“Kamu rela akan ada korban yang terus menjadi sasaran empuk
kerajaan? Kamu mau melepaskan begitu saja dendam yang kita pendam
selama ini untuk kerajaan? Apakah kamu lupa detik-detik terakhir ayahmu
memberikan senyum terakhirnya hanya untuk menyelamatkan kakakmu
yang diculik kerajaan, lantas diperkosa sana-sini bagaikan hewan
pinggiran? Kamu…” Di tengah mereka menjadi hening. Ia tidak sempat
meneruskannya, terlihat matanya yang berkaca-kaca dan nafasnya
tersendat. Nampaknya, Si teman El itu mengalami hal serupa atau lebih
buruk dari itu.
“Ini sudah kita rencanakan dari dulu, El. Maafkan aku yang
berbohong bahwa kita bisa selamat jika pergi dari Aisen. Karena tidak ada
penduduk yang berani pergi tanpa rasa aman. Meskipun begitu, aku
memerlukan satu orang untuk membuat rencana ini berjalan lancar dan
aku akan menjamin keselamatan hidupmu, El.”