Anda di halaman 1dari 3

Saudara Nabi Muhammad yang Pandai Berpuisi

Hubungan saudara kandung memiliki makna yang kuat, dan kisah Nabi kita dengan
saudarinya, Shaima binti Al-Harith, yang akan kita bahas hari ini dalam "Wanita di
Zaman Nabi", mengajarkan tentang cinta dan pemberian serta bagaimana dukungan
dan hubungan antara saudara dan saudari, bahkan jika tidak memiliki keturunan
yang sama.

Siapakah Shaima binti Al-Harith, Saudara Perempuan Nabi Muhammad?

Shaima adalah putri tertua dari Halima As-Sa'diyah, ibu susuan Nabi Muhammad,
dan tumbuh besar bersama Nabi di bawah satu atap. Dia sangat mencintainya,
menggendongnya ketika dia bermain, membawanya dalam perjalanan yang
panjang, memeluknya, dan merawatnya.

Namun, suatu hari, Muhammad kembali ke keluarganya dan rumahnya, dan Shaima
tidak lagi bersama saudaranya. Pada awal misi Nabi, suku Shaima, Hawazin, adalah
salah satu suku yang melawan Nabi dan memerangi umat Muslim.

Muhammad mengirimkan sahabatnya ke Bani Sa'd dari Hawazin dan meminta


untuk merekrut orang untuk bergabung dalam perjuangan mereka. Salah satu orang
dari suku Hawazin, bernama "Najad", memberitahu mereka bahwa jika mereka
mampu menangkapnya, mereka tidak akan bisa melepaskannya. Akhirnya, umat
Muslim menangkap Najad dan membawanya ke Nabi Muhammad bersama
keluarganya dan suku mereka, termasuk Shaima.

Nabi Mengenali Shaima dari Gigitannya

Shaima binti Al-Harith berkata kepada kaum Muslimin, "Kalian harus tahu bahwa
saya adalah saudara susuan Nabi kalian." Namun, mereka tidak mempercayainya,
jadi dia dibawa ke Nabi Muhammad. Ketika dia masuk, dia mengatakan, "Wahai
Rasulullah, saya adalah Shaima binti Al-Harith, saudara susuanmu."

Setelah bertahun-tahun, Nabi Muhammad tidak dapat mengenali Shaima secara


fisik. Dia kemudian mengatakan kepadanya bahwa jika dia benar-benar adalah
saudara susu, maka pasti ada tanda di tubuhnya yang mengingatkan dia akan itu.
Shaima kemudian menunjukkan bekas gigitan di bahunya, yang ditinggalkan oleh
Nabi ketika dia masih kecil. Nabi kemudian menangis dan merasa senang melihat
Shaima.

Nabi merasa bahagia. Rasulullah menggelarkan rida beliau untuk diduki Syaima.
Nabi kemudian bersabda: “Mintalah sesuatu, pasti ku kabulkan. Minta tolonglah,
pasti ku berikan pertolongan.”

Nabi memperlihatkan penghargaannya dengan memberinya pakaian dan


mempersilakannya tinggal bersama keluarganya atau di tempat Nabi.

Nabi juga memberikan tiga budak dan seorang budak wanita kepada Shaima, dan
dia dikagumi oleh Nabi dan Bani Sa'd. Setelah kemenangan Muslim atas suku
Hawazin, suku Hawazin mengirimkan utusan kepada Nabi dan mengakui kesalahan
mereka. Salah satu dari mereka bahkan membuat puisi yang menyebut Shaima
sebagai anak yang terpilih dan paling berharga di dunia.

Nabi Muhammad kemudian berkata kepada mereka, "Segala sesuatu yang dimiliki
saya dan keluarga Abdul Muthalib, sekarang menjadi milik kalian." Dia juga
mengatakan kepada mereka bahwa jika mereka ingin meminta syafaat dari Nabi
Muhammad, mereka harus berdoa dalam shalat dan memohon untuk
dipermudahkannya. Setelah shalat Dzuhur, orang-orang bertanya apa yang harus
mereka lakukan setelah shalat, dan Nabi Muhammad memberitahu mereka untuk
memohon syafaat dalam shalat mereka dan bahwa dia akan memberi mereka apa
yang mereka butuhkan.
Nabi Muhammad kemudian berkata, "Segala sesuatu yang dimiliki oleh saya dan
keluarga Abdul Muthalib, sekarang menjadi milik kalian." Ketika dia mengatakan itu,
para Muhajirin berkata, "Namun, segala sesuatu yang dimiliki oleh kami adalah
milik Nabi Muhammad." Demikian juga, para Ansar berkata, "Namun, segala sesuatu
yang dimiliki oleh kami adalah milik Nabi Muhammad." Dengan ini, Nabi
Muhammad dan para Muhajirin dan Ansar memberikan penghormatan dan
penghargaan kepada satu sama lain.

Shaima setelah Nabi Mangkat

Ketika Nabi Muhammad meninggal, beberapa suku, termasuk suku Hawazin,


memutuskan untuk keluar dari Islam. Namun, Shaima dengan berani membela
agamanya dan mempertahankan kepercayaannya. Dia terus membela agamanya
sampai suku Hawazin kembali ke Islam. Shaima terkenal sebagai seorang penyair
yang memuji Nabi Muhammad dan agama Islam. Dia meninggal pada tahun
kesembilan Hijriah setelah bertahun-tahun taat dan beribadah dalam cinta kepada
Allah dan Rasul-Nya.

Sumber:

1. qssas.com
2. elmeezan.com

Anda mungkin juga menyukai