Anda di halaman 1dari 3

Metode Participatory Rural Appraisal (PRA) adalah sebuah pendekatan yang mengajak

masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam proses pembangunan dan pengembangan sebuah
kegiatan. Lahirnya metode partisipasi masyarakat dalam pembangunan dikarenakan adanya kritik
bahwa masyarakat hanya diperlakukan sebagai obyek, bukan subyek.
PRA merupakan perpanjangan dan penerapan dari pemikirian, pendekatan, dan metode
antropologi, terutama menyangkut konsep mengenai pembelajaran yang fleksibel di lapangan, nilai
penting dari observasi-partisipasi, pentingnya pendekatan (rapport), pembedaan cara pandang etik
(cara pandang peniliti) dan emik (cara pandang anggota komunitas), serta validitas dari
pengetahuan lokal (Chambers, 1994).
Terdapat banyak teknik yang dapat digunakan dalam proses pengumpulan data dan analisis
potensi program atau usaha sosial yang dapat dikembangkan dengan metode PRA. Berikut adalah
teknik-teknik yang dapat digunakan dengan berangkat dari metode PRA (Chambers & Conway,
1992).

1. Pengumpulan data sekunder


Sumber informasi sekunder dalam penyusunan pemetaan sosial dapat berupa dokumen
Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes); laporan statistik daerah
(desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten, hingga provinsi), seperti data Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS); peta wilayah (desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten, hingga
provinsi); laporan penelitian (skripsi, tesis, disertasi, serta hasil penelitian lainnya dari lembaga
tertentu yang meneliti terkait kondisi di wilayah tersebut); buku (buku sejarah wilayah tersebut
beserta potensinya); artikel-artikel ilmiah (hasil penelitian di wilayah tersebut yang telah
dipublikasikan); dan foto-foto dokumentasi dari setiap kegiatan kemasyarakatan yang ada di
wilayah tersebut.
Data-data demikian biasanya dapat ditemukan secara langsung dengan mendatangi dan
meminta ke kantor desa/kelurahan di mana tempat kamu melakukan pemetaan sosial. Keberadaan
data-data sekunder ini menjadi sangatlah penting bagi Anda ketika ingin melaksanakan pemetaan
sosial oleh karena dapat berfungsi sebagai “bekal” pengetahuan dan referensi kamu sebelum turun
lapangan untuk melakukan pemetaan sosial. Data-data tersebut juga akan sangat membantu Anda di
dalam mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan penelitian dan menentukan informan yang akan
diwawancara.

2. Wawancara informan kunci


Anda dapat melakukan wawancara dengan berbagai unsur masyarakat, seperti tokoh
masyarakat, aparatur pemerintahan desa/kelurahan, tokoh agama setempat, kelompok masyarakat
rentan, organisasi sosial setempat, dan orang-orang yang dianggap mengetahui secara mendalam
mengenai kondisi sosial di lokasi penelitian. Dengan melakukan wawancara terhadap informan-
informan kunci tersebut, Anda dapat mendapatkan jawaban-jawaban yang mendalam dan
representatif mengenai kondisi sosial yang ada di lokasi penelitian tersebut. Pada akhirnya, data
wawancara yang demikianlah yang sekiranya akan menghantarkan pada hasil pemetaan sosial yang
sesuai dengan kenyataan yang ada di sana.

3. Wawancara semi terstruktur


Anda dapat membuat daftar pertanyaan yang kamu anggap penting untuk ditanyakan ke
informan penelitian. Dalam prosesnya wawancara, pertanyaan dapat dikembangkan sesuai dengan
temuan atau diskusi dengan masyarakat setempat.

4. Focus Grop Discussion (FGD)


Melakukan diskusi pada suatu.forum yang terdiri dari orang-orang yang kamu anggap
memiliki pengetahuan berlebih mengenai kondisi sosial di lokasi penelitian, misalnya para tokoh
masyarakat, perwakilan masyarakat rentan, aktivis sosial yang ada di sana, dan lain sebagainya.
Diskusi dalam forum ini juga tentunya dibatasi pada apa yang menjadi topik diskusi. Biasanya topik
tersebut membicarakan seputar apa saja yang menjadi kebutuhan, potensi, peluang, dan
permasalahan yang ada di masyarakat. Apabila hal-hal tersebut telah terpetakan dengan baik, maka
tentunya juga dapat menjadi dasar dari pembuatan usaha sosial Anda.
Seperti misalnya, hasil dari FGD menyatakan bahwa terdapat permasalahan pengangguran
tetapi juga terdapat potensi pengembangan usaha berbasis tanaman hortikultura oleh karena masih
banyaknya lahan kosong dan sumber daya air yang melimpah. Dengan keberadaan masalah dan
potensi tersebut, maka Anda dapat membuat usaha sosial yang lebih mengembangkan tanaman
hortikultura dengan cara melatih, membimbing, dan mendampingi orang-orang pengangguran
tersebut serta membuat sistem wirausaha yang dapat menunjang keberlangsungannya.

5. Pemetaan dan permodelan partisipatif


Dalam pelaksanaan studi pemetaan sosial, Anda juga harus melibatkan partisipasi secara
aktif dari masyarakat setempat dalam prosesnya. Seperti misalnya, Anda mengajak masyarakat
setempat untuk bersama-sama memetakan masalah, potensi, dan peluang pengembangan usaha
yang ada disekitar mereka. Pemetaan tersebut dapat juga berdasarkan berbagai aspek yang ada di
sana, mulai dari aspek sosial (bagaimana kondisi kesehatan dan tingkat pendidikan penduduknya);
budaya (apa saja tradisi dan adat istiadat yang ada di sana); sumber-sumber ekonomi (apa saja
bentuk-bentuk usaha yang ada di sana); hingga kondisi alamnya (apakah ada potensi alam yang
dapat dikembangkan untuk usaha).
Model partisipatif ini sebenarnya dimaksudkan agar hasil pemetaan sosial yang Anda
lakukan dapat sesuai dengan kondisi senyatanya yang ada di sana. Terlebih lagi, masyarakat juga
akan merasa senang dan akan memicu timbulnya “rasa memiliki” atas wilayahnya serta termotivasi
untuk mengembangkan wilayahnya.

6. Transect walk (Berkeliling bersama masyarakat)


Anda dapat berkeliling di desa yang menjadi lokasi pengembangan usaha sosial dan
berkomunikasi dengan masyarakat setempat. Dalam prosesnya, dapat dilihat dan dicatat langsung
berbagai kondisi di desa tersebut. Selanjutnya dapat diidentifikasi langsung berbagai zona,
teknologi lokal, dan memetakan langsung sumber daya yang ada.

7. Membuat timeline
Anda membuat deskripsi kronologis mengenai berbagai kegiatan yang ada di masyarakat
setempat. Caranya adalah dengan menyusun kegiatan-kegiatan tersebut berdasarkan waktu
terjadinya secara berkala. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah semua kegiatan kemasyarakat
yang ada di wilayah tersebut, misalnya kegiatan Mauludan setiap bulan Maulud untuk
memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW, kegiatan slametan setiap hari Selasa Wage, dan
lain sebagainya.
Pembuatan timeline ini menjadi penting bagi Anda dalam pengembangan usaha sosial
kamu, oleh karena kamu juga dapat memanfaatkan kegiatan-kegiatan ini untuk keberlangsungan
usaha sosial kamu. Sebagai contoh, pada saat sebelum dilakukannya kegiatan Mauludan, Anda
melalui usaha sosialnya dapat mempersiapkan hal-hal yang sekiranya dapat diperjual-belikan atau
diberikan kepada para hadirin yang datang, seperti menjual atau memberikan secara cuma-cuma
produk usaha sosial kamu sebagai salah satu teknik pemasarannya.
Pada praktinya, Anda juga tidak hanya dapat menjadi peneliti dalam pemetaan sosial saja,
melainkan juga dapat menjadi fasilitator dan sekaligus katalisator dari upaya pemecahan masalah
dan pemenuhan kebutuhan dari masyarakat setempat dengan menggunakan berbagai teknik di atas.
Teknik-teknik tersebut dapat digunakan secara bersama-sama atau dapat lebih dari satu. Teknik
yang Anda pilih harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat di wilayah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai