Anda di halaman 1dari 13

Jenis Gagasan Deskripsi Tinjauan Pustaka

Kisah Samariona Samariona adalah https://


seorang anak pelaut www.britishcouncil.id/mari-
yang tumbuh di Teluk baca-kisah-samariona
Mandar di barat
Sulawesi. Setiap hari ia
menghabiskan waktunya
di pantai untuk
menunggu ayahnya
yang sudah berhari-hari
melakukan pelayaran
untuk memburu ikan.
Anak itu bahkan sudah
berteman dengan
mahluk-mahluk laut.
Kadang Samariona
bertanya tentang
ayahnya kepada pari,
ikan, bintang laut, dan
lainnya. Tetapi tidak ada
jawaban yang
melegakan. Hingga
suatu ketika ibu
Samariona memberikan
saran agar ia segela
memulai belajar
bertenun. Anak itu pun
memulai sarung
pertamanya.

Di laut, ayah anak itu


juga sangat rindu.
Perahu yang ia pimpin
telah berlayar sampai ke
Jawa, melawan ombak
dan badai. Suatu ketika
perahunya berjumpa
dengan kapal penjual
garam yang kelak akan
berbagi kabar kepada
Samariona. Dalam masa
penaltinya, Samariona
diajarkan oleh ibunya
tentang makna filosofis
dari sarung yang
ditenunnya. Setiap
manusia harus belajar
pada alam dan garus
memberikan manfaat
sebanyak-banyaknya
kepada sesama
manusia, bagaimana
pun keadaannya.
Akhirnya perahu ayah
Samariona kembali ke
Teluk di hari ketiga
puluh tiga, saat tenunan
pertama anaknya sudah
bisa jadi.

sumur tua Mandar di Salah satunya tentang https://www.liputan6.com/


Desa Samasundu keajaiban sumur amp/3987004/mitos-sumur-
tua Mandar yang tua-peninggalan-puang-
tepatnya terletak di langgarang-tak-bisa-kering
Desa Samasundu,
Kecamatan Limboro,
Kabupaten Polewali
Mandar, Sulawesi Barat
(Sulbar).

Menurut cerita
masyarakat
setempat, sumur tua
Mandar di Desa
Samasundu merupakan
salah satu peninggalan
tokoh agama Puang
Langgarang yang
dikenal oleh masyarakat
Mandar dengan sebutan
To Salama (Orang yang
selamat).

Dari situlah awal


masyarakat setempat
meyakini beragam
berkah yang melekat
dari sumur tua Mandar
yang ada di Desa
Samasundu tersebut.
Salah satunya, air yang
ada dalam sumur
tersebut tak akan pernah
kering meski musim
kemarau tiba. Asalkan
masyarakat setempat
bisa menjaganya dan
tak melakukan hal-hal
yang
berpantangan."Sumur
tua Mandar ini tak
hanya dimanfaatkan
airnya oleh masyarakat
Desa Samasundu saja.
Tapi banyak masyarakat
dari desa lain
berdatangan ke sini,"
kata Khayar, salah
seorang warga Desa
Samasundu, Kecamatan
Limboro,
Kabupaten Polewali
Mandar, Sulbar, Selasa
11 Juni 2019.

Ia mengatakan pernah
air yang ada dalam
sumur tua Mandar Desa
Samasundu tersebut
tiba-tiba kering. Hal
tersebut dikarenakan
adanya perbuatan buruk
yang dilakukan oleh
masyarakat desa atau
melanggar pesan dari
To Salama.

"Masyarakat di sini kan


yakin jika pesan To
Salama agar jangan
sekali-kali berbuat
buruk dan
memanfaatkan buruk
air sumur tua Mandar
ini. Musibah akan
datang salah satunya
airnya akan kering,"
terang Khayar.Jauh
sebelumnya, air di
sumur tua Mandar
sangat berlimpah.
Saking banyaknya,
masyarakat desa cukup
hanya menggunakan
gayung dari karet ban
ketika ingin mengambil
air sumur tua Mandar
tersebut.

Namun sejak perilaku


masyarakat mulai
berubah, pengambilan
air di sumur tua Mandar
di Desa Samasundu kini
menggunakan tali. Hal
itu, karena air sumur
sudah mulai dalam alias
perlahan surut hingga
saat ini.

"Beberapa masyarakat
juga sudah tak meyakini
bahwa surutnya air
sumur tua Mandar
bukan karena
pelanggaran seperti
cerita mitos yang ada.
Tapi memang terjadi
perubahan iklim yakni
musim kemarau pada
saat itu," terang Khayar.

Pomolitang atau pau pau Pomolitang atau pau-pau https://


losong losong (dongeng) galerikopicoqboq.blogspot.co
Di dalam pembicaraan sehari- m/2014/05/seni-sastra-
sehari dalam bahasa inggris mandar.html?
dongeng itu disebut folklore
(Prof. Dr. Stjipto W, 1964:95)
Dongeng merupakan suatu
cerita fantasi yang kejadian-
kejadiannya tidak benar
terjadi.
Sebagai folklore, dongeng
cerita yang hidup dikalangan
rakyat yang disajikan dengan
cara bertutur lisan oleh tukang
cerita, seperti pelipur lara dan
pawang, termasuk jenis prosa
fiksi yang tertua.Munculnya
hampir bersamaan dengan
adanya kepercayaan dan
kebudayaan suatu bangsa .
Pada mulanya dongeng
berkaitan dengan kepercayaan
masyarakat yang kebudayaan
primitif terhadap hal-hal yang
supranatural dan
manifestasinya dalam alam
kehidupan manusia seperti
animisme, dan lain-lain.
Bagi manusia, dongeng
berfungsi sebagai hiburan,
keprcayaan yang bersifat yang
bersifat didaktik (pengajaran
moral dan nasehat bagi
kehidupan), dan sumber
pengetahuan. Yang terakhir ini
dikemukakan oleh Jacob Grimn
bahwa dongeng-dongeng
menggambarkan peri
kehidupan dan kebudayaan
nenek moyang bangsa Jerman,
serta sumber mempelajari
bahasa dan menemukan
hukum-hukum bahasa Jerman.
Berdasarkan isinya dongeng
digolongkan atas beberapa
jenis, yaitu mite, legenda,
sage, fabel, parabel, dongeng
alam, dongeng tentang peri
dan hantu (ghots), dan
dongeng jenaka. Dongeng-
dongeng yang ada pada
berbagai kebudayaan bangsa-
bangsa di dunia boleh
dikatakan bersifat universal
yaitu memiliki banyak
persamaan dalam cerita-cerita
dongeng itu.Ternyata budaya
mendongeng juga lengket
dengan kehidupan masyarakat
Mandar.Saya masih terlalu
ingat ketika kakek saya,sampai
bapak saya pada saat umur
saya masih usia 7-10
tahun,setiap mau tidur selalu
diantar dengan cara
mendongeng.Materinya
bermacam-macam,tapi yang
sangat sering dijadikan materi
adalah dengan
menggambarkan tingkah laku
binatang yang baik dan buruk
yang dapat dicontohi oleh
manusia, misalnya dongeng I
Puccecang annaq I Pulladoq
(Kera dengan Pelanduk), di
mana kera melaksanakan sifat
yang baik dan pelanduk
melaksanakan sifat yang
kurang baik,atau tentang Asu
mennaungguru lao di
Posa(anjing berguru
kekucing,tentang nenek
pakkade ate,dll.
Burung Cengnge Ada seorang gadis cantik yang https://takterlihat.com/
pada masa bayi, dia diasingkan legenda-dari-sulawesi-barat/2/
oleh ibunya dikarenakan sang
ayah akan membunuhnya. Gadis
cantik itu tumbuh besar dan entah
dari mana kekuatannya, dia bisa
berubah menjadi burung Cengnge.
Dia pun terbang kea rah pulau
Jawa dan tiba di taman kerajaan.

Di sana, dia dirawat oleh seorang


putra raja. Namun, penyamaran
gadis itu menjadi Cengnge
ternyata ketahuan oleh raja.
Cengnge itu pun menceritakan
kisah awalnya dia bisa sampai di
kerajaan itu. Begitu iba
mendengar cerita dari Cengnge,
lantas raja tersebut menikahkan
Cengnge dengan putra raja yang
merawatnya. Setelah menikah,
Cengnge tak lagi berubah menjadi
burung.

I Karake Lette Hadapi Kerajaan DAHULU kala Kerajaan http://sulbarkita.com/


Gowa Balanipa, Mandar, Sulawesi legenda_i_karake_lette_hadap
Barat tengah dilanda petaka. i_kerajaan_gowa_berita968.ht
Kerajaan ini diserang oleh ml
Kerajaan Gowa dengan jumlah
pasukan yang besar.
Sementara Balanipa hanya
memiliki sedikit pasukan. Kala
itu Balanipa hanyalah kerajaan
kecil yang selama ini hidup
dengan damai.

Raja (Mara’dia) Balanipa


lantas memutuskan
melakukan sayembara agar
para pemuda bersedia
menjadi prajurit. Kelak jika
menang, mereka akan
mendapatkan hadiah.

Pengumuman segera
disebarkan ke seluruh pelosok
negeri. Membuat semua
pemuda tertarik untuk ikut
ambil bagian. Termasuk di
kalangan pemuda di suatu
kampung, di lereng gunung. Di
sana tinggal seorang laki-laki
setengah baya yang cacat
kakinya bernama I
Karake’lette, yang dalam
bahasa Mandar artinya si kaki
rusak.

Dia juga ingin mengikuti


sayembara. Para pemuda di
sekitarnya lantas tertawa
mengejek karena tidak
mungkin lelaki tua yang cacat
mengikuti sayembara. Para
peserta sayembara adalah
pemuda yang juga to
barani (sebutan bagi
pemberani di Mandar).

Mendengar ejekan tersebut, I


Karake’lette diam saja. Namun
tekadnya sudah bulat. Ia
kemudian menyampaikan
niatnya untuk ikut sayembara
kepada punggawa Kerajaan
Balanipa. Sayang, jawaban
punggawa juga mengejek dan
menyuruh dia pulang ke
rumahnya. I Karake’lette pun
pasrah dan kembali ke
kampungnya dengan rasa
kecewa.
Sayembara pun digelar.
Dipilihlah pemuda-pemuda
yang kuat, tangkas, dan gagah
berani untuk memperkuat
pasukan Balanipa. Mereka
kemudian dilatih dengan
berbagai keterampilan pedang
dan strategi perang. Setelah
mahir berperang, para pemuda
lalu diberangkatkan ke Teluk
Mandar tempat bala tentara
Kerajaan Gowa akan
mendarat. Bermacam-macam
senjata seperti tombak,
pedang, dan panah dijadikan
bekal untuk berperang.

Akhirnya hari peperangan pun


tiba. Tampak pasukan
Kerajaan Gowa yang dipimpin
oleh sang raja datang dari laut
hendak merapat ke dermaga
pelabuhan Mandar. Pasukan
Balanipa segera bersiap. Tak
mau tunggu lama, ketika
pasukan Kerajaan Gowa mulai
turun dari kapal, serentak
pasukan Balanipa menyerang.
Terjadilah pertempuran
sengit. Mereka saling serang
dengan senjata andalannya.
Pasukan Balanipa bertempur
dengan gagah berani.
Pasukan Gowa juga begitu
berhasrat untuk menguasai
kerajaan Balanipa.

Sayang, jumlah pasukan yang


jauh lebih banyak, lebih kuat,
dan lebih terlatih, membuat
Kerajaan Gowa menang.
Sementara prajurit dari
Balanipa mulai kocar-kacir.
Banyak di antaranya yang
gugur. Hingga pada akhirnya,
Panglima Perang Kerajaan
Balanipa memutuskan untuk
mundur ke Kota Raja, tempat
Kerajaan Balanipa. Adapun
pasukan Kerajaan Gowa
memilih beristirahat sejenak
sebelum melanjutkan
peperangan ke kota Raja
Balanipa.

Panglima perang Balanipa


lantas melaporkan
kekalahannya kepada sang
raja. Kegusaran pun tak bisa
disembunyikan Raja Balanipa.
Namun apa hendak dikata,
pasukan yang telah
dikumpulkan dalam
sayembara banyak yang
gugur. Tak banyak lagi
pemuda yang bisa diandalkan
untuk berperang. Bagaimana
caranya untuk mengalahkan
pasukan kerajaan Gowa kalau
begini? Gumam sang raja.
Namun dia tak menyerah.
Lebih baik mati daripada
menyerahkan tanah Mandar
ke orang Gowa. Sang raja pun
terus berusaha mencari
strategi untuk
mempertahankan
kerajaannya.

Kondisi yang genting tersebut


sampai ke telinga I
Karake’lette, si orang tua yang
cacat. Keinginan membela
Kerajaan Balanipa yang
sempat redup karena ditolak,
kini kembali membara. Ia
lantas menghadap ke Raja
Balanipa. Namun seperti yang
sebelumnya, I Karake’lette
juga merasa bakal ditolak. Hal
itu lantaran raja tertawa
terbahak-bahak mendengar
tekad I Karake’lette.

Namun tawa sang raja terhenti


ketika melihat wajah I
Karake’lette yang tanpa
keraguan. Ia sangat
bersungguh-sunggu ingin
membantu raja Balanipa
melawan Kerajaan Gowa yang
perkasa. Sang raja lantas
bertanya, apa yang diinginkan
I Karake’lette jika menang
melawan Raja Gowa? I
Karake’lette hanya
menggeleng. Dia hanya ingin
menunjukkan bakti dan
cintanya kepada tanah
Balanipa.

Akhirnya Raja Balanipa setuju.


Berangkatlah I Karake’lette ke
Teluk Mandar untuk
berperang. Dia lantas
menyelinap ke atas kapal yang
ditumpangi oleh Raja Gowa. Di
sana para pemimpin kerajaan
sedang berpesta pora
merayakan kemenangan.
Kondisi tersebut membuat
mereka lengah, sehingga I
Karake’lette berhasil
mendekat ke singgasana Raja
Gowa. Betapa kagetnya Raja
Gowa melihat kehadiran I
Karake’lette. Saat hendak
ditangkap, I Karake’lette
menantang si raja untuk
berduel. Ia mengatakan jika
Raja Gowa menang, seluruh isi
kerajaan Balanipa akan
diserahkan kepadanya. I
Karake’lette berjanji
mempertaruhkan nyawa pada
janji tersebut. Namun, jika
Raja Gowa kalah, harus segera
angkat kaki dari wilayah
Balanipa dan tidak boleh
kembali lagi ke tanah Mandar.

Raja Gowa sangat marah


mendengar tantangan
tersebut. Dia lantas menerima
tantangan itu. Di pikirannya
lelaki cacat itu tak mungkin
menang karena kondisinya. Si
raja tak menyangka tantangan
I Karake’lette berbeda. Ia
mengeluarkan dua buah jeruk
nipis dan sebilah keris dari
sakunya. I Karake’lette
mengatakan jika Raja Gowa
dapat membelah dua jeruk
nipis yang di lemparkannya,
maka dia menjadi pemenang.
Sebaliknya bila I Karake’lette
yang berhasil membelah dua
jeruk yang dilemparkan sang
raja, I Karake’lette lah
pemenang. Raja Gowa setuju
dengan aturan main
pertarungan itu.

Pertarungan pun dimulai, I


Karake’lette yang duluan
melemparkan jeruk nipis
disambut ayunan keris Raja
Gowa. Sayang, sabetan keris
meleset. Sang raja lantas
kaget karena tak mampu
membelah jeruk tersebut. Dia
semakin kaget lantaran kedua
jeruk tersebut bisa terbelah
dengan sabetan keris I
Karake’lette. Karena kalah,
Raja Gowa sangat marah. Dia
lalu menyerang I Karake’lette.
I Karake’lette menghindar
dengan gesit. Dia berbalik
menyerang sehingga Raja
Gowa tertusuk oleh keris I
Karake’lette dan tewas
seketika.

Di tengah kebingungan
pasukan Kerajaan Gowa
lantaran kehilangan
pemimpinnya, I Karake’lette
segera keluar kapal dan
kembali ke Kota Raja
Balanipa. Sesampainya di
sana, dia disambut meriah
oleh rakyat Kerajaan Balanipa
dan rajanya. Mereka berterima
kasih karena telah
menyelamatkan kerajaan.
Sebagai hadiah Raja Balanipa
mengangkat I Karake’lette
menjadi punggawa kerajaan
dan memberikan sebidang
tanah yang luas untuk I
Karake’lette dan anak
cucunya. Sementara pasukan
Kerajaan Gowa segera angkat
kaki dari Teluk Mandar

Anda mungkin juga menyukai