Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
limpahan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul Focus
Group Discussion Sistem Peringatan Dini pada Bencana Banjir Bandang Kabupaten
Jember dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini juga merupakan alat bantu proses pembelajaran mata kuliah
Pengembangan Masyarakat dalam mengidentifikasi dan menggambarkan salah satu contoh
bentuk pegembangan masyarakat yang ada di Indonesia. Kami menyampaikan banyak
terimakasih kepada dosen pengajar kami yaitu Bapak Adjie Pamungkas, S.T., M.Dev.Plg.,
Ph.D., dan Bapak Arwi Yudhi Koswara, S.T., M.T., karena beliau telah membagikan
ilmunya kepada kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
membantu dalam proses pembuatan makalah, hingga makalah dapat terselesaikan dengan
baik.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaaat baik bagi penulis dalam proses
pembuatannya dan bagi pembaca sebagai pengetahuan. Kami juga berharap makalah dapat
di jadikan sebagai wacana dalam sebuah perencanaan wilayah dan kota.

Surabaya, Desember
2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................................1
1.1.

Latar Belakang .............................................................................................................1

1.2.

Tujuan ...........................................................................................................................1

1.3.

Sasaran ..........................................................................................................................1

1.4.

Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................................2

1.4.1 Ruang Lingkup Subtansi .................................................................................................2


1.4.2 Ruang Lingkup Spasial ...................................................................................................2
1.5.

Sistematika Pembahasan ..............................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................................3


BAB III METODE PENELITIAN .................................................................................................6
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ...................................................................................9
4.1

Gambaran Kegiatan .....................................................................................................9

4.2

Kegiatan FGD ............................................................................................................. 10

4.3

Ketepatan Teknik ....................................................................................................... 10

4.4

Kelemahan dan Kelebihan Aplikasi Teknik .............................................................. 11

4.5

Tips dan Trick dalam Aplikasi Teknik ...................................................................... 12

BAB V KESIMPULAN ............................................................................................................... 14


DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 15
LAMPIRAN ................................................................................................................................ 16

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengembangan masyarakat atau Community Development adalah proses
penguatan masyarakat secara aktif dan berkelanjutan berdasarkan prinsip keadilan
sosial, partisipasi dan kerja sama yang setara. Pengembangan masyarakat
mengekspresikan nilai-nilai keadilan, kesetaraan, akuntabilitas, kesempatan, pilihan ,
partisipasi, kerjasama, dan proses belajar keberlanjutan. Yang bertujuan untuk
memberdayakan individu dan kelompok yang melalui penguatan kapasitas (termasuk
kesadaran, pengetahuan dan keterampilan-keterampilan) yang diperlukan untuk
mengubah kualitas kehidupan komunitas mereka. Kapasitas tersebut berkaitan dengan
pengutan aspek ekonomi dan politik melalui pembentukan kelompok sosial besar
berdasarkan agenda bersama. Aspek terpenting dari proses yaitu bahwa proses harus
melibatkan masyrakat itu sendiri. Keterlibatan ini tak akan tercapai tanpa partisipasi
penuh. Proses pengembangan masyarakat tidak dapat dipaksakan dari luar, dan tidak
dapat ditentukan oleh pekerja masyarakat, dewan lokal atau departemen pemerintah.
Proses pengembangan masyarakat harus menjadi proses masyarakat yang dimiliki,
dikuasai dan dilangsungkan oleh mereka sendiri.
Sebelum melakukan sebuah Community Development diperlukan metode dalam
penelitian agar dapat diketahui apa yang menjadi akar permasalahan, faktor yang
berpengaruh serta kebutuhan di suatu lingkungan tersebut. FGD atau Forum Grup
Discussion merupakan metode penelitian kualitatif yang digunakan untuk membahas
suatu permasalahan dimana sekelompok orang melakukan diskusi terfokus yang
mengahasilkan interaksi.
Hal tersebut dilakukan oleh masyarakat Desa Bojongkulur Kecamatan Gunung
Putri dengan Wakil Ketua DPR RI Jawa Barat V (Kabupaten Bogor), dan Kepala Desa
Bojongkulur, untuk melakukan Forum Group Discussion untuk mengumpulkan
aspirasi masyarakat dalam pengembangan masyarakat.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
a. Untuk mengetahui teknik analisa yang digunakan dalam suatu penelitian.
b. Untuk mengetahui keberhasilan sebuah teknik analisa
c. Untuk mengetahui kelemahan dan kebaikan suatu teknik analisa
1.3. Sasaran
Teknik analisa dapat diterapkan dengan benar di dalam suatu penelitian, supaya
tujuan dalam penelitian dapat diwujudkan.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian


1.4.1 Ruang Lingkup Subtansi
Teknik analisa FGD (Forum Grup Discussion) untuk menampung aspirasi
masyarakat Desa Bojongkulur Kecamatan Gunung Putri.
1.4.2 Ruang Lingkup Spasial
Pelaksanaan FGD dilakukan pada tanggal 22 Februaru 2015 di Balai
Pertemuan Desa Bojongkulur.
1.5. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam makalah ini yaitu antara lain:
Bab I : Pendahuluan
Bab I berisi latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup dan sistematika penulisan
dari laporan tentang FGD di Desa Bojongkulur Kecamatan Gunung Putri.
Bab II : Tinjauan Pustaka
Bab II berisi tentang teori-teori yang melandasai studi ini. Data-data yang dipaparkan
terkait pegembangan masyarakat beserta metode analisa yang digunakan yaitu FGD
(Focus Group Discussion).
Bab III : Metode Penelitian
Bab III berisi tentang metode analisa yang digunakan dalam sebuah pengembangan
masyarakat yang ada di Desa Bojongkulur Kecamatan Gunung Putri.
Bab IV : Pembahasan
Bab IV berisi pembahasan dan analisa permasalahan terkait program pengembangan
masyarakat yang diadakan di Desa Bojongkulur Kecamatan Gunung Putri serta solusi
yang dipakai untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Bab V : Kesimpulan
Bab V berisi kesimpulan terkait pemaparan data-data apa saja yang ada dalam
pengembangan masyarakat yang ada di Desa Bojongkulur Kecamatan Gunung Putri
terkait dengan Penampungan Aspirasi masyarakat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengembangan masyarakat (community development) merupakan proses
penguatan masyarakat secara aktif dan berkelanjutan berdasarkan prinsip keadilan sosial,
partisipasi dan kerja sama yang setara. Pengembangan masyarakat (community
development) terdiri dari dua konsep, yaitu pengembangan dan masyarakat. Secara
singkat, pengembangan merupakan usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan
kualitas kehidupan manusia. Telah disebutkan bahwa konsep dari komunitas adalah
sekelompok orang dengan identitas bersama. Oleh karena itu, pengembangan masyarakat
bergantung pada interaksi antara manusia dan aksi bersama daripada kegiatan individu apa
yang beberapa ahli sosiologi menyebutnya dengan lembaga kolektif (Flora dan Flora
1993). Bidang-bidang pembangunan biasanya meliputi beberapa sektor, yaitu ekonomi,
pendidikan, kesehatan dan sosial-budaya. Masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep,
yaitu masyarakat sebagai sebuah tempat bersama, yakni sebuah wilayah geografi yang
sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah perkotaan atau sebuah
kampung di wilayah pedesaan serta masyarakat sebagai kepentingan bersama, yakni
kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh, kepentingan
bersama pada masyarakat etnis minoritas atau kepentingan bersama berdasarkan
identifikasi kebutuhan tertentu seperti halnya pada kasus para orang tua yang memiliki
anak dengan kebutuhan khusus (anak cacat fisik) atau bekas para pengguna pelayanan
kesehatan mental (Mayo, 1998).
Ada berbagai macam bentuk analisis dalam sebuah pengembangan masyarakat,
beberapa diantaranya adalah dengan menggunakan Focus Group Discussion (FGD). Focus
Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada
penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman
sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap permaknaan dari suatu
kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD
juga dimaksudkan untuk menghindari permaknaan yang salah dari seorang peneliti
terhadap focus masalah yang sedang diteliti (Sutopo, 2006: 73). Ciri khas metode FGD
yang tidak dimiliki oleh metode riset kualitatif lainnya (wawancara mendalam atau
observasi) adalah interaksi. Tanpa sebuah FGD berubah wujud menjadi kelompok
wawancara terfokus (FGI-Focus Group Interview). Hal ini terjadi apabila moderator
cenderung selalu menkonfirmasi setiap topik satu per satu kepada seluruh peserta FGD.
Semua peserta FGD secara bergilir diminta responnya untuk setiap topik, sehingga tidak
terjadi dinamika kelompok. Komunikasi hanya berlangsung antara moderator dengan
informan A, informan A ke moderator, lalu moderator ke informan B, informan B ke
moderator, dst. Kondisi idealnya, informan A merespon topik yang dilemparkan moderator,
disambar oleh informan B, disanggah oleh informan C, diklarifikasi oleh informan A,
didukung oleh informan D, disanggah oleh informan E, dan akhirnya ditengahi oleh
moderator kembali. Diskusi seperti itu sangat interaktif, hidup, dinamis.
Teknik ini dimaksudkan untuk memperoleh data dari suatu kelompok masyarakat
berdasarkan hasil diskusi yang terfokus pada suatu permasalahan tertentu. FGD dipakai
3

untuk tujuan menghimpun data sebanyak-banyaknya dari peserta. Hanya saja kalau metode
lain diperoleh data dari informan/ responden yang bersifat individu, sedangkan informasi
yang diperoleh dari FGD merupakan informasi, sikap, pendapat, dan keputusan kelompok.
Dengan demikian kebenaran informasi bukan lagi kebenaran perorangan (subyektif), tetapi
menjadi kebenaran intersubyektif. Karena selama diskusi berlangsung masing-masing
orang/peserta tidak saja memperhatikan pendapatnya sendiri, namun ia juga
mempertimbangkan apa yang dikatakan oleh peserta FGD lainnya. Hasil diskusi
dipengaruhi oleh wakil masyarakat yang menjadi peserta diskusi. Agar hasil diskusi dapat
mencerminkan kondisi masyarakat yang ada berkaitan dengan topik diskusi, maka peserta
diskusi diharapkan dapat mewakili komunitas dan keragaman umur yang ada serta
memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang topik yang didiskusikan. Pelaksanaan
diskusi dipimpin oleh seorang pimpinan diskusi/moderator dan dibantu oleh notulis yang
akan mencatat jalannya diskusi. Peserta dihadapkan pada satu fokus persoalan yang sedang
dihadapi dan dibahas bersama. Sasaran fokus diskusi dapat dirumuskan oleh pemimpin
diskusi agar peserta dapat melakukan diskusi secara terfokus. Dan pada saat diskusi
berlangsung, pemimpin diskusi selain menjadi katalisator, ia juga menjaga agar dinamika
diskusi berjalan dengan lancar.
FGD adalah diskusi terfokus dari suatu group untuk membahas suatu masalah
tertentu, dalam suasana informal dan santai. Berbeda dengan riset kuantitatif yang
metodologinya memiliki sifat pasti (exact), metode FGD yang bersifat kualitatif memiliki
sifat tidak pasti, berupa eksploratori atau pendalaman terhadap suatu masalah dan tidak
dapat digeneralisasi (Setyobudi, 2010). FGD juga dapat didefinisikan sebagai teknik
pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan
menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini
digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi
yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk
menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang
sedang diteliti (Afriani, 2009).
Metode FGD ini memiliki tantangan tersendiri. FGD membutuhkan seorang
moderator yang berperan sebagai fasilitator dalam diskusi. Moderator dalam FGD
dilengkapi dengan moderator guideline, yang merupakan dokumen yang berisi panduan
bagi moderator mengenai topik FGD. Moderator guideline memiliki fungsi yang hampir
sama dengan kuesioner pada metode survei, sehingga perlu dipahami secara mendalam
oleh moderator. Manfaat dari FGD adalah FGD dapat fokus terhadap penelitian dan
mengembangkan hipotesis penelitian yang relevan dengan mengeksplorasi secara lebih
mendalam masalah untuk diselidiki dan kemungkinan penyebab nya, dapat merumuskan
pertanyaan yang tepat untuk lebih terstruktur, menyurvei skala yang lebih besar, membantu
memahami dan memecahkan masalah tak terduga di intervensi, mengembangkan pesan
yang tepat untuk program pendidikan kesehatan dan kemudian mengevaluasi pesan untuk
kejelasan dan dapat menggali topik kontroversial.
Dalam FGD peneliti bertindak sebagai moderator yang tugas utamanya memimpin
diskusi sehingga dapat belangsung lancar. Sebagai moderatoria tidak boleh berpihak
(bahkan terhadap dirinya) tetapi memperlakukanpeserta secara setara (dan peserta harus
memperoleh kesan ini). Untuk menempatkan diri sebagai moderator yang baik seorang
4

peneliti membutuhkan keterampilan substantif maupun keterampilan proses (Irwanto,


1998:15).
Keterampilan substantif ialah keterampilan yang diperlukan moderator dalam
memahami permasalahan yang didiskusikan. Sedangkan Keterampilan Proses ialah
keterampilan yang perlu dikuasai oleh moderator untuk mengatur proses diskusi sehingga
tujuan yang ingin dicapai dengan memfokuskan diskusi pada persoalan yang hendak
diteliti dapat benar-benar tercapai. Termasuk dalam keterampilan proses adalah
keterampilan khusus untuk memulai diskusi, melakukan blocking dan distribusi
pembicaraan, melakukan refocussing untuk menjaga diskusi tetap pada jalur yang benar,
melerai perdebatan, melakukan reframing jika diskusi tak kunjung selesai, menegosiasikan
waktu, dan menutup diskusi dengan baik.

BAB III
METODE PENELITIAN
Metodologi pada dasarnya merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau
metode yang digunakan pada sebuah penelitian/kegiatan. Pada pengembangan masyarakat,
metodologi adalah suatu bagian yang sangat penting dan mendasar yang digunakan untuk
pencapaian suatu kegiatan. Beberapa diantaranya yang termasuk metodologi dalam
pengembangan masyarakat adalah Focus Group Discussion (FGD), Participatory Rural
Appraisal (PRA), Logic Framework Analysis (LFA), Rapid Rural Appraisal (RRA), dan
sebagainya.
Pada topik pembahan mengenai Serap Aspirasi Masyaarakat Desa Bojongkulur
Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor dapat dilihat bahwa metodologi pengumpulan
data yang digunakan adalah Focus Group Discussion atau dikenal dengan FGD.
3.1

Focus Group Discussion (FGD)


Kelompok diskusi terarah atau Focus Group Discussion (FGD) adalah suatu
proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu
permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok (Irwanto,
2006: 1-2). Sedangkan menurut Henning dan Coloumbia (1990), diskusi kelompok
terarah adalah wawancara dari sekelompok kecil orang yang dipimpin oleh seorang
narasumber atau moderator yang secara halus mendorong peserta untuk berani
berbicara terbuka dan spontan tentang hal yang dianggap penting yang berhungan
dengan topik diskusi saat itu. Interaksi diantara peserta merupakan dasar untuk
memperoleh informasi. Peserta mempunayi kesempatan yang sama untuk
mengajukan dan memberikan pernyataan, menanggapi, komentar maupun
mengajukan pertanyaan.

3.2

Tujuan Focus Group Discussion


Pada Kasus Serap Aspirasi Masyarakat Desa Bojongkulur, Kecamatan Gunung
Putri, FGD memiliki tujuan sebagai metode primer dan sekunder, dimana metode
primer merupakan satu-satunya metode penelitian untuk pengumpulan data.
Sedangkan sebagai metode sekunder juga sebagai salah satu metode yang digunakan
untuk melengkapi data yang ada. Data yang diperoleh dari FGD ini merupakan data
yang bersifat kualitatif.
Latar belakang terbentuknya FGD ini dikarenakan 3 hal, salah satunya adalah
pengusulan tanggul Vila 3 kepada PU pusat dikarenakan peningkatan banjir yang
terjadi di kawasan tersebut. Latar belakang tersebut dibahas dalam sebuah Focus
Group Discussion dengan mendatangkan Wakil Ketua DPR RI.

3.3

Langkah-langkah Focus Group Discussion


Focus Group Discussion dilakukan selama kurang lebih 16 menit dengan
penataan tempat duduk melingkar dan fokus menghadap kearah moderator dan
narasumber pemangku kepentingan. Sedangkan masyarakat setempat duduk
6

mengelilingi moderator dan narasumber. Kelompok diskusi terarah ini terdiri kurang
lebih 20 orang didalamnya dengan kepentingan yang berbeda-beda.
Langkah Pertama: Moderator membuka dengan perkenalan diri dan
narasumber/tamu-yakni Wakil Ketua DPR RI- dan beberapa kalimat pengantar
sebagai latar belakang diadakannya FGD Serap Aspirasi Masyarakat.
Langkah Kedua: Pengeras suara berpindah menuju narasumber Wakil Ketua
DPR RI dengan perkenalan diri kembali sebagai permulaan pembicaraan, kemudian
dilanjutkan dengan penjabaran ulang/tambahan informasi mengenai pengajuan ke PU
Pusat sekaligus menjawab beberapa pertanyaan yang mendasari latar belakang yang
disampaikan moderator sebelumnya.
Langkah Ketiga: Peserta berkepentingan pertama yakni Kepala Desa
Bojongkulur menjelaskan goals yang telah dilakukan oleh Desa Bojongkulur dan
permasalahan yang lebih mendetail mengenai pembangunan maupun perbaikan
tanggul di kawasan-kawasan tertentu.
Langkah Keempat: Pengeras suara kembali berada di tangan moderator
bersamaan dengan moderator mengingatkan tentang batasan-batasan FGD.
Langkah Kelima: Peserta berkepentingan-masyarakat Desa Bojongkulurmenyatakan aspresiasi dan pendapat berupa masalah baru selain tanggul, yakni
kondisi jalan perumahan yang beralih fungsi menjadi jalan lintas propinsi
mengakibatkan jalan dilewati berbagai kendaraan berat menyebabkan jalan tersebut
rusak. Namun tingkat kesadaran penduduk sekitar masih kurang dalam pemeliharaan
kembali jalan yang ada.
Langkah Keenam: Narasumber 1 menanggapi hal tersebut dengan beberapa
solusi, seperti pembuatan surat ke Pusat dan keseriusan dalam penanganan hal ini.
Langkah Ketujuh-seterusnya merupakan tanya-jawab antara peserta
berkepentingan dan narasumber hingga;
Langkah Terakhir, moderator memberikan pernyataan untuk mengakhiri
Focus Group Discussion Serap Aspirasi Masyarakat Desa Bojongkulur, Kabupaten
Bogor tersebut.

Selengkapnya dapat dilihat pada diagram berikut.

Pendahuluan

Sesi

1. MODERATOR:
Perkenalan diri dan
narasumber/tamu;
Kalimat pembuka dan
Latar belakang
diadakan FGD

2. NARASUMBER:
Perkenalan kembali;
Menjawab
permasalahan dan
informasi solusi

3. PESERTA 1-Kepala
Desa: Menjelaskan
goals dan
permasalahan lebih
detail

4. MODERATOR:
Mengingatkan batasan
FGD

5. PESERTA 2masyarakat: Apresiasi


dan permasalahan baru

6. NARASUMBER:
menjawab peserta 2

7. PESERTA 3:
menanyakan masalah
baru

8. NARASUMBER:
menjawab solusi yang
dapat ditawarkan

seterusnya

9. MODERATOR:
Batasan waktu dan
menutup acara

Tanya-Jawab

Penutup

Diagram Proses FGD Serap Aspirasi Masyarakat Desa Bojongkulur

3.4

Peserta Focus Group Discussion


Peserta FGD umumnya mencakup moderator, asisten moderator, pencatat
proses/notulen, Dokumentator, dan Peserta pemangku kepentingan/ berkepentingan/
narasumber. Pada FGD Serap Aspirasi Masyarakat Desa Bojongkulur terdiri dari
kurang lebih 20 orang yang berpartisipasi di dalamnya, antara lain adalah Moderator,
peseta pemangku kepentingan, dan peserta berkepentingan. Moderator merupakan
masyarakat asli Desa Bojongkulur. Peserta pemangku kepentingan sekaligus menjadi
narasumber adalah Wakil Ketua DPR RI. Sedangkan peserta berkepentingan diwakili
oleh beberapa masyarakat Desa Bojongkulur dan Kepala Desa Bojongkulur.

BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan merupakan Kegiatan Serap Aspirasi Masyarakat Desa
Bojongkulur Kecamatan Gunung Putri. Kegiatan ini berlangsung di Desa Bojongkulur
Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor pada tanggal 22 Februari tahun 2015 oleh
H.Fadlizon, S.S., M.SC sebagai Pembicara. Kegiatan tersebut merupakan Kegiatan
Reses oleh H.Fadlizon, S.S., M.SC selaku Wakil Ketua DPR RI periode 2014-2019
Dapil Jawa Barat V (Kabupaten Bogor). Kegiatan Serap Aspirasi yang dilakukan
berupa Forum Group Discussion (FGD) yang dihadiri oleh Wakil Ketua DPR 20142019 sebagai pembicara, kepala desa, dan warga. FGD ini dilakukan untuk
mengumpulkan aspirasi masyarakat dalam pengembangan masyarakat Desa
Bojongkulur Kecamatan Gunung Putri. Topik dalam FGD tersebut membahas tentang
pengajuan keluhan masyarakat terhadap pembangunan tanggul, perbaikan jalan, dan
revitalisasi drainase dan pasar serta perbaikan akses pembuatan E-KTP.
Adapun dokumentasi FGD Desa Bojongkulur 22 Februari 2015

Gambar 1. Pembukaan FGD Desa Bojongkulur oleh salah satu warga

Gambar 2. Sesi tanya jawab FGD antar warga dengan narasumber

4.2 Kegiatan FGD


Kegiatan FGD di awali dengan pembukaan oleh salah satu warga yaitu Sam
Rachky sebagai moderator. Kemudian dilanjutkan dengan pembukaan oleh H.Fadlizon,
S.S., M.SC , Wakil Ketua DPR RI periode 2014-2019 Dapil Jawa Barat V (Kabupaten
Bogor). Lalu sambutan oleh Kepala Desa, Firman Riansyah. Setelah itu dilakukan
sesi tanya jawab.
Dalam FGD tersebut masyarakat beraspirasi untuk mengajukan pembangunan
tanggul di Vila III yang belum memiliki tanggul karena Villa III akan terkena banjir
jika terjadi banjir di Bogor sebgai banjir kiriman. Kemudian Jalan-jalan di desa
tersebut yang seharusnya berupa jalan local, sering dilewati oleh truck dan kendaraan
besar yang berat. Sehingga perlu adanya perbaikan Jalan dan perubahan fungsi jalan
dari jalan local menuju jalan provinsi karena menjadi jalan tersebut merupakan jalan
lintas antar provinsi antara Bekasi dan Bogor. Lalu perlu adanya revitalisasi drainase
dan pasar di Desa Bojongkulur menurut warga yang menghadiri FGD.
Hasil dari FGD yang dilakukan berupa kesepakatan untuk mendorong
pengajuan pembangunan Tanggul kepada pihak pusat karena seharusnya bidang
tersebut menjadi urusan pihak pusat . Kemudian mendorong pembangunan jalan
kepada pihak PU yang ada di Komisi V untuk segera memperbaiki jalan di Desa
Bojongkulur. Lalu, pengajuan revitalisasi pasar dan drainase kepada pihak yang
bersangkutan untuk segera dilaksanakan serta perbaikan akses pembuatan E-KTP yang
segera diajukan.
4.3 Ketepatan Teknik
Kegiatan aspirasi masyarakat ini menerapkan teknik Focus group discussion
dalam mengumpulkan data . Teknik FGD merupakan teknik yang tepat di gunakan
dalam kegiatan ini. Hal itu disebabkan karena kegiatan ini bertujuan untuk
mendapatkan pandangan-pandangan yang berbeda dari anggota masyarakat yang
bervariasi untuk pengembangan masyarakat kedepannya. Kemudian dilihat dari video
FGD, kegiatan ini dihadiri oleh kelompok kecil yang hanya terdiri dari 7-16 orang.
Dari kelompok kecil tersebut, FGD berjalan dengan tetap terfocus pada tema yang di
tentukan. Dilihat dari peserta yang hadir saat itu, peserta yang mengikuti FGD
merupakan warga Desa Bojongkulur yang memiliki karakteristik yang homogen atau
sama sehingga dikatakan FGD yang dilakukan sudah cocok karena warga lebih
mengerti, mengetahui dan lebih paham tentang permasalahan yang dibahas dalam
FGD. Lalu, FGD ini tepat digunakan karena bisa dilakukan dalam waktu yang singkat
sebab pembicara tidak memiliki waktu banyak untuk berdiskusi satu topik.
Kemudian dari video dapat diketahui bahwa FGD dilakukan dalam bentuk
tempat duduk berupa setengah lingkaran kecil yang merupakan tempat warga dan
terdapat tiga bangku didepan setengah lingkaran tersebut yang ditempati oleh
moderator-fasilitator, Narasumber, dan Kpala Desa sebagai pihak yang memiliki
pengaruh dalam FGD tersebut. Letak duduk tersebut menunjukkan bahwa FGD
menjadi alat yang cocok diterapkan karena warga bisa focus melihat narasumber
10

dalam memberikan arahan dan mudah dalam melakukan interaksi. Latar belakang
warga yang mengikuti FGD juga homogen yaitu ingin untuk memajukan Desa mereka
menjadi desa yang lebih baik kedepannya. Tak hanya itu, teknik FGD tepat digunakan
dalam kegiatan ini karena kegiatan ini merupakan kegiatan yang hasil akahirnya
membutuhkan waktu untuk menghasilkan satu keputusan pasti yang akan diambil.
Karena FGD dapat dilakukan berulang-ulang hingga tujuan dan hasil yang diinginkan
tercapai.
4.4 Kelemahan dan Kelebihan Aplikasi Teknik
4.4.1 Kelemahan:

Moderator juga bersifat pasif dan tidak mengarahkan FGD yang dilakukan. Hal
tersebut dapat dilihat dalam dialog antara Narasumber dengan warga yang
terjadi secara langsung tanpa melalui moderator,sedangkan moderator hanya
melihat dan mendengarkan.
Hanya sebagian peserta yang aktif bertanya dan memberikan pendapat. Sebagian
besar warga yang hadir sebagai peserta bersifat pasif. Dalam video FGD,
dapatdiketahui bahwa warga yang aktif untuk bertanya hanya ada 2 orang dari
total peserta kurang lebih 14 orang dari warga yang menjadi peserta FGD. Dan
di saat tertentu dalam FGD terdapat warga yang tidak mendengar dan tidak
mengikuti jalannya FGD dengan serius.
Moderator kurang bisa mendorong para peserta untuk mengeluarkan pendapat
dalam FGD yang dilakukan. Hal tersebut dapat dilihat saat FGD berlangsung,
masih terdapat warga yang tidak menghiraukan jalannya FGD dan hanya diam
tanpa menyuarakan pendapat mereka.
Moderator tidak menjelaskan rincian acara yang akan dilakukan selama FGD.
Dalam video moderator hanya menjelaskan gambaran umum pembahasan yang
akan dilakukan tanpa rincian acara pada awal pembukaan FGD.
Saat Penutupan moderator tidak menjelaskan kesimpulan dari FGD yang
dilakukan.Hal tersebut dapat dilihat pada video yang menunjukkan bahwa
moderator hanya menyampaikan jika FGD yang dilakukan saatnya untuk ditutup
karena kondisi Narasumber yang tidak memungkinkan untuk melakukan FGD
lebih lama.

4.4.2 Kelebihan:

Para peserta FGD sudah dalam kondisi mental yang siap mengikuti FGD. Dalam
Video FGD tersebut terlihat bahwa terdapat warga yang membawa catatan-catan
pertanyaan, masukan dan pendapat yang akan disampaikan dalam FGD yang
dilakukan.
Moderator memperkenalkan Narasumber yang hadir , menyampaiakn tujuan
FGD serta menjelaskan topic yang di bahas dalam FGD tersebut. Dalam Video
dapat dilihat bahwa moderator mengucapkan salam dalam membuka FGD.
Kemudian Moderator menjelaskan gambaran umum topic yang akan dibahas.
11

Dalam Video tersebut, moderator tidak memperkenalkan Kepala Desa karena


peserta yang hadir merupakan warga yang sudah mengenal Kepala Desa mereka.
Suasana FGD yang dilakukan bersifat santai dan serius sehingga tercipta
hubungan yang baik antar anggota dalam melakukan FGD dan tercipta
hubungan dialog yang baik antar peserta. Dari video menunjukkan bahwa
Narasumber memakan konsumsi yang disediakan saat FGD berlangsung dan
warga sering meberikan tepuk tangan yang mecairkan suasana FGD yang
berlangsung. Walaupun begitu, FGD tetap berjalan lancar dan terfokus pada
topic yang ditentukan.
FGD yang dilakukan bersifat fleksibel dan terbuka terhadap saran-saran yang
diberikan.Hal tersebut dapat dilihat saat Narasumber setuju dengan pendapat
warga dan ia mendukung derta memberi masukan atas pendapat yang warga
berikan.
Memberikan kesempatan kepada semua peserta yang hadir dalam FGD untuk
menyampaikan pendapatnya. Karena FGD yang dilakukan bersifat fleksibel dan
terbuka dengan suasana serius tapi santai untuk memberikan kesempatan yang
sama kepada setiap warga yang menjadi peserta.
FGD dilakukan di tempat yang aman, nyaman dan netral sehingga peserta dapat
leluasa menyampaikan pendapat dalam FGD yang dilakukan. Dalam video FGD
tersebut, dapat diketahui bahwa FGD dilakukan di Balai perteuan di Villa III di
desa Bojongkulur Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.
Terdapat Notulen dalam FGD tersebut sebagai pencatat jalannya dan hasil dari
FGD yang dilakukan untuk inventaris data bahwa telah dilakukan FGD pada saat
itu di Desa Bojongkulur Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor. Hal itu
dapat dilihat dalam video bahwa ada salah satu warga yang mencatat alur FGD
yang berada di barisan peserta dalam letak duduk setengah lingkaran.
Terdapat Moderator- Fasilitator yang dipegang oleh satu orang. Moderator
sekaligus fasilitator dalam video FGD tersebut yaitu Bapak Sum Rachky sebagai
warga desa Bojongkulur.
Terdapat Observator yang melihat dan mengamati jalannya FGD. Dalam video
tersebut Bapak Kepala Desa sebagai observator yang mengamati jalannya FGD.

4.5 Tips dan Trick dalam Aplikasi Teknik

Mempersiapkan panduan pertanyaan FGD yang sesuai dengan permasalahan


atau topic yang akan dibahas.
Mempersiapkan Tim Fasilitator yang berjumlah 2-3 orang terdiri dari moderator,
fasilitator, pencatat(notulen) dan observator (pengamat). Sekurang-kurangnya
tim fasilitator terdiri dari dua orang yakni pemandu diskusi, pencatat proses dan
hasil diskusi.
Mempersiapkan tempat dan waktu pelaksanaan FGD dengan matang. Tempat
pelaksanaan FGD harus aman, nyaman dan netral sehingga peserta FGD dapat
leluasa menyampaikan pendapat mereka.
12

Memilih moderator yang kreatif dan tidak kaku dalam melakukan FGD. Dalam
melakukan FGD, moderator menjadi salah satu kunci utama berhasil tidaknya
FGD yang dilakukan. Moderator harus bisa mengarahkan jalannya FGD dan
mendorong para peserta rapat untuk aktif bertanya dan memberikan pandangan
atau pendapat dalam FGD yang dilakukan.Selain itu, Moderator juga harus
pandai mencairkan suasana agar FGD yang dilakukan tidak kaku, bersifat
fleksibel dan terbuka dengan suasana santai namun serius.
Menciptakan suasana yang serius namun santai dalam FGD agar terjadi
hubungan yang baik antar para angota FGD. Dengan suasana yang santai maka
peserta akan leluasa dan tidak merasa terpaksa dalam menyampaikan pendapat
atau pandangan dalam suatu FGD.
Membangun suasana yang menyenangkan di awal sesi. Awal sesi menjadi salah
satu kunci agar FGD yang berjalan sukses dan tidak membosankan. Sesi awal
menjadi pemancing suasana FGD kedepannya. Karena jika diawal sesi suasana
sudah mendukung, maka FGD yang di lakukan selanjutnya kan membosankan
dan tidak mengeluarkan hasil nyang diinginkan.
Membahas topik mulai dari hal luas yang mengerucut kepada hal kecil. Hal
tersebut dilakukan agar mudah menyamakan persepsi awal para peserta rapat
untuk selanjutnya agar tidak terjadi kesalahan berpikir dan menyebabkan miskomunikasi antar peserta FGD.
Melihat hal yang tersirat(bahasa tubuh), bukan hanya hal yang tersurat. Peserta
FGD merupakan warga dengan karakteristik masing-masing yang
mempengaruhi cara menyampaiakn pendapat atau pandangan. Sehingga tidak
semua warga berani menyampaikan pandangan atau pndapat di depan umum.
Ada pula, warga atau peserta rapat yang hanya bisa menyampaikan pandangan
melalui hal yang tersirat. Untuk itu, penting dalam melihat hal yang tersirat pada
sebuah FGD yang dilakukan.
Membuat kerangka prioritas dari masalah masalah yang muncul. Sebuah FGD
dilakukan untuk mencari pendapat yang berbeda tentang suatu masalah untuk
mencapai satu solusi. Dalam berjalannya FGD, akan muncul masalah-masalah
yang berbeda yang mempengaruhi pembahasan dalam topic FGD yang
dilakukan. Untuk, mencapai tujuan yang diingankan dengan efisien maka perlu
dilakukan analisis terhadap masalah yang ada dan memilih satu masalah yang
menjadi masalah utama diantara masalah lainnya sehingga dapat dilakukan tahap
selanjutnya mencari solusi dalam FGD tersebut.

13

BAB V
KESIMPULAN
Forum Group Discussion ini membahas tentang program program yang akan
dilakukan di Desa Bojongkulur mengenai pembangunan prasarana dan sarana. Namun
sebelum pra pembangunan aparat desa serta wakil ketua DPR melakukan serap aspirasi
untuk mengetahui apa saja yang menjadi kebutuhan dan permasalahan masyarakat Desa
Bojongkulur. Mengingat banyaknya prasarana Desa Bojongkulur yang rusak seperti
tanggul dan jalan. Peserta berasal dari masyarakat Desa Bojongkulur yang memiliki
kepentingan, Kepala Desa Bojongkulur dan Wakil Ketua DPR RI Dapil Jawa Barat.
Diskusi yang dilakukan dalam serap aspirasi ini sudah berjalan dengan baik, yang
diawali dengan moderator menjelaskan gambaran umum FGD yang akan dilakukan. Serta
jika dilihat dari proses berjalannya FGD, peserta dan narasumber sudah paham tentang
persoalan yang akan mereka bahas dan tujuan dari FGD ini. FGD ini berlangsung sekitar
15 menit, bertempat di Balai Pertemuan Desa Bojongkulur.
Kekurangan dalam FGD ini, moderator kurang mengarahkan warga untuk aktif
melakukan tanya jawab pada narasumber, sehingga warga yang bertanya kepada
narasumber hanya sedikit. Serta pada waktu terakhir moderator tidak meriview lagi hasil
FGD yang telah dilakukan.

14

DAFTAR PUSTAKA
Paramita, Astridya dan Kristina, Lusi. Jurnal Teknik Focus Group Discussion dalam
Penelitian Kualitatif. Surabaya.
Jurnal Forum Teknik Sipil No. XVIII/2 Mei 2008.
Panduan Pelaksanaan FGD (Focus Group Discussion), Task Code 2.2.2.1-TR-2013.
PPT FGD (Focus Group Discussion) oleh Ibu Dian Rahmawati, ST.,MT.
Indrizal, Edy. Diskusi Kelompok Terarah Focus Group Discussion (Prinsip-prinsip dan
Langkah Pelaksanaan Lapangan). Universitas Andalas. Padang

15

LAMPIRAN

Video dapat dilihat pada alamat url berikut ini:


https://www.youtube.com/watch?v=FVRRk-cglOI

Dokumentasi FGD di Desa Bojongkulur:

Melihat Kondisi Tanggul oleh masyarakat dan Wakil ketua DPR RI yang
akan dilakukan perbaikan pembangunan .

Melihat Kondisi Sarana Pasar oleh masyarakat dan Wakil ketua DPR RI
yang akan dilakukan perbaikan pembangunan

16

Transkrip FGD Serap Aspirasi Masyarakat:


M: Insyaallah dalam suasana yang cerah ini, kita akan menvideo dan alhamdulillah
Bojongkulur merupakan desa yang pertama kali dikunjungi oleh beliau pada hari ini.
Silahkan tepuk tangan
All: (tepuk tangan)
M: Pagi hari ini agenda kita adalah ada tiga nih agenda kita yang pokok nih Pak
Fadil. Yang pertama di Vila 3 ini sudah tujuh tahun yang lalu kita usulkan untuk
diadakan gundung, pak. Iya.. bukan gundung namanya. Apa namanya?
Z: Tanggul
M: Tanggul.. Tanggul. Dan.. Vila 3 ini sebenernya tidak termasuk daerah banjir
tetapi pada tahun lalu itu dua kali banjir atau tiga kali banjir, sehingga memang kita
akan dorong melalui PU Pusat dan itu sudah masuk ke dalam budget PU Pusat, Balai
Pusat tentunya yang akan, mudah-mudahan 2016 juga sudah bantuan Bapak mudahmudahan mendorong kita.
N: Terutama saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya bias silaturahmi disini yang
memang baru sempat lagi. Seperti diketahui setelah pemilu legislative, ada pemilu
presiden, dan alhamdulillah saya jadi satu-satunya wakil ketua DPR yang mewakili
provinsi Jawa Barat juga, semoga keterima. Mengenai anggaran itu kalua perbaikanperbaikan infrastruktur ada yang pusat dan ada yang langsung di Kabupaten tentu
saja. Kalau yang PU nah ini yang bisa dari pusat. Jadi, sekarang ini Gerindra ada
komisi IV itu bidang pertanian/kehutanan. Komisi V infrastruktur. Komisi VII
Bidang Energi. Dan yang dikomisi-komisi lainnya wakil ketua pada umumnya. Jadi
kalau ada aspirasi yang terkait dengan semua itu, saya kira kita bias lakukan. Nah,
untuk jalan-jalan biasanya yang menyangkut ini sebenarnya lebih banyak jalan
kabupaten, kalau jalan itu. Tetapi kalau tanggul dan lain-lain itu, pusat, namun jalan
ini saya kira bias kita-saya kira-dorong karena setahu saya-kemarin saya bicara juga
dengan saudara Ikhwan- dibeberapa tempat itu sudah berjalan. Memang sekarang
Bupati belum, belum ada pelantikan ya, tapi sudah, sudah ada SKnya, tidak ada apa,
tinggal waktu pelantikannya saja, jadi yang nanti saya pikir bisa kita lakukan. Yang
paling penting adalah inventarisasi masalahnya. Masalahnya apa, bagaimana
menyelesaikannya gitu. Karena pada dasarnya kalo kita lihat ternyata pola untuk
perbaikan, pemeliharaan, pembuatan itu lebih kepada lobby politik juga, lebih tinggi
ketimbang kebutuhan-kebutuhan pada akhirnya, kalau kita melihat praktek yang
dilapangan. Jadi karena itu kalau masalah-masalah ini di inventarisasi termasuk ..
yang agak serius mungkin terkait dengan tanggul, ya, lalu ini bisa langsung kita ke
PU, saya bisa bicara langsung dengan komisi V untuk ini menjadi prioritas. Intinya
itu, saya kira kita ingin lebih banyak mendengar, meskipun saya pada dasarnya
cukup tau, tinggal bagaimana kita melaksanakan penyelesaian-penyelesaian masalah
yang ada. Saya kira, kira-kira itu. Terima kasih, sekali lagi terima kasih kepada
warga Bojongkulur.
17

K: Dari bottom up berupa musrembang dari mulai tingkat desa yang.. yang di
koordinir oleh LPM itu telah diselesaikan. Terus kemudian perjuangan meningkat ke
tingkat kecamatan, musrembang kecamatan, kita sudah perjuangkan juga. Jadi hanya
Desa Bojongkulur yang seluruh poin hasil musrembang desa itu terserap di
musrembang kecamatan, pak, diakomodir. Jadi ya kita berharap, ya mohon
bantuannya untuk mengagendakan itu di menteri kalo tingkat pusat berarti kan.
Karena memang masalah tanggul, sungai, kali itu memang wewenangnya pusat,
bahkan pengerukan itu juga PU. Jadi kita me.. selain di Vila 3 yang memang belum
ada tanggul. Di Vila 3 itu yang ada kan tulip ya sebanding tembok, bukan tanggul
untuk menjaga agar air itu tidak Jadi spesifik di Vila 3 ini kalau ada kiriman besar
dari Bogor pasti banjir karena dia meluber sedangkan di Vila 1 gak banjir kalo disini
(Vila 3) banjir. Karena di Vila 1 itu besar dan ada tanggul, kalau disini kan
tanggulnya tidak ada. Jadi memang harus dibuat tanggul, jadi judulnya itu kalo untuk
Vila 3 itu pembuatan tanggul gitu karena memang belum ada. Kalo di Vila Mahkota
juga gitu membuat tanggul. Baru kalo di Vila 1 judulnya perbaikan atau penggantian
tanggul lama ke tanggul yang baru.
M: Dan kalau nanti aspirasi bapak-bapak tidak bisa semuanya kita serap pada-karena
keterbatasan waktu-, maka nanti kita akan rangkum secara keseluruhan.
P1: Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Fadil Zon yang mana
tahun lalu pada saat pemilihan itu memberikan sumbangan kepada kami 2 buah
molen coran, pak.
All: (tepuk tangan)
P1: Kemudian kami melakukan swadaya masyarakat akhirnya jalan itu dapat ter-cor
dengan tebal 20 centi, panjang jalan sekitar 132 meter. Akan tetapi karena jalan kami
itu sebetulnya jalan perumahan, akan tetapi dijadikan jalan lintas antar provinsi, yaitu
antara Bekasi dan Bogor. Semua truk-truk besar yang kapasitasnya hingga 20 ton itu
masuk jalan situ sehingga hancur parah total, pak. Pada saat pak Fadil Zon menengok
jalan kami belum seberapa parah. Untuk minta sumbangan warga memperbaiki jalan
itu, itu kami dapat sekitar 30 jutaan itu sulit bener karena warga semua beraspirasi
kenapa saya harus subsidi kepada pemerintah? Itu jalan tanggungan pemerintah.
Tetapi saya hanya ucapkan, pak tolong jangan berpikiran negative, anggap aja
perbaikan jalan ini sebagai jalan kita menuju sorga-Nya Allah SWT. Sehingga jalan
itu bisa terbaiki.
N: Mengenai jalan pak tadi, nanti coba kita apalagi kalau itu jalan lintas yang
Provinsi biasanya dananya dari Provinsi juga, selain kabupaten ya. Nanti..
sebenarnya lebih banyak pada persiapan seperti kata pak Kades tadi, menjut bola,
apa paperwoodnya gitu ya, apa perencanaanya mateng dan sebagainya, saya kira
dana itu ada sebenernya. Jadi tinggal kita dorong aja mungkin kita catet, saya minta
dokumen-dokumennya, nanti saya tulis surat kepada instansi-instansi terkait
langsung dengan ini DPR dan sebagai wakil ketua juga yang mewakili daerah,
biasanya saya lakukan itu juga karena itu langsung aspirasi dari warga dan tentu saja
18

nanti kepada anggota-anggota dewan yang mewakili pak . Dan pak saya kasih
tahu juga karena itu kalo dilintasi juga oleh yang 20 ton itu besar
P1 & K: Iya
N: Dan harus kuat itu, kalo nggak cuman sebentar aja rusak lagi, berapa bulan pasti
jebol lagi. Kemudian jadi harus bener bener serius dalam pambangunannya tidak
hanya tambal sulam.
Pembahasan EKTP
P2: dalam pemudahan EKTP haus diserahkan kembali ke kecamatan, sekarang
kembali lagi ke kabupaten ke dinas catatan sipil kalau dikembalikan lagi ke dinas
kependudukan warga sulit untuk mengakses karena jaraknya lebih dari 40 km untuk
percepatan pelayanan
N: soal EKTP ya , bisa dihimbau dari kementrian dalam negeri karena saya sudah
mendengar ke tiga kalinya. EKTP sudah dibuktiikan dengan persidangan kalau
EKTP sangat dibutuhkan.
Pembahsan Pasar
P3 dan P4 : untuk dana perbaikan pasar dan drainase bagaimana pak?
N: sebenarnya telah disediakan dana dari kementrian perdagangan sebesar 15 m, ini
antik bisa diajukan, mungkin dari pihak saya. Namun lewat pihak bupati ke menteri
perdagangan. Pihak kami akan mencoba refatilisasi pasar cisaruang
M: Untuk Bojogkulur pak?
N: bisa dilakukan antik akan masuk rencana APBN 2015 namun pelaksanaan akan
dilakukan 2016
M: Alhamdulillah
Baiklah kami akan mengakhiri diskusi kali ini karena adanya acara lain yang akan
dilaksanakan

19

Anda mungkin juga menyukai