Anda di halaman 1dari 15

Surabaya, 6 Juli 2023

SEMINAR NASIONAL HASIL RISET DAN PENGABDIAN

“Peran Riset, Inovasi dan Pengabdian Kepada Masyarakat Bagi Pembangunan Indonesia Berkelanjutan”

Studi Kasus Setting Relai Diferensial pada Transformator 2


Gardu Induk Buduran

Manan Pratama, Hadi Tasmono, Reza Sarwo Widagdo*


Program Studi Teknik Elektro, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Indonesia
*Email: rezaswidagdo@untag-sby.ac.id

Abstrak
Transformator tenaga merupakan salah satu komponen yang sensitif dalam saluran energi listrik
dan rentan terhadap gangguan baik di dalam maupun di luar transformator itu sendiri. Oleh
karena itu, penting untuk memiliki sistem proteksi yang handal dan dapat bekerja secara
terkoordinasi untuk melindungi transformator dengan efektif. untuk menjaga agar sistem
proteksi transformator di Gardu Induk 150 kV Buduran, Sidoarjo berfungsi dengan baik dan
mencegah terjadinya arus gangguan yang dapat merusak peralatan. Dalam menangani gangguan,
komponen lain yang terpenting dalam sistem proteksi listrik adalah Relai Diferensial. Relai ini
digunakan untuk mendeteksi dan mengisolasi gangguan arus hubung singkat. Oleh karena itu,
penting untuk melakukan pengaturan yang tepat pada relai diferensial. Metode penelitian ini
menggunakan data yang diperoleh dari GI Buduran, Sidoarjo. Selanjutnya, dilakukan perhitungan
matematis berupa nilai rasio CT, error mismatch, nilai arus sisi tegangan menengah CT, nilai arus
diferensial, nilai arus restrain (penahan), perhitungan percent slope (setting kecuraman), dan
yang terakhir perhitungan nilai arus setting (Iset). Dari hasil perhitungan teori didapatkan setting
relai diferensial sebesar 0,2884 p.u. pada sisi tegangan tinggi dan 0,5768 p.u. pada sisi tegangan
menengah. Untuk slope 1 sebesar 40% untuk slope 2 sebesar 80%. Selanjutnya, dilakukan
percobaan simulasi menggunakan ETAP 12.6.0 guna mengetahui kinerja dari relai diferensial.

Kata Kunci: Relai Proteksi, Relai Diferennsial, Transformator

PENDAHULUAN
Dalam gardu induk, transformator adalah alat yang paling berharga serta utama dalam
memindahkan energi listrik ke pelanggan, demikian perlu untuk memperhatikan ketahanannya.
Dalam menjalankan transformator, sering kali terjadi kerusakan yang dapat memengaruhi
kinerja transformator tersebut. Oleh karena itu, penting untuk memiliki pengaturan keamanan
dan perlindungan yang stabil guna menjaga fungsi sistem (D. Prasetyo & Semolowaru, 2019).
Transformator berperan sebagai pusat penyaluran dalam sistem tenaga listrik (Utomo, 2019).
Gangguan pada transformator tenaga dapat terjadi baik di dalam maupun di luar transformator
itu sendiri. Dengan deteksi yang cepat dan respons yang tepat pada waktu yang tepat, sistem
proteksi memiliki kemampuan untuk mengisolasi gangguan dan mencegah kerusakan yang lebih
parah. Hal ini sangat penting untuk menjaga keandalan dan ketersediaan pasokan listrik
(Badruzzaman & Himawati, 2014). Selain itu, sistem proteksi juga memiliki peran penting dalam

| 1364
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian E-ISSN: 2776-5105

melindungi keselamatan pekerja. Sistem proteksi berfungsi sebagai pelindung yang terpenting
dalam melindungi peralatan dan komponen dalam sistem kelistrikan dari kerusakan yang
disebabkan oleh gangguan atau kondisi yang tidak normal. Dengan memastikan kinerja optimal
sistem proteksi, tindakan pencegahan dilakukan untuk mencegah kerusakan yang lebih serius
dan menjaga kehandalan pasokan listrik (Rupawanti BR, 2019).
Telah dilakukan banyak penelitian untuk menentukan pengaturan optimal dari setting relai
diferensial sesuai dengan tujuan pengaturan proteksi yang dilakukan. Referensi utama yang
digunakan sebagai acuan adalah penelitian (Sattari & Widodo, 2021), dalam penelitian tersebut
digunakan acuan dalam menghitung perhitungan matematis yang dilakukan untuk menentukan
nilai setting relai diferensial. Namun, terdapat perbedaan pada penelitian ini yang menggunakan
rating kapasitas transformato sebesar 60 MVA. Selain itu, pada penelitian (Winata, 2020),
digunakan rasio CT pada sis HV sebesar 1500/5 A dan sisi MV sebesar 400/5 A. Sedangkan pada
penelitian ini digunakan rasio pada sisi HV sebesar 2000/5 dan sisi MV sebesar 400/5. Dan yang
terakhir pada penelitian (Hafni, 2020), pada penelitian tersebut sedikit memiliki kesamaan dalam
melihat kinerja dari relai diferensial yaitu menggunakan software etap 12.6.0. tetapi,
perbedaannya adalah pada penelitian ini dalam melihat kinerja dari relai diferensial pada
gangguan diluar daerah pengamanan digunakan relai bantu OCR (over current relay) tujuannya
adalah ketika transformator mengalami gangguan dan gangguan tersebut terjadi diluar daerah
pengamanan relai diferensial maka relai yang akan bekerja adalah relai OCR (over current relay).
Penelitian ini difokuskan pada studi kasus yang dilakukan di Gardu Induk Buduran, Sidoarjo,
yang melibatkan unit layanan dan transmisi sebagai objek penelitian. Yang bertujuan untuk
memastikan sistem proteksi trnaformator di Gardu Induk 150KV Buduran, Sidoarjo berjalan
dengan baik dan mencegah terjadinya gangguan yang dapat merusak peralatan serta menjaga
kelancaran penyaluran tenaga listrik serta mengevaluasi kesesuaian pengaturan relai diferensial
dengan perhitungan yang benar. Dalam hal ini diperlukan pengaturan yang akurat pada relai
diferensial. Penting untuk diperhatikan bahwa mengubah pengaturan relai tanpa perhitungan
yang tepat dapat mengakibatkan kesalahan yang merugikan. Selain itu, ETAP 12.6.0 dapat
digunakan untuk menguji kinerja relai diferensial dalam menangani gangguan.

METODE
Dalam metode studi kasus ini diperlukan Survei dan pengambilan data pada Gardu Induk
Buduran, Sidoarjo pada bulan November 2022. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
membandingkan hasil pengukuran dan pengujian pada data yang diberikan oleh tim proteksi
Gardu Induk Buduran dengan perhitungan matematis yang telah dilakukan. Penelitian ini juga
diharapkan memiliki potensi untuk memberikan rekomendasi atau pembanding yang berguna
dalam menentukan pengaturan pada relai diferensial.

| 1365
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian E-ISSN: 2776-5105

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

Gambar 1 menunjukan bahwa pada taahapan awal dimulai dari pengumpulan data. Data
yang diambil berupa kapasitas transformator, ratio CT, dan data pengujian setting relai
diferensial. Pada tahapan selanjutnya melakukan perhitungan manual untik mendapatkan setting
relai difrensial. Pada perhitungan matematis secara manual hal yang perlu diperhatikan berupa
nilai rasio CT, error mismatch, nilai arus sekunder CT, nilai arus diferensial, nilai arus restrain
(Penahan), perhitungan percent slope (setting kecuraman), serta yang terakhir perhitungan nilai
arus setting (Iset). Ketika sudah mendapatkan nilai perhitungan matematisnya, yang perlu
diperhatikan selanjutnya adalah pada arus diferensial. Jika Id atau arus diferensial kurang dari
arus setting yang telah ditentukan, maka seharusnya relai tidak boleh beroprasi atau bekerja dan
system proteksi normal. Dan apabila Id atau arus diferensial lebih dari arus setting nya maka
system proteksi bekerja dan relai diferensial melakukan trip. Pada tahapan terakhir akan
dilakukan uji coba kinerja dari relai deferensial dalam mengalami gangguan pada simulasi etap
12.6.0 dengan menggunakan kapasitas transformator sebesar 60 MVA.

| 1366
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian E-ISSN: 2776-5105

Pengambilan Data
Penelitian ini menggunakan data-data yang didapat pada Gardu Induk Buduran, Sidoarjo.
Data transformator yang akurat dan lengkap memainkan peran penting dalam pengaturan relai
diferensial. Pada penelitian ini digunakan transformator 2 pada Gardu Induk Buduran dengan
kapasitas 60 MVA. Berikut adalah data transformator 2 pada Tabel 1.

Tabel 1. Spesifikasi Transformator


Data Transformator Daya
Merk UNINDO
Tahun Operasi 15/06/2004
Standard IEC 60076:1976
Kapasitas 60 MVA
System Pendingin ONAN/ONAF
Tegangan Operasi 150/20 kV
Vector Grup YNyn0d

Selain data transformator dibutuhkan data nilai rasio CT. Dalam pengoperasiannya, relai
diferensial memanfaatkan CT untuk mengukur arus yang mengalir pada transformator. Rasio CT
mencerminkan perbandingan antara yang masuk ke CT arus yang keluar dari CT. Dengan
memahami nilai rasio CT, pengaturan relai diferensial dapat dilakukan dengan presisi. Pada
penelitian ini didapatkan nilai rasio CT sisi tegangan tinggi 400/5 A serta sisi tegangan menengah
sebesar 2000/5 A pada Gardu Induk Buduran, Sidoarjo yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Spesifikasi Rasio CT

Data Current Transformer


Sisi HV Sisi MV
Rasio CT 300/ 1 A 2000/ 5 A
Merk ALSTOM ESITAS
Vnominal 170 kV 24 kV

Tabel 3. Spesifikasi Relai Diferensial

Data Relai Diferensial


Merek ALSTOM
Type MICOM P643
Arus nominal 5 Amperee
Slope1 30 %
Slope2 80 %
Iset 0.3 pu

| 1367
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian E-ISSN: 2776-5105

Selanjutnya, dibutuhkan juga spesifikasi relai diferensial serta nilai setting untuk menjadi
perbandingan perhitungan dalam penelitian ini. Pada GI Buduran, Sidoarjo digunakan relai
diferensial dengan merk Alstom dengan arus nominal 5 A yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Perhitungan Matematis
Pada tahap ini, untuk menentukan setting relai diferensial diperlukan perhitungan yang
mencakup nilai rasio CT, error mismatch, hasil arus sekunder, perhitungan arus diferensial, arus
penahan (restrain), persentase kecuraman, dan penentuan nilai dari setting arus diferensial, serta
perhitungan saat terjadi gangguan pada relai diferensial.
1. Rasio CT
Dalam tahapan perolehan hasil ini dilakukan untuk mencari nilai kesalahan pembacaan yang
mengindikasikan tingkat ketidakcocokan pada CT yang terpasang. Perhitungan yang dilakukan
ini pada relai diferensial memiliki peran utama dalam menentukan rasio yang akurat.
Perhitungan arus nominal di sisi primer dan sekunder dapat menggunakan rumus:

S (1)
In1 =
√3 × VP

S (2)
In2 =
√3 × Vs
Dalam perhitungan arus rating pada sisi primer dan sekunder dapat menggunakan rumus:

Irat1 = 110% × In (3)

Dimana In adalah arus nominal (Ampere), S adalah rating kapasitas transformator (VA), VP adalah
tegangan primer (V), Vs adalah tegangan sekunder (V), Irat adalah arus rating (Ampere).

2. Error Mismatch
Tujuan perhitungan ini adalah untuk Melakukan perbandingan antara rasio CT yang ideal
dan rasio CT yang tersedia di pasaran, dengan batasan bahwa kesalahan (error) tidak boleh
melebihi 5% dari rasio CT yang dipilih (N. Prasetyo, 2019). Perhitungan rasio CT dan error
mismatch di sisi primer dan sekunder dapat menggunakan rumus:

Vs
Rasio CT1 (ideal) = rasio CT2 × Vp
(4)

Vp
Rasio CT2 (ideal) = rasio CT1 × Vs
(5)

| 1368
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian E-ISSN: 2776-5105

Selanjutnya, untuk menentukan besarnya error mismatch adalah sebagai berikut:

CT Ideal
𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑀𝑖𝑠𝑠𝑚𝑎𝑡𝑐ℎ = % (6)
CT Terpasang

Dimana rasio CT1 ideal adalah rasio CT ideal sisi primer (Amperee), rasio CT2 ideal adalah rasio
CT ideal sisi MV (Amperee), 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐶𝑇1 adalah rasio CT HV yang terpasang (Amperee),
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐶𝑇2 adalah rasio CT sekunder yang terpasang (Amperee), 𝑉𝑃 adalah tegangan primer (V),
dan 𝑉𝑠 adalah tegangan sekunder (V). (𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑀𝑖𝑠𝑠𝑚𝑎𝑡𝑐ℎ) adalah kesalahan pembacaan arus (%).

3. Arus Sekunder CT
Perhitungan ini adalah hasil keluaran dari transformator daya yang terdeteksi oleh CT dan
digunakan sebagai masukan ke relai (Wijanarko, 2018). Dengan menggunakan perhitungan ini,
relai diferensial dapat mendeteksi adanya perbedaan arus antara sisi sekunder CT yang
menunjukkan kemungkinan adanya kegagalan dalam menjalankan sistem (Napitupulu et al.,
2019). Pada tahap perhitungan ini dapat menggunakan rumus.
1
Isekunder = rasio CT
× In (7)

Dimana Isekunder adalah arus keluaran transformator arus (A), 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐶𝑇 adalah rasio CT yang
terpasang (A), 𝐼𝑛 adalah arus nominal (A).

4. Arus Diferensial
Dilakukan perhitungan ini untuk menentukan nilai arus diferensial yang terjadi pada kondisi
normal. Pada tahap ini digunakan relai untuk mendeteksi gangguan arus yang tidak seimbang
antara dua atau lebih titik pengukuran (Margianto & Hani, 2016). Jika jumlah arus masuk dan
keluar seimbang, maka relay diferensial akan tetap dalam kondisi normal Berikut rumus untuk
mengihitung pada tahapan ini.
𝐼𝑑 = ( 𝐼2 − 𝐼1 ) (8)

Pada level tegangan yang berbeda seperti transformator mempunyai besar arus yang ber
beda untuk daya yang sama, sehingga digunakan perhitungan dalam satuan per unit (p.u.) di awal
dan di akhir bisa dikembalikan kedalam satuan aslinya seperti Amperee. Berikut cara merubah
satuan amperee menjadi (p.u.):
I2′ I1′
dI = (Ibase − Ibase ) (9)

Dimana Id adalah arus diferensial (p.u.), I1 adalah arus sekunder pada sisi HV (p.u.), I2 adalah
arus pada sisi MV (p.u.), I1′ adalah arus beban CT sisi HV (Amperee), I2′ adalah arus beban CT sisi
MV (Amperee), dan Ibase adalah arus dasar (p.u.).

| 1369
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian E-ISSN: 2776-5105

5. Arus Restrain (Arus Penahan)


Untuk mengetahui apakah relai bekerja pada kondisi aman dan tidak ada kendala, dilakukan
perhitungan arus penahan (Muhammad Rizki Muharam, 2019) . Arus penahan pada relai
diferensial berfungsi sebagai acuan untuk mengidentifikasi apakah terjadi gangguan pada sistem
tenaga listrik yang membutuhkan perlindungan. Perhitungan arus restain tersebut kemudian
digunakan untuk menghitung persentase kecuraman dan arus setting pada relai diferensial.
Berikut cara menghitung rumus pada tahapan ini:
I 1+ I 2
Ir = ( ) (10)
2

Dimana Ir adalah arus restrain (p.u.), I2 adalah I1 adalah arus sekunder sisi HV (Amperee),
arus sekunder sisi MV (Amperee) (Arfianda, 2019).
6. Percent Slope
Dari Slope 1 dan slope 2 memiliki fungsi yang berbeda-beda. Slope 1 memiliki fungsi yaitu
dapat bekerja ketika ada gangguan didaerah pengaman relai diferensial saja. Sedangkan pada
slope 2 berfungsi saat terjadi gangguan diluar daerah pengamanan dengan arus yang besar
sekalipun relai tidak akan bekerja (Situmeang et al., 2022). Perhitungan Slope 1 dan perhitungan
Slope 2 dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Id
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒1 = Ir
× 100% (11)

Id
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒2 = ( × 2) × 100% (12)
Ir

Dimana 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒1 adalah setting kecuraman 1 (%), 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒2 adalah setting kecuraman 2 (%), 𝐼𝑟
adalah arus penahan (p.u.), 𝐼𝑑 adalah arus diferensial (p.u.).
7. Arus Setting
Pada tahapan ini penyetelan relai memiliki fungsi utama untuk menentukan nilai ambang
batas arus yang harus tercapai (Arfianda, 2019). Perhitungan Iset pada sisi HV dan Iset pada sisi MV
dapat menggunakan rumus:
𝐼𝑆𝑒𝑡1 = %𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒1 × 𝐼𝑟 (13)

𝐼𝑆𝑒𝑡2 = %𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒2 × 𝐼𝑟 (14)

Dimana 𝐼𝑆𝑒𝑡1 adalah arus setting sisi HV (Amperee), 𝐼𝑆𝑒𝑡 adalah arus setting sisi MV
(Amperee), %𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒 adalah setting kecuraman (%), 𝐼𝑟 adalah arus restrain (Amperee).

| 1370
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian E-ISSN: 2776-5105

Simulasi Relai Diferensial


Selanjutnya memodelkan diagram satu garis Gardu Induk Buduran memakai Software ETAP
12.6.0, dengan memasukkan semua rating peralatan yang didapatkan. Tujuan menggunakan
software etap 12.6.0 ini adalah untuk mempermudah dalam pengerjaan serta dapat melihat
bagaimana relai diferensial dalam menangani gangguan berupa gangguan di dalam dan diluar
daerah pengamanan (Permana & Hikmat, 2021).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perhitungan Matematis
Dalam tahapan ini akan didapat nilai-nilai dari hasil yang meliputi tahapan perhitungan arus
rating dan arus nominal. Perhitungan ini digunakan untuk mendapatkan rasio transformator arus
(CT) pada transformator yang sedang diteliti. Selanjutnya, dilakukan perhitungan arus sekunder
CT, arus diferensial, arus restrain, persentase kecuraman, arus setting, serta gangguan yang
terjadi pada sistem.
1. Nilai Rasio CT
Arus nominal pada tengangan sisi HV dan MV dapat dihitung dengan persamaan (1) dan (2):

𝐼𝑛1 = 230, 940 𝐴


𝐼𝑛2 = 1732,051 A

Didapatkan hasil perhitungan, arus nominal arus maksimal yang dimiliki transformator pada
sisi HV adalah 230,940 A dan sisi MV 1732,051 A. Selanjutnya menghitung arus rating pada sisi
HV dan sisi MV dengan menggunakan persamaan (3) dan (4):

𝐼𝑟𝑎t = 254,03 A
𝐼𝑟𝑎t = 1905,25 A

Berdasarkan hasil nilai diatas, arus rating pada sisi HV diperoleh 254,04A sedangkan, pada
sisi MV didapatkan angka 1905,25 A. Dengan demikian, pemilihan rasio CT 400/5 A dan 2000:5
A didasarkan penggunaan nilai tersebut pada GI Buduran dan ketersediaannya di pasaran.

2. Nilai Error Mismatch


Perhitungan rasio CT dan error mismatch atau toleransi dalam kesalahan pembacaan pada
sisi HV dapat menggunakan persamaan (4) dan (6):

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐶𝑇1 (𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙) = 53,33 A

𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑀𝑖𝑠𝑚𝑎𝑡𝑐ℎ = 0,133 % %

| 1371
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian E-ISSN: 2776-5105

Perhitungan rasio CT dan error mismatch pada MV dapat menggunakan persamaan (5) dan (6):

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐶𝑇2 (𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙) = 600 A

𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑀𝑖𝑠𝑚𝑎𝑡𝑐ℎ = 0,3 %

Hasil dari perhitungan ini didapatkan bahwa nilai ideal CT1 adalah 53,33 A dengan kesalahan
pembacaan sebesar 0,133% pada sisi tegangan tinggi, sementara CT2 memiliki nilai ideal 600 A
dengan kesalahan pembacaan sebesar 0,3% pada sisi tegangan rendah. Dalam konteks ini, dapat
dikatakan berada dalam kondisi aman karena nilainya tidak melebihi 5%.

3. Nilai Arus Sekunder CT


Perhitungan arus sekunder pada sisi HV dan sisi MV dapat menggunakan persamaan (7)

𝐼𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟1 = 2,886 A

𝐼𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟2 = 4,330 A

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa arus sekunder pada 𝐶𝑇1 adalah sebesar 2,886 A dan
pada 𝐶𝑇2 adalah sebesar 4,330 A.
4. Nilai Arus Diferensial Dan Arus Restrain
Pada tahapan perhitungan nilai arus diferensial dapat menggunakan persamaan (9) dan (10)

𝐼𝑑(𝑝𝑈) = 0,289 pU

𝐼𝑟 (𝑝𝑈) = 0,721 pU

Didapatkan nilai arus diferensial dengan satuan pU sebesar 0,0962 pU. Hasil ini diperlukan
sebagai acuan untuk menentukan nilai setting relai diferensial. Selain itu didapat juga nilai arus
penahan sebesar 0,721 pU.
5. Nilai Percent Slope
Dalam perhitungan nilai percent slope dapat menggunakan persamaan (11) dan (12)

𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒1 = 40 %
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒2 = 80%

Didapatkan nilai slope1 sebesar 40 % dan nilai slope2 sebesar 80 %. Perhitungan ini
merupakan perhitungan yang sangat penting karena slope 1 dan slope 2 memiliki fungsi yang
berbeda pada cara kerja relai diferensial. Perhitungan ini dilakukan untuk menentukan langkah
selanjutnya, dengan didapatkan nilai tersebut dapat diketahui seberapa batas ambang
kemampuan pada relai diferensial dalam menangani gangguan.

| 1372
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian E-ISSN: 2776-5105

6. Perhitungan Arus Setting


Perhitungan Isetting dapat menggunakan persamaan (13) dan (14):

𝐼𝑠𝑒𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔1 = 0,2884 p. u.
𝐼𝑠𝑒𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔2 = 0,5758 p. u.

Pada tahap akhir perhitungan didapatkan nilai arus penyetelan yang diperoleh dari
perhitungan manual diatas. Pada sisi HV, nilai arus diferensial adalah 0,2884 pU, sedangkan pada
sisi MV, nilai arus diferensial adalah 0,5768 pU. Relai diferensial beroperasi ketika terjadi
gangguan yang menyebabkan arus diferensial melampaui nilai arus penyetelan. Setting relai
diferensial memiliki peran penting dalam menjaga kehandalan sistem kelistrikan. Fungsi relai
diferensial adalah melindungi peralatan listrik dari risiko arus berlebih atau hubung singkat yang
berpotensi merusak atau menyebabkan kebakaran.

PERBANDINGAN HASIL PERHITUNGAN DAN DATA

Tujuan dari perbandingan antara data perhitungan dengan data real dalam penelitian ini
adalah untuk melakukan validasi dan pengujian terhadap keakuratan perhitungan yang telah
dilakukan. Dengan membandingkan hasil perhitungan dengan data aktual yang diperoleh dari
lapangan, peneliti dapat mengidentifikasi adanya perbedaan atau kesalahan yang mungkin
terjadi. Melalui perbandingan ini, penelitian ini memberikan landasan yang kokoh dalam
mengoptimalkan pengaturan dan kinerja sistem proteksi.

Tabel 4. Perbandingan Perhitungan Dengan Data.

Komponen Uji Setting Data Setting GI Buduran Hasil Perhitungan Teori


Arus Differential 0.30 p.u. 0,289 p.u.
Arus Restrain 1.01 p.u. 0,721 p.u.
Slope 1 30% 40%
Slope 2 80% 80%
Setting sisi primer 0,3 p.u. 0,2884 p.u.
Setting sisi sekunder 1,5 p.u. 0,5768 p.u.

Dari Tabel 4. terlihat bahwa hasil perhitungan dengan data Gardu Induk Buduran tidak
berbeda dengan data yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa setting relai differential yang
dilakukan oleh gardu induk buduran dapat dikatakan baik. Dengan menetapkan nilai setting yang
tepat, sistem kelistrikan dapat berjalan secara optimal dan terhindar dari pemutusan aliran listrik
yang tidak perlu. Kondisi ini diharapkan dapat membantu meningkatkan produktivitas dan
efisiensi penggunaan listrik, serta mencegah kegagalan proteksi.

| 1373
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian E-ISSN: 2776-5105

SIMULASI KINERJA RELAI DIFERENSIAL GANGGUAN INTENAL

1. Gangguan Di Dalam Zona Proteksi Relai Diferensial (Internal)


Relai differensial dirancang khusus untuk bekerja pada gangguan internal dalam sistem
listrik. Tujuan utama relai differensial adalah melindungi transformator dari kerusakan akibat
gangguan internal seperti hubung singkat antar belitan atau gangguan dalam transformator.
Berikut adalah gambar dari hasil kinerja relai diferensial ketika mendapatkan gangguan internal
pada perangkat lunak ETAP Power Station 12.6.0.

Gambar 2. Gangguan Dalam Zona Proteksi Relai Diferensial

Gambar 3 menunjukan simulasi kinerja relai diferensial di dalam zona proteksi dengan
gangguan tiga fasa sebesar 13,72 kA yang diasumsikan dengan adanya hubung singkat pada
kumparan didalam transformator yang diakibatkan oleh isolasi yang telah rusak. Salah satu
penyebab umum isolasi rusak pada transformator adalah penuaan atau degradasi material isolasi
seiring berjalannya waktu. Dengan adanya gangguan sebesar 13,72 KA ini juga menyebabkan bus
2 kehilangan tegangan 20 KV dari sumber karena CB 2 87T mengalami trip sehingga tegangan
tidak dapat tersalurkan. Hal ini juga menyebabkan system proteksi relai diferential berhasil
memicu trip pada CB1 87T dan CB2 87T.

| 1374
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian E-ISSN: 2776-5105

Gambar 3. Report Hasil Simulasi

Fungsi report proteksi relai pada perangkat lunak ETAP memiliki peran penting dalam
evaluasi dan analisis kinerja sistem proteksi relay. Untuk analisis report pada gangguan internal
dapat dilihat pada gambar 3. dapat dijelaskan bahwa CB1 87T dan CB2 87T diperintahkan trip relay
1 atau relay differential. Sedangkan relay OCR digunakan sebagai backup ketika CB gagal trip.

2. Gangguan Di Luar Zona Proteksi Relai Diferensial (External)


Relai differensial tidak memiliki fungsi untuk mendeteksi atau menanggapi gangguan
eksternal dalam sistem listrik. Hal ini disebabkan karena gangguan eksternal umumnya terjadi di
tidak mempengaruhi perbedaan arus. Berikut adalah gambar dari hasil kinerja relai diferensial
ketika mendapatkan gangguan eksternal pada perangkat lunak ETAP 12.6.0.

Gambar 4. Gangguan Luar Zona Proteksi Relai Diferensial

| 1375
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian E-ISSN: 2776-5105

Pada gambar 4. terlihat bahwa pada saat dilakukan percobaan gangguan eksternal,
relai diferensial pada transformator 2 GI tidak dapat mendeteksi gangguan dan tidak memicu trip
pada CB1 dan CB2 87T. Pada percobaan tersebut, gangguan diberikan pada daerah penyulang
Samsung 2 dengan arus sebesar 5,73 A yang menyebabkan CB 5 trip yang diperintahkan oleh
relai OCR tetapi pada penyulang lain tetap menyala karena msih mendapatkan supply tegangan.
Relai OCR (Overcurrent Relay) memberikan proteksi terhadap gangguan eksternal dalam sistem
listrik. Relai OCR akan mendeteksi peningkatan arus yang melampaui batas yang telah
ditentukan. Setelah mendeteksi gangguan tersebut, relai OCR akan memberikan trip (memutus
aliran daya) pada sistem atau mengaktifkan perangkat pemutus sirkuit yang terhubung dengan
tujuan melindungi peralatan dan sistem listrik dari kerusakan lebih lanjut. Sementara relai
differensial fokus pada perlindungan terhadap gangguan internal di dalam transformator.

Gambar 5. Report Gangguan External.

Pada analisis report gambar 5. diatas dapat dijelaskan bahwa CB 5 melakukan tripping
yang diperintahkan oleh relay OCR 5. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa Relay OCR akan
bekerja ketika mendapat gangguan eksternal seperti pada contoh gambar diatas yang diberi
gangguan pada penyulang Samsung 2.

KESIMPULAN
Pada karakteristik relai diferensial, setting slope1 nilainya lebih kecil dari setting slope2.
Untuk setting relai diferensial hasil perhitungan teori nilai slope1 sebesar 40% dan nilai slope2
sebesar 80%, Hasil nilai dari arus setting sisi HV adalah 0,2884 pU dan pada sisi MV 0,5768 pU.
Dengan perhitungan setting yang tepat diharapkan relai diferensial akan bekerja sesuai dengan
adanya gangguan yang terjadi dan secara cepat memberikan perintah trip pada CB.
Hasil penelitian yang dilakukan pada relai diferensial menunjukkan bahwa alat ini memiliki
peranan krusial dalam sistem proteksi listrik. Relai diferensial terbukti efektif dalam
mengidentifikasi dan melindungi perangkat listrik dari gangguan di dalam yang berpotensi
menyebabkan kerusakan yang lebih serius. Selain itu, pengaturan dan konfigurasi relai
diferensial memainkan peranan yang sangat penting dalam menjaga keandalan sistem proteksi.

| 1376
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian E-ISSN: 2776-5105

UCAPAN TERIMA KASIH


Pada bagian ini, ingin peneliti menyampaikan apresiasi yang tulus kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan dan kontribusi penting dalam penyelesaian penelitian ini.
Peneliti mengucapkan rasa terima kasih kepada tim editorial “Seminar Nasional Hasil Riset Dan
Pengabdian” atas kesempatan yang diberikan untuk mempublikasikan hasil penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Arfianda, M. (2019). Analisa Penggunaan Relai Diferensial Sebagai Proteksi Pada Transformator

Daya Gardu Induk Paya Pasir (PT. PLN PERSERO).

Badruzzaman, Y., & Himawati, F. (2014). Keandalan Relai Differential sebagai Pengaman Utama

Transformator terhadap Gangguan Arus Hubung Singkat di GIS Randugarut.

Hafni, F. (2020). Studi Analisa Relai Differensial Pada Proteksi Transformator 60 MVA Gardu

Induk Pauh Limo. JURNAL TEKNIK ELEKTRO ITP, 9(2).

Margianto, R., & Hani, S. (2016). Pengujian Transformator Arus 150 KV Untuk Sistem Proteksi

Transformator Tenaga 3 Gardu Induk Purworejo.

Muhammad Rizki Muharam. (2019). Analisi Performa Relay Diferensial Transformator Pada

Gardu Induk Cilegon Lama.

Napitupulu, J., Ginting, Y., & Gaol, M. L. (2019). Keandalan Peralatan Pengaman Jaringan

Distribusi Pada PT PLN RAYON MEDAN TIMUR.

Permana, E. B., & Hikmat, Y. P. (2021). Studi Proteksi Setting Arus Lebih pada PLTM Mikrogird

Girimukti 20 kV Menggunakan Software ETAP 12.6.0.

Prasetyo, D., & Semolowaru, J. (2019). Setting Relay Pengaman OCR Jaaringan Distribusi 20 KV Di

Apartemen Orchard Tanglin.

Prasetyo, N. (2019). Analisa Pengaturan Proteksi Relai Diferensial Pada Transformator Daya II

Gardu Induk Kota Baru.

Rupawanti BR, N. (2019). Analisis Koordinasi Sistem Proteksi Trafo Distribusi 20 KV (Studi Kasus

PT. PLN PERSERO Unit Lamongan).

Sattari, A., & Widodo, H. (2021). Analisis Setting Arus Relai Differensial Pada Trafo II 30 MVA PT.

PLN (Persero) Gardu Induk Sutami.

| 1377
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian E-ISSN: 2776-5105

Situmeang, U., Tanjung, K., & Arlenny, A. (2022). Studi Penggunaan Relai Line Differential Sebagai

Proteksi Utama Pada Penghantar 150 KV Tenayan-Riau-Pasir Putih di PT.PLN (Persero)

UPT Pekanbaru.

Utomo, P. (2019). Studi Analisa Kualitas Transformator Daya Gardu Induk 150 KV Siantan.

Wijanarko, D. (2018). Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik.

Winata, A. P. (2020). Tinjauan Kinerja Relay Diferensial GT 322,1 MVA UNIT2.1 PLTGU Muara

Karang. 22.

| 1378

Anda mungkin juga menyukai