Repo File 69161 20200622 072320
Repo File 69161 20200622 072320
Surakarta dimulai pada tanggal 5 Desember 2019 sampai 11 Januari 2020. 2 kali
kriteria inklusi dan berjumlah 22 lansia dari total populasi yaitu 32 lansia. Lansia
yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 10 lansia, dengan kriteria 9 lansia masih
berusia kurang dari 60 tahun, dan 1 lansia pernah mengalami fraktur pada annggota
gerak bawah selama kurang lebih satu tahun terakhir, sehingga lansia yang memenuhi
subjek yang tidak mengikuti program latihan dan tidak mengikuti pengukuran setelah
diilakukannya perlakuan, sehingga masuk kedalam kriteria drop out. Sampai akkhir
Setiap subjek penelitian dilakukan pengukuran dengan alat ukur Time Up and
Go test (TUG) pada awal sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan
dan manfaat yang diberikan dari penelitian yang akan dilaakukan. Subjek penelitian
selama 6 minggu.
56
57
subjek penelitian yang berusia antara 60-69 tahun sebanyak 12 subjek (60%), yang
berusia 70-79 tahun sebanyak 3 subjek (15%) dan yang berusia 80-89 tahun sebanyak
5 subjek dengan rerata usia 70,75 dan standar deviasi 7,239 (tabel 4.1)
TABEL 4.1
KARAKTERISTIK SUBJEK BERDASARKAN USIA
total subjek perempuan sebanyak 19 subjek (95%) dan laki-laki sebanyak 1 subjek
TABEL 4.2
KARAKTERISTIK SUBJEK BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Hasil pengukuran time up and go test (TUG) pada keadaan awal subjek
pengukuran time up and go test (TUG) minimum sebesar 9,48 detik dan maksimum
TABEL 4.3
KEADAAN SUBJEK SEBELUM PERLAKUAN (PRE TEST)
MENGGUNAKAN TIME UP AND GO TEST (TUG)
Pre test
Nilai TUG
Minimum Maksimum Rata
(detik) N Presentase
(detik) (detik) rata(detik)
0-10 1 5% 9,48 20,21 12,182
11-20 18 90%
21-30 1 5%
>30 0 0
Sumber : Data Primer, 2020
59
Hasil pengukuran Hasil pengukuran time up and go test (TUG) pada pada
subjek penelitian setelah diberikan perlakuan berupa otago exercise yaitu sebanyak
20 subjek didapatkan hasil pengukuran time up and go test (TUG) yaitu setelah
diberikan intervensi berupa otago exercise, terdapat 6 subjek (30%) dengan nilai time
up and go test (TUG) antara 0-10 detik dan sebanyak 14 subjek (70%) dengan nilai
time up and go test (TUG) antara 11-20 detik, nilai minimum sebesar 8,83 detik dan
TABEL 4.4
KEADAAN SUBJEK SETELAH PERLAKUAN (POST TEST)
MENGGUNAKAN TIME UP AND GO TEST (TUG)
Pre test
Nilai TUG
Minimum Maksimum Rata
(detik) N Presentase
(detik) (detik) rata(detik)
0-10 6 3% 8,83 19,69 11,316
11-20 14 70%
21-30 0 0
>30 0 0
Sumber : Data Primer, 2020
terdapat selisih perubahan nilai rata rata time up and go test (TUG) dari sebelum
perlakuan dan setelah diberikan perlakuan. Keadaan sebelum perlakuan pre test
sebanyak 12,182 detik dan keadaan setelah perlakuan post test sebanyak 11,316
sehingga selisih antara pre test dan post test sebanyak 0,866 detik. Hasil
60
perbandingan perubahan nilai nilai rata rata time up and go test (TUG) sebelum
perlakuan dan setelah diberikan perlakuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
TABEL 4.5
SELISIH PERUBAHAN PRE TEST – POST TEST
Subjek Rata rata pre test Rata rata post test Selisih
(N) (detik) (detik) (detik)
20 12,182 11,316 0,866
Sumber : Data Primer, 2020
C. Analisis Data
Uji normalitas adalah uji prasyarat tetang kelayakan data untuk diuji. Pada
penelitian iniuji normalitas menggunakan uji Shapiro Wilk Test karena sampel data
mengetahui normal tidaknya suatu sebaran data dapat dilihat dari nilai signifikan pada
hasil olah data program SPSS. Apabila nilai signifikan menunjukkan >0,05 maka
sebaran data tersebut dapat dianggap berdistribusi normal dan apabila nilai signifikan
<0,05 dapat dikatakan bahwa sebaran data tersebut tidak normal. Berikut ini data
TABEL 4.6
Shapiro- Wilk
Statistic Df sig.
Berdasarkan tabel diatas data TUG pada lansia sebelum diberikan intervensi
dan sesudah dibeikan intervensi memiliki nilai signifikan <0,05. Pada kelompok
eksperimen nilai signifikan pada data sebelum intervensi yaitu 0,001 dan nilai pada
data setelah intervensi yaitu 0,001 maka dari hasil uji normalitas diatas dapat
normal.
Sehingga pada uji hipotesis atau uji beda menggunakan uji wilcoxon karena
sebaran data tidak normal, yang termasuk dalam uji non parametrik. Data yang
didapatkan dari hasil penelitian didapatkan hasil uji wilcoxon dengan nilai
signifikansi p=0,000 (p<0,05) dapat diartikan bahwa Ha diterima.
Selisih negative dari hasil data yang didapat dari 20 subjek data negative (N),
pada 20 subjek tersebut terdapat penurunan nilai tug pada post test, dengan mean
rank atau nilai rata-rata penurunannya sebesar 10,50 dan sum of rank sebesar 210,00.
Sedangkan nilai ties adalah 0 sehingga dapat disimpulkan tidak ada nilai yang sama
62
persis antara pre test dan post test. Hasil uji hipotesis menggunakan uji wilcoxon
dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya pengaruh pemberian otago exercise terhadap
D. Pembahasan
a. Usia
bahwa lansia yang mengalami gangguan keseimbangan dinamis yaitu lansia dengan
rentang usia 60-79 tahun, sebanyak (75%), hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Maciel dan Guerra (2005) terhadap 310 lansia yang berusia lebih dari
60 tahun menemukan hubungan antara usia 75 tahun dan keseimbangan yang buruk
Penelitian yang dilakukan oleh Tinetti (2003) juga menyatakan bahwa lebih
dari sepertiga penduduk berusia 65 tahun atau lebih di dunia mengalami jatuh dan
tubuh. Akibat perubahan fisiologis tersebut yang juga terjadi pada komponen-
b. Jenis kelamin
menjadi sampel dalam penelitian ini sebagian besar adalah lansia berjenis kelamin
perempuan yaitu 95% lebih banyak dibandingkan lansia berjenis kelamin laki-laki.
tulang keropos, fungsi penting tulang yaitu salah satu organ untuk membantu
ekstremitas bawah.
kesimbangan di antara faktor lain seperti usia, budaya dan aktifitas, jenis kelamin
responden adalah usia 65,31 tahun, artinya rata-rata responden berada pada usia lanjut
yang mengalami degeneras, salah satunya kondisi sendi dan otot. Fitriyansyah, et al
(2014).
laki-laki dan perempuan, lansia perempuan memiliki kontrol muskular yang kurang
posisi tulang sendi pada ekstremitas bawah. Konsekuensi fungsional negatif yang
Pada penelitian ini yang dilakukan di posyandu lansia tanon kidul “Sehat
dilakukan 2 kali perminggu dilakukan selama 6 minggu, dengan hasil pengukuran pre
test dan post test didapatkan nilai signifikansi sebesar p = 0,000 (p<0,05) yang
dinamis pada lansia. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh dilakukan
oleh (Manohare and Hande., 2019) yang berjudul “Effect of 6 Weeks Otago Exercise
yang diberikan dari 6 minggu otago exercise programe dan conventional exercise
program latihan selama 6 minggu, dengan 2 kali sesi perminggu. Hasil penelitian ini
mengurangi risiko jatuh pada lansia. Otago exercise tampaknya menjadi intervensi
paling efektif untuk meningkatkan status kesehatan pada lansia yang lemah. Latihan
ini, merupakan jenis penggabungan latihan kekuatan otot, keseimbangan dan latihan
bawah. Group otot yang memiliki peran penting dalam gerakan fungsional dan
berjalan adalah otot fleksor knee, ekstensor knee, dan abduktor hip (Campbell dan
dipengaruhi oleh kontraksi otot. Kontraksi otot yang terjadi akan meningkatkan besar
dan peningkatan kualitas jaringan penghubung, tendon dan ligamen. Selain itu,
tonsentrasi kreatin fostat dan ATP serta peningkatan glikogen. Hal ini dapat
meningkatkan energi dan kekuatan otot. Ketika kekuatan otot meningkat maka akan
(Kisner, 2011).
66
yang termasuk dalam sistem kontrol postural meliputi: (1) kendala biomekanik,
terkait dengan kekuatan otot dan limit of stability yaitu kemampuan tubuh dalam
bidang tumpu, (2) Strategi gerakan berupa feedback berupa respon protektif atau
bergantung pada seberapa penting konteks sensori dalam menjaga stabilitas, (4)
dengan gravitasi, bidang tumpu, sistem visual, dan referensi internal, (5) Kontrol
dinamik, dan (6) Proses kognitif terkait perhatian dan proses pembelajaran (Horak,
2006).
Adaptasi neural ini menimbulkan sumasi serabut multipel yaitu suatu keadaan
meningkatnya jumlah unit motorik, maka akan terjadi peningkatan kekuatan otot
meningkatkan control dinamik berkaitan dengan gait dan locomotion. Gait adalah
pola berjalan dan locomotion adalah perpindahan berupa berjalan ataupun berlari
hasil penelitian ini, antara lain : (1) peneliti tidak dapat mengendalikan aktifitas
keseharian subjek yang dapat mempengaruhi hasil yang diharapkan, karena aktifitas
yang dilakukan subjek berbeda-beda, (2) Peneliti sulit mengontrol faktor dari luar
tidak kondusif karena tempat untuk perlakuan kurang luas, (3) keterbatasan waktu
penelitian, sehingga hal ini mungkin tidak maksimal untuk mengevaluasi efek jangka
panjang, karena gangguan musculoskeletal yang sudah kronik dan juga terkait dengan