Anda di halaman 1dari 4

Jawaban uas participatory action research

NAMA ; MOKHAMAD ALDY ANDRIAWAN

NIM ;20202405627

1. Perencanaan
1. Membuat kelompok PAR
2. Membuat rencana PAR
1. Pemetaan Wilayah
1) Letak Geografis (jalan, pintu masuk, letak), Demografis (sosial budaya
setempat), Kantor-kantor strategis (kantor polisi, RS, rumah tokoh
masyarakat/tokoh agama, dll)

2) Aktor-aktor penting dan relasi sosial (pihak pro, kontra dan neutral)

1. Analisa Resiko (Peneliti dan kontak/sekutu)


(Kriminalisasi, pengusiran, penyuapan, konflik horizontal, pencurian, perampokan,
kekerasan, penculikan, penghilangan nyawa)

1. Membuat analisa awal kasus komunitas atau membuat LO awal.


2. Mencari Kontak.
3. Menyusun Strategi:
1) Menyusun Rencana perjalanan

2) Identitas penyamaran dan strategi pendukung (Jurnalis/Wartawan, Mahasiswa,


Menjadi orang lokal/diupayakan mengerti sosial budaya setempat, Peneliti, Pedagang, Buruh,
Strategi pendukung ; membuat website, kartu nama, kop surat, surat tugas jika lapangan tidak
beresiko.

3) Menyusup; Membangun kontak dengan orang dalam

1. Mempersiapkan fisik yang prima


2. Penyiapan Logistic yang memadai (ID Card, akomodasi yang cukup, alat-alat
penelitian)
Pelaksanaan
3. Turun ke komunitas/lapangan dan live in[5]
4. Mendekati kontak atau membangun sekutu strategis
5. Pengumpulan data (wawancara, observasi, dll)
6. Membuat legal opinion atau analisa kasus structural
7. Menyusun rencana aksi

2. PAR dilaksanakan separtisipatif mungkin, melibatkan siapa saja yang berkepentingan dengan
situasi yang sedang diteliti dan perubahan kondisi yang lebih baik. Dengan prinsip ini, PAR
dilakukan bersama di antara warga masyarakat melalui proses berbagi dan belajar bersama,
untuk memperjelas dan memahami kondisi dan permasalahan mereka sendiri. Prinsip ini juga
menuntut penghargaan pada setiap perbedaan yang melatarbelakangi warga saat terlibat
dalam PAR, termasuk penghargaan pada kesetaraan jender (terlebih jika dalam suatu
komunitas warga perempuan belum memperoleh kesempatan yang setara dengan laki-laki
untuk berpartisipasi sosial). Berbeda dengan riset konvensional, tim peneliti dalam PAR
bertindak sebagai fasilitator terjadinya proses riset yang partisipatif di antara warga, bukan
tim
peneliti yang meneliti kondisi komunitas dari luar sebagai pihak asing.

3. Sebuah praktek untuk meningkatkan dan meperbaiki kehidupan sosial dan praktek-
prakteknya, dengan cara merubahnya dan melakukan refleksi dari akibat perubahan-
perubahan itu untuk melakukan aksi lebih lanjut secara berkesinambungan.
Secara kesuluruhan merupakan partisipasi yang murni (autentik) membentuk sebuah
siklus (lingkaran) yang berkesinambungan dimulai dari: analisa social, rencana aksi, aksi,
evaluasi, refleksi (teoritik pengalaman) dan kemudian analisis sosial kembali begitu
seterusnya mengikuti proses siklus lagi. Proses dapat dimulai dengan cara yang berbeda.
Kerjasama untuk melakukan perubahan: melibatkan semua pihak yang memiliki
tanggung jawab (stakeholder) atas perubahan dalam upaya-upaya untuk meningkatkan
kemampuan mereka dan secara terus-menerus memperluas dan memperbanyak kelompok
kerjasama untuk menyelesaikan masalah dalam persoalan yang digarap.
Melakukan upaya penyadaran terhadap komunitas tentang situasi dan kondisi yang
sedang mereka alami melalui pelibatan mereka dalam berpartisipasi dan bekerjasama
padasemua proses research, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi.
Proses penyadaran ditentukan pada pengungkapan relasi sosial yang ada di masyarakat yang
bersifat mendominasi, membelenggu, dan menindas
Suatu proses untuk membangun pemahaman situasi dan kondisi social secara kritis yaitu,
upaya menciptakan pemahaman bersama terhadap situasi dan kondisi yang ada di masyarakat
secara partisipatif menggunakan nalar yang cerdas dalam mendiskusikan tindakan mereka
dalam upaya untuk melakukan perubahan social yang cukup signifikan.

4. Dalam perkembangannya telah banyak dikembangkan beberapa teknik PRA yang pada
intinya merupakan bentuk implementasi dari metode PRA. Sudah barang tentu teknik-teknik
yang dikembangkan tersebut disesuaikan dengan maksud dan tujuan penerapan metode PRA
sendiri, serta semestinya tidak menutup kemungkinan atau bahkan dapat disebutkan
mengharuskan adanya improvisasi dan modifikasi terhadap metode PRA itu sendiri.

1. Pengumpulan Data Sekunder


Tujuan : Diketahuinya gambaran awal keadaan desa, masyarakat dan lingkungannya.
Data yang diambil : Kependudukan, Kelembagaan, Batas Wilayah, Sarana dan
Prasarana Desa, Program Pembangunan, dll.

2.Pembuatan Peta Wilayah/Desa


Tujuan : a) Diketahuinya kondisi, potensi lingkungan dan masalah yang ada dalam
wilayah desa; b) Menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun program dan tata
ruang pembangunan.
Data yang diambil : Sumberdaya Alam, Batas Wilayah, Perumahan, Tata Letak
Lahan, Tata Letak Sarana dan Prasarana.

5. 1. Sepakatilah tentang lokasi-lokasi penting yang akan dikunjungi serta topik-


kajian yang akan dilakukan.
2. Sepakatilah lintasan penelusuran serta titik awal dan titik akhir (bisa
memanfaatkan hasil Pemetaan Desa)
3. Lakukan perjalanan dan mengamati keadaan, sesuai topik-topik yang disepakati.
4. Buatlah catatan-catatan hasil diskusi di setiap lokasi (tugas pencatat).
Pembuatan gambar
1. Sepakatilah simbol yang akan dipergunakan. Jangan lupa: mencatat simbol
dan artinya.
2. . Gambarlah bagan transek berdasarkan hasil lintasan (buatlah dengan bahan
yang mudah diperbaiki / dihapus agar masih dapat dibuat perbaikan).
3. untuk memfasilitasi penggambaran, masyarakat diarahkan untuk menganalisa
mengenai:
_perkiraan ketinggian
– perkiraan jarak antara satu lokasi dengan lokasi lain.
– mengisi hasil diskusi tentang topik-topik dalam bentuk bagan / matriks (lihat
contoh)

4. kalau gambar sudah selesai, mendiskusikan kembali hasil dan buat perbaikan jika
diperlukan .
5. mendiskusikan permasalahan dan potensi masingmasing lokasi.
6. menyimpulkan apa yang dibahas dalam diskusic

Anda mungkin juga menyukai