh masing-masing pendiri untuk

PT yang akan didirikan. Hal ini untuk mengetahui struktur

permodalan PT tersebut nantinya. Misalnya ;Pendiri A 25%, pendiri

B = 50%, sedangkan pendiri C = 25%;

e. Menyiapkan Kode KBLI yang bergerak di bidang perumahan. Untuk

usaha dibidang perumahan biasanya memakai KBLI dengan kode

68111 (Real Estat yang dimiliki sendiri atau disewa). Kelompok ini

mencakup usaha pembelian, penjualan, persewaan dan pengoperasian

real estat baik yang dimiliki sendiri maupun disewa, seperti bangunan

apartemen, bangunan hunian dan bangunan non hunian (seperti

fasilitas penyimpanan/gudang, mall, pusat perbelanjaan dan lainnya)

serta penyediaan rumah dan flat atau apartemen dengan atau tanpa

perabotan untuk digunakan secara permanen, baik dalam bulanan atau

tahunan. Termasuk kegiatan penjualan tanah, pengembangan gedung

untuk dioperasikan sendiri (untuk penyewaan ruang-ruang di gedung

81
Adib Bahari, Prosedur Cepat Mendirikan Perseroan Terbatas, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia,
2010. H.28-29.

75
tersebut), pembagian real estat menjadi tanah kapling tanpa

pengembangan lahan dan pengoperasian kawasan hunian untuk rumah

yang bisa dipindah-pindah. Berdasarkan Peraturan BKPM Nomor 4

Tahun 2021 pada pasal 12 pengecualian dari ketentuan minimum nilai

investasi bagi PMA yaitu total investasi lebih besar dari Rp10M,diluar

tanah dan bangunanperbidang usaha KBLI 5 (lima) digit per lokasi

proyek, berlaku diantaranya untuk kegiatan usaha pembangunan dan

pengusahaan properti dengan ketentuan berupa :

- Properti dalam bentuk bangunan gedung secara utuh atau komplek

perumahan secara terpadu dengan ketentuan nilai investasi lebih

besar dari Rp 10M termasuk tanah dan bangunan; atau

- Unit properti tidak dalam 1 (satu) bangunan gedung secara utuh

atau 1 (satu) kompleks perumahan secara terpadu,nilai investasi

lebih besar dari Rp 10M diluar tanah dan bangunan.

Ruang Lingkup kegiatan pusat perbelanjaan Skala Usaha

Menengah/Besar, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun

2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko

pada Lampiran II Sektor Perdagangan, dan Peraturan Pemerintah

Nomor 29 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perdagangan

pada Pasal 97, dipersyaratkan:

- Pendirian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan mengenai pusat perbelanjaan; dan

76
- Wajib menyediakan dan/atau menawarkan Ruang Usaha dalam

rangka kemitraan dengan harga jual atau biaya sewa sesuai

kemampuan kepada usaha mikro dan kecil.

Akta pendirian PT yang dibuat dihadap Notaris inilah yang disebut

sebagai akta otentik, dan menjadi bukti dari setiap sahnya perjanjian

maupun tindakan hukum yang tercantum didalamnya, sehingga produk

hukum yang dikeluarkan notaris tersebut harus mengikuti tata cara

pembuatannya sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-

undangan. Maknanya adalah setiap apa yang tercantum dalam akta tersebut

harus dianggap benar adanya, sampai ada pihak lain yang dapat

membuktikan bahwa apa yang tercantum dalam akta tersebut tidak benar.

Salah satu syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320

KUHPerdata, yaitu Kecakapan para pihak dalam membuat suatu

perjanjian.82

Akta pendirian PT memuat anggaran dasar dan keterangan lain

berkaitan dengan pendirian Perseroan, dalam pembuatan akta pendirian,

pendiri dapat diwakili oleh orang lain berdasarkan surat kuasa. Perseroan

memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya Keputusan

Menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan. Untuk mendapatkan

Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan

sebagaimana diatur dalam pasal 7 ayat (4) UU Nomor 40 Tahun 2007

tentang PT, para pendiri mengajukan permohonan melalui jasa teknologi

82
Ida Ayu Putru, et.al, 2016, Pengesahan Akta Notaris Bagi Penghadap Yang Mengalami Cacat
Fisik, Jurnal Hukum, Universitas Udayana, Bali

77
informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik kepada

Menteri, dalam hal ini pendiri hanya dapat memberikan kuasanya kepada

Notaris. Akta pendirian PT kemudian menjadi dasar untuk pendaftaran

perizinan PT dalam sistem OSS-RBA.

Seluruh proses di atas dilakukan baik oleh pelaku usaha maupun

notaris dengan mengacu pada prosedur yang telah dikeluarkan oleh

Lembaga OSS-Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan sesuai

dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2018

Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik.

Notaris juga wajib memberikan edukasi pada pelaku usaha untuk cermat

dalam memilih bidang usaha yang memang betul-betul akan dijalaninya,

dengan melihat dan memahami Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia

(KBLI) Tahun 2020, Hal ini untuk mendorong agar perusahaan dapat

membangun keahlian atau core expertise di bidang usaha tertentu. Jika

KBLI sudah ditentukan oleh pelaku usaha, maka pelaku usaha segera

mengkomunikasikan pada Notaris.

OSS-RBA merupakan istilah popular Elektronik sebagaimana diatur

dalam PP Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha

Terintegrasi Secara Elektronik. Pengaturan OSS dituangkan dalam dalam

suatu Peraturan Pemerintah (PP), yang mempunyai hierarki perundang yang

tinggi, hanya setingkat di bawah Undang-Undang (UU), sehingga semua

Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, Peraturan Daerah dan sebagainya

harus tunduk dan menyesuaikan dengan sistem OSS. Pendaftaran melalui

78
sistem OSS-RBA dilakukan oleh Pelaku usaha yang meliputi perorangan

maupun non perorangan. Menurut Pasal 6 angka (3) PP Nomor 24 Tahun

2018 yang disebut dengan pelaku usaha non perorangan adalah

a. Perseroan Terbatas;

b. Perusahaan Umum;

c. perusahaan umum daerah;

d. badan hukum lainnya yang dimiliki oleh negara;

e. badan layanan umum;

f. lembaga penyiaran;

g. badan usaha yang didirikan oleh yayasan;

h. koperasi;

i. persekutuan komanditer (commanditaire vennootschap);

j. persekutuan firma (venootschap onder firma); dan

k. persekutuan perdata.

Dasar kebijakan reformasi perijinan berusaha dalam OSS diawali

dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 91 tahun 2017 tentang

Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Berusaha dan setelahnya dikeluarkan

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan

Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik. Tujuan utamanya adalah untuk :83

1. Mempercepat pelayanan perizinan berusaha melalui penerapan Sistem

Pelayanan Perizinan Terintegrasi Secara Elektronik (OSS), Memberikan

83
DPMPTSP Kabupaten Semarang, 2018, “Online Single Submission (OSS) Sebagai
Implementasi Kemudahan Dalam Berusaha (Ease Of Doing Of Business Berdasarkan PP 24
Tahun 2018”, disampaikan dalam Diskusi Hukum Pengurus Daerah Kota Depok Ikatan Notaris
Indonesia (INI).

79
fasilitas sistem checklist (hutang perizinan) di kawasan-kawasan

ekonomi, Menerapkan sistem data sharing..

2. Untuk menjaga efektivitas dan kepastian pelaksanaan berusaha dibentuk

satgas-satgas (leading sector dan pendukung);

3. Untuk mendukung kemudahan pelaksanaan berusaha dilakukan

reformasi regulasi.

4. Semua pelayanan perizinan berusaha hanya dilakukan melalui PTSP

(BKPM, DPM-PTSP Provinsi, dan DPM-PTSP Kabupaten/Kota) yang

dikawal dan dibantu penyelesaiannya oleh Satgas. Berikut terlampir alur

mengenai prinsip dasar dikeluarkannya PP Nomor 24 Tahun 2018

tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik:

Ketika PT sudah menjadi badan hukum, maka PT disebut juga sebgai

subjek hukum baru yang tentu saja memiliki hak dan kewajiban. 84 Proses

pendirin PT melalui Akta Pendirian dan dilanjutkan dengan pengesahan PT

menjadi Badan Hukum, bukan berarti pendirian PT berhenti sampai disini,

karena fokus dari suatu pendirian PT adalah supaya pelaku usaha dapat

melakukan perbuatan hukum atas nama PT sesuai dengan bidang usahanya

serta maksud dan tujuan pendirian PT yang termuat dalam Akta Pendirian

dan Anggaran PT. Dalam hal ini OSS-RBA hadir untuk memfasilitasi

perizinan yang dibutuhkan PT untuk menjalankan usahanya.

Hasil wawancara penulis dengan Notaris Willybrordous Budi

Purnomo, Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan Notaris Kabupaten


84
Notaris Willybrordous Budi Purnomo, Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, Wawancara,
Tanggal 01Agustus 2020 pukul 11.00 WIB, bertempat di Kantor Notaris dan PPAT Willybrordous
Budi Purnomo Mardiana, SH., M.Kn.

80
Kendal merangkum hal-hal terkait Permohonan Izin Lokasi atau yang

sekarang disebut dengan KKPRdalam sistem OSS-RBA, adalah sebagai

berikut:

1. Pengesahan Badan Hukum yang telah dilakukan melalui AHU Online,

secara otomatis terintegrasi pada sistem OSS-RBA;

2. Setelah semua proses pada AHU Online selesai, maka dilakukan

pengurusan Nomor Induk Berusaha (NIB) pada sistem OSS-RBA.

Sebelumnya menjalankan proses pada sistem OSS-RBA, biasanya

Notaris Willybrordous Budi Purnomo menyarankan kepada

klien/pelaku usaha untuk memproses sendiri perizinan-perizinan yang

dibutuhkan, tetapi biasanya klien meminta bantuan Notaris untuk

melakukannya. Pada proses ini, sebelumnya Notaris meminta alamat

email pribadi ke salah satu pelaku usaha yang bersangkutan untuk

dapat melakukan log in. Selanjutnya dilakukan pendaftaran dengan

membuat akun baru, yang kemudian dikirimkan melalui email

tersebut untuk diverifikasi;

3. Setelah akun siap, maka Notaris bisa melakukan tarik data dari sistem

AHU Online. Notaris selanjutnya melengkapi data yang masih kosong

dan kemudian melakukan tarik data dan simpan data untuk

permohonan pembuatan Hak Akses OSS RBA;

4. Setelah dilakukan proses tarik data dan simpan data, maka secara

otomatis akan keluar nama PT, Nomor SK, Maksud dan Tujuan, dan

Nomor Akta Notaris, dilanjutkan dengan permohonan baru

81
NIBsetelah itu akan ditujukan ke step KKPR dengan bidang usaha

yang sudah ditentukan oleh pelaku usaha perumahan.

5. Untuk usaha perumahan yang UMK Izin Lokasi atau yang sekarang

disebut dengan KKPR diberikan kemudahan dengan hanya perlu

menyampaikan Pernyataan Mandiri, yang sudah tersedia dalam OSS

berbasis risiko, bahwa lokasi usaha telah sesuai dengan tata ruang dan

bersedia dikenakan sanksi sesuai peraturan yang berlaku jika di


85
kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian. Contoh pernyataan

mandiri sebagai pengganti KKPR UMK sebagai berikut :

Gambar 3.1

6. Untuk Bidang Usaha KBLI Real Estat yang Non UMK atau yang

modal usaha diatas Rp 5.000.000.000,- (lima miliar) akan diarahkan

85
https://oss.go.id/informasi/persyaratan-dasar?tab=kesesuaian-ruang&page=1(Akses pada tanggal
20 Agustus Pukul 00.57 WIB)

82
ke Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKKPR)

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Persetujuan Kesesuaian

Kegiatan Pemanfaatan Ruang (PKKPR) tanpa penilaian tidak

dikenakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Yang dikenakan

PNBP hanyalah PKKPR dengan tahapan penilian atau verifikasi.

7. Yang perlu disiapkan sebelum pengisian data KKPR di sistem OSS-

RBA yaitu menyiapkan Peta Poligon.

8. Berikut beberapa langkah pengisian data permohonan KKPR di Sitem

OSS-RBA antara lain sebagai berikut :

a. Melakukan Permohonan Baru NIB, dan memasukan data-data yang

masih kosong ke dalam KBLI 68111 (Real Estat Yang Dimiliki

Sendiri Atau Disewa), seperti gambar di bawah ini :

Gambar 3.2

b. Jika sudah memasukkan KBLI dengan kode diatas maka langkah

selanjutnya, sebagai berikut :

83
Gambar 3.3

c. Isikan Alamat usaha yang akan dimohonkan Izin Lokasi/KKPRnya,

seperti contoh gambar dibawah ini :

Gambar 3.4

d. Siapkan File peta polygon dengan file zip dan di upload ke sistem

OSS- RBA, contoh gambar sebagai berikut :

84
Gambar 3.5
e. Setelah terupload ke sistem, kemudian klik Cek RDTR dan

Kegiatan, Jika ada jawaban “Tidak ada RDTR yang dipilih” maka

PKKPR akan melakukan verifikasi sesuai kewenangannya,seperti

gambar dibawah ini :

Gambar 3.6

f. Setelah itu siapkan dokumen detail Rencana Teknis Bangunan

dengan file PDF untuk di upload ke sistem, dan isi Detai Rencana

85
Bangunan yang masih kosong sesuai tanah yang akan dimohonkan

KKPR seperti gambar dibawah ini :

Gambar 3.7

Gambar 3.8

g. Setelah itu masukkan data investasi bidang usaha, seperti gambar

dibawah ini :

86
Gambar 3.9

h. Setelah semua nilai Data Investasi, kemudian klik Validasi Resiko

seperti gambar dibawah ini :

Gambar 3.10

Jika disetujui makan akan muncul keterangan berwarna hijau,

seperti gambar dibawah ini :

87
Gambar 3.11

i. Jika ditahap ini sudah selesai maka dan telah mengisi produk dan

jasa maka klik selesai seperti gambar dibawah ini :

Gambar 3.12

88
Gambar 3.13

j. Setelah semuanya terisi, scroll kebawah untuk melanjutkan step

berikutnya seperti gambar dibawah ini :

Gambar 3.14

k. Setalah itu akan muncul status KKPR Belum diproses, dan

lanjutkan permohonan berusaha seperti gambar dibawah ini :

89
Gambar 3.15

Gambar 3.16

Maka akan muncul informasi seperti gambar 3.16;

l. Lakukan pengecekan skala berkala di sistem OSS-RBA seperti

gambar dibawah ini :

90
Bupati Kab.
Semarang-Kepala
DPMPTSP Kab
Semarang

Gambar 3.17

Karena wilayah yang dimohonkan daerah Kabupaten Semarang,

maka kewenangan daerah untuk PKKPR Darat ada di Bupati

Kabupaten Semarang dan Kepala DPMPTS Kabupaten Semarang.

DPMPTS wajib memberikan hak akses bagi pihak tata ruang untuk

pemeriksaan PKKPR tersebut.

m. Setelah pihak Tata Ruang memverfikasi data dari DPMPTS untuk

pemeriksaan maka pihak Tata Ruang akan memberikan hak ases

kepada Badan Pertanahan untuk diverifikasi, seperti gambar

dibawah ini :

Gambar 3.18

91
n. Setelah proses verifikasi pihak Tata Ruang selesai maka sistem

akan memberikan informasi seperti gambar dibawah ini :

Gambar 3.19

o. Contoh SPS yang akan diterima pelaku usaha seperti gambar

dibawah ini :

Gambar 3.20

p. Setelah dilakukan pembayaran PNBP makan pihak Tata Ruang

akan melanjutkan verifikasi Persetujuan KKPR dan dilanjutkan

kewenangannya kepada Kantor Badan Pertanahan Kabupaten

Semarang.

92
q. Notaris selaku kuasa dari pelaku usaha terus melakukan cek skala

berkala untuk mendapatkan informasi terkait permohonan KKPR

yang dimohonkan, seperti gambar dibawah :

Gambar 3.21

r. Kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan

Industri, maka permohonan KKPR diproses melalui PKKPR

tanpa penilaian, sehingga terbit secara otomatis.

s. Setelah semua sayarat dan dokumen dari DPMPTSP, Tata

Ruang, dan Kantor Badan Pertanahan lengkap maka PKKPR

akan dikeluarkan dan bisa didwoanload di Sistem OSS-RBA

seperti pada gambar dibawah ini :

93
Gambar 3.22

94
Berdasarkan penelitian, berikut teori hasil penelitian tentang Peran Notaris

dalam pelaksanaan izin lokasi bagi pelaku usaha perumahan atau Industri melalui

sitem online single submission (OSS) Berbasis Resiko di Badan Pertanahan

Nasional Kabupaten Semarang.

1. Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan berdasarkan Teori

Kewenangan menurut Philipus M Hadjon yang berpendapat bahwa

Kewenangan ada dua kategori yaitu kebijaksanaan dan kebebasan penilaian

yang selanjutnya disimpulkan bahwa ada 2 Jenis kekuasaan bebas yaitu

Kewenangan untuk memutuskan mandiri dan kewenangan terhadap norma-

norma tersamar.

Adapun Kewenangan Notaris dalam peran notaris dalam pelaksanaan izin

lokasi bagi pelaku usaha perumahan atau industri melalui sistem online

single submission (OSS) berbasis resiko di Badan Pertanahan Nasional

Kabupaten Semarang adalah membuat akta pendirian pelaku usaha yang

akan membuat permohonan Izin Lokasi atau KKPR di sistem OSS-RBA ke

Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Semarang. Tidak cukup hanya akta

pendirian saja karena pelaku usaha mau mendirikan Badan Usaha yang

berbadan Hukum contohya Perseroan Terbatas maka Notaris perlu

mendaftrakan Akta Pendirian Pelaku Usaha kedalam sistem AHU Online,

yang menjadi dasar untuk perekaman data ke sistem OSS-RBA.

Pada dasarnya sistem OSS-RBA bisa diakses semua pelaku usaha tanpa jasa

Notaris, kurangnya Sumber Daya Manusia yang belum bisa mengakses

sistem OSS-RBA dan tidak mau ribet mengakses sistem, maka pelaku usaha

95
memberikan kuasa kepada Notaris untuk melakukan permohonan Hak

Akses. Karena Notaris adalah Pejabat umum yang menjalankan profesi

dalam memberikan jasa hukum kepada masyarakat atau pengusaha yang

mau melegalkan dan menjalankan usahanya, maka dalam Kode Etik dalam

Pelayanan Publik Notaris, Notaris akan melayani dengan sepenuh hati

kepada pelaku usaha terkait pengurusan Izin Lokasi/KKPR di Badan

Pertanahan Nasional Kabupaten Semarang.

2. Dalam penelitian tesis ini, memakai Teori Kepastian Hukum menurut

Gustav Radbruch yang mana pula Notaris memberikan kepastian hukum

terhadap penghadap yang mana Akta yang dibuat notaris sangat memiliki

peranan penting dalam menciptakankepastian hukum.

Pada Pasal 1870 KUHPerdata diakatakan bahwa akta autentik memberi

perjanjian yang absolut kepada para pihak yang membuatnya. Dengan

demikian maka pentingnya Jabatan Notaris yang diberikan oleh Undang-

Undang untuk membuat perangkat atau alat pembuktian yang absolut dan

karenanya akta autentik tersebut pada hakikatnya dinilai benar.

96
B. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Izin Lokasi bagi pelaku

usaha perumahan atau industri melalui Sistem Online Single

Submission-Risk Based Approach (OSS-RBA) berbasis resiko di Badan

Pertanahan Kabupaten Semarang dan solusinya.

Maksud dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018

tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik adalah

bahwa Presiden Joko Widodo selaku kepala pemerintahan tertinggi,

“memaksa” pemerintah daerah untuk segera menyelenggarakan perizinan

berusaha terintegrasi secara elektronik atau OSS. (Dengan diundangkannya

PP 24/2018 tentunya mengubah secara mendasar sistem penerbitan izin di

Indonesia. OSS dimaksudkan untuk mempermudah pelaku usaha

mendapatkan legalitas. Pemangkasan prosedur yang lama dimana pada

mulanya pemohon izin memenuhi syarat-syarat terlebih dahulu barulah

mendapatkan izin usaha kini melalui OSS para pelaku usaha diberikan

kemudahan informasi dan kejelasan prosedur dalam berbagai tahap

sebagaimana dapat diakses melalui laman url: http://oss.go.id. Kemudahan-

kemudahan tersebut dapat penulis simpulkan sebagai faktor pendukung bagi

Notaris dalam menjalankan prosedur perizinan berusaha pada sistem OSS-

RBA adalah sebagai berikut:

1. Sistem OSS-RBA sudah modern, mengikuti perkembangan teknologi,

sehingga dalam mengurus perizinan tidak perlu secara manual lagi,

pengurusannya menjadi lebih efektif dna efisien;

97
2. Sistem OSS-RBA berdurasi sangat cepat, selama tidak terjadi kerusakan

pada sistem, maka semua prosesnya bisa diselesaikan dalam waktu satu

hari asalkan berkas yang dibutuhkan sudah lengkap;

3. Sosialisasi mengenai penggunaan sistem OSSRBA banyak

diselenggarakan oleh pihakpihak terkait seperti BKPM, Pemerintah

Kabupaten/Kota, maupun Perkumpulan Notaris yang terhimpun dalam

Ikatan Notaris Indonesia, sehingga Notaris bisa terus mengupgrade ilmu

dan informasi terbaru seputar OSS-RBA.

Dalam perjalanannya, dalam kurun waktu kurang lebih tiga tahun, sistem

OSS semakin dirasakan manfaatnya baik bagi pelaku usaha, maupun

Notaris yang membantu pelaku usaha dalam membuat Akta Pendirian

Badan Usaha dan melakukan perekaman data perusahaan. Akan tetapi

hambatan-hambatan juga timbul sehingga mempengaruhi proses yang

sedianya dapat berjalan cepat, menjadi lebih lama. Adapun beberapa faktor

penghambat yang dialami oleh Notaris adalah sebagai berikut: 86

1. Beberapa kali terjadi server down atau ada kerusakan pada aplikasi

OSS yang tentu saja membutuhkan waktu lebih lama untuk merekam

data pelaku usaha, padahal Notaris sudah berkomitmen melakukan

pelayanan yang terbaik dengan waktu yang singkat bagi klien;

2. Dalam melakukan upload data di sistem OSS-RBA harus dilakukan

pada hari yang sama, karena jika dilakukan keesokan harinya,

86
Ibid

98
seringkali tidak terekam dengan sempurna, data banyak yang hilang,

sehingga mau tidak mau harus diulang lagi dari awal;

3. Jika terdapat kendala, notaris atau staf menghubungi call center atau

helpdesk IT sistem OSS, tetapi responnya terkadang lama;

4. Sistem OSS-RBA tidak hanya bisa diakses oleh notaris saja, justru

pelaku usaha yang bersangkutan bisa melakukan perizinan usahanya

secara mandiri. Permasalahan yang kerapkali terjadi adalah,

komunikasi yang kurang antara klien dengan notaris, karena di satu

sisi notaris yang membuat Akta Otentiknya, di sisi lain pelaku usaha

yang merekam data pada sistem OSS.

5. Kadang terjadi miss komunikasi antara Notaris dengan instansi terkait

jika PKKPR tidak bisa diproses;

6. Belum adanya sosialisasi secara spesifik untuk permohonan PKKPR

di Instansi terkait;

Hambatan-hambatan dalam menggunakan sistem OSS-RBA juga

dirasakan oleh Notaris Willybrordous Budi Purnomo, beberapa diantaranya

adalah:

1. Dalam penginputan data untuk mendapatkan pengesahan badan hukum di

AHU Online, NPWP setiap pelaku usaha harus valid dan aktif, jika tidak

aktif, maka pelaku usaha harus datang langsung ke kantor pajak

setempat;

2. Pada saat melakukan tarik data di sistem OSS-RBA yang terintegrasi

dengan AHU Online, terkadang tidak muncul data, karena salah

99
pengetikan Nomor Induk Kependudukan, sehingga dibutuhkan ketelitian

yang sangat tinggi;

3. Terkait dengan maksud dan tujuan perseroan, terkadang Notaris dan

klien kesulitan berkomunikasi dalam menentukan jenis usahanya yang

sesuai dengan KBLI, karena banyaknya pilihan, sehingga klien dituntut

untuk cermat dalam memilih bidang usaha yang betul-betul akan

dijalankan.

4. Persiapan peta polygon untuk data permohonan PKKPR, Untuk peta

polygon bukan kewenangan notaris, pelaku usaha biasanya

membutuhkan bantuan kepada orang yang lebih ahli untuk penataan titik

koordinasi lokasi;

Berdasarkan penelitian, berikut teori hasil penelitian tentang Hambatan-

Hambatan dalam pelaksanaan izin lokasi bagi pelaku usaha perumahan/insudtri

melalui sistem OSS-RBA berbasis resiko di Badan Pertanahan Nasional

Kabupaten Semarang.

1. Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan berdasarkan Teori- teori

yang saya gunakan sebagai penelitian ini adalah Teori Kewenangan menurut

Philipus M Hadjon yang berpendapat bahwa Kewenangan ada dua kategori

yaitu kebijaksanaan dan kebebasan penilaian yang selanjutnya disimpulkan

bahwa ada 2 Jenis kekuasaan bebas yaitu Kewenangan untuk memutuskan

mandiri dan kewenangan terhadap norma-norma tersamar dan Teori

Kepastian Hukum menurut Pendapat Gustav Radbruch tersebut didasarkan

pada pandangan bahwa kepastian hukum adalah kepastian tentang hukum

100
itu sendiri. Kepastian hukum merupakan produk dari hukum atau lebih

khusus dari perundang-undangan.

Hambatan notaris dalam pelasanaan izin ini adalah Notaris hanya mempuyai

kewenangan membuat akta otentik, dari sini Notaris sebenarnya tidak

mempunyai kewenangan apapun untuk mengakses Izin Lokasi di Sistem

OSS-RBA karena sistem ini bisa diakses semua pelaku usaha di Indonesia.

Kurangnya penyuluhan bagi instansi-instansi yang berwenang akan Izin

Lokasi/KKPR, yang dalam pemberkasan masih ada lempar-lemparan

kewenangan, dari sinilah para pelaku usaha dan Notaris dibingungkan atas

wewenang para instansi. Seringnya server down terkait perekaman sistem

jika tidak terselesaikan hari itu juga perekaman data di sistem tidak akan

menyimpan dengan baik. Kepastian dalam pelaku usaha memperoleh Izin

Lokasi atau KKPR dan Kepastian Akta Otentik Notaris untuk memperoleh

pengesahan dari kementerian yang terkait. Beberapa uraian hambatan-

hambatan diatas, dapat disimpulkan bahwa kepastian hukum merupakan

suatu perwujudan dari peraturan-peraturan yang telah dibuat (hukum positif)

dan dilaksanakan oleh perangkat tertentu yang juga telah diatur didalam

peraturan. Akan tetapi pelaksanaan dari peraturan tidak semua dapat

dilaksanakan sebagaimana mestinya. Setiap permasalahan yang timbul serta

fakta yang ada dilapangan dapat menjadi pertimbangan penulis untuk

memberikan penilaian sebagai penelitian. Berlakunya sistem OSS-RBA ini

dalam hal pendaftaran Izin lokasi/KKPR yang secara daring bukan berarti

tidak adanya masalah dalam pelaksanaannya. Penyelesaian permohonan

101
untuk mendapatkan Izin Lokasi/KKPR juga perlu dilaksanakan secara tahap

ke kementerian atau lembaga terkait serta memerlukan jangka waktu

pengurusan yang tidak pasti. Kementrian atau Lembaga yangterkait perlu

mengembangkan sistem OSS-RBA agar dapat dijangkai untuk segala

persoalan dan memastikan hanya dilakukan melalui sistem OSS-RBA,

sehingga memberikan kepastian dan kepercayaan kepada pelaku usaha.

102
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis pada hasil pembahasan dan penelitian tentang

peran notaris dalam pelaksanaan Izin Lokasi bagi pelaku usaha perumahan

atau industri melalui Sistem Online Single Submission-Risk Based

Approach (OSS-RBA) berbasis resiko di Badan Pertanahan Kabupaten

Semarang dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Notaris sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta

otentik dan memiliki kewenangan lainnya diatur dalam Undang-

Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014. Karena Notaris adalah

Pejabat Umum yang menjalankan profesi dalam memberikan jasa

hukum kepada masyarakat atau pengusaha yang mau melegalkan dan

menjalankan usaha. Jadi peran notaris disini sangatlah berperan

penting. Karena berdasarkan kewenangannya Notaris yang berwenang

membuat akta otentik untuk para pelaku usaha yang akan

melaksanakan izin lokasi. Karena syarat utama pemberian izin lokasi

bagi para pelaku usaha perumahan/industri adalah akta pendirian yang

dibuat oleh Notaris.

2. Karena sistem OSS-RBA ini juga termasuk pembaharuan sistem OSS

maka disini ada beberapa hambatan dialami oleh Notaris dalam

menjalankan perannya antara lain terjadinya system error, server

down, maupun hambatan dari sisi sumber daya manusianya.

103
Tapi dari berbagai hambatan tersebut diatas yang sudah ditemukan

solusinya untuk mengatasi jika ada kendala yang dihadapi yaitu Jika

terjadi system eror biasanya notaris langsung melogout sistem dan

menunggu beberapa menit untuk bisa mengakses kembali, Jika terjadi

hambatan dari sumber daya manusianya biasanya Notaris langsung ke

Kantor Badan Pertanahan Nasional untuk meminta arahan terkait

pemberian Izin Lokasi/KKPR di Sistem OSS-RBA.

B. Saran

Notaris sebagai Pejabat Umum yang membuat Akta Pendirian

hendaknya selalu mengupdate informasi dan memiliki pengetahuan yang

utuh seputar kegiatan usaha, karena Notaris bertindak pula sebagai Kuasa

dari Perseroan, berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang PT,

memiliki akses untuk mendaftarkan pengesahan pendirian PT ke sistem

AHU Online, yang secara otomatis datanya akan terhubung ke sistem OSS-

RBA. Hal ini juga harus dibarengi dengan keseriusan pelaku usaha dalam

merealisasikan bidang usahanya dan pemenuhan komitmen atas segala

perizinan yang telah didapatkannya. Peran pemerintah juga sangat

dibutuhkan, khususnya sifat lebih responsif terhadap pengecekan

pemenuhan komitmen pelaku usaha yang bersangkutan.

Pengembangan profesi notaris harus melaksanakan tugas jabatannya

sesuai dengan kaidah hukum dan kaidah moral yang berlaku baginya, tidak

bekerja melampaui kewenangannya, dan senantiasa bersikap waspada dalam

menjalankan kewenangannya dan batasan pertanggung jawaban dari notaris

104
Kepada pembuat Undang-Undang, agar diberikan kewenangan kepada

Notaris dan bekerjasama beberapa lembaga dan organisasi yang

berhubungan langsung didalam penggunaan OSS-RBA seperti Ikatan

Notaris Indonesia (INI) agar lebih memaksimalkan sosialisasi terkait

mengenai OSS-RBA.

105
DAFTAR PUSTAKA

1. BUKU

Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum , Citra Aditya

Bakti, Bandung.

Aris Yulia, 2019, Profesi Notaris di Era Industrialisasi dalam Perspektif

Transendensi Pancasila, Jurnal Law and Justice, Vol. 4 No. 1.

Arya Aditya, 2018, „Sistem Perizinan Online Tunggal, Jokowi : Kita Paksa‟,

cnbcindonesia.com.

Azhari, T. (2007). Negara Hukum Suatu Studi Tentang Prinsip-Prinsipnya.

Dilihat dari segi Hukum Islam, implementasinya Pada Periode Negara

Madinah dan Masa Kini. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika,

Jakarta.

Baridwan, Z. (2010). Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE.

Basuki, N. (2008). Penyalahgunaan Wewenang dan Tindak Pidana Korupsi, Laskbang


Mediatama. Yogyakarta: Laskbang Mediatam.

Budiarto, A. (2002). Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan


Terbatas. Jakarta: Ghalia Indonesia .

Budiono, H. (2006). Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia-Hukum


perjanjian Berlandaskan Asas-Asas Wigati Indonesia. Bandung: Citra Aditya.

Darji Darmodiharjo., E. a. (2000). Pokok-Pokok Filsafat Hukum (apa dan Bagaimana


Hukum Indonesia). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Habib Adjie, 2008, Hukum Notaris Indonesia, Tafsir Tematik Terhadap UU No.
30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Refika Aditama, Bandung,
(selanjutnya disingkat Habib Adjie II).

106
Hadjon, P. M. (1997). Penataan Hukum Administrasi, Tentang Wewenang, Fakultas
hukum Unair. Surabaya.

Ida Ayu Putru, et.al, 2016, Pengesahan Akta Notaris Bagi Penghadap Yang
Mengalami Cacat Fisik, Jurnal Hukum, Universitas Udayana, Bali.

J. Supranto, 2003, Metodologi Penelitian Hukum dan Stastistik, Rieneka Cipta,


Jakarta. .

Karmi, A. N. (2020). Notary Autority in Installing Mortagage as Effort to Settie Bad


Credit (Second Way Out) (Vol. 2). Semarang: Sultan Agung Notary Law Review.

Kerangka Konsep dan kerangka Teori. (2022, Juni 01). Diambil kembali dari
https://www.slideshare.net/nonazesifa/ppt-kerangka-konsep-dan-kerangka-teori

Mertokusumo, S. (2007). Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Liberty.

Muhammad Adam, Asal Usul dan Sejarah Notaris, Sinar Baru, Bandung, 1995.

Naihasy, Syahrin, 2005, Hukum Bisnis (Business Law), Mida Pustaka,


Yogyakarta.

Rahardjo, S. (2006). Hukum Dalam Jagat Ketertiban. Jakarta: UKI Press.

Seokanto, S. (2002). Teori Peranan. Jakarta: Aksara Baru.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2013, Penulisan Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat, Rajawali Press, Jakarta.

Simorangkir, J. (2013). Kamus Hukum. Jakarta: Aksara Baru.

Sulchan, A dkk (2017), Akta Notaris Menggunakan Media Elektronik, Sint Publishing,
Semarang

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D, Alfabeta.


Bandung.

Sutedi, A. (2017). Hukum Perizinan : Dalam Sektor Pelayanan Publik. Jakarta: Sinar
Grafika.

Sutedi, A. (2017). Hukum Perizinan : Dalam Sektor Pelayanan Publik. Jakarta: Sinar
Grafika.

Syahrani, R. (1999). Rangkuman Intisari Ilmu Hukum. Bandung: Citra Aditya.

Tunggal, H. s. (2003). Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Jabatan Notaris,


Dilengkapi Putusan mahkamah Konstitusi & AD, ART dan Kode Etik
Notaris.Jakarta: Harvarindo.

107
Yamin, M. (2003). Beberapa Dimensi Filosofis Hukum AGraria. Medan: Pustaka

Bangga Press.

2. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

b. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

c. Undang-Undang Nomor 30Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

d. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

e. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

f. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman

g. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintah Daerah.

h. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2019, Peraturan Menteri

Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia tentang Izin Lokasi.

i. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan

Perizinan Berusaha terintegerasi Secara Elektronik.

j. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 5 Tahun 2021, tentang Penyelenggaraan

Perizinan Berusaha Berbasis Resiko.

k. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2021,tentang Penyelenggaraan

Tata Ruang.

l. Peraturan Presiden Nomor Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang

Usaha yang tertutup dan Bidang Usaha yang terbuka dengan Persyaratan

di Bidang Penanaman Modal (DNI) sebagai basis dalam izin.

108
m. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

n. Peraturan Pemerintah ATR BPN Nomor 12 Tahun 2021 tentang

Pertimbangan Teknis Pertanahan.

o. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Pedoman dan Tata

Cara Pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis Resiko.

p. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan

Perumahan dan Kawasan Permukiman

3. JURNAL

Permatasari, E. (2017). Peran dan Tanggung Jawab Notaris Terhadap Pelaksanaan


Pendaftaran Badan Hukum Perseroan Terbatas Melalui Sistem Online. Jurnal
Akta Vol 4 Nomor 3, 401

Yulia, A. (April 2019). Profesi Notaris di Era Industrialisasi dalam Perspektif


Transendesi Pancasila, Jurnal Law and Justice. Vol 4 No 1, 57.

Yusrizal. (2018, Juli 3). Peran Notaris dalam Mendorong Terciptanya Kepastian Hukum
bagi Investor dalam Investasi Asing. Lex Renaissance, 362.

Desi Arianing Arrum, 2019, Kepastian Hukum Dalam Perijinan Berusaha


Terintegrasi Secara Elektronik (Online Single Submission) di Indonesia,
Jurnal Juris-Diction, Volume 2 Nomor 5.

Ghalia Indonesia. Sinaga Niru Anita, 2018, Hal-Hal Pokok Pendirian Perseroan
Terbatas Di Indonesia, Jurnal Hukum, Vol. 8 No. 2, Maret, Universitas
Dirgantara Marsekal Suryadarma, Jakarta.

Siti Fauziah Dian Novita Sari, 2018, Peran Notaris Dalam Proses Pembuatan Akta
Pendirian Perseroan Terbatas, Jurnal Lex Raissanance, No. 2, Vol. 3, 407-
422.

109
4. INTERNET

Oss.go.id

https://www.youtube.com/watch?v=3ZZwlWoLD-w

5. WAWANCARA

- Kantor Notaris – PPAT Willybrordous Budi Purnomo, S.H., M.Kn;

- Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Semarang;

- Kantor DPMPTS Kabupaten Semarang

110

Anda mungkin juga menyukai