Anda di halaman 1dari 2

Gadis Karampuang Dan Kesetaraan

(Oleh : Ihsan Al-fatih)

Karampuang adalah sebuah Pulau yang terletak di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Pulau yang
didominasi dengan batu karang dan semua sisinya di kelilingi Teluk Mamuju. Sebuah pulau menawan
yang alamnya masih perawan dari asap-asap industri. Warisan Para leluhur masih mengakar kokoh di
atas tanahnya yang kini tumbuh menjadi pohon adat yang buahnya semerbak wangi kebijaksanaan. Air
lautnya menderas jernih, riak-riak mendesir menenangkan jiwa pengunjung. Menyejukkan panas ambisi
dan obsesi dunia moderen.

Karampuang adalah Pulau yang terbungkus permata. Terjaga biota lautnya dan lestari ekosistemnya.
Menjadi sangkar surgawi bagi segalah mahluk hidup laut. Dzikir-dzikir daun pepohonan yang tumbuh di
atas bebatuan karang menjadi sumber kehidupan dan cinta. Kearifan lokal masyarakat karampuang juga
sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan dan kemanusiaan yang beradab. Mereka meretas
kejumudan sifat individualis perkotaan yang mengagungkan ego dan ke akuan. Pulau yang begitu jelita
dan kaya akan panorama yang membentang luas. Karampuang adalah serpihan surgawi yang terdampar
di sebuah pulau.

Adat penduduk Pulau Karampuang yang masih terawat mesra. Adat masyarakat yang mengokohkan sifat
saling menghargai. Mereka menghidupkan Tauhid Sosial dan empati yang tinggi kepada sesama.
Masyarakat yang senantiasa mengajarkan hidup dalam kerukunan yang dibingkai oleh keanggunan
moral. Gadis-gadis Karampuang juga setia memanggul adab dan laku yang bijak. Gadis yang giat
mencangkul tanah lalu menanam cinta dan senyum yang meneduhkan. Mereka Gadis bersolek keringat
terik di bibir pantai untuk menjaring ikan seraya menyalakan api untuk membakarnya. Kecantikan Gadis
Karampuang awet karena dirias oleh kemurnian tangan alam. Tubuh Gadis Karampuang wangi karena
bermandikan mata air murni yang mengalir dari rahim bumi. Mereka masih terawat dari kejahilan-
kejahilan dunia moderen yang mengisyaratkan kebebasan namun berbau sensasi dan gila pamer
semata.

Tentang kesetaraan yang menggaungkan hak bagi kaum perempuan dan dengan lantang menyalahkan
api perlawanan untuk segalah bentuk penindasan dan kejahatan terhadap perempuan. Paham
kesetaraan begitu kukuh memperjuangkan keadilan bagi perempuan sebagai manusia yang mandiri dan
bebas. Menantang budaya patriarki dan senantiasa menginterupsi pengajaran-pengajaran konservatif
yang tidak setara dan mengekang perempuan. Kesetaraan mengajarkan pemberontakan pada paham
yang menyatakan bahwa perempuan adalah boneka seks dan budak bagi kaum laki-laki.

Penyimpangan kesetaran yang marak terjadi menjadikan Perempuan kehilangan asa dan cinta.
Terkadang mereka dilarang melanjutkan pendidikan karena alasan bahwa perempuan adalah mahluk
yang lemah dan tak berdaya. Kebebasan perempuan biasa dikebiri dan dimutilasi oleh kesuraman rumah
tangga yang menjadi sangkar. Tak jarang juga para suami melakukan kekerasan fisik membuat mental
perempuan tergoncang dahsyat yang menjadi trauma berat dan berkepanjangan. Dan yang ironisnya
lagi karena kekerasan tersebut dianggap sebagai sebuah hal yang wajar dan benar karena bertopeng
simbol agama.
Tapi bagi Gadis Karampuang, konsep kesetaraan seolah sudah lama dihatamkan. Pun mereka tak pernah
mempelajari bahkan mendengar kata kesetaraan. Namun aktivitas keseharian dan pekerjaan Gadis
Karampuang telah mendalilkan subtansi dan nilai Kesetaraan. Mereka Gadis Karampuang mengemudi
perahu, memikul kayu bakar, merawat ternak, meramu sagu untuk makan dan melakukan aktivitas-
aktivitas yang sering dilakoni kaum laki-laki. Pun Gadis Karampuang sosoknya ulet dan tangguh mereka
tetap anggun dalam laku dan tutur. Mereka tetap menjadi rembulan yang menghiasi mega malam yang
sinarnya menuntun pada arah peradaban. Gadis-gadis hedonis berlomba berburu pengakuan di media-
media sosial. Atas nama popularitas harga diri digadaikan. Rasa malu terkubur tragis dan kuburannya
dikoyak-koyak anjing gila yang akhirnya mempertontonkan kehinaan-kehinaan. Namun Gadis
Karampuangku tetap menjaga tenun keanggunan perangai. Kokoh prinsipnya seperti batu karang yang
pun bertubi-tubi diterjang ombak glamornya dunia. Mereka tetap memilih menolak dan setia berikrar
menjaga indentitas Gadis Karampuang, Perempuan Rembulan.

Mamuju, 16 September 2023

Anda mungkin juga menyukai