Dahulu kala, di suatu padang kering dan tandus hiduplah seekor kerbau kurus. Karena
hampir tiap hari tak mendapatkan rumput, maka kerbau itu pergi ke padang yang lain. Sampailah
dia ke padang dimana banyak rumputnya. Hatinya gembira melihat rumput hijau itu. Tapi tiba-
tiba muncullah seekor harimau besar menghadangnya.
Beberapa hari kemudian harimau menemui kerbau, tapi si kerbau sudah mengerti maksud
kedatangan harimau.
Selang beberapa bulan kemudian badan kerbau memang sudah nampak gemuk. Karena itulah,
maka harimau ingin segera kerbau memenuhi janjinya. Tapi si kerbau tak mau menyerahkan
hatinya. Dia ingin mempertahankannya.
Kerbau : “Kenapa aku harus menyerahkan satu-satunya hatiku? Padahal hanya karena aku
makan rumput di sini. Bukankah rumput ini juga milikku?” Pikirnya. (lari-lari dikejar harimau)
Ketika harimau datang terjadilah perkelahian antara harimau dan kuda. Mereka saling dorong
mendorong. Saling memagut. Saling ingin merobohkan. Tapi akhirnya kuda pun terpaksa
mengakui keperkasaan si raja hutan.
Kuda dan kerbau terpaksa lari menemui banteng.
Kuda :“Tolong kawan, kami akan dibunuh harimau. Dia mengejarku sekarang.
Tolonglah …” kata kuda gelisah.
Banteng :“Baiklah. Jika harimau ingin membunuhmu, biarlah dia membunuh si banteng
perkasa ini lebih dulu, mana dia sekarang?”
Terjadilah pertarungan sengit, tapi akhirnya bantengpun terpaksa menyerah kalah. Mereka
bertiga lari tunggang langgang. Sedangkan harimau terus mengejarnya, seolah belum puas bila
belum memakan ketiga binatang itu.
Sampailah mereka di sebuah padang rumput dimana terdapat sebuah sumur tua. Mereka bertemu
dengan kambing dan memberitahukan kalau mereka dalam keadaan bahaya, hendak dibunuh
harimau. Dan tanpa banyak kata kambing segera bersiap membantunya. Dia mengoleskan buah
kaktus hingga badannya merah.
Tiba-tiba harimau datang dengan geramnya.