Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KASUS PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


MATA KULIAH PANCASILA
KELAS B-3.6

Nama Anggota Kelompok 8:


Atamma Dzun Nun Alina 102111133068
Karina Dwi F. Banurea 082111533040
M. Rofiqi Azmi 052111133024
Reyhan Noel 082111533048
Sekar Puja Alya Maharani 102111233114
Sevilla Nawaad Rosyadah 012111233079

UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk tuhan yang akan menanyai segala hal yang
tidak dimengerti saat mereka menjumpainya. Untuk menjawab hal tersebut
biasanya manusia akan berpikir dan menanyakannya kepada orang lain.
Pertanyaan mengenai kefilsafatan biasanya mengacu pada pertanyaan baik itu
tentang tuhan, manusia itu sendiri maupun alam sekitar. Jawaban atas pertanyaan
filsafat telah menghasilkan sistem pemikiran filsafat. Pemikiran kefilsafatan
kemudian ditransformasikan menjadi pandangan kefilsafatan. Oleh karena itu,
pandangan filsafat adalah juga tentang Tuhan, alam, dan manusia. Jadi
pandangan filsafat seseorang menunjukkan bagaimana ia berpikir dan bertindak.
Filsafat adalah proses mengkritik atau berpikir tentang keyakinan dan
sikap yang dipegang teguh. Jadi itu adalah pemahaman tunggal yang
komprehensif, yang semuanya untuk mencapai tujuan tertentu. Dimensi subjektif
terbentuknya sistem filsafat adalah kesadaran pelaku untuk menerapkan sistem
tersebut pada tujuan atau cita-cita tertentu yang diharapkan.
Sebagai suatu sistem filsafat, Pancasila merupakan suatu kesatuan dimana
satu perintah saling terkait dengan perintah yang lain, sehingga membentuk
struktur yang komprehensif dan memiliki tujuan. Pandangan, nilai, dan
pemikiran yang terkandung dalam Pancasila sebagai filsafat dapat menjadi esensi
dan isi ideologi Pancasila. Filsafat Pancasila dapat diartikan sebagai refleksi
kritis dan rasional Pancasila sebagai dasar negara dan budaya bangsa, dengan
tujuan pemahaman yang mendasar dan menyeluruh. Pancasila dianggap sebagai
filsafat, karena Pancasila adalah hasill refleksi mendalam para founding fathers
kita, yaitu yang dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Ghani). Filsafat
Pancasila memberikan pengetahuan dan pemahaman ilmiah tentang hakikat
Pancasila (Notonegoro).
Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat kasus-kasus penyimpangan
pancasila sebagai filsafat, salah satunya adalah demo. Demo telah menjadi sarana
bagi masyarakat Indonesia untuk bersama-sama berbicara, menuntut hak-haknya,
menyatakan pendapatnya, dan menentang kebijakan yang berlaku ketika ada
kebijakan yang menghambat kelangsungan hidup. Demo umumnya dilakukan
oleh sekelompok orang yang tidak setuju dengan pemerintah dan menentang
kebijakan pemerintah, demo juga dilakukan oleh mahasiswa untuk tujuan yang
disepakati bersama.
Pada umumnya mahasiswa berada pada masa adaptasi terhadap pola
hidup baru dan harapan sosial yang baru. Masa dewasa awal merupakan
kelanjutan dari masa remaja, sebagai masa yang penuh dengan ketegangan
emosi, biasanya dimanifestasikan sebagai rasa takut atau khawatir. Kekhawatiran
yang muncul biasanya tergantung pada penyesuaian atau tingkat keberhasilan
masalah yang dihadapi pada periode tertentu dalam memecahkan masalah
(Hurlock, 1990). Sedangkan menurut Papalia (2007) masa remaja merupakan
masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang melibatkan
perubahan fisik, kognitif, dan psikologis sosial.
Salah satu contoh demo yang terjadi adalah Omnibus Law. Kelompok
mahasiswa sebagai pengunjuk rasa merupakan kelompok sosial idealis sebagai
generasi penerus bangsa. Mahasiswa adalah pembaharu masyarakat. Ide-ide
mahasiswa dapat dilihat sebagai perubahan paradigma pembangunan dalam
kelompok dan membuat mereka memimpin berdasarkan kepentingan bersama.
Mahasiswa percaya bahwa sikap kritis sering berubah, membuat pemimpin yang
tidak kompeten gugup dan cemas. Satu hal yang dibanggakan mahasiswa adalah
semangat mereka untuk membuat perubahan. Dari perspektif masyarakat secara
keseluruhan, mahasiswa adalah promotor perubahan sosial yang dapat menyerap
tuntutan masyarakat kat secara dekat dan dapat memberikan solusi atas
masalah yang dihadapi masyarakat.
1.2 Rumusan masalah
Rumusan masalah yang diajukan dalam makalah ini adalah :
1.2.1 Bagaimana kronologi demo omnibus law ?
1.2.2 Bagaimana upaya penyelesaian demo omnibus law?
1.2.3 Bagaimana cara mencegah demo omnibus law ?
1.2.4 Bagaimana tanggapan mahasiswa pada demo omnibus law ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang hendak dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Mendeskripsikan kronologi demo omnibus law
1.3.2 Mendeskripsikan upaya penyelesaian demo omnibus law
1.3.3 Mendeskripsikan cara mencegah demo omnibus law
1.3.4 Menganalisis tanggapan mahasiswa pada demo omnibus law

1.4 Manfaat Peneletian


Manfaat dalam penelitian ini adalah :
1.4.1 Mengasah pandangan mahasiswa mengenai demo omnibus law
sebagai salah satu penyimpangan pancasila sebagai sistem filsafat
1.4.2 Memberikan kontribusi kepada pembaca mengenai kasus
penyimpangan pancasila sebagai sistem filsafat
1.4.3 Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya
sebagai acuan
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Kronologi Demo Omnibus Law


Mahasiswa akan menggelar demo di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat
pada hari ini, Kamis, 8 Oktober 2020 pukul 10.00 WIB. Tujuannya, untuk
mendesak pemerintah mencabut Omnibus Law UU Cipta Kerja (Ciptaker) yang
sudah disahkan pada 5 Oktober lalu.
Koordinator Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI)
menyatakan, diperkirakan akan ada 5.000 massa aksi yang akan berdemonstrasi
di depan Istana. Sejumlah massa itu berasal dari sekitar 20 kampus di Jakarta
yang berada di organisasi BEM SI.
Menurut dia, mereka akan berfokus untuk menekan Presiden Jokowi untuk
mendengarkan aspirasi, yakni menolak Omnibus Law. Selain itu, mereka juga
akan mendesak Presiden Jokowi untuk mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undangan (Perppu) untuk membatalkan Omnibus Law UU
Ciptaker. "Kami mendesak Presiden mengeluarkan Perppu, arahnya ke sana.
Fokus kami bagaimana presiden nolak dulu," kata dia kepada Tirto, Rabu
(7/10/2020).
Untuk mengantisipasi demo hari ini, Karo Penmas Divisi Humas Polri
Brigjen Pol Awi Setiyono menyatakan Tim Bawah Kendali Operasi Brimob
Nusantara telah diterjunkan ke Jakarta guna menghadapi demo tolak Undang-
Undang Omnibus Law Cipta Kerja. Ribuan personel ini ditempatkan di sekitar
Gedung DPR/MPR dan Istana Negara untuk berjaga-jaga menghadapi
demonstrasi kaum buruh dan mahasiswa. Pasukan tambahan Brigade Mobil, elite
tempur Polri, ini juga dikerahkan ke pusat-pusat industri, termasuk ke Kota
Bekasi dan Kabupaten Bekasi.
"Kemarin telah tiba BKO Brimob Nusantara sebanyak 2.500 personel
untuk back-up Polda Metro Jaya dan 200 personel untuk back-up Polda Jawa
Barat," ujarnya kepada Tirto, Kamis (8/10/2020). Selain di Jakarta, demo tolak
UU Cipta Kerja Omnibus Law juga terjadi di Yogyakarta, bahkan sempat
berlangsung ricuh. Kericuhan itu berawal saat massa Aliansi Rakyat Bergerak
mencoba masuk ke gedung DPRD DIY, namun dihadang polisi di pintu gerbang.
Bahkan sempat terjadi pelemparan batu dan botol yang direspons polisi
menembakkan gas air mata dan menyemprotkan air untuk membubarkan massa.
"Situasinya saat ini masih genting masih ada gas air mata," kata Wakil
Ketua DPRD DIY Huda Tri Yudianan saat dihubungi reporter Tirto, Kamis
(8/10/2020). Huda mengatakan, awalnya ia menerima audiensi masa perwakilan
buruh Yogyakarta untuk menyampaikan aspirasinya terkait penolakan terhadap
UU Omnibus Law Ciptaker. Namun, saat audiensi belum selesai, kemudian
datang massa aksi lain sekitar pukul 13.00 WIB, mereka juga memaksa masuk
DPRD DIY.
Selain di Yogyakarta, aksi lempar batu juga sempat terjadi di lingkungan
Kantor DPRD Provinsi Lampung di Kota Bandar Lampung, pada Rabu
(7/10/2020) kemarin. Saat itu, demonstrasi pelajar, mahasiswa, dan pekerja
bergabung untuk memprotes pengesahan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja.
Sejumlah massa yang berdemonstrasi di Lapangan Korpri itu melemparkan batu
ke arah petugas keamanan karena tidak bisa masuk ke halaman kantor DPRD
Lampung.
Aparat Polresta Bandar Lampung dan mahasiswa peserta aksi berusaha
menenangkan pelajar yang ikut berdemonstrasi agar tidak melakukan kerusuhan.
Bahkan, Bupati Bandung Barat Aa Umbara turun bergabung bersama massa aksi
buruh pada Rabu (7/10/2020). Dalam orasinya, Aa menegaskan sikap Pemkab
Bandung Barat dan DPRD Bandung Barat menolak UU Cipta Kerja. Selain
Bupati, Ketua DPRD Bandung Barat, Anggota Komisi 4 DPRD Bandung Barat
yang membidangi ketenagakerjaan, dan Kepala Dinas Tenaga Kerja Bandung
Barat juga ikut di dalam aksi.
Daftar Pasal Bermasalah Omnibus Law RUU Cipta Kerja Pokok pangkal
persoalan dari demo yang terjadi sejak 6 Oktober hingga hari ini, Kamis, 8
Oktober 2020 adalah pengesahan Omnibus Law UU Cipta Kerja (Ciptaker) yang
sudah disahkan pada 5 Oktober lalu. Bila merujuk pada draf Omnibus Law RUU
Cipta Kerja, terdapat sejumlah pasal-pasal bermasalah, yang mencakup
ketenagakerjaan, pendidikan, pers hingga lingkungan hidup.
Dalam hal ketenagakerjaan, menurut Amnesty Internasional, RUU
Ciptaker berpotensi melanggar hak asasi manusia (HAM), terutama menyangkut
hak untuk bekerja dan hak di tempat kerja. “RUU Cipta Kerja berisi pasal-pasal
yang dapat mengancam hak setiap orang untuk mendapatkan kondisi kerja yang
adil dan menyenangkan, serta bertentangan dengan prinsip non-retrogresi dalam
hukum internasional,” kata Usman Hamid, Direktur Eksekutif Amnesty
International Indonesia. “Pasal-pasal tersebut berpotensi menimbulkan
pelanggaran HAM, karena akan memberikan lebih banyak ruang bagi perusahaan
dan korporasi untuk mengeksploitasi tenaga kerja. Jika disahkan, RUU ini bisa
membahayakan hak-hak pekerja,” tambah Usman.
Selain itu, RUU Omnibus Cipta Kerja juga merevisi ketentuan cuti khusus
atau izin dalam Undang-Undang 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Salah
satunya menghapus cuti khusus atau izin tak masuk saat haid hari pertama bagi
perempuan. dalam UU Ketenagakerjaan, aturan itu tercantum dalam Pasal 93
huruf a.
Dalam hal lingkungan hidup, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) juga
mengkritik hilangnya pasal dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH) yang
dapat menjerat pelaku pembakar hutan dan lahan (karhutla) di RUU Cipta Kerja.
Sebab, Walhi mendapati pemerintah dan tim dari pengusaha menghapus
ketentuan “tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan” dalam pasal 88.
Bunyi pasal 88 UU PPLH adalah, “Setiap orang yang tindakannya,
usahanya, dan/atau kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan dan/atau
mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap
lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa
perlu pembuktian unsur kesalahan.”
Namun, dalam RUU Cilaka, isinya hanya tersisa, “Setiap orang yang
tindakannya, usahanya, dan/atau kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan
dan/atau mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman serius
terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi
dari usaha dan/atau kegiatannya.”
Dalam dunia pers, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bengkulu
mengatakan, Omnibus Law RUU Cipta Kerja berpotensi mengekang kebebasan
pers di Indonesia. Menurut Ketua AJI Bengkulu, Harry Siswoyo, RUU ini akan
berpotensi mengancam nilai-nilai kebebasan pers bagi jurnalis karena akan
terjadi perubahan isi dari Pasal 11 UU Pers.
"Sebelumnya berbunyi penambahan modal asing pada perusahaan pers
dilakukan melalui pasar modal berubah menjadi pemerintah pusat
mengembangkan usaha pers melalui penanaman modal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang penanaman modal," kata dia.
Menurut Harry, pengubahan pasal ini berpotensi membuat pemerintah
kembali mengatur pers seperti sebelum UU Pers pada tahun 1999 dirancang oleh
insan pers dan kemudian menjadi pedoman seluruh pekerja pers hingga saat ini.

2.2 Upaya Penyelesaian Demo Omnibus Law


Aksi massa dalam bentuk unjuk rasa atau demonstrasi massa merupakan
sarana politik masyarakat yang diakui dan dilindungi sebagai upaya penyampaian
aspirasi kepada pemerintah. Tetapi aksi massa tersebut harus dilakukan dengan
tertib dan damai sesuai dengan aturan hukum yang berlaku sehingga tidak
mengganggu kepentingan umum. Tetapi pada kenyataan terdapat banyak aksi
unjuk rasa yang berlangsung dengan anarkis dengan mengabaikan berbagai
peraturan yang ditetapkan sehingga menimbulkan kerugian bagi orang lain atau
menimbulkan kerusakan pada fasilitas umum.
Peran kepolisian dalam penanganan demonstrasi adalah:
1. Proses Perizinan Aksi Unjuk Rasa Pencegahan anarkisme dalam unjuk rasa
telah dilakukan dari sejak proses perizinan, dimana penanggungjawab
harus secara jelas menyampaikan tentang maksud dan tujuan dari
pelaksanaan unjuk rasa.
2. Pengamanan Unjuk Rasa Pencegahan terhadap aksi anarkis dilakukan
dengan memberikan himbauan kepada peserta unjuk rasa di lokasi demo
untuk mematuhi berbagai aturan aksi unjuk rasa, menghormati hak-hak
warga di sekitar, serta menyampaikan pendapat secara damai dengan
menghindari kekerasan terhadap barang dan orang.
3. Penegakan Hukum jika massa sudah tidak terkendali dalam arti sudah
mulai melakukan tindakan anarkis, maka aparat keamanan secara terpaksa
harus melakukan tindakan untuk membubarkan massa secara paksa, yaitu
dengan memecah massa atau pun menghalau massa dari lokasi unjuk rasa.

2.3 Cara Mencegah Demo Omnibus Law


2.3.1 Salah satu cara mencegah demo tersebut adalah dengan cara Presiden
harus mencabut Undang undang nomor 11 tahun 2020 atau yg disebut juga
dengan Omnibus Law cipta kerja
2.3.2 Mengubah jadwal pembelajaran daring mahasiswa yang misalnya biasa di
mulai jam 08.00 WIN akan di mulai jam 10.00 WIB dan memantau seluruh
siswa yg hadir
2.3.3 Pihak pemerintah juga patut mendengarkan pendapat masyarakat,dan
keterbukaan kepada masyarakat juga sangat penting atas segala apapun
yang berhubungan dengan masyarakat.karena di sini yang rugi adalah
masyarakat bukan pemerintah agar kedepannya akan lebih baik dan tidak
terjadi demo lagi.

2.4 Tanggapan Mahasiswa


Mahasiswa sebagai pergerakan yang utama dalam segala hal, karena peran
mahasiswa sangat besar dalam kemajuan bangsa dan negara. Kritikan dari
mahasiswa mampu membuat roda pemerintahan Indonesia menjadi lebih baik.
Dalam pemerintahan, tentunya mahasiswa terlibat juga sebagai penentu
dari pemerintahan selanjutnya, karena mahasiswa pada saat ini harus bisa
menelaah apa yang terjadi dengan peraturan maupun kebijakan yang dibuat oleh
pemerintahan. Kalau bukan mahasiswa sebagai penerus yang akan meneruskan
bangsa, lalu siapa lagi yang akan membuat bangsa dan negara ini agar lebih baik
kedepannya. Dengan begitu mahasiswa pun turun ke jalan untuk menyalurkan
pendapat masyarakat kepada pemerintah seperti kasus omnibus law.
Dari hasil kajian dan catatan kritis yang ada, baik oleh Dewan Mahasiswa
Justicia maupun Dekanat FH UGM, terdapat beberapa hal yang disoroti sebagai
‘kecacatan’ dalam Omnibus Law Cipta Kerja ini. kecacatan pertama adalah
proses pembentukannya yang dinilai tidak sesuai prosedur. “Dari sisi formil saja
sudah bermasalah, bahwa ada pelanggaran terhadap asas keterbukaan dan asas
partisipasi publik di sana,” ucapnya. Ia menjelaskan lebih lanjut bahwa sejak
awal, pemerintah dan DPR terkesan menutup-nutupi isi undang-undang tersebut.
Selain itu, publik tidak pernah dilibatkan dalam proses pembentukannya.
“Seharusnya pemerintah dan DPR berinisiatif membuka dan menerima aspirasi
publik, tapi yang terjadi justru sebaliknya,” sambungnya.
Dari segi material, banyak poin-poin yang juga menjadi sorotan, salah
satunya dari klaster lingkungan. Mengutip pendapat para ahli hukum, bahwa
undang-undang ini berpotensi mereduksi semangat perlindungan lingkungan.
“UU Cipta Kerja ini membuat pengelolaan lingkungan diarahkan menjadi
sesuatu yang ekstraktif dan tidak mencerminkan pengelolaan yang
berkelanjutan”. Mahasiswa juga menambahkan satu contoh dari klaster
ketenagakerjaan, bahwa banyak hak-hak buruh dan pekerja yang dirampas demi
kepentingan investasi. “Banyak kajian sudah dilakukan oleh akademisi yang
menjelaskan rentannya hak-hak buruh dan pekerja apabila undang-undang ini
disahkan”.
Maka terdapat 5 tuntutan yg dilakukan mahasiswa kepada pemerintah
dalam unjuk rasa mereka :
1. Menolak dengan tegas pengesahan RUU Cipta Kerja, karena bertentangan
dengan UU No 15 Tahun 2019 Bab 2 Pasal 5 dan Bab ll pasal 96 tentang
perubahan mas UU No 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
2. Menolak upaya sentralisasi kekuasaan melalui konsep Omnibus Law RUU
Cipta Kerja yang mencederai semangat reformasi.
3. Menolak penghapusan hak pekerja meliputi jaminan pekerjaan, jaminan
pendapatan, dan jaminan sosial sesuai UU No 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
4. Menolak penyederhanaan izin investasi yang berdampak pada kerusakan
lingkungan sesuai dengan UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
5. Mendesak pemerintah membuka ruang partisipasi untuk masyarakat dalam
setiap penyusunan dan perubahan kebijakan.
Maka tersebut peranan mahasiswa sebagai sosial kontrol akibat tidak
adanya keadilan sosial bagi kaum miskin dan aksi yang dilakukan mahasiswa
sebagai tindakan mereka dalam menyelesaikan masalah ini terhadap pemerintah
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pancasila adalah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena masing–
masing sila yang terdapat di Pancasila tidak bisa dipindah ataupun ditukar. Untuk
Bangsa Indonesia, Pancasila dianggap sebagai pandangan hidup Negara
Indonesia. Filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan yang memiliki metode,
system, dan logika.
Pancasila dapat dikatakan sebagai filsafat karena Pancasila adalah hasil
perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu kita yang
kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat.

3.2 Saran
Kita sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki Pancasila sebagai
pedoman seharusnya tidak melakukan demo karena hal tersebut sangat jauh dari
peran Pancasila sebagai filsafat. diharapkan di kemudian hari masyarakat lebih
bisa mengamalkan nilai – nilai Pancasila dengan baik, benar, dan tidak
melenceng dari sila – sila yang terdapat di Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA

Nurwardani, Paristiyanti dkk. 2016. Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan
Pancasila. Jakarta : Direktorat Jenderal Pembelajaran Dan Kemahasiswaan
Kementerian Riset Teknologi Dan Pendidikan Tinggi
Mudhofir, Ali. 1996. “Pancasila Sebagai Sistem Kefilsafatan”,
Https://Journal.Ugm.Ac.Id/Wisdom/Article/Viewfile/31636/19170, diakses Pada
9 September 2021
Http://Repository.Binadarma.Ac.Id/1276/2/BAB%201.Pdf, Diakses Pada 9 September
2021
Haryanto, Alexander. 2020. “Apa Penyebab Demo Mahasiswa Dan Buruh Pada 8
Oktober 2020?”, Https://Tirto.Id/Apa-Penyebab-Demo-Mahasiswa-Dan-
Buruh-Pada-8-Oktober-2020-f5Ju
Kasbi, Reza Fahlevi. 2021. “ Upaya Kepolisian dalam Mencegah dan Menanggulangi
AKsi demonstrasi Anarkis (Studi di Kepolisian Daerah Sumatera Utara)”,
Http://Jurnal.Darmaagung.Ac.Id/Index.Php/Retentum/Article/View/899,
diakses Pada 10 September 2021
LAMPIRAN

Gambar 1 : Demo Omnibus Law

Gambar 2 : Demo Omnibus Law


Gambar 3 : Demo Omnibus Law

Anda mungkin juga menyukai