Anda di halaman 1dari 1

Alkisah, di hutan belantara. Ada seekor harimau yang terkenal sangat sombong dan rakus.

Banyak hewan di hutan yang ia terkam saat


merasa lapar.

Pada suatu hari, salah satu rusa di hutan dan ditemani beberapa temannya datang menemui harimau. Ia berniat untuk membicarakan
kegelisahannya kepada harimau yang juga menganggap dirinya sebagai raja hutan.

“Wahai Tuan Harimau, apakah kau tidak melihat bahwa jumlah binatang di hutan ini sudah semakin sedikit. Jika kau terus memakan
mereka sekali banyak dalam sehari, hutan ini tentu akan kehilangan penghuninya.”

Penjelasan rusa tersebut membuat harimau berpikir sejenak. Menurutnya, rusa ada benarnya. Jika ia terus memakan hewan dalam jumlah
banyak, tidak menutup kemungkinan dia akan kehabisan makanan jika hewan di hutan ini telah mati semua.

“Baiklah, kalau begitu aku akan membatasi hewan yang aku makan. Aku hanya akan makan satu hewan dalam sehari.”

Setelah mendengar persetujuan harimau, rusa tidak lupa untuk menyampaikan kabar itu kepada seluruh hewan di hutan. Ada yang
bahagia, ada pula yang tetap waspada.

Hari berganti, giliran hewan yang akan diterkam oleh harimau adalah kelinci. Tentu saja, kelinci itu tidak ingin mati dengan sia-sia. Ia
berpikir cepat untuk menghindari harimau yang akan menerkamnya segera.

Kelinci dengan kepintarannya mendapatkan ide untuk mengelabui harimau. Sebelum harimau datang, ia berlari meninggalkan rumahnya
untuk menuju ke hutan bagian luar.

Harimau yang tiba di rumah kelinci menahan kesal karena mangsanya melarikan diri. Namun, dugaan itu salah ketika tidak lama
setelahnya kelinci datang kembali ke rumahnya.

“Maafkan aku, Tuan Harimau. Tadi aku sedang mandi di sungai. Di sana ternyata ada 3 kawanan harimau. Salah satu dari mereka hendak
memakanku, namun aku berkata bahwa kau, raja hutan kamilah, yang berhak memakan tubuhku.” Kelinci berkata dengan nafas terengah
karena berlari.

“Aku kembali ke sini untuk membawa kau menemui mereka. Harimau yang hendak memakanku itu ingin menemuimu.”

Harimau yang kelaparan dan juga marah segera mengikuti perkataan kelinci. Tidak lama setelahnya, mereka sampai di sungai yang
dimaksud oleh kelinci.

“Ia menunggumu di dalam.”

Tanpa rasa curiga, harimau berjalan mendekat ke sungai. Di sana, ia menangkap pantulan dirinya, namun mengira bahwa itu adalah
harimau lawan yang dimaksud oleh kelinci. Karena terlanjur marah mangsanya hendak direbut, harimau segera terjun ke dalam sungai.

Kelinci kembali ke rumah dan juga memberitahukan nasib malang harimau kepada binatang lain di hutan. Mereka mengasihani nasib
harimau, namun bahagia karena terlepas dari raja hutan yang sombong dan serakah.

Selesai.

Anda mungkin juga menyukai