Anda di halaman 1dari 14

ARTIKEL ILMIAH

PERILAKU MATERIAL BETON MUTU TINGGI


DENGAN PENAMBAHAN SILICA FUME
PADA TEMPERATUR TINGGI

Material Properties of High Strength Concrete


with the Addition of Silica Fume
at High Temperatures

Tugas Akhir
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana S-1 Jurusan Teknik Sipil

Oleh:

PRASTIONO
F1A 011 120

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2016
PERILAKU MATERIAL BETON MUTU TINGGI
DENGAN PENAMBAHAN SILICA FUME
PADA TEMPERATUR TINGGI
1 2 3
Prastiono , Suryawan Murtiadi , Suparjo
Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram

ABSTRAK

Beton mutu tinggi sangat mendukung struktur bangunan teknik sipil, karena penggunaan
beton mutu tinggi dapat menghasilkan bangunan-bangunan dengan sifat yang superior yang tidak
dapat diperoleh dengan penggunaan beton normal. Peningkatan mutu beton dapat dilakukan
dengan memberikan bahan ganti atau bahan tambah diantaranya pemanfaatan silica fume dan
penggunaan bahan additive berupa superplasticizier yang bertujuan untuk meningkatkan
workability pada pengerjaan beton mutu tinggi. Salah satu sifat beton yang unggul dibandingkan
bahan lain yaitu tahan terhadap api dalam tingkat suhu tertentu. Terjadinya perubahan suhu
ekstrim seperti kebakaran tentunya akan membawa dampak pada struktur beton, permukaan
struktur retak, terjadi kerusakan/keruntuhan, dan perubahan warna pada beton. Penelitian ini
secara umum bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penambahan silica fume
terhadap kuat tekan beton mutu tinggi dan perubahan apa saja yang terjadi pada beton terhadap
pengaruh temperatur tinggi.

Penelitian ini mengggunakan benda uji kubus berukuran 10 x 10 x 10 cm, dimana untuk
beton normal tanpa penambahan silica fume + superplasticizier kemudian untuk beton mutu tinggi
dilakukan penambahan silica fume sebesar 10% dari berat semen dan penggunaan admixture
superplasticizier (sikament-LN) sebesar 1.68% dari berat semen. Selanjutnya dilakukan pengujian
kuat tekan untuk beton normal dan beton mutu tinggi pada umur 28 dan 45 hari. Adapun Saat umur
beton mencapai 45 hari dilakukan proses pembakaran menggunakan oven (furnace) dengan
variasi temperatur yang diberikan yaitu 200°C, 500°C, 800°C dan dengan waktu penahanan suhu
selama 2 jam. Setelah dilakukan pembakaran, lalu benda uji didinginkan yang selanjutnya
dilakukan pengujian kuat tekan.

Dari hasil penelitian didapatkan kuat tekan untuk beton normal dan beton mutu tinggi pada
umur 28 hari sebesar 25.006 MPa, dan 51.734 MPa. Pada umur 45 hari diperoleh kuat tekan
sebesar 31.464 MPa dan 52.226 MPa. Kemudian untuk hasil pengujian beton pasca bakar umur 45
hari terjadi perubahan warna setelah mengalami pembakaran di setiap temperatur yaitu pada
temperatur 200°C warna beton tidak mengalami perubahan secara signifikan, temperatur 500°C
warna beton menjadi abu kecoklatan disertai retak rambut, pada temperatur 800°C beton berubah
warna menjadi putih keabu-abuan disertai retak. Selain itu beton juga mengalami penurunan berat
hingga 23% pada temperatur 800°C serta kuat tekan beton semakin menurun seiring dengan
adanya kenaikan temperatur. Beton normal yang telah dipanasi pada temperatur 200°C, 500°C,
dan 800°C memiliki kuat tekan sisa rata-rata sebesar 94.915%, 69.941%, dan 32.205%. Kemudian
untuk beton mutu tinggi kuat tekan sisa berturut-turut sebesar 84.698%, 57.143%, dan 23.469%.

Kata Kunci: Beton mutu tinggi, silica fume, kuat tekan, temperatur.
1
Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Mataram
2
Dosen Pembimbing Utama
3
Dosen Pembimbing Pendamping

1
I. PENDAHULUAN industri metal silicon. Silica fume yang secara
fisik lebih halus dari pada semen dan secara
Kemajuan teknologi dan era globalisasi kimia mengandung unsur SiO2 yang tinggi,
yang diikuti dengan banyaknya pertumbuhan akan dapat menambah kekuatan beton
jumlah penduduk mengakibatkan kebutuhan apabila digunakan sebagai bahan tambahan
di bidang konstruksi bangunan semakin pada beton.
berkembang. Bahan utama konstruksi
bangunan yang banyak digunakan yaitu Akhir-akhir ini seringkali terjadi
kayu, baja dan beton. Dari bahan-bahan kerusakan pada konstruksi beton, yang
tersebut yang paling banyak dijumpai dan disebabkan oleh kebakaran. Dalam suatu
digunakan adalah beton. Penggunaan beton kejadian kebakaran, beton merupakan bahan
merupakan pilihan utama karena beton bangunan yang memiliki daya tahan terhadap
merupakan bahan dasar yang mudah api yang relatif lebih baik jika dibandingkan
dibentuk dengan harga yang relatif murah dengan bahan yang lain. Beton merupakan
dibanding konstruksi lainnya, mempunyai material yang memiliki daya hantar panas
kekuatan yang baik, bahan baku penyusun yang rendah, sehingga dapat menghalangi
mudah didapat, tahan lama, tahan terhadap rambatan panas ke bagian dalam struktur
api, dan tidak mengalami pembusukan. beton tersebut. Saat terjadinya kebakaran
beton tidak dapat menghasilkan api tetapi
Beton adalah suatu material yang terdiri beton akan menyerap panas sehingga akan
dari campuran semen, air, agregat (kasar dan terjadi suhu tinggi yang berlebihan, yang
halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. akan mengakibatkan perubahan pada mikro
Kualitas beton bergantung pada bahan- struktur beton tersebut dan berpengaruh
bahan penyusunnya. Besarnya kuat beton terhadap perubahan perilaku material fisik
dipengaruhi beberapa hal antara lain faktor beton yang mengakibatkan menurunnya
air semen, jenis semen, gradasi agregat, sifat kekuatan struktur beton. Kerusakan yang
agregat, pengerjaan (pencampuran, diakibatkan oleh kebakaran dipengaruhi oleh
pemadatan, dan perawatan), umur beton, beberapa faktor, antara lain: ketinggian suhu,
dan bahan kimia tambahan (admixture). lamanya terjadi kebakaran, dan jenis bahan
pembentuk campuran beton
Beton mutu tinggi sangat mendukung
struktur bangunan teknik sipil, karena Terjadinya perubahan temperatur yang
penggunaan beton mutu tinggi dapat cukup tinggi, seperti pada saat kebakaran,
menghasilkan bangunan-bangunan dengan akan membawa dampak pada struktur beton.
sifat yang superior yang tidak dapat diperoleh Karena pada proses tersebut akan terjadi
dengan penggunaan beton normal. Beton suatu siklus pemanasan dan pendinginan
mutu tinggi dapat diartikan sebagai beton yang bergantian, yang akan menyebabkan
yang berorientasi pada kekuatan yang tinggi adanya perubahan fase fisis dan kimiawi
(High Strength Concrete) yang secara kompleks. Beton akan mengalami
mempertimbangkan keawetan (durability) penurunan stabilitas ikatan semen serta akan
beton serta kemudahan pengerjaan beton terjadi pemuaian butiran kerikil yang akan
(workability). berakibat pada penurunan stabilitas kesatuan
beton tersebut, dengan kata lain beton akan
Peningkatan mutu beton dapat dilakukan mengalami kerusakan dan kuat beton akan
dengan memberikan bahan ganti atau bahan mengalami penurunan. Seperti yang tertulis
tambah dari beberapa bahan pengganti dan pada paragraf sebelumnya, salah satu bahan
bahan tambah yang ada diantaranya adalah yang digunakan dalam beton mutu tinggi
penggunaan bahan additive berupa adalah bahan additive berupa
superplasticizier yang bertujuan untuk superplasticizier dan silica fume.
meningkatkan workability pada pengerjaan Superplasticizier mengandung senyawa
beton mutu tinggi dan pemanfaatan Silica hidrokarbon sedangkan silica fume
fume. Silica fume merupakan material mengandung silica yang akan mengalami
pozzolan yang sangat halus yang sebagian perubahan yang cukup berarti pada
besar terdiri dari unsur silika, yang dihasilkan pemanasan dengan temperatur tertentu.
dari tanur tinggi sebagai produk sampingan Sehingga perlu diketahui bagaimana

2
pengaruh pembakaran terhadap beton Beton mutu tinggi kadang-kadang
dengan penggunaan bahan additive. disebut dengan nama lain yaitu beton kinerja-
tinggi karena memiliki sifat-sifat yang lebih
Berdasarkan uraian diatas, maka unggul dibandingkan dengan beton normal.
penelitian ini mempunyai tujuan utama yaitu Adapun keunggulan beton mutu tinggi
untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dibandingkan dengan beton normal antara
penambahan silica fume terhadap kuat tekan lain kekuatan tekannya yang tinggi sehingga
beton mutu tinggi dan perubahan-perubahan dimensi dari elemen struktur dapat menjadi
apa saja yang terjadi pada beton terhadap lebih ramping. Beton mutu tinggi sudah
pengaruh temperatur tinggi. banyak diaplikasikan dalam berbagai ragam
struktur, seperti gedung bertingkat, jembatan
II. TINJAUAN PUASTAKA dengan bentang yang panjang, bendungan,
2.1 Pengertian Beton dermaga, terowongan, dan lain sebagainya.
Beton merupakan hasil dari Pada umumnya, terutama bila
pencampuran bahan-bahan agregat halus berhubungan dengan tuntutan mutu dan
dan kasar yaitu pasir, batu, batu pecah atau keawetan yang tinggi, ada beberapa faktor
bahan semacamnya lainnya, dengan utama yang bisa menentukan keberhasilan
menambahkan semen secukupnya yang pengadaan beton bermutu tinggi, diantaranya
berfungsi sebagai perekat bahan susun adalah:
beton, dan air sebagai bahan pembantu guna
keperluan reaksi kimia selama proses a. Faktor air semen (w/c) yang rendah.
pengerasan dan perawatan beton b. Kualitas agregat halus (pasir).
berlangsung. Pada saat keras, beton c. Kualitas agregat kasar (batu
diharapkan mampu memikul beban sehingga pecah/koral).
sifat utama yang harus dimiliki oleh beton d. Penggunaan admixture dan aditif
adalah kekuatannya. mineral dalam kadar yang tepat.
e. Prosedur yang benar dan cermat pada
Sifat-sifat beton pada umumnya keseluruhan proses produksi beton.
dipengaruhi oleh kualitas bahan, cara f. Pengawasan dan pengendalian yang
pengerjaan, dan cara perawatannya. ketat pada keseluruhan prosedur dan
Karakteristik semen mempengaruhi kualitas mutu pelaksanaan.
beton dan kecepatan pengerasannya.
Gradasi agregat halus mempengaruhi 2.2 Pengaruh Temperatur Tinggi Terhadap
pengerjaannya, sedangkan gradasi agregat Beton
kasar mempengaruhi kekuatan beton.
Kualitas dan kuantitas air mempengaruhi Pada saat suhu pembakaran,
pengerasan dan kekuatan. keadaan panas yang diterima beton di
permukaan berbeda dengan suhu yang ada
Berdasarkan mutu kinerjanya, maka di tengah suatu beton. Sehingga terkadang
beton dikelompokkan menjadi dua yaitu tingkat kerusakan beton hanya terjadi di
beton mutu tinggi normal dan beton mutu permukaan saja yang ditandai dengan retak
tinggi. Beton mutu normal adalah beton yang rambut.
mempunyai nilai kuat tekan kurang dari 41,4
MPa sedangkan beton mutu tinggi (high Peningkatan termperatur akibat
strength concrete) yang tercantum dalam SNI kebakaran menyebabkan material beton
03- 6468-2000 didefinisikan sebagai beton mengalami perubahan sifat. Fenomena yang
yang mempunyai kuat tekan yang dapat dilihat pada beton yang terkena beban
disyaratkan lebih besar sama dengan 41,4 panas (kebakaran) yang ekstrim adalah
MPa. Beton mutu tinggi dapat diartikan terjadinya sloughing off (pengelupasan),
sebagai beton yang berorientasi pada retak rambut dan retak lebar, serta warna
kekuatan yang tinggi (high strength concrete) beton.
yang mempertimbangkan keawetan
(durability) beton serta kemudahan Menurut Tjokrodimuljo dalam Sulendra &
pengerjaan beton (workability). Tatong (2008), bila pasta semen dipanasi,

3
o
dari suhu kamar sampai sekitar 200 C, 2.3 Klasifikasi Tingkat Kerusakan Akibat
kekuatannya tampak sedikit meningkat, Kebakaran
o
karena ketika sedikit di atas 100 C air bebas
serta air yang terserap dalam pasta Ciri-ciri struktur yang terjadi pada beton
menguap, selanjutnya ketika jauh di atas karena pengaruh temperatur yang tinggi
o
100 C air yang secara kimiawi terikat erat adalah:
dalam pasta juga menguap. Selanjutnya a. Kekuatan menurun.
panas dinaikkan lagi kekuatan beton b. Mengelupasnya beton.
o
menurun. Pada suhu antara 400-600 C c. Terjadinya retak-retak.
kalsium hidroksida (Ca(OH)2) berubah Jenis kerusakan yang sering terjadi
kompsisi menjadi kalsium oksida (CaO) yang akibat kebakaran antara lain: crazing (gejala
sama sekali tidak mempunyai kekuatan. retak remuk pada permukaan beton yang
o o
Selanjutnya di atas suhu 600 C atau 700 C berkaitan langsung dengan kenaikan
unsur hasil hidrasi yang lain berubah temperature pada beton), voids (lubang-
komposisi sehingga kekuatan beton lubang yang cukup dalam atau keropos),
kehilangan kekuatan sama sekali. spalling (melepasnya sebagian permukaan
beton dalam bentuk lapisan tipis). Klasifikasi
Beton yang dipanaskan hingga di atas tingkat kerusakan gedung pasca kebakaran
800°C, mengalami degradasi berupa antara lain:
pengurangan kekuatan yang cukup signifikan
yang mungkin tidak akan kembali lagi 1. Kerusakan ringan
(recovery) setelah proses pendinginan.
Tingginya kehilangan kekuatan dan dapat Kerusakan ini berupa pengelupasan
tidaknya kekuatan material kembali seperti pada plesteran luar beton dan terjadinya
semula ditentukan oleh jenis material yang perubahan warna permukaan menjadi hitam
digunakan, tingkat keparahan pada proses akibat asap yang mungkin disertai dengan
kebakaran dan lama waktu pembakaran. retak-retak pada plesteran.
Tingginya tingkat keparahan (temperatur) dan
lamanya waktu pembakaran menyebabkan 2. Kerusakan sedang
berkurangnya kekuatan tekan suatu material
Kerusakan ini berupa munculnya
beton, terlebih lagi timbulnya tegangan geser
retak-retak ringan (kedalaman kurang dari 1
dalam (Internal Shear Stress) sebagai akibat
mm) pada bagian luar beton yang berupa
adanya perbedaan sifat thermal antara
garis-garis yang sempit dan tidak terlalu
semen dan agregat. Degradasi penurunan
panjang dengan pola menyebar. Retak ini
kuat tekan akibat pengaruh temperatur dapat
diakibatkan oleh proses penyusutan beton
dilihat pada Gambar 2.1 berikut:
pada saat terjadi kebakaran.

3. Kerusakan berat

Retak yang terjadi sudah memiliki


ukuran lebih dalam dan lebar, terjadi secara
tunggal atau kelompok. Jika terjadi pada
balok kadang-kadang disertai dengan
lendutan yang dapat dilihat dengan mata.

4. Kerusakan sangat berat

Kerusakan yang terjadi sudah


sedemikian rupa sehingga beton
pecah/terkelupas sehingga tampak tulangan
Gambar 2.1 Degradasi kuat tekan beton bajanya, atau bahkan sampai tulangan
pada berbagai temperatur (Suhendro dalam putus/tertekuk, beton inti hancur.
Sulendra & Tatong, 2008)

4
2.4 Kuat Tekan Beton air bersih Laboratorium Fakultas Teknik
Universitas Mataram.
Pengujian kuat tekan dilakukan untuk
mengetahui kuat tekan hancur dari benda uji. Kemudian alat-alat yang digunakan
Pengujian kuat tekan umumnya dilakukan dalam penelitian ini yaitu satu set
saat sampel berumur 28 hari. Pengukuran ayakan/saringan, timbangan, Picknometer,
kuat tekan (Compressive Strength) dapat keranjang kawat, mesin Los Angeles,
dihitung dengan persamaan sebagai berikut cetakan kubus ukuran (10 x 10 x 10 cm),
(SNI 03-1974-1990): kerucut abrams, Oven (furnace), CTM
(Compression Testing Machine), dan alat
𝑃
f’c= ....………………………................. (2-1) pendukung lainnya.
𝐴
Keterangan :
f’c = kuat tekan beton (MPa) 3.3 Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton
P = beban maksimum (N)
A
2
= luas penampang benda uji (mm ) Pemeriksaan ini dimaksudakan untuk
mengetahui spesifikasi bahan yang akan
Apabila kekuatan tekan beton tidak digunakan sebagai bahan penyusun beton.
ditentukan dengan benda uji kubus, tetapi Adapun pemeriksaan yang dilakukan yaitu
dengan benda uji silinder dengan diameter pemeriksaan terhadap agregat kasar maupun
15 cm dan tinggi 30 cm, maka perbandingan agregat halus yang meliputi pemeriksaan
antara kekuatan tekan yang didapat dapat pemeriksaan berat satuan agregat, berat
dikonversi dengan nilai pada Tabel 2.1 jenis agregat, gradasi agregat, kandungan
berikut: lumpur agregat halus dan ketahanan aus
kerikil.
Tabel 2.1 Faktor konversi nilai kuat tekan
beton menurut dimensi benda uji 3.4 Perencanaan campuran beton (Mix
Design)
Shape of Test Speciment Size in mm Modification factor
100 x 100 x 100 0.8 Perencanaan campuran beton
Cube 150 x 150 x 150 0.8 merupakan suatu proses teoritis untuk
200 x 200 x 200 0.83
menentukan jumlah masing-masing bahan
yang diperlukan dalam suatu campuran
150Ф x 300 1.0
beton, hal ini dilakukan agar proporsi dapat
Cylinder 100Ф x 200 0.97 memenuhi syarat. Pada tahap ini dilakukan
200Ф x 500 1.05 pembuatan mix design yang berdasarkan
150 x 150 x 450 1.05 metode perhitungan SNI T-15-1990-03.
Square Prism
200 x 200 x 600 1.05
Sumber: ASTM (dalam Talinusa dkk, 2014) 3.5 Kebutuhan dan Perawatan Benda Uji

III. METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini dibuat benda uji


3.1 Lokasi Penelitian kubus 10 x 10 x 10 cm dengan dan tanpa
penambahan silica fume dan superplasticizier
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium untuk pengujian kuat tekan pada umur 28
Struktur dan Bahan Jurusan Teknik SIpil, hari dan umur 45 hari untuk pengaruh
Universitas Mataram. temperature tinggi. Adapun jumlah benda uji
kubus pada Tabel 3.1 dan jumlah benda uji
3.2 Bahan dan Alat Penelitian dengan variasi temperatur pada Tabel 3.2
berikut:
Bahan yang digunakan dalam proses
pencampuran meliputi semen portland (PC)
tipe i, agregat halus (pasir), agregat kasar
(kerikil), bahan tambahan yakni silica fume
dan superplastisizer dari PT. Sika Nusa
Pratama serta air yang berasal dari instalasi

5
mengetahui perubahan-perubahan yang
terjadi pada beton akibat pembakaran.
Pembakaran benda uji dilakukan dengan
menggunakan oven (furnace). Pembakaran
dilakukan pada temperatur 200⁰C, 500⁰C,
dan 800⁰C dengan waktu penahanan suhu
selama 2 jam. Setelah pembakaran selesai
benda uji di diamkan pada suhu ruang
sampai suhu benda uji kembali normal lalu
dilakukan pengujian kuat tekan.

3.7 Tahapan Penelitian


Untuk memudahkan dalam
melaksanakan penelitian dan dapat secara
baik dan sistematis, maka dibuat tahapan
penelitian pada Gambar 3.1 sebagai berikut:

Keterangan :

BN = Beton Normal
BMT = Beton Mutu Tinggi

Perawatan ini dilakukan setelah


beton mengalami final setting, artinya beton
telah mengeras. Curing atau perawatan
beton mempunyai maksud untuk menjamin
proses hidrasi semen dapat berlangsung
dengan sempurna, sehingga retak-retak pada
permukaan beton dapat dihindari serta mutu
beton yang diinginkan dapat dicapai.
Pencegahan yang dapat dilakukan dengan
cara menyiram, merendam, atau menutupi
dengan karung goni yang dibasahi.

Pada penelitian ini untuk perawatan


benda uji kubus umur 28 dan 45 hari dengan
dan tanpa pembakaran, perawatan dilakukan Gambar 3.1 Bagan alir penelitian
dengan merendam benda uji pada bak
perendam.
IV. HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.6 Pengujian Benda Uji
4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun
3.6.1 Pengujian Kuat Tekan Beton Beton
Setelah beton dirawat dan telah Dari hasil pemeriksaan bahan-bahan
berumur 28 hari dan 45 hari, dilakukan penyusun beton yang dilakukan di
pengujian kuat tekan beton dengan Laboraturium Struktur dan Bahan Universitas
menggunakan alat mesin kuat tekan Mataram, diperoleh hasil pengujian bahan
Compression Testing Machine (CTM). antara lain:
3.6.2 Pembakaran Benda Uji 4.1.1 Berat Satuan Agregat
Hasil pemeriksaan menunjukkan
Setelah beton mencapai usia 45 hari berat satuan lepas rata-rata yaitu 1.246
maka dilakukan proses pembakaran untuk

6
3 3
gr/cm untuk pasir dan 1.282 gr/cm untuk sesuai dengan pernyataan Tjokrodimuljo
kerikil (batu pecah), sedangkan untuk berat (1996) dimana syarat kandungan lumpur
satuan padat rata-rata didapatkan sebesar agregat halus adalah kurang dari 5% dari
3 3
1.492 gr/cm untuk dan pasir 1.429 gr/cm berat agregat.
untuk kerikil (batu pecah). Hasil ini sesuai
dengan pernyataan Tjokrodimuljo (1996) Berdasarkan hasil pengujian agregat
bahwa kedua material termasuk dalam jenis kasar dan agregat halus maka dilakukan
agregat normal yang memiliki berat satuan proses perhitungan perancangan campuran
3
antara 1.2-1.6 gr/cm . beton. Pada tahap ini dilakukan pembuatan
mix design yang berdasarkan metode
4.1.2 Berat Jenis Agregat perhitungan SNI T-15-1990-03. Kebutuhan
Pemeriksaan berat jenis agregat campuran beton dapat dilihat pada Tabel 4.1
yang dilakukan pada penelitian ini adalah berikut:
pemeriksaan berat jenis dalam keadaan
kering dan dalam keadaan jenuh kering muka
(SSD). Hasil pemeriksaan menunjukkan berat
jenis pasir pada kondisi kering rata-rata yaitu
2.500, sedangkan berat jenis pada kondisi
SSD rata-rata sebesar 2.587 dan hasil
pemeriksaan berat jenis kerikil (batu pecah)
pada kondisi kering rata-rata adalah 2.513,
sedangkan berat jenis pada kondisi SSD
rata-rata sebesar 2.542.
Hasil ini menunjukkan bahwa pasir
dan kerikil (batu pecah) yang digunakan
termasuk jenis agregat normal sesuai
Tjokrodimuljo (1996) yang memiliki berat
4.2 Hasil Pengujian Beton
jenis anatara 2.50-2.70.
4.2.1 Pengujian Kuat Tekan Beton
4.1.3 Gradasi Agregat Halus Pelaksanaan pengujian kuat tekan
Berdasarkan pemeriksaan gradasi beton dengan benda uji kubus 10 x 10 x 10
agregat yang telah dilakukan diperoleh hasil cm dilakukan setalah benda uji beton
bahwa pasir berada dalam zone II yaitu pasir berumur 28 hari dan 45 hari. Hasil
agak kasar. dengan nilai modulus halus butir pengujujian kuat tekan umur 28 hari dan 45
(MHB) yang didapatkan sebesar 2.949. Hal hari dapat dilihat pada Tabel 4.2 dibawah ini:
ini menunjukkan agregat halus memenuhi
persyaratan modulus kehalusan butiran
sebesar 1.5-3.8 (Tjokrodimuljo, 1996).

4.1.4 Gradasi Agregat Kasar


Melalui prosedur yang sama sperti
gradasi agregat halus, hasil pemeriksaan
kerikil (batu pecah) didapatkan modulus
kealusan butiran sebesar 6.554 dengan
diameter butiran maksimum yang digunakan
sebesar 20 mm. Kerikil (batu pecah) yang
digunakan ini telah memenuhi persyaratan
Setelah didapatkan hasil kuat tekan
modulus kehalusan butiran sebesar 6.0-7.1
rata-rata dari dimensi kubus 10 x 10 x 10 cm,
(Tjokrodimuljo, 1996).
kemudian dikonversi dengan dimensi benda
4.1.5 Pemeriksaan Kadar Lumpur uji standar yang dipakai dalam pengujian
Hasil pemeriksaan menunjukkan kuat tekan beton yaitu benda uji silinder
kadar lumpur rata-rata pada pasir sebesar dimensi 15 cm x 30 cm. Hasil konversi nilai
0.554 %. Dengan demikian pasir tersebut kuat tekan untuk beton normal dan beton
dapat dipakai sebagai bahan penyusun beton

7
mutu tinggi dapat dilihat pada Tabel 4.3 temperatur yang akan dicapai maka semakin
dibawah ini: lama juga waktu yang diperlukan.

4.2.3 Pengamatan warna dan kondisi visual


Beton

Hasil pengamatan warna dan kondisi


visual terhadap beton setelah dilakukan
o
pembakaran yaitu pada temperatur 200 C
tidak terjadi perubahan secara signifikan
sama halnya dengan beton dalam kondisi
normal, perubahan warna beton mulai
o
tampak disaat temperatur 500 C yang
Dari hasil yang ditunjukan Tabel 4.3 berwarna abu-abu kecoklatan disertai
terlihat bahwa dengan penambahan silica dengan sedikit retak-retak rambut. Kemudian
o
fume, beton umumnya mengalami saat temperatur mencapai 800 C beton
peningkatan kekuatan tekan jika mengalami perubahan warna menjadi putih
dibandingkan dengan kuat tekan beton tanpa keabu-abuan dengan kondisi retak.
penambahan silica fume pada umur yang
sama. Hal ini menunjukkan bahwa beton Perubahan warna terjadi karena adanya
dapat dikatakan sebagai beton mutu tinggi senyawa garam besi dalam agregat atau
karena lebih dari 41.4 MPa. pasir beton yang menyebabkan beton
berubah warna . Jika temperatur mencapai
4.2.2 Pengujian Pembakaran Beton 750 ̊ C terjadilah proses karbonisasi yaitu
Pembakaran benda uji dilakukan terbentuk Calsium Carbonat (CaCO3) yang
dengan menggunakan oven (furnace). berwarna keputih-putihan sehingga merubah
Pembakaran dilakukan pada variasi warna beton menjadi lebih terang.
temperatur yaitu 200⁰C, 500⁰C, dan 800⁰C
dengan waktu penahanan suhu selama 2 Selain terjadi perubahan warna dan
jam. Pada saat pembakaran diperlukan waktu kondisi visual akibat kenaikan temperatur,
yang berbeda-beda untuk mencapai beton juga mengalami penurunan berat
temperatur 200⁰C, 500⁰C, dan 800⁰C. Grafik setelah dilakukan pembakaran dengan
waktu pembakaran beton dapat dilihat pada variasi temperatur. Hasil penurunan berat
Gambar 4.1 berikut: beton setelah proses pembakaran dapat
dilihat pada Tabel 4.4 Berikut:

Dari Tabel 4.4 menunjukkan bahwa


penurunan berat beton semakin besar seiring
dengan kenaikan temperatur yang diberikan.
Dari Gambar 4.1 di atas menggambarkan Berat sisa beton normal dan beton mutu
bahwa untuk mencapai suhu temperatur tinggi pada temperatur 200⁰C, 500⁰C, 800⁰C
o
200 C dibutuhkan waktu 1 jam, selanjutnya berturut-turut sebesar 94.349%, 89.974%,
o
500 C dibutuhkan waktu 2 jam 30 menit, dan 77.111% dan 95.749%, 90.332%, 81.937%.
o
800 C memerlukan waktu 3 jam. Hal ini Hal ini disebabkan karena pada saat proses
menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pembakaran air yang terkandung dalam
beton mengalami penguapan.

8
4.3.4 Pengujian Kuat Tekan Beton Pascabakar beton tidak memiliki cukup pori untuk
menyalurkan uap air akibatnya terjadi
Pembakaran benda uji kubus penurunan kuat tekan beton.
10x10x10 cm dilakukan pada temperatur
200⁰C, 500⁰C, dan 800⁰C dengan waktu Jika dibandingkan dengan Gambar
penahanan suhu selama 2 jam. Hasil kuat 2.1 terlihat adanya perbedaan persentase
o
tekan dan persentase penurunanan kuat kuat tekan pada temperatur 200 C, dimana
tekan akibat pengaruh pembakaran dengan pada temperatur ini kuat tekan sedikit
variasi temperatur dapat dilihat pada Tabel mengalami kenaikan. Sesuai pernyataan
4.5 dan Gambar 4.2 berikut: Tjokrodimuljo dalam Sulendra & Tatong
(2008), bila pasta semen dipanasi dari suhu
o
ruang hingga 200 C kekuatan tampak sedikit
o
meningkat karena ketika sedikit di atas 100 C
air bebas serta air yang terserap dalam pasta
menguap. Berbeda hal dengan hasil
o
penelitian, dimana pada temperatur 200 C
kuat tekan beton mengalami penurunan, hal
ini bisa saja disebabkan karena kualitas dari
bahan penyusun beton yang rendah,
ketebalan/dimensi beton beton, dan lama
pembakaran yang menyebabkan kuat tekan
beton mengalami penurunan.

Namun jauh di atas temperatur


o
200 C baik dari Gambar 2.1 dan Gambar 4.2
kuat tekan beton sama-sama mengalami
penurunanan yang signifikan. Hal ini
disebabkan karena benda uji yang
o
dipanaskan hingga di atas 800 C, mengalami
degradasi berupa pengurangan kekuatan
yang cukup signifikan yang mungkin tidak
akan kembali lagi (recovery) setelah proses
pendinginan yang disebabkan oleh
berubahnya unsur C-S-H yang merupakan
unsur utama yang menopang kekuatan beton
Dari Gambar 4.2 menunjukkan menjadi kapur bebas (CaO) dan SiO2 yang
bahwa kuat tekan beton rata-rata menurun tidak memiliki kekuatan sama sekali.
dengan adanya kenaikan temperatur.
Ketahanan beton normal terhadap Disamping itu pada temperatur ini
temperatur lebih tinggi dibandingkan dengan terjadi penurunan lekatan antara batuan dan
beton mutu tinggi. Untuk beton normal yang pasta semen yang ditandai oleh retak-retak
o dan kerapuhan beton, sehingga kekuatan
telah dipanasi pada temperatur 200 C, 500
o o beton sangat kecil atau tidak mempunyai
C dan 800 C, kuat tekan sisa rata-ratanya
berturut-turut sebesar 94.915%, 69.941% kekuatan sama sekali. Tingginya kehilangan
dan 32.205%. Untuk beton mutu tinggi, pada kekuatan dan dapat tidaknya kekuatan
o o o
temperatur 200 C, 500 C dan 800 C kuat material kembali seperti semula ditentukan
tekan sisa berturut-turut sebesar 84.698%, oleh jenis material yang digunakan, tingkat
57.143%, dan 23.469%. keparahan pada proses kebakaran dan lama
waktu pembakaran.
Penggunaan silica fume pada beton
mutu tinggi yang mengisi rongga-rongga di
antara bahan semen, mengakibatkan
diameter pori mengecil dan volume pori
berkurang (Subakti dalam Ardiansyah, 2010).
Sehingga pada saat proses pembakaran

9
V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Pengujian mix desain disarankan agar
lebih teliti lagi karena hal tersebut dapat
5.1 Kesimpulan berpengaruh terhadap hasil pengujian.
Dari hasil penelitian dan pembahasan, 2. Agar diperoleh benda uji yang baik perlu
maka dapat diambil beberapa kesimpulan diperhatikan pada saat pengadukan dan
sebagai berikut: pemadatan, karena apabila dalam
1. Penggunaan silica fume sebagai bahan pemadatan tidak baik, benda uji akan
tambah secara umum memberikan mengalami keropos dan ini akan sangat
peningkatan kuat tekan dibandingkan mempengaruhi hasil uji.
tanpa penambahan silica fume pada 3. Pada penelitian selanjutnya dapat
umur yang sama. Nilai kuat tekan beton mengkaji dengan menaikkan persentase
normal pada umur 28 dan 45 hari penambahan bahan tambah ataupun
sebesar 25.066 MPa, 31.464 MPa, serta suhu temperatur.
kuat tekan beton dengan penambahan
silica fume sebesar 51.734 MPa, 52.266
MPa pada umur yang sama. Hal ini DAFTAR PUSTAKA
dapat dikategorikan beton mutu tinggi
karena ≥ 41.4 MPa. Ahmad, I, A., Taufieq, N, A,S., Aras, A, H.,
2. Terjadi perubahan warna pada beton 2009, Analisis Pengaruh Temperatur
setelah mengalami pembakaran yaitu Terhadap Kuat Tekan Beton, Vol. 16
o
pada temperatur 200 C warna beton No. 2., Fakultas Teknik, Universitas
tidak terjadi perubahan secara Negeri Makasar.
o
signifikan, temperatur 500 C warna
beton menjadi abu-abu kecoklatan Ardiansyah, R., 2010, https://roymedia
disertai dengan adanya retak-retak wordpress.com/2010/05/26/apakah-
o
rambut, dan pada temperatur 800 C silica-fume-itu/. Diakses 2015/11/09.
warna beton menjadi putih keabu-abuan
disertai retak. Bayuasri, T., Indarto, H., Antonius, 2006,
3. Penurunan berat juga terjadi akibat Perubahan Perilaku Mekanis Beton
kenaikan temperatur, berat sisa beton Akibat Temperatur Tinggi, Vol. 15, No.
normal dan beton mutu tinggi pada 2., Magister Teknik Sipil, Universitas
temperatur 200⁰C, 500⁰C, 800⁰C Diponogoro.
berturut-turut sebesar 94.349%,
89.974%, 77.111% dan 95.749%, Mahyar, H., 2012, Mikro Silika Sebagai
90.332%, 81.937%. Bahan Tambah Untuk Meningkatkan
4. Selain itu kuat tekan beton juga Kuat Tekan Beton Mutu Tinggi, Vol. 7,
mengalami penurunan kekuatan seiring No. 1., ISSN 1907-5030, Jurusan
dengan adanya kenaikan temperatur. Teknik Sipil, Politeknik Negeri
Beton normal yang telah dipanasi pada Lhokseumawe.
o
temperatur 200 C kuat tekan sisa rata-
Lianasari, A, E., Manggolo, S, T., Tanesia, R,
rata sebesar 94.915%, jika dibakar
o K., 2013, Pengaruh Suhu Pembakaran
sampai temperatur 500 C kuat tekan
Terhadap Kuat Tekan Beton Pasca
sisa rata-ratanya 69.941%, kekuatan ini
Bakar dengan Subtitusi Sebagian
akan terus menurun hingga sisa
o Semen oleh Fly Ash dan Penambahan
32.205% pada temperatur 800 C.
Water Reducing High Range,
Kemudian untuk beton mutu tinggi
o o o Konferensi Nasional Teknik Sipil 7
temperatur 200 C, 500 C dan 800 C
(Konteks 7), Fakultas Teknik,
kuat tekan sisa berturut-turut sebesar
Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
84.698%, 57.143%, dan 23.469%.
Mulyono, T., 2004, Teknologi Beton, Penerbit
1.2 Saran Andi, Yogyakarta.
Dari hasil kesimpulan diatas yang dapat
disarankan oleh penulis adalah sebagai
berikut:

10
Mudock, L, J., Brook, K, M., 1999, Bahan dan SNI 15-2049-2004, Semen Portland., Standar
Praktek Beton, Penerbit Erlangga, Nasional Indonesia, Badan
Jakarta. Standardisasi Nasional (BSN), Jakarta.

Nawy, E, G., 1990, Beton Bertulang (Suatu SNI 1741-2008, Cara Uji Ketahanan Api
Pendekatan Dasar), Refika Aditama, Komponen Struktur Bangunan Untuk
Bandung. Pencegahan Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Rumah dan Gedung.,
Nugraha, P., Antoni, 2007, Teknologi Beton, Standar Nasional Indonesia, Badan
Penerbit Andi, Yogyakarta. Standardisasi Nasional (BSN), Jakarta.
Pujianto, A., 2011, Beton Mutu Tinggi dengan SNI 03-1974-1990, Metode Pengujian Kuat
Admixture Superplasticizer dan Aditif Tekan Beton., Badan Standarisasi
Silica Fume, Jurnal Ilmiah Semesta Nasional.
Teknika, Vol. 14, No. 2., Jurusan
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Sudhiarta, T, A., Salain, I, M., Sutarja, I, N.,
Universitas Muhamadiyah, Yogyakarta. 2015, Perilaku Mekanis Beton Mutu
Tinggi dengan Variasi Penggunaan
Sebayang, S., 2011, Tinjauan Sifat-Sifat Superplasticizer, Vol. 3, No. 2., Juli
Mekanik Beton Alir Mutu Tinggi dengan 2015, Universitas Udayana.
Silika Fume Sebagai Bahan
Tambahan, Jurnal Rekayasa Vol. 15 Sulendra I. K., Tatong B., 2008, Analisis
No. 2., Fakultas Teknik, Universitas Material Beton Bertulang Pasca
Lampung. Kebakaran dan Metode Perbaikan
Elemen Strukturnya, Jurnal Media
SNI 03-6468-2000, Tata Cara Perencanaan Komunikasi Teknik Sipil Tahun 16, No.
Campuran Beton Berkekuatan Tinggi 1., Universitas Diponogoro.
dengan Semen Portland dan Abu
Terbang., Standar Nasional Indonesia. Talinusa, O, G., Tenda, R., Tamboto, W, J.,
2014, Pengaruh Dimensi Benda Uji
SNI 03-2834-2000, Tata Cara Perencanaan Terhadap Kuat Tekan Beton, Jurnal
Campuran Beton Normal., Sipil Statik Vol. 2, No. 7., Fakultas
Standardisasi Nasional Indonesia. Teknik, Universitas Sam Ratulangi
Manado.
SNI T-15-1990-03, Tata Cara Perencanaan
Campuran Beton Normal., Departemen Tjokrodimuljo, 1996, Teknologi Beton,
Pekerjaan Umum. Penerbit Nafiri, Yogyakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai