Anda di halaman 1dari 9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Teori Kepribadian Sigmund Freud

Ilmu psikologi lahir pada akhir abad ke-18, dari tahun ketahun hingga pada
masa sekarang psikologi berkembang untuk memahami manusia secara utuh,
manusia hanya bisa dipahami melalui kepribadian setiap individunya. Psikologi
kepribadian merupakan hal yang sangat penting dalam pembahasan ilmu
psikologi. (Alwisol, 2009:01) Menjelaskan bahwa Teori psikologi kepribadian
menghasilkan konsep-konsep berbagai tingkah laku manusia seperti dinamika
pengaturan tingkah laku, model tingkah laku dan perkembangan repertoire
tingkah laku.

Sigmund Freud dikenal sebagai bapak psikoanalisis yang lahir di Austria,


beliau merupakan achievement terbesar dalam dunia psikologi. Sumbangan Freud
dalam teori psikoanalisis merupakan hal yang substansial juga kontroversial.
Teori psikoanalisis pada masanya menjadi teori paling komprehensif banyak
orang yang menanggapi teori tersebut dengan positif maupun negatif. Dalam teori
psikoanalisis menyebutkan bahwa setiap manusia mempunyai pikiran, perasaan,
keinginan dan ingatan yang tidak kita sadari. Jadi pada setiap individu manusia
pasti mempunyai alam bawah sadar. Psikoanalisis percaya bahwa semua tingkah
laku yang dilakukan setiap insan dipengaruhi oleh alam bawah sadar. Apapun
perilaku manusia yang baik maupun buruk semuanya berasal dari alam bawah
sadar.

Menurut freud jiwa setiap manusia terdiri dari tiga tingkat kesadaran yaitu
sadar (conscious), prasadar (preconscious) dan tidak sadar (unconscious). Sampai
padan tahun ke-1920 teori tentang kejiwaan menurut freud hanya pada ketiga
unsur kesadaran itu. Dan pada tahun 1923 freud menyatakan tiga model struktur
kepribadian pada manusia yakni id, ego dan superego. Dinamika ketiga
kepribadian ini tidak mengganti struktur kepribadian lama yang tentang kesadaran

16
akan tetapi lebih melengkapi dan menyempurnakan gambaran kepribadian manusia menurut
Sigmund Freud. Ada tiga komponen dinamika kepribadian menurut freud.

a. Id
Id adalah dorongan dari dalam diri manusia, id mempunyai peran semacam
insting atau nafsu yang menekan manusia untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
Kebutuhan dasar manusia antara lain yaitu makan, seks, dan lain sebagainya. Id akan
senang jika manusia melakukan hal apapun yang dapat memenuhi nafsu atau kebutuhan
dasar manusia karena tidak peduli terhadap norma, aturan dan hukum. Id selalu
mengutamakan kesenangan dan kenikmatan didalam setiap individu manusia. Menurut
Freud, id adalah sumber dari semua energi psikis, menjadikannya komponen utama
kepribadian.
Id didorong oleh prinsip kesenangan yang berusaha untuk pemuasan segera semua
keinginan, keinginan, dan kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak segera dipenuhi, hasilnya
adalah keadaan cemas atau tegang. Misalnya, peningkatan rasa lapar atau haus harus
menghasilkan upaya langsung untuk makan atau minum. Id sangat penting di awal
kehidupan, karena memastikan bahwa kebutuhan bayi terpenuhi. Jika bayi lapar atau
tidak nyaman, bayi tersebut akan menangis sampai tuntutan id terpenuhi. Namun,
memenuhi kebutuhan ini dengan segera tidak selalu realistis atau bahkan mungkin. Jika
manusia sepenuhnya diatur oleh prinsip kesenangan, manusia mungkin mendapati dirinya
meraih hal-hal yang diinginkan di luar kendali orang lain untuk memuaskan keinginan
manusia itu sendiri. Perilaku seperti ini mengganggu dan tidak dapat diterima secara
sosial. Menurut Freud, id berusaha untuk menyelesaikan ketegangan yang ditimbulkan
oleh prinsip kesenangan melalui proses primer, yang melibatkan pembentukan citra
mental dari objek yang diinginkan sebagai sarana untuk memuaskan kebutuhan.
Setiap manusia yang hanya menuruti idnya saja tidak akan bisa menjalankan
hidup dengan baik. Pasalnya jika menuruti terus keinginan id, bersikap bebas dan tidak
ada aturan membuat seseorang akan menjadi kacau bahkan menjadi seorang kriminal.
Maka dari itu setiap orang tua mendidik anaknya selalu memberikan aturan-aturan
sederhana seperti jangan melakukan ini atau jangan melakukan itu, hal ini merupakan
penyeimbang antara id dan superego.

17
Semisal orang tua melarang kepada anaknya untuk tidak mengambil barang
apapun yang bukan miliknya, jika suatu saat si anak menginginkan suatu barang dan
melihat temannya mempunyai barang yang ia inginkan, disinilah muncul pertarungan
antara id dan superego. Apakah si anak akan tetap mengambil barang tersebut atau
mengingat pepatah dari orangtua yang tidak boleh mengambil barang bukan miliknya.
Maka pada saat itu ego akan menentukan pilihan atas keputusan yang diambil dari si anak
tersebut. Sigmund Freud mengemukakan bahwa id merupakan hal yang tidak rasional
sebab dalam prose terbentuknya id itu sendiri dimulai dari saat manusia dilahirkan, id
tidak mengenal dunia luar sifatnya sangat mengutamakan kenikmatan dan terus berusaha
mencari kepuasan insting segera maka dari id sering pula dikatakan sistem kepribadian
manusia yang paling primitif. Misalnya, seorang bayi yang baru dilahirkan ke muka bumi
tentu kepuasan dan kenikmatan yang dicari adalah ASI (Air Susu Ibu). Bayi tersebut akan
merengek dan menangis demi mendapatkan sebuah asi dari ibunya hal ini merupakan id
adalah sistem kepribadian yang asli dibawa sejak lahir. Id adalah aspek biologis yang
manusia dimana fungsinya untuk mempertahankan konstansi dengan menjunjung tinggi
prinsip pleasure principle (kenikmatan) sesuatu yang membahayakan bila tidak di
seimbangi dengan sistem kepribadian super ego. Id hanya bisa membayangkan sesuatu,
tanpa mengetahui letak benar dan salah. Hal ini akan dikembangkan dengan memperoleh
khayalan yang nyata karena id tidak mengenal moral. Alasan inilah yang kemudian
membuat id memunculkan dinamika kepribadian lainya seperti ego.
b. Ego
Ego merupakan salah satu kepribadian yang menengahi antara keinginan id (yang
mengutamakan kesenangan) dengan realitas kehidupan. Logisnya ego ini berkembang
secara rasional sedangkan id kacau dan tidak masuk akal. Cara kerja ego menahan semua
tuntutan id atau mewujudkan keinginan id sesuai dengan norma dan hukum yang ada, ego
berprinsip pada realitas dengan begitu ego seringkali mengorbankan atau menunda
kesenangan id untuk menghindari konsekuensi negatif dari masyarakat sekitar karena ego
menganggap bahwa aturan dan tata krama adalah suatu keputusan dalam bertindak.
Seperti id pada dasarnya ego pun mencari kesenangan akan tetapi ego merancang
sedemikian rupa dan menghindari rasa sakit dengan rancangan strategi yang realistis
dalam mencapai suatu kesenangan tersebut. Ego tidak juga memiliki konsep benar atau

18
salah. Sesuatu yang dianggap baik menurut ego bilamana kepuasan tercapai tanpa
menyebabkan kerusakan pada dirinya sendiri.
Ego terletak di antara alam sadar dan tidak sadar walaupun ego disebut sebagai
pemimpin dalam struktur kepribadian akan tetapi ego Seringkali ego lemah terhadap
keinginan id yang nekat, hal yang dapat dilakukan ego salah satunya adalah dengan
bertahan, mengarahkan id ke arah yang benar dan mengajak id pada pemikiran seolah
olah itu adalah tindakan atas keinginannya sendiri. Jika ego gagal dalam mengendalikan
prinsip kenyataan (reality principle), maka kecemasan akan muncul dan pada saat itulah
mekanisme pertahanan bawah sadar digunakan untuk membantu menangkal perasaan
tidak senang seperti cemas dan membantu mengembalikan hal-hal yang terasa baik bagi
individu itu sendiri.
Freud menyatakan bahwa Ego sendiri terlibat dalam proses berpikir sekunder,
yang rasional, realistis dan berorientasi pada pemecahan masalah. Jika suatu tindakan ego
tidak berhasil, maka ego akan memikirkan kembali solusi yang baik untuk ditemukan.
Hal ini dikenal sebagai pengujian realitas dan memungkinkan seseorang untuk
mengendalikan implus mereka dan menunjukan pengendalian diri melalui penguasaan
ego. Hal yang paling paling krusial dalam struktur kepribadian ego ialah menentukan
stimuli mana yang dapat direspon terlebih dahulu atau naluri mana yang akan dipuaskan
sesuai prioritas kebutuhan. Serta hal mana yang dapat mengendalikan tindakan yang baik
dan tidak merugikan lingkungan sekitar. Diantara ketiga sisi kekuatan yang saling tidak
sinkron serta saling berlawanan satu dengan yang lainya, maka ego memunculkan reaksi
yang telah dapat diperkirakan sebelumnya yaitu cemas. Oleh sebab itu ego memakai
represi serta mekanisme pertahanan diri lainya agar dapat melindungi diri yang berasal
dari kecemasan tadi.
Freud juga menganalogikan ego sebagai pengendara kuda dimana si pengendara
bisa mengendalikan kudanya yang merupakan sebagai id dan lintasan pacuan kuda adalah
superego. Pada analogi tersebut jelas menggambarkan bahwa ego memegang kendali
penuh dalam menjalankan kudanya (id), sebagaimana kita ketahui kuda biasa saja
mengamuk dan ingin terus berlari ataupun berhenti pada analogi tersebut peran superego
disini yang merupakan lintasan kuda untuk menghubungkan ego agar dapat memilih
mengendalikan kudanya sesuai lintasan menuju garis finish atau mengikuti keinginan

19
kuda yang biasa saja mengamuk dan tidak berlari pada lintasan yang ada. Dari gambaran
tersebut pada dasarnya ego disini adalah penentu utama seseorang dalam mengendalikan
sikap dalam di lingkungan sekitarnya.
c. Superego
Adanya superego sebagai pemisah antara id dan ego yang merupakan hal paling
penting dalam dinamika kepribadian manusia. Superego menggabungkan nilai-nilai dan
moral serta norma masyarakat yang dipelajari individu dari orang tuanya pada saat usia 3
sampai 5 tahun. karena pada tahap ini menurut Montessori, anak anak lebih patuh
terhadap kepekaan dan keteraturan misalnya anak akan menuruti apa yang dikatakan oleh
orang tuanya seperti merapikan kembali mainan setelah bermain jika tidak akan merasa
bersalah karena mematuhi perkataan orang tuanya. Maka dari itu superego dibentuk dari
luar atas dasar norma, hukum dan aturan masyarakat sekitar atau bisa saja disampaikan
melalui orang terdekat individu tersebutnya misalnya adalah orangtua. Super ego
dipandang sebagai pemberi atau penghargaan terhadap perasaan bangga dan puas dan
hukuman pada perasaan malu dan bersalah tergantung pada bagian mana kesadaran ego
tersebut muncul atau sadar.
Tanpa adanya superego, manusia tidak akan bisa membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk bagi dirinya sendiri. Superego berarti bisa dikatakan sebagai hati
nurani karena dapat mengenali baik dan buruk. Superego lebih mengacu pada moralitas
dan tidak mempertimbangkan realitas, sedangkan id lebih mengutamakan
kepuasan. Kecuali jika ada dorongan seksual dan agresivitas id dapat dipuaskan dalam
penilaian moral. Sigmund Freud juga mengemukakan bahwa superego yang berkembang
dengan baik berperan dalam mengendalikan implus seksual dan agresif melalui proses
represi (mekanisme pertahanan diri yang paling dasar). Meskipun superego tidak dapat
menghasilkan represi sendiri, akan tetapi superego dapat memerintahkan ego untuk
melakukanya.
Superego secara ketat memonitor ego dan menilai tindakan dan niat dari ego.
Rasa bersalah akan timbul ketika ego bertindak atau bernat untuk bertindak berlawanan
dengan standar moral superego. Perasaan rendah diri (inferior) muncul saat ego tidak
mampu memenuhi standar kesempurnaan yang diciptakan oleh superego. Dengan
demikian, rasa bersalah adalah fungsi dari hati nurani sedangkan inferior itu sendiri

20
bermula pada ego ideal. Pada dasarnya superego tidak peduli dengan kebahagiaan ego.
Superego lebih berusaha untuk kesempurnaan dilihat dari kacamata kuda yang tidak
realistis. Maka ketidakrealistisan disini adalah superego tidak memperpertimbangkan
hambatan atau hal-hal yang mungkin tidak dihadapi ego dalam menjalankan perintah
superego. Memang benar adanya tidak seluruh tuntutan superego harus dipenuhi, seperti
halnya tidak semua tuntutan dari orang tua bahkan keadaan serta tuntutan-tuntutan lainya
mustahil untuk dipenuhi. Namun, superego mirip dengan id, yang abai dan tidak peduli
sama sekali terhadap id dan bertanya-tanya apakah rangkaian yang dikemukakan oleh
superego dapat dipraktikan.
(Kendra Cherry, 2018) menjelaskan bahwa Superego Komponen terakhir dari
kepribadian yang berkembang adalah superego. Superego adalah aspek kepribadian yang
memegang semua standar moral dan cita-cita yang kita peroleh dari kedua orang tua dan
masyarakat kita rasa benar dan salah Superego memberikan pedoman untuk membuat
penilaian. Menurut Freud, superego mulai muncul pada sekitar usia lima tahun Interaksi
Id, Ego dan Superego Dengan begitu banyak kekuatan yang bersaing, mudah untuk
melihat bagaimana konflik mungkin muncul antara id ego dan superego Freud
menggunakan istilah kekuatan ego untuk merujuk dengan kemampuan ego untuk
berfungsi meskipun kekuatan duel ini. Seseorang dengan kekuatan ego yang baik
mampu mengelola tekanan-tekanan ini secara efektif, sedangkan orang-orang dengan
kekuatan ego yang terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menjadi terlalu keras atau
terlalu mengganggu. Menurut Freud, kunci kepribadian yang sehat adalah keseimbangan
antara id, ego dan superego.
B. Psikologi dan Sastra

Ratna (2004), menyatakan bahwa manusia merupakan objek sastrawan karena manusia
merupakan aspek dalam pemahaman tingkah laku yang cukup menarik karena dapat ditinjau dari
segi kehidupannya. Suatu tindakan yang terus menerus dilakukan merupakan Tingkah laku
manusia. Kejiwaan seseorang sangatlah berhubungan dengan tingkah laku manusia. Tanpa ada
pengontrolan emosi dalam bertingkah laku manusia bisa saja mengalami gejala-gejala kejiwaan
yang fatal. Dalam memahami jiwa manusia tentunya harus mengenal psikologi terlebih dahulu
dimana psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku, mental dan pikiran
manusia. Dengan begitu salah satu karya sastra yaitu novel selalu menggambarkan tokoh dengan

21
berbagai karakter agar pembaca dapat mengetahui peran dari tokoh dalam novel yang dibacanya.
Oleh karena itu, melalui karya sastra sering disebut juga sebagai salah satu langkah para
pembaca untuk mengenal kepribadian orang lain.

Dasar penelitian psikologi sastra dipengaruhi beberapa hal antara lain yaitu seberapa jauh
pemikiran pengarang dapat menyampaikan kepada para pembaca dengan mengekspresikan
kejiwaannya ke dalam sebuah karya sastra berbentuk novel. Selanjutnya, ada beberapa yang
menunjukan bahwa terciptanya karya sastra berasal dari pemikiran sang pengarang yang berada
pada keadaan subconscious atau setengah sadar dan ketika pengarang telah membentuk karakter
pada tokoh-tokoh dalam sebuah karya sastra hal ini merupakan pengarang berada dalam situasi
bentuk secara sadar (conscious). Antara sadar dan tidak sadar selalu menghasilkan imajinasi
pengarang dalam proses pembuatan karya sastra. Dengan demikian karakter tokoh secara
psikologi merupakan aspek-aspek pemikiran dan perasaan sang pengarang yang dituangkan ke
dalam karya sastra (Endraswara, 2003:26).

Berdasarkan penelitian perspektif psikologi sastra ini dengan menggunakan pendekatan


tekstual dimana peneliti mengkaji teks dalam novel introver karya M.F. Hazim melalui
penekanan aspek psikologi tokoh utama “nawawi” yang merupakan seorang dengan kepribadian.
Studi proses menganalisis psikis pada tokoh utama tentu harus berdasarkan pada teori dan
hukum-hukum psikologi yang menjelaskan asal muasal terbentuknya perilaku dan karakter
manusia. Teori psikologi yang sering digunakan dalam melakukan penelitian sebuah karya sastra
ini adalah psikoanalisis yang dikemukakan oleh Sigmund Freud.

C. Tokoh dan Penokohan

Pada sebuah karya sastra berbentuk prosa tentu akan berkaitan lagi dengan yang namanya
tokoh dan penokohan, sebab dalam menunjukan pelaku cerita seringkali orang-orang bertanya
“siapakah tokoh utama dalam sebuah novel tersebut” atau “seperti apa karakter tokoh utama
dalam novel tersebut” bagi para pembaca bahkan orang yang belum membaca novel, pertanyaan-
pertanyaan pasti tertuju pada sebuah karya sastra. Karena untuk menarik para pembaca, watak
tokoh yang dibuat oleh pengarang masing-masing mempunyai karakter yang menonjol pada
penokohan tersebut. Penokohan sering kali dikaitkan dengan sikap dan karakter pada tokoh, yang

22
paling sering kita dengar adalah tokoh “Antagonis” dan “Protagonis” dua karakter yang saling
berlawanan menjadi keindahan dalam kisah cerita novel.

Nurgiyantoro, (2013:247) memaparkan bahwa tokoh adalah pelaku dari kisah cerita fiksi
atau drama. Dari penggalan kalimat diatas dapat kita ketahui bahwa tokoh yang ada dalam
sebuah novel merupakan pelaku dengan kualitas karakternya sangat berkaitan dengan para
pembaca. Maka dari itu, yang paling utama dari pandangan teori resepsi, para pembacalah
sebenarnya mengartikan berdasarkan kata-kata (verbal) dan tingkah laku tokoh (non verbal).

Berbeda halnya dengan tokoh yang hanya fokus terhadap tingkah laku setiap pelaku
dalam sebuah karya sastra. Sedangkan penokohan adalah tokoh yang digambarkan oleh
pengarang dibuat secara langsung (eksplisit) maupun tidak langsung (implisit). Ada dua teknik
dalam penokohan yang dibuat si pengarang, yang pertama adalah teknik analitik dimana teknik
ini menjadikan bagaimana tokoh digambarkan secara langsung oleh penulis. Seperti contohnya
“wanita itu sungguh sangat tegas ya!” yang menjelaskan sifat si pelaku atau tokoh. Selanjutnya
yang kedua adalah teknik dramatik. Teknik ini lebih banyak membutuhkan tenaga ekstra yang
harus melihat si pelaku atau tokoh dari berbagai sudut pandang. Hal ini terjadi karena penulis
tidak menggambarkan tokoh secara langsung karena perlu pendapat dari sudut pandang lain.
Seperti halnya contoh “pada suatu hari jika pergi ke rumah nenek dari ibu yang biasa dijadikan
tempat liburan saat holiday tiap tahunya” cerita tersebut menggambarkan bahwa ika bias saja
pada hari itu akan liburan ke rumah neneknya.

Nurgiyantoro (2013: 79-80) Menjelaskan Bahwa pengertian dari tokoh utama adalah
tokoh yang memiliki peranan penting dalam sebuah kisah cerita. Tokoh utama merupakan tokoh
yang paling sering muncul dalam sebuah cerita, baik tokoh tersebut sebagai pelaku kejadian
maupun yang dikenai kejadian. Bahkan pada novel-novel lain tokoh utama senantiasa hadir
dalam setiap peristiwa dan sering kali ditemui dalam setiap perhalamanya dalam novel yang
bersangkutan.

23
24

Anda mungkin juga menyukai