Anda di halaman 1dari 20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Model Pengembangan

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui kelayakan media

pembelajaran virtual laboratory berpendekatan guided inquiry materi

“Gerak Pada Tumbuhan” untuk meningkatkan kemampuan berpikir analisis

peserta didik kelas VIII SMP menurut ahli dan guru IPA, (2) mengetahui

respon peserta didik terhadap media pembelajaran virtual laboratory

berpendekatan guided inquiry materi “Gerak pada Tumbuhan”, dan (3)

mengetahui berapa besar peningkatan kemampuan berpikir analisis peserta

didik setelah menggunakan media pembelajaran virtual laboratory materi

“Gerak pada Tumbuhan”. Berdasarkan dari tujuan tersebut maka metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan

model pengembangan 4-D (Four D) yang dikembangkan oleh Thiagarajan,

Semmel, & Semmel (1974: 5) yaitu adalah 4-D (Four-D Models. Pengertian

research and development sendiri menurut Sugiyono (2015: 407), adalah

metode penelitian yang digunakan dalam untuk menghasilkan produk

tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.

Model penelitian pengembangan Four D ini terdiri dari 4 tahap

utama, yaitu meliputi: Define (pendefinisian), Design (perancangan),

Develop (pengembangan) dan Disseminate (penyebaran). Berikut ini

merupakan penjabaran dari tahap-tahap pengembangan virtual laboratory.

Tahap Define (pendefinisian) meliputi tahap analisis awal (front-end

75
analysis), analisis peserta didik (learner analysis), analisis tugas (task

analysis), analisis konsep (concept analysis), dan merumuskan tujuan

pembelajaran (specifying instructional objectives). Tahap Design

(perencanaan) meliputi tahap penyusunan instrumen penilaian (contructing

criterion-referenced test), tahap pemilihan media (media selection),

pemilihan format (format selection), membuat rancangan awal (initial

design). Tahap Develop (pengembangan) meliputi tahap penilaian ahli

(expert appraisal) dan uji coba pengembangan (developmental testing).

Tahap Desseminate (penyebaran) merupakan tahap penyebarluasan produk.

Pada tahap disseminate (penyebaran) dilakukan secara terbatas, karena

lingkup penelitian R & D sangat luas. Produk yang dikembangkan

selanjutnya diuji kelayakannya melalui validitas dan uji coba produk untuk

mengetahui besarnya peningkatan kemampuan berpikir analisis peserta

didik kelas VIII SMP setelah menggunakan media virtual laboratory materi

“Gerak pada Tumbuhan” dalam proses pembelajaran.

B. Prosedur Pengembangan

Desain penelitian ini mengunakan model 4-D (Four D Models)

menurut Thiagarajan, yang meliputi 4 tahap yaitu tahap pendefinisian

(define), perancangan (design), pengembangan (develop) dan diseminasi

(disseminate). Berikut ini merupakan bagan penjabaran dari tahap-tahap

pengembangan virtual laboratory yang disajikan pada Gambar 14.

76
Analisis Awal

Pendefinisian
Analisis Peserta didik

Analisis Tugas Analisis Konsep

Tujuan Pembelajaran

Penyusunan Instrumen Penilaian

Pemilihan Media
Perencanaan

Pemilihan Format

Rancangan Awal Virtual Laboratory IPA Draft 1

Dosen Pembimbing
Revisi 1
(Draft 2) Pengembangan
Validasi Ahli & Guru IPA
Revisi 2
(Draft 3)

Uji Coba Lapangan


Revisi 3

Produk Akhir Virtual Laboratory IPA

Disebarluaskan Penyebaran
Gambar 14.Prosedur Pengembangan Model 4-D

Gambar 14. Prosedur Pengembangan Model 4-D


(Sumber: Diadaptasi dari Thiagarajan 1974: 6-9)

77
1. Tahap Pendefinisian (Define)

Tahap Define (Pendefinisian) adalah tahap untuk menentukan

kebutuhan dalam proses pembelajaran dan mengumpulkan berbagai

informasi berdasarkan studi lapangan dan studi literatur yang berkaitan

dengan produk yang akan dikembangkan. Dalam tahap ini, terdiri dari 5

langkah yaitu:

a. Analisis Awal (Front-end Analysis)

Analisis awal bertujuan untuk mengumpulkan informasi dan

identifikasi permasalahan maupun kebutuhan-kebutuhan dalam

pembelajaran yang dihadapi oleh guru dalam kegiatan pembelajaran

IPA, serta kondisi dan potensi sarana prasarana yang tersedia

lingkungan sekolah. Pada tahap ini diperoleh fakta-fakta,

permasalahan, dan alternatif penyelesaian masalah sehingga

memudahkan dalam menentukan langkah awal pengembangan media

virtual laboratory yang sesuai untuk dikembangkan.

b. Analisis Peserta Didik (Learner Analysis)

Analisis peserta didik ini penting dilakukan pada awal

perencanaan. Analisis peserta didik dilakukan dengan cara mengamati

karakteristik peserta didik, yang meliputi karakteristik kemampuan

dan tingkat perkembangan kognitif, kemampuan peserta didik dalam

mengoperasikan ICT, sikap dan keterampilan peserta didik dalam

pembelajaran IPA baik secara individu maupun berkelompok,

sehingga menentukan pola aktivitas dalam pembelajaran. Hasil

78
analisis ini dijadikan acuan dalam memilih metode, pendekatan dan

media pembelajaran yang dikembangkan.

c. Analisis Tugas (Task Analysis)

Analisis tugas bertujuan untuk mengidentifikasi tugas-tugas

utama dalam materi pembelajaran yang akan dilakukan oleh peserta

didik. Analisis tugas terdiri dari analisis terhadap Standar Kompetensi

(SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang mengacu pada Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terkait materi yang akan

dikembangkan melalui media virtual laboratory, yang selanjutnya

disusun dalam bentuk analisis peta kompetensi.

d. Analisis Konsep (Concept Analysis)

Analisis konsep bertujuan untuk menentukan isi materi dalam

media virtual laboratory yang dikembangkan. Analisis konsep dibuat

dengan cara mengidentifikasi dan menyusun konsep-konsep utama

materi pembelajaran, kemudian dikaitkan dengan konsep IPA yang

relevan secara sistematis dalam bentuk peta konsep pembelajaran.

Peta konsep ini akan digunakan sebagai sarana pencapaian

kompetensi.

e. Analisis Tujuan Pembelajaran (Specifying Instructional Objectives)

Analisis tujuan pembelajaran bertujuan untuk menentukan

indikator pencapaian pembelajaran berdasarka analisis konsep dan

analisis tugas. Setelah peneliti menuliskan tujuan pembelajaran,

peneliti dapat menentukan kajian teori yang akan ditampilkan dalam

79
media virtual laboratory, membuat kisi-kisi soal, dan menentukan

seberapa besar pencapaian tujuan pembelajaran.

2. Tahap Perancangan (Design)

Setelah memperoleh data-data dan permasalahan dari tahap

pendefinisian, selanjutnya dilakukan tahap perancangan. Tahap

perancangan ini bertujuan untuk merancang suatu produk awal (Draft

I) media virtual laboratory pembelajaran IPA dengan cara yang lebih

efektif dan efisien. Tahap perancangan ini meliputi:

a. Penyusunan Tes (Criterion-Test Construction)

Penyusunan instrumen penilaian ini dilakukan untuk menyusun

instrumen penilaian produk dan instrumen yang digunakan untuk

mengukur peningkatan kemampuan peserta didik selama dan setelah

kegiatan pembelajaran sesuai tujuan pengembangan produk.

Instrumen yang disusun berupa lembar validasi virtual laboratory,

instrumen penelitian berupa lembar observasi kemampuan berpikir

analisis, soal pretest dan posttest, angket respon peserta didik, dan

lembar keterlaksanaan guided inquiry.

b. Pemilihan Media (Media Selection)

Pemilihan media dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi

media pembelajaran yang relevan dengan karakteristik materi dan

kebutuhan peserta didik. Media yang dipilih disesuaikan dengan

analisis peserta didik, analisis konsep dan analisis tugas, karakteristik

target pengguna, serta rencana penyebaran. Hal ini berguna untuk

80
membantu peserta didik dalam mencapai kompetensi yang

diharapkan.

c. Pemilihan Format (Format Selection)

Pemilihan format dilakukan pada langkah awal, yang bertujuan

agar format yang dipilih memiliki kriteria baik dan benar sehingga

layak untuk digunakan untuk pembelajaran IPA. Pemilihan bentuk

penyajian disesuaikan dengan media pembelajaran yang digunakan

dengan mendesain isi pembelajaran dalam virtual laboratory,

pemilihan pendekatan berupa guided inquiry.

d. Desain Awal (Initial Design)

Desain awal (initial design) merupakan rancangan media virtual

laboratory desain dan storyboard virtual laboratory, yang meliputi

desain layout, gambar, dan tulisan yang dan kemudian diberi masukan

oleh dosen pembimbing. Saran perbaikan media dari dosen

pembimbing akan digunakan untuk memperbaiki media virtual

laboratory sebelum diproduksi dan dilakukan tahap validasi.

Rancangan ini berupa Draft I dari media virtual laboratory.

3. Tahap Pengembangan (Develop)

Tahap pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan produik

media virtual laboratory yang sudah direvisi berdasarkan komentar,

saran, penilaian dari dosen ahli, guru IPA, dan uji coba kepada peserta

didik. Tahap ini meliputi dua buah tahap yaitu penilaian ahli dan

pengujian pengembangan produk sebagai berikut:

81
a. Validasi Ahli (Expert Appraisal)

Tahap validasi oleh ahli yang bertujuan untuk merevisi dan

memperbaiki desain awal agar lebih layak, efektif, mudah digunakan,

dan memiliki kualitas baik sebelum dilakukan uji coba. Validasi

pertama dilakukan oleh dosen pembimbing untuk memberikan

masukan masukan pada draft I. Kemudian hasil revisi berupa draft II

divalidasi oleh dosen ahli media dan dosen materi serta guru IPA.

Validasi ahli ini berfungsi untuk memvalidasi konten materi IPA

dalam media virtual laboratory, sehingga dapat diketahui apakah

media tersebut layak digunakan atau tidak. Hasil dari validasi ini

digunakan sebagai bahan perbaikan untuk kesempurnaan media

virtual laboratory yang dikembangkan. Setelah draf II divalidasi dan

direvisi, maka dihasilkan draft III yang selanjutnya akan diujikan

kepada peserta didik di lapangan.

b. Uji Coba Produk (Development Testing)

Media diujicobakan pada peserta didik kelas VIII SMP N 2

Ngaglik. Pada saat pembelajaran berlangsung dilakukan observasi

RPP untuk keterlaksanaan pendekatan guided inquiry dan observasi

kemampuan berpikir analisis peserta didik. Setelah selesai peserta

didik diberikan angket respon peserta didik terhadap media

pembelajaran yang telah digunakan untuk mendapatkan masukan dari

peserta didik mengenai virtual laboratory yang telah dikembangkan.

Uji coba juga dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan

82
berpikir analisis sebelum dan sesudah menggunakan. Media

pembelajaran hasil uji coba ini kemudian direvisi untuk menghasilkan

produk final virtual laboratoruy.

4. Tahap Diseminasi (Diseminate)

Setelah uji coba terbatas dan instrumen telah direvisi, tahap

selanjutnya adalah tahap diseminasi. Tujuan dari tahap ini adalah

menyebarluaskan media virtual laboratory sehingga dapat diterima oleh

pengguna, baik individu, kelompok, atau sistem. Pada penelitian ini

hanya dilakukan deseminasi terbatas, yaitu dengan menyebarluaskan

dan mempromosikan produk akhir media virtual laboratory secara

terbatas kepada guru IPA di SMP Negeri 2 Ngaglik.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi penelitian berada di SMP Negeri 2 Ngaglik, Sardonoharjo

Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan

November sampai Mei 2017, semester genap tahun ajaran 2016/2017.

D. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 32 orang peserta didik kelas

VIII B SMP Negeri 2 Ngaglik, 2 orang dosen ahli, dan 3 orang guru IPA.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah Virtual laboratory IPA

berpendekatan guided inquiry untuk meningkatkan kemampuan berpikir

analisis peserta didik.

83
E. Jenis Data

1. Data kelayakan kualitas virtual laboratory IPA berdasarkan saran dan

masukan dari dua dosen ahli dan tiga guru IPA (Lampiran 3.4).

2. Data hasil pengisian angket respon perserta didik terhadap virtual

laboratory (Lampiran 3.6), data peningkatan kemampuan berpikir

analisis (Lampiran 3.7), data hasil observasi keterlaksanaan kemampuan

berpikir analisis (Lampiran 3.8), dan data hasil observasi keterlaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan guiuded inquiry

(Lampiran 3.9).

F. Instrumen Penelitian

1. Lembar Validasi Media virtual laboratory

Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang

penilaian dari ahli ahli materi, ahli media dan guru IPA terhadap media

virtual laboratory yang dikembangkan, sehingga produk dapat diketahui

kelayakannya. Hasil ini digunakan sebagai dasar perbaikan produk

sebelum diujicobakan. Lembar validasi ini terdiri dari lembar penilaian

kelayakan media virtual laboratory yang disusun menggunakan skala

Likert dengan skala 4. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena sosial (Sugiyono, 2011: 134). Angket validasi ini antara lain

digunakan untuk memperoleh data berupa kelayakan produk ditinjau

dari aspek pembelajaran, aspek materi, aspek rekayasa perangkat lunak,

dan aspek komunikasi visual suatu virtual laboratory.

84
Proses validasi instrumen disusun dengan cara melakukan kaji

pustaka, kemudian peneliti mengembangkanya sesuai dengan kebutuhan

media virtual laboratory yang akan dikembangkan, lalu dikonsultasikan

kepada dosen pembimbing, setelah disetujui oleh dosen pembimbing

instrument itu dapat digunakan untuk memvalidasi produk yang

dikembangkan. Adapun kisi-kisi angket validasi virtual laboratory IPA

ini tersaji dalam Lampiran 1.3.

2. Lembar Respon Peserta Didik

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui respon peserta didik

dan terhadap media IPA virtual laboratory yang dikembangkan.

Penyusunan lembar respon peserta didik mengggunakan indikator yang

lebih sederhana dibandingkan lembar validasi ahli, karena aspek

penilaian disesuaikan dengan perkembangan kognitif peserta didik.

Instrumen penilaian menggunakan skala guttman,dengan pernyataan

“Ya,” dan “Tidak. Penyusunan lembar respon peserta didik ini

dikembangkan berdasarkan kisi-kisi instrumen respon peserta didik yang

dapat dilihat pada Lampiran 1.5.

3. Instrumen Kemampuan berpikir Analisis

a) Soal Pretest dan Posttest

Instrumen tes Soal pretest dan posttest digunakan untuk

mengetahui peningkatan kemampuan berpikir analisis peserta didik

dalam pembelajaran IPA dengan materi gerak pada tumbuhan setelah

menggunakan virtual laboratory. Instrumen soal pretest-posttest ini

85
berupa soal essay sebanyak 6 butir yang sudah terintegrasi dengan

aspek-aspek kemampuan berpikir analisis dan sudah divalidasi oleh

dosen pembimbing. Aspek-aspek kemampuan berpikir analisis yang

digunakan antaralain differentiating, organizing, dan attributing.

Soal pretest digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir

analisis peserta didik sebelum menggunakan virtual laboratory,

sedangkan soal posttest digunakan untuk mengukur peninglatan

kemampuan berpikir analisis peserta didik setelah menggunakan

virtual laboratory. Kisi-kisi soal pretest dan posttest soal kemampuan

berpikir analisis disajikan pada lampiran 1.7.

Masing-masing butir soal pretest-posttest memiliki bobot 1,

sehingga skor maksimal 32. Nilai peserta didik diperoleh dengan cara

skor yang diperoleh dibagi 32 kemudian dikali 100.

b) Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Analisis

Lembar observasi ini bertujuan untuk mengetahui persentase

keterlaksanaan dan peningkatan kemampuan berpikir analisis peserta

didik pada setiap pertemuan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan guided Inquiry saat menggunakan virtual laboratory, kisi-

kisi pembuiatan lembar observasi kemampuan berpikir analisis ini

tersaji dalam yang lampiran 1.10.

86
4. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran dengan
Pendekatan Guided Inquiry

Lembar observasi keterlaksanaan ini bertujuan untuk mengetahui

persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan guided inquiry yang ditinjau dari kegiatan guru dan kegiatan

peserta didik saat menggunakan virtual laboratory. Keterlaksanaan

pembelajaran ini disesuaikan dengan langkah-langkah pendekatan guided

inquiry dalam RPP dan disusun menggunakan skala Guttman. Pilihan

jawaban dalam instrumen ini hanya ada dua, yaitu YA dan TIDAK.

Jawaban YA, apabila pernyataan sesuai dengan yang dilakukan guru

atau peserta didik pada proses pembelajaran, dan diberi skor 1.

Sedangkan jawaban TIDAK, yaitu apabila pernyataan tidak sesuai

dengan yang dilakukan guru atau peserta didik pada proses pembelajaran,

dan diberi skor 0. Kisi-kisi lembar observasi keterlaksanaan

pembelajaran dengan pendekatan guided inquiry tersaji pada yang dapat

dilihat pada lampiran 1.12.

G. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari instrumen-instrumen penelitian tersebut

akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis meliputi

kelayakan media pembelajran, kemampuan berpikir analisis, dan

keterlaksanaan guided inquiry, cara analisisnya adalah sebagai berikut:

87
1. Analisis Kelayakan Media Virtual Laboratory

Penilaian kualitatif dilakukan dengan checklist, kualitas produk

dikodekan dengan skala kualitatif kemudian dilakukan pengubahan nilai

kualitatif menjadi nilai kuantitatif seperti di Tabel 6.

Tabel 6. Pengubahan Nilai Kualitatif menjadi Nilai Kuantitatif


Nilai Angka
Sangat baik 4
Baik 3
Kurang 2
Sangat Kurang 1
(Sumber: Djemari Mardapi, 2008: 122)

Langkah-langkah teknik analisis datanya adalah sebagai berikut:

a. Tabulasi semua data yang diperoleh untuk setiap komponen dari

butir penilaian yang tersedia dalam instrumen penilaian.

b. Mencari rata-rata penilaian antara dua penilai. Menghitung skor total

rata-rata dari setiap komponen aspek dengan menggunakan rumus:

(Sumber, Ngalim Purwanto, 2012: 101)

Keterangan:

= skor rata-rata tiap aspek


∑X = jumlah skor tiap aspek
n = jumlah nilai

c. Mengubah skor rata-rata menjadi nilai dengan kriteria tertentu.

Semua data yang sudah diperoleh pada tiap butir penilaian

kemudian dijumlah disebut sebagai skor aktual yang diperoleh (X).

88
Skor aktual yang bersifat kuantitatif ini diubah menjadi nilai

kualitatif dengan berpedoman pada konversi skor menjadi skala

empat untuk mengetahui kualitas media virtual laboratory. Data

yang mula-mula berupa skor diubah menjadi data kualitatif (data

interval) dengan skala likert dengan 4 butir, Skor tertinggi di setiap

butir adalah 4, dan skor yang terendah adalah 1. Adapun acuan

konversi skor menjadi skala empat dan konversi penilaian skala

empat. Hasil konversi skor dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel. 7. Hasil Konversi Skor Menjadi Skala Empat


No. Rumus Rentang Hasil Kategori Nilai
skor skala empat konversi
skala empat
1. X  X  1.SB x X  3,00 Sangat Baik A
2. X  1.SB x  X  X 3,00  X  2,50 Baik B

3. X  X  X - 1.SB x 2,50  X  2,00 Cukup Baik C

4. X  X - 1.SB x X < 2,00 Kurang D


(Sumber: Djemari Mardapi, 2008: 123)

Keterangan:

X = rerata skor secara keseluruhan


= (skor maksimum ideal + skor minimum ideal)
 (4,00  1,00)  1/2
 2,50
SB x = simpangan baku skor keseluruhan
11
     (skor maksimum ideal + skor minimum ideal)
 23
11
     (4,00 - 1,00)
 2 3
 0,50
X = skor yang diperoleh

89
Nilai kelayakan dalam penelitian ini ditentukan dengan nilai

minimal “C” yaitu kategori cukup baik. Dengan demikian, jika hasil

penilaian oleh para ahli dan guru IPA memberikan nilai akhir “C”,

maka produk sudah dianggap layak untuk digunakan.

Realibilitas dari validasi dosen ahli dapat ditetapkan melalui

persamaan Precentage Agreement (PA) Gary D. Borich. Precentage

Agreement adalah persentase kesepakatan antar penilai yang

merupakan suatu persentase kesesuain nilai antara penilai pertama

dengan penilai kedua (Borich, 2003: 285), yang dapat dirumuskan :

Keterangan:

A = Skor tertinggi yang diberikan oleh validator


B = Skor terendah yang diberikan oleh validator

A merupakan skor penilai yang lebih besar dan B skor yang

lebih kecil. Skor yang lebih besar (A) selalu dikurangi dengan skor

yang lebih kecil (B). Instrumen dikatakan reliabel jika nilai

persentase kesepakatannya lebih atau sama dengan 75%. Jika

dihasilkan nilai kurang dari 75%, maka harus diuji untuk kejelasan

dan persetujuan dari pengamat (Borich, 2003: 285).

2. Analisis Respon Peserta Didik

Respon peserta didik setelah menggunakan virtual laboratory IPA

yang dikembangkan, diubah dari nilai kualitatif menjadi nilai kuantitatif

dengan cara sebagai berikut:

90
a) Merekapitulasi setiap item pernyataan angket respon peserta didik

terhadap media virtual laboratory IPA.

b) Mengubah data kualitatif menjadi kuantitatif dengan ketentuan

sebagai berikut.

Pernyataan dengan kriteria positif:


Pernyataan Tidak Ya
Poin 0 1

Pernyataan dengan kriteria negatif


Pernyataan Tidak Ya

Poin 1 0

c) Menghitung jumlah skor pada setiap aspek

d) Menghitung rata-rata skor tiap aspek yang dinilai, dan mengubahnya

ke dalam persen dengan rumus:

Respon peserta didik = Jumlah skor peserta didik x 100%


Jumlah skor tertinggi
(Eko Putro Widyoko, 2013: 110)

e) Mengkonversi persentase respon eserta didik menjadi data kualitatif

dengan berpedoman pada konversi skor skala empat.

Jarak interval = Skor tertinggi-skor terendah x 100%


Jumlah skor tertinggi kelas interval
(Sumber: Eko Putro Widoyoko, 2013: 110)

Adapun hasil konversi persentase respon peserta didik berdasarkan

acuan pengubahan skor dapat dilihat pada Tabel 8.

91
Tabel 8. Hasil Konversi Persentase Respon Peserta Didik
No. Interval Skor Kategori
1 76 ≤ X≤100 Sangat Baik
2 51 ≤ X≤75 Baik
3 26 ≤ X≤50 Tidak baik
4 0 ≤ X≤ 25 Sangat tidak baik

3. Analisis Kemampuan Berpikir Analisis

a) Analisis Peningkatan Kemampuan berpikir analisis

Analisis Peningkatan kemampuan berpikir analisis dapat

diketahui melalui perhitungan gain score ternormalisasi untuk

mengetahui nilai pretest-posttest. Untuk mengetahui hasil posttest-

pretest untuk meningkatkan hasil belajar ranah kognitif khususnya

kemampuan berpikir analisis adalah dengan menggunakan rumus N-

gain score <g>, dengan cara sebagai berikut:

1) Menghitung N-gain score terhadap masing-masing peserta didik

(Sumber: Hake, 1999: 1)

2) Menentukan kriteria peningkatan nilai kognitif berdasarkan kriteria

pada Tabel 9.

Tabel 9. Kriteria Peningkatan Nilai Kognitif


Batasan Kategori
g ≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g < 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
(Sumber: Hake, 1999: 1)

92
b) Analisis lembar observasi kemampuan berpikir analisis

Data observasi kemampuan berpikir analisis ditinjau dari

kegiatan pembelajaran peserta didik, yang diperoleh dari pengamatan

obeserver. Setelah data hasil observasi terkumpul, keterlaksananaan

kemampuan berpikir analisis dianalisis dengan cara menghitung jumlah

skor yang diperoleh, dibagi dengan jumlah skor ideal untuk seluruh

item, dikalikan dengan 100%. Sebagaimana secara sistematis tertulis

sebagai berikut:

Persentase tingkat penilaian = Skor yang diperoleh x 100%


Skor maksimum ideal

(Sumber: Ngalim Purwanto, 2002: 102)

Hasil observasi kemampuan berpikir analisis yang diperoleh

berupa persentase yang merupakan data kuantitatif, diubah menjadi data

kualitatif dengan menggunakan pedoman penskoran pada Tabel 10.

Tabel 10. Persentase Kemampuan Berpikir Analisis Peserta Didik


No Tingkat Keterlaksanaan Nilai Huruf Kategori
predikat
1 89 – 100% A Sangat Baik
2 76 – 85% B Baik
3 60 – 75% C Cukup
4 55 – 59% D Kurang
5 ≤ 54% E Sangat Kurang
(Sumber: Ngalim Purwanto, 2002: 103)

4. Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan Guided


Inquiry
Analisis keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan

guided inquiry diperoleh melalui pengamatan observer terhadap kegiatan

pembelajaran guru dan peserta didik. Pengisian lembar observasi

93
keterlaksanaan pembelajaran ini yaitu dengan cara observer mengamati

kegiatan guru dan peserta didik. Jika pernyataan kegiatan di lembar

keterlaksanaan sesuai dengan kegiatan guru, maka observer memberi

tanda checklist (V) pada kolom "Ya" dengan skor 1. Jika pernyataan

kegiatan di lembar keterlaksanaan tidak sesuai dengan kegiatan guru,

maka observer memberi tanda checklist (V) pada kolom "Tidak" dengan

skor 0. Penilaian keterlaksanaan kegiatan peserta didik dilakukan dengan

cara yang sama. Data yang diperoleh ini dianalisis dengan menjumlahkan

skor yang diperoleh pada masing-masing kegiatan di setiap pertemuan.

Keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan guided inquiry

dianalisis menggunakan persamaan berikut ini :

% Keterlaksanaan = ∑ aspek pembelajaran inquiry yang terlaksana x100%


∑ aspek pembelajaran inquiry
Persamaan tersebut selanjutnya diubah menjadi data kualitatif dengan

menggunakan kriteria seperti pada Tabel 11.

Tabel 11. Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran


No Persentase (%) Kategori

1. 80 < X ≤ 100 Sangat Baik

2. 60 < X ≤ 80 Baik

3. 40 < X ≤ 60 Cukup

4. 20 < X ≤ 40 Kurang

5. 0 < X ≤ 20 Sangat Kurang

(Dimodifikasi dari: Eko Putro Widoyoko, 2016: 242)

94

Anda mungkin juga menyukai