Anda di halaman 1dari 2

Gajah dikenal sebagai binatang yang besar.

Suatu hari, kawanan Gajah yang besar


datang ke hutan untuk mencari makan. Kehadiran Gajah ini mengganggu kawanan Semut
yang tinggal di sana. Banyak rumah Semut hancur karena diinjak Gajah yang mencari
makan.
"Pergilah dari sini, Gajah! Ini daerah tempat kami tinggal," kata salah satu Semut.
Mendengar ucapan itu, Gajah hanya tertawa. Ia tak peduli dan menganggap Semut adalah
binatang kecil yang tidak berbahaya. Kawanan Semut merasa kesal dan berencana untuk
mengusir Gajah-gajah itu dari hutan tempat mereka tinggal. Keesokan harinya, Semut-
semut mencoba bicara pada kawanan Gajah dan meminta mereka meninggalkan hutan.
Gajah menolak untuk meninggalkan hutan dan hal ini membuat kawanan Semut
semakin marah. Semut-semut itu pun menyerang kawasan gajah dengan menggigit kulit
dan masuk ke dalam telinga hingga Gajah-gajah terjatuh.
Kawanan Gajah akhirnya menyerah dan meninggalkan hutan. Mereka sadar bahwa
Semut-semut itu tidak bisa diremehkan hanya karena memiliki badan kecil.

Suatu hari, seekor merpati melihat ada seekor semut yang terjatuh ke sungai. Semut
itu berjuang sangat keras untuk berenang supaya tidak tenggelam. Melihat hal itu, Merpati
tak hanya diam saja. Ia segera memetik sehelai daun di atas pohon dan dijatuhkannya ke
atas sungai dekat dengan posisi semut yang hampir tenggelam. “Semut, cepat berenang dan
naiklah ke atas daun ini!” teriak Merpati. Semut lantas berenang menuju daun dan naik di
atasnya. Semut akhirnya selamat dan tidak tenggelam di sungai.

Beberapa hari berikutnya, Semut yang sedang berjalan melihat sahabatnya, Si


Merpati, sedang terbang dan hinggap di atas ranting pohon. Tiba-tiba, datang seorang
pemburu yang langsung mengarahkan senapannya kepada Merpati.

Semut yang ingin menyelamatkan Merpati, langsung menggigit kaki Si Pemburu.


Pemburu tersebut kesakitan dan senapannya pun menembak melesat jauh dari Merpati.
Merpati yang terkejut langsung terbang dan melihat sahabatnya Semut yang sedang
menggigit kaki Pemburu. Merpati pun selamat dari bidikan pemburu.

Kemudian, Merpati berucap, “Terima kasih ya, Semut! Kau telah menyelamatkan
nyawaku!” Semut pun menjawab, “Terima kasih kembali, Merpati!” Mereka pun bersahabat
selamanya.

Dahulu kala, ada dua sahabat karib–seekor Katak dan seekor Tikus. Sang Katak
sering bertemu dengan Tikus di rumahnya karena keduanya berbagi makanan dan
persediaan yang disimpan oleh Tikus. Suatu hari, Katak meminta Tikus datang ke
rumahnya. Katak berkata, “Wahai Tikus, aku sering datang ke rumahmu, sekarang, aku
mengundangmu untuk datang ke tempatku.” Tikus menjawab, “Rumahmu berada di
seberang sungai. Aku tidak tahu bagaimana cara berenang. Aku takut tenggelam.”
Katak berkata, “Jangan khawatir, aku punya rencana bagus untukmu. Datanglah dan
naiklah di punggungku, dan aku akan mengikatmu padaku dengan sehelai rumput yang
kuat. Dengan ini, kamu bisa menyeberangi aliran dengan aman.” Tikus segera setuju dan
keduanya berangkat.

Di tengah perjalanan menyeberangi aliran, Katak memikirkan untuk memakan


makanan yang dibawa oleh Tikus. Dia berpikir, “Jika aku biarkan Tikus tenggelam, aku bisa
mendapatkan semua makanan yang dia simpan dan aku tidak perlu terlalu memikirkan
kelaparan untuk waktu yang lama.” Jadi, Katak itu menyelam ke dasar sungai.

Ketika Tikus menyadari ketidakjujuran Katak, dia mulai menangis meminta


pertolongan. “Tolong aku! Tolong aku!” teriak Tikus yang hampir tenggelam. Seekor Elang
yang terbang di atas aliran sungai itupun melihat Tikus yang sudah megap-megap. Ia pun
terbang turun dan membantu Tikus. Elang itu mencengkram Tikus dengan paruhnya dan
mulai terbang tinggi di langit. Katak yang ada di dasar sungai melihat Tikus terbang
menjauh.

Pada akhirnya, katak menyadari kesalahannya. Dalam keinginannya untuk


mendapatkan lebih banyak makanan, dia rela mengorbankan kepercayaan sahabat
baiknya.

Suatu hari di senja yang tenang, hiduplah seekor Ayam betina yang sedang
mengerami tiga ekor telur yang akan menetas. Sang indung Ayam itu sangat sayang kepada
anak Ayam yang ada di dalam telur tersebut.

Dari kejauhan muncullah seekor Musang yang jahat ingin segera mendekati
kandang Ayam betina tadi. Namun sebelum menuju kandang Ayam tadi, si Musang harus
menaiki sebuah pohon besar, namun sayangnya Musang tidak bisa memanjat pohon itu.

Akhirnya akal bulus sang Musang pun muncul, ia perlahan-lahan menuju pagar
terdekat dengan kandang Ayam itu, lalu ia berkata “hai Ayam, aku membawa pesan dan
sesuatu yang maha penting dari sang raja hutan, bukalah pintu mu lekas” pinta si Musang
ke indung Ayam.
Ternyata Ayam tersebut sudah mengetahui terlebih dahulu bahwa Musang sedang
mengincarnya. “Ya tunggu sebentar, aku juga ada pesan dari Serigala sahabatku, dia punya
sesuatu untuk mu. Sebentar, ya” Tak lama kemudian, “Serigala…Serigala…kemari sini” kata
si induk Ayam tidak mau kalah sama sang Musang. Si Musang mendengar si Ayam
berteriak, dan seraya langsung berfikir “Wah ternyata dia sahabat Serigala yang menjadi
musuhku, aduh aku harus pergi nih.”

Si Musang pun segera meninggalkan kandang induk Ayam tadi dan tidak mau
kembali lagi. Akhirnya induk Ayam dan telur-telurnya selamat dari akal jahat si Musang
yang mempunyai niat jahat untuk memangsanya. “Jangankan kamu, aku saja takut dan lari
kalau ada Serigala yang mendekati, hihihi” tawa si induk Ayam sambil kembali mengerami
lagi telur-telurnya.

Anda mungkin juga menyukai