Anda di halaman 1dari 9

Konsep dasar Persepsi dan Pengambilan Keputusan

Definisi persepsi

Definisi = Persepsi adalah proses di mana individu mengorganisir dan


menginterpretasikan impresi sensorik (= kesan rangsangan) mereka untuk memberikan
makna pada lingkungan mereka.

Penjelasan: Persepsi adalah cara kita mengolah informasi yang kita terima melalui panca
indera kita, seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan rasa. Proses
ini membantu kita mengerti dan memberikan makna pada dunia di sekitar kita. Ketika
kita menerima informasi sensorik, otak kita secara otomatis memprosesnya dan
mengorganisirnya agar kita dapat memahami apa yang terjadi di sekitar kita.
Contohnya, ketika kita melihat seorang teman tersenyum, kita menginterpretasikan ini
sebagai tanda kebahagiaan atau kegembiraan. Namun, jika teman kita tampak marah
atau sedih, kita akan menginterpretasikan situasinya berbeda. Persepsi dapat
dipengaruhi oleh pengalaman, latar belakang budaya, emosi, dan banyak faktor lainnya.
Dalam konteks bisnis atau psikologi organisasi, pemahaman tentang proses persepsi ini
penting karena dapat mempengaruhi bagaimana individu merespons situasi di
lingkungan kerja. Misalnya, pemimpin yang memahami bagaimana rekan kerja mereka
mungkin menginterpretasikan tindakan atau kebijakan tertentu dapat lebih efektif
dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan mereka. Demikian pula, perusahaan
dapat menggunakan pengetahuan tentang persepsi untuk merancang strategi
pemasaran yang lebih efektif atau mengelola citra merek mereka dengan lebih baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Individu dapat melihat hal yang sama namun mempersepsikannya secara berbeda.
Faktor-faktor yang beroperasi untuk membentuk dan terkadang merusak persepsi ini
dapat berada pada pengamat; pada objek atau target yang sedang diobservasi; atau
pada konteks situasi di mana persepsi tersebut dibuat. Ketika Anda melihat suatu target
dan mencoba menginterpretasikan apa yang Anda lihat, interpretasi Anda sangat
dipengaruhi oleh karakteristik pribadi Anda, seperti sikap, kepribadian, motif, minat,
pengalaman masa lalu, dan harapan. Misalnya, jika Anda mengharapkan petugas polisi
bersifat berwibawa atau orang muda bersifat malas, Anda mungkin akan
mempersepsikannya demikian, tanpa memandang karakteristik sebenarnya.

Karakteristik dari target juga memengaruhi apa yang kita persepsikan. Orang yang
berbicara keras lebih mungkin diperhatikan dalam kelompok daripada orang yang
berbicara pelan. Demikian pula, individu yang sangat menarik atau tidak menarik secara
ekstrem. Karena kita tidak melihat target secara terpisah, hubungan antara target
dengan latar belakangnya juga memengaruhi persepsi, begitu pula dengan
kecenderungan kita untuk mengelompokkan hal-hal yang dekat dan hal-hal yang mirip
bersama-sama. Kita sering mempersepsikan wanita, pria, orang Kulit Putih, Afrika
Amerika, Asia, atau anggota kelompok lain yang memiliki karakteristik yang jelas dapat
dibedakan sebagai sama dalam hal-hal lain yang tidak terkait juga.

Konteks juga penting. Waktu ketika kita melihat suatu objek atau peristiwa dapat
memengaruhi perhatian kita, begitu pula dengan lokasi, cahaya, panas, atau berbagai
faktor situasional lainnya. Di sebuah klub malam pada hari Sabtu, Anda mungkin tidak
akan memperhatikan tamu muda yang "berdandan dengan sangat rapi." Namun orang
yang sama yang berpakaian demikian untuk kelas manajemen pada hari Senin pagi pasti
akan menarik perhatian Anda (dan perhatian kelas yang lain). Baik pengamat maupun
target tidak berubah antara Sabtu malam dan Senin pagi, tetapi situasinya berbeda.
Dari gambar diatas bisa dipahami bahwa faktor persepsi itu dibagi ke 3 bagian

1. Factors in the perceiver : Faktor-faktor dalam penafsir dapat merujuk kepada karakteristik, bias,
dan sifat-sifat individu yang ada dalam diri seseorang yang sedang melakukan penafsiran atau
menginterpretasi berbagai informasi. Faktor-faktor ini dapat berpengaruh signifikan terhadap
bagaimana seseorang menafsirkan dan memahami berbagai situasi, pesan, atau stimuli (=
rangsangan) yang ada seperti

• Attitudes (Sikap) = Sikap adalah evaluasi, perasaan, dan keyakinan seseorang yang telah
berlangsung lama terhadap objek, orang, atau isu tertentu. Misalnya, jika seseorang memiliki
sikap positif terhadap pelestarian lingkungan, mereka mungkin akan melihat berita tentang
upaya pelestarian lebih menguntungkan.

• Motives (Motivasi) = Motivasi mengacu pada kebutuhan, keinginan, dan tujuan yang
mendorong perilaku dan pengambilan keputusan seseorang. Contohnya, seseorang yang
termotivasi oleh kemajuan karir mungkin akan menginterpretasikan umpan balik dari atasan
mereka secara berbeda dengan seseorang yang termotivasi oleh keseimbangan antara
pekerjaan dan kehidupan pribadi.

• Interests (Minat) = Minat mengacu pada topik, aktivitas, atau subjek yang menarik perhatian
dan antusiasme (kegairahan) seseorang. Misalnya, seseorang yang memiliki minat kuat dalam
teknologi mungkin lebih terbuka terhadap berita tentang gadget terbaru.

• Experience (Pengalaman) = Pengalaman pribadi, baik yang sudah terjadi maupun yang sedang
berlangsung, secara signifikan membentuk persepsi. Contohnya, seseorang yang memiliki
pengalaman positif sebelumnya dengan merek tertentu mungkin akan memiliki persepsi yang
lebih menguntungkan terhadap produk merek tersebut.

• Expectations (Harapan) = Harapan mengacu pada antisipasi atau prediksi yang dimiliki individu
tentang bagaimana peristiwa atau situasi akan berlangsung. Misalnya, jika seseorang
mengharapkan sebuah film akan menghibur berdasarkan trailernya, mereka mungkin akan
menganggapnya positif meskipun memiliki kekurangan.
2. Factors in the situation : Faktor-faktor dalam situasi merujuk pada berbagai elemen yang
memengaruhi cara individu menginterpretasikan dan merespons situasi tertentu. Faktor-faktor
ini memainkan peran penting dalam proses persepsi dan dapat memengaruhi bagaimana
seseorang memberikan makna pada lingkungan mereka.

• Time ( waktu ) = Lingkungan kerja mencakup lingkungan fisik, budaya, dan kondisi di mana
seseorang menjalankan pekerjaannya.

• Work setting ( lingkungan kerja ) = Lingkungan kerja mencakup lingkungan fisik, budaya, dan
kondisi di mana seseorang menjalankan pekerjaannya.

• Social setting ( lingkungan sosial ) = Lingkungan sosial mengacu pada konteks sosial di mana
seseorang berada.

3. Factors in the target : Faktor-faktor dalam target merujuk pada karakteristik dan atribut individu
yang menjadi fokus atau sasaran dari persepsi. Ini adalah elemen-elemen yang memengaruhi
bagaimana seseorang memandang dan menginterpretasikan orang, objek, atau entitas lain
dalam lingkungannya.

• Novelty ( kebaruan) = Kebaruan merujuk pada sesuatu yang baru, tidak biasa, atau belum
pernah ditemui sebelumnya. Dalam konteks persepsi, kebaruan bisa membuat sesuatu
menarik perhatian lebih banyak.

• Motion ( Gerrakan ) = Gerakan adalah perpindahan objek dari satu tempat ke tempat lain
dalam waktu tertentu. Manusia cenderung memperhatikan objek yang bergerak daripada yang
diam.

• Sounds ( Suara ) = Suara adalah gelombang bunyi yang kita dengar melalui pendengaran.
Suara dapat memengaruhi persepsi dan memberikan informasi tentang lingkungan kita.

• Size ( Ukuran ) = Ukuran merujuk pada dimensi fisik atau skala suatu objek. Ukuran bisa
memengaruhi bagaimana kita melihat dan memahami objek atau situasi.

• Background ( Latar belakang ) = Latar belakang adalah konteks atau lingkungan di mana objek
atau situasi berada. Latar belakang dapat memengaruhi cara kita mempersepsikan objek atau
peristiwa tersebut

• Proximity ( Kedekatan ) = Latar belakang adalah konteks atau lingkungan di mana objek atau
situasi berada. Latar belakang dapat memengaruhi cara kita mempersepsikan objek atau
peristiwa tersebut

• Similarity ( Kemiripan ) = Kemiripan merujuk pada sejauh mana objek atau elemen-elemen
dalam suatu situasi mirip satu sama lain dalam hal bentuk, warna, atau atribut lainnya.
Kemiripan dapat memengaruhi cara kita mengelompokkan atau memahami hal-hal tersebut.
Teori Atribusi
Teori atribusi mencoba menjelaskan cara kita menghakimi orang dengan berbeda,
tergantung pada makna yang kita berikan pada perilaku tertentu. Ini menyarankan
bahwa ketika kita mengamati perilaku seseorang, kita mencoba untuk menentukan
apakah perilaku tersebut disebabkan oleh faktor internal atau eksternal :
Internal vs. External Attribution (Atribusi Internal vs. Eksternal):
Internal : Perilaku yang disebabkan secara internal adalah perilaku yang kita yakini
berada dalam kendali pribadi individu. Misalnya jika seseorang itu sudah lulus dari ujian
maka kita mengatribusikannya bahwa kelulusannya itu disebabkan karna kepintaran dan
kesungguhan
External : Perilaku yang disebabkan secara eksternal adalah apa yang kita bayangkan
situasi memaksa individu untuk melakukannya. Misalnya jika seseorang itu lulus dari
ujian maka dia akan mengatribusikannya bahwa itu hanya keberuntungan.

Namun, penentuan ini sebagian besar bergantung pada tiga faktor:


(1) Distinctiveness ( Karakteristik Khusus ) = mengacu pada apakah seseorang
menampilkan perilaku yang berbeda dalam situasi yang berbeda.
(2) Consensus ( konsensus ) = mengacu pada sejauh mana orang lain dalam situasi yang
sama memberikan respons atau perilaku yang serupa.
(3) Consistency (Konsistensi) = konsistensi adalah tentang sejauh mana perilaku individu
tersebut tetap sama dalam situasi yang berbeda-beda sepanjang waktu.
Shortcuts in Judging Others
Selective Perception (Persepsi Selektif) : Setiap karakteristik yang membuat seseorang,
objek, atau peristiwa menonjol akan meningkatkan kemungkinan kita akan
mempersepsikannya.
Halo Effect (Efek Halo) : Ini adalah kecenderungan untuk menggeneralisasi pandangan kita
tentang satu aspek positif atau negatif dari seseorang ke seluruh kepribadiannya. Misalnya, jika
seseorang memiliki kualitas yang baik, kita mungkin cenderung menganggap mereka baik dalam
segala hal, meskipun itu mungkin tidak benar.

Contrast Effects (Contrast Effects Efek Kontras) : adalah fenomena di mana persepsi kita
tentang sesuatu atau seseorang dipengaruhi oleh pengalaman atau perbandingan dengan
sesuatu yang baru saja kita alami atau temui sebelumnya

Stereotip adalah gambaran umum atau prasangka yang dibentuk oleh sebagian orang terhadap
sekelompok orang atau karakteristik tertentu. Ini seringkali melibatkan asumsi bahwa semua
anggota kelompok tersebut memiliki sifat atau ciri tertentu yang seragam, tanpa
mempertimbangkan perbedaan individual di dalam kelompok tersebut.

Decision making model

"Decision-making model" adalah suatu kerangka kerja atau metode yang digunakan untuk
membantu individu atau organisasi dalam membuat keputusan yang tepat. Model pengambilan
keputusan ini biasanya berisi langkah-langkah atau tahapan yang harus diikuti untuk
merumuskan dan memilih solusi terbaik dari berbagai alternatif yang ada.

Langkah-langkah dalam Model Pengambilan Keputusan Rasional (Rational Decision-Making


Model) adalah sebagai berikut:

1. Define the problem ( Mendefinisikan Masalah ): Langkah pertama adalah mengidentifikasi


dan mendefinisikan masalah yang perlu dipecahkan. Ini melibatkan pemahaman yang jelas
tentang sifat masalah dan apa yang ingin dicapai dengan pengambilan keputusan.
2. Identify the decision criteria ( Mengidentifikasi Kriteria Keputusan ) : Setelah masalah
didefinisikan, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi kriteria atau faktor-faktor yang
akan digunakan untuk mengevaluasi alternatif keputusan. Kriteria ini adalah parameter atau
standar yang akan digunakan untuk membandingkan opsi yang tersedia.
3. Allocate weights to the criteria ( Mengalokasikan Bobot pada Kriteria ) : Setelah kriteria
diidentifikasi, berikan bobot atau nilai relatif pada setiap kriteria. Bobot ini mencerminkan
tingkat pentingnya masing-masing kriteria dalam pengambilan keputusan. Beberapa kriteria
mungkin lebih penting daripada yang lain.
4. Develop the alternatives ( Mengembangkan Alternatif ) : Buatlah daftar alternatif atau
solusi yang mungkin untuk mengatasi masalah atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Berbagai alternatif ini harus dipertimbangkan secara kreatif.
5. Evaluate the alternatives ( Mengevaluasi Alternatif ) : Lakukan analisis terhadap setiap
alternatif dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan. Ini melibatkan pengumpulan
informasi, perhitungan, atau evaluasi berdasarkan bobot kriteria. Alternatif dinilai
berdasarkan sejauh mana mereka memenuhi kriteria dan tujuan.
6. Select the best alternatives ( Memilih Alternatif Terbaik ): Setelah evaluasi, pilihlah
alternatif yang paling memenuhi kriteria dan memberikan hasil yang diinginkan. Keputusan
ini harus berdasarkan analisis rasional dari informasi yang telah dikumpulkan dan bobot
yang telah ditetapkan pada kriteria.

Bias and error in decision making

Keputusan yang diambil seringkali dipengaruhi oleh bias dan kesalahan sistematis dalam
penilaian. Bagi para pengambil keputusan, terlibat dalam rasionalitas yang dibatasi
(bounded rationality), tetapi mereka juga membiarkan bias dan kesalahan sistematis
masuk ke dalam penilaian mereka. Untuk meminimalkan usaha dan menghindari
pertimbangan yang sulit, orang cenderung terlalu mengandalkan pengalaman, impuls,
perasaan batin, dan aturan praktis yang mudah. Pintasan-pintasan ini bisa membantu,
tetapi juga dapat merusak rasionalitas. Berikut adalah bias-bias paling umum dalam
pengambilan keputusan :

1. Bias kelebihan kepercayaan (Overconfidence Bias) : adalah sebuah kecenderungan


di mana seseorang memiliki keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuannya
sendiri atau pengetahuannya. Ini berarti orang yang terpengaruh oleh bias ini
cenderung merasa lebih yakin dalam kemampuan atau penilaian mereka daripada
yang sebenarnya. Bias ini dapat muncul dalam berbagai konteks, termasuk
pengambilan keputusan dan penilaian diri. Bias kelebihan kepercayaan dapat
memiliki dampak negatif dalam pengambilan keputusan karena dapat menyebabkan
tindakan impulsif atau kurang mempertimbangkan informasi dan risiko yang relevan.
Orang yang terlalu yakin pada diri sendiri mungkin cenderung mengabaikan saran
orang lain atau mengambil risiko yang tidak perlu.
Untuk mengatasi bias kelebihan kepercayaan, penting untuk mempraktikkan
introspeksi yang kritis, mendengarkan masukan dari orang lain, dan berusaha
untuk tetap terbuka terhadap informasi baru atau sudut pandang yang berbeda.
2. Bias perangkai (Anchoring Bias) adalah suatu kecenderungan di mana seseorang
terlalu bergantung pada informasi awal atau "perangkai" (anchor) saat membuat
keputusan atau estimasi. Informasi awal ini bisa berupa angka, nilai, atau referensi
lain yang diberikan sebelumnya, dan bias ini dapat memengaruhi cara seseorang
mengevaluasi informasi selanjutnya.
Anchoring bias dapat memengaruhi berbagai aspek pengambilan keputusan,
termasuk penilaian harga, negosiasi, penilaian kinerja, dan estimasi dalam
berbagai konteks. Bias ini dapat menyebabkan penilaian yang tidak akurat atau
keputusan yang kurang rasional karena informasi awal yang tidak relevan dapat
memengaruhi proses mental seseorang.
Untuk mengatasi anchoring bias, penting untuk menyadari pengaruh informasi
awal yang mungkin tidak relevan dan berusaha untuk menguji atau menilai
informasi secara independen dari "perangkai" yang ada.
3. Bias konfirmasi (Confirmation Bias) adalah kecenderungan manusia untuk mencari,
mengingat, dan memberikan lebih banyak perhatian pada informasi yang
mendukung keyakinan atau pandangan yang sudah ada, sementara mengabaikan
atau mengesampingkan informasi yang bertentangan dengan keyakinan tersebut.
Bias konfirmasi dapat memengaruhi pengambilan keputusan dan evaluasi
informasi secara negatif karena dapat menyebabkan penilaian yang tidak
seimbang atau pemahaman yang tidak lengkap tentang suatu masalah.

Untuk mengatasi bias konfirmasi, penting untuk bersikap kritis terhadap


informasi yang diterima, mencari berbagai sumber informasi, dan berusaha
untuk memahami pandangan atau argumen yang berlawanan dengan
pandangan kita.

4. Hindsight Bias adalah bias kognitif di mana seseorang cenderung melihat suatu
peristiwa atau hasil sebagai sesuatu yang sudah terlihat jelas dan dapat diprediksi
setelah peristiwa tersebut terjadi, bahkan jika pada kenyataannya peristiwa tersebut
sulit atau bahkan tidak mungkin diprediksi sebelumnya.

Hindsight bias dapat menyebabkan penilaian retrospektif yang tidak adil atau
tidak realistis, dan dapat menghambat pembelajaran dari pengalaman masa lalu.
Ini karena ketika seseorang yakin bahwa mereka "seharusnya sudah tahu" apa
yang akan terjadi, mereka mungkin mengabaikan berbagai faktor atau
ketidakpastian yang ada pada saat itu.

Untuk mengatasi hindsight bias, penting untuk memahami bahwa dalam situasi
sebelumnya, informasi yang tersedia mungkin tidak memungkinkan untuk
membuat prediksi yang akurat.
5. Randomness error (kesalahan acak) adalah jenis kesalahan yang muncul dalam
pengambilan keputusan atau analisis ketika suatu peristiwa atau hasil dianggap
sebagai hasil dari kebetulan atau faktor acak, padahal sebenarnya ada pola atau
keteraturan yang lebih dalam yang mungkin tidak terlihat pada awalnya. seperti
contoh Tiger Woods yang sering mengenakan baju merah selama putaran final
turnamen golf karena ia memenangkan banyak turnamen junior saat mengenakan
baju merah.
6. Risk aversion (ketidakmauan risiko) adalah sikap atau perilaku di mana seseorang
cenderung menghindari atau merasa tidak nyaman menghadapi situasi yang
melibatkan risiko atau ketidakpastian. Orang yang memiliki sikap ini biasanya lebih
suka mengambil pilihan yang menawarkan hasil yang lebih pasti atau yang memiliki
tingkat risiko yang lebih rendah, bahkan jika itu berarti hasil yang lebih rendah.

Anda mungkin juga menyukai