Anda di halaman 1dari 8

SOSIALISASI PEMANFAATAN PEKARANGAN RUMAH

UNTUK PENCEGAHAN STUNTING DI DESA KRINJING, KAJORAN


SOCIALIZATION PROGRAM ON UTILIZING HOME GARDENS FOR
STUNTING PREVENTION
IN KRINJING VILLAGE, KAJORAN
Waluyo , Lailia Sabela Yasaro , Prasetyo Ardi Agung Nugroho , Ayu Fara Annajikha ,
1 2 3 4

Muhammad Reza Pahlawan , Retno Aglis Widyastuti Ma’rifah


5 6

Universitas Tidar 1, 2, 3, 4, 5,6

lailia.sabela.yasaro@students.untidar.ac.id 2

ABSTRAK
Desa Krinjing merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Magelang. Desa ini memiliki pemandangan
yang indah karena berada ditengah-tengah lahan milik perhutani. Permasalahan stunting masih menjadi masalah
penting di desa Krinjing. Masyarakat desa krinjing membutuhkan peran dari berbagai pihak untuk dapat mengatasi
permasalahan stunting. Sosialisasi pemanfaatan pekarangan rumah untuk pencegahan stunting di Desa Krinjing
dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat agar mampu mencegah permasalahan stunting.
Pemerintah seperti bidan desa dan balai penyuluhan pertanian kami lakukan kerja sama untuk memberikan materi.
Sosialisasi kami laksanakan pada hari Kamis tanggal 3 Agustus 2023 di aula Dusun Mangundadi. Metode yang
digunakan yaitu PAR (Participatory Action Research). Tahap awal yang dilakukan yaitu melakukan observasi.
Tahap kedua yaitu pelaksanaan sosialisasi. Tahap ketiga yaitu monitoring sosialisasi. Sasaran pada program
sosialisasi ini yaitu ibu hamil dan ibu mempunyai anak balita di Dusun Mangundadi dan dusun Mangunsari.
Sosialisasi ini memberikan luaran untuk masyarakat Dusun Mangundadi dan Mangunsari khususnya ibu hamil
dan ibu mempunyai anak balita untuk dapat memanfaatkan pekarangan rumah sebagai sumber gizi keluarga.
KATA KUNCI: Krinjing, Pekarangan, Stunting

ABSTRACT
Krinjing Village is one of the villages located in Magelang Regency. This village boasts beautiful scenery as it is
nestled amidst the forestry-owned land. The issue of stunting remains a significant concern in Krinjing Village.
The community in Krinjing Village requires the involvement of various stakeholders to address the stunting issue
effectively. A socialization program on utilizing home gardens for prevention was conducted in Krinjing Village
to empower the community with knowledge to prevent stunting. Collaborative efforts were made with government
entities such as village midwives and agricultural extension centers to provide relevant materials. The
socialization event occurred on Thursday, August 3, 2023, in the Mangundadi hamlet hall. The Participatory
Action Research (PAR) method was employed, with initial stages involving observation, followed by the
implementation of the socialization, and finally, monitoring the effectiveness of the socialization. The target
audience for this program included pregnant women and mothers with toddlers in the Mangundadi and
Mangunsari hamlets. This socialization aimed to provide tangible outcomes for the communities in Mangundadi
and Mangunsari hamlets, specifically for pregnant women and mothers with toddlers, enabling them to utilize
their home gardens as a source of family nutrition.
KEYWORDS: Krinjing, Yards, Stunting

PENDAHULUAN
Desa Krinjing merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Kajoran, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah. Desa ini memiliki keindahan alam yang menarik dan berada di tengah tengah
lahan pinus milik perhutani. Dibalik keindahan alam yang disajikan di desa ini terdapat permasalahan
tentang stunting. Stunting merupakan pencerminan kekurangan gizi kronis yang akan menimbulkan
dampak jangka panjang seperti pengurangan kemampuan mental dan terhambatnya pertumbuhan balita.
Menurut data Kementerian kesehatan dalam Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) diperoleh
bahwa persentase prevalensi balita pendek dan sangat pendek (stunting) di Indonesia tahun 2022 berada
di angka 21,6%. Angka tersebut menurun dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2021 pada angka 24,4%.
Walaupun terjadi penurunan jumlah namun angka tersebut masih terlalu tinggi. Target pemerintah pada
tahun 2024 yaitu menurunkan angka prevalensi stunting ke 14% (Kemenkes, 2023).
Stunting mencerminkan gangguan potensial dalam pertumbuhan tinggi badan, yang bisa
diakibatkan oleh kelambatan pertumbuhan dalam rahim (intrauterine), kekurangan nutrisi yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan, serta infeksi penyakit pada fase awal kehidupan
yang akan berdampak pada jangka panjang bagi mereka (Probosiwi et al., 2017). Saat ini, stunting tidak
lagi hanya menjadi permasalahan kesehatan pada tingkat lokal, melainkan sudah menjadi persoalan
kesehatan nasional yang memerlukan prioritas dalam upaya pengendalian segera.
Stunting merupakan kondisi tubuh yang berkembang secara tidak normal, dimana tinggi badan
seseorang lebih pendek dari pada orang normal umumnya dengan usia yang sama. Akibat dari stunting
pada anak usia dini mempengaruhi pertumbuhan dan terdapat gangguan kognitif yang memberikan efek
pada anak menjadi rentan terhadap penyakit dan dapat menyebabkan kematian. Selain itu, stunting
dapat menyebabkan dampak negatif jangka panjang, oleh karena itu perlu adanya pencegahan stunting
dari berbagai pihak di Indonesia. Pihak tersebut diantaranya yaitu Pemerintah Pusat, Pemerintah Desa,
dan masyarakat. Kekurangan gizi dari awal pada awal masa kehamilan sampai bayi lahir apabila
kekurangan gizi pada ibu hamil dan bayi akan menyebabkan terjadinya stunting (Sasmita, 2023).
Tantangan stunting telah menjadi salah satu isu utama dalam kesehatan anak-anak di Indonesia.
Stunting bukan hanya sekedar masalah pertumbuhan fisik yang terhambat, tetapi juga memiliki dampak
yang signifikan pada perkembangan kognitif, kemampuan belajar, dan produktivitas di kemudian hari.
Oleh karena itu, pentingnya pendekatan preventif dalam menghadapi masalah ini tidak dapat diabaikan.
Tindakan preventif menempatkan fokus pada pencegahan masalah sebelum terjadi, bukan
hanya pengobatan setelah gejala muncul. Dalam konteks stunting, tindakan preventif mencakup upaya-
upaya yang bertujuan untuk memastikan bahwa anak-anak mendapatkan gizi yang cukup dan seimbang
sejak awal kehidupan mereka. Melalui pendekatan ini, dampak negatif stunting dapat diminimalkan,
dan generasi muda dapat tumbuh dan berkembang dengan potensi maksimal.
Masyarakat memiliki peran sentral dalam menerapkan tindakan preventif, khususnya dalam
menghadapi masalah stunting. Kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat sangat penting dalam
menjalankan program-program yang bertujuan untuk mencegah stunting. Langkah-langkah preventif
seperti sosialisasi mengenai gizi yang seimbang, pemberian ASI eksklusif, dan pemanfaatan sumber
makanan lokal seperti pekarangan rumah, dapat lebih efektif ketika didukung oleh partisipasi aktif
masyarakat.
Pentingnya mengkonsumsi sayur dan buah dalam pola makan sehat telah diakui secara luas.
Keduanya berperan sebagai sumber vitamin, mineral, dan serat yang esensial bagi kesehatan tubuh.
Dalam panduan gizi seimbang, konsumsi sayur dan buah menjadi pilar utama untuk mencapai kesehatan
optimal, berfungsi sebagai antioksidan yang dapat mengurangi risiko penyakit tidak menular yang
berkaitan dengan faktor gizi, baik itu akibat kelebihan atau kekurangan gizi.
Selain itu, pemanfaatan lahan pekarangan rumah juga memiliki peran penting dalam
pemenuhan kebutuhan gizi keluarga. Lahan pekarangan rumah, seringkali dianggap sebagai ruang
kosong yang kurang dimanfaatkan, memiliki potensi yang sangat berharga bagi kesejahteraan keluarga.
Dalam praktik bercocok tanam sayuran di lahan pekarangan rumah, kita dapat melihat dampak positif
terhadap peningkatan kualitas gizi di dalam keluarga. Keberagaman pangan yang diperlukan oleh tubuh
juga dapat terwujud melalui pemanfaatan lahan pekarangan rumah, seperti yang diungkapkan oleh
Khomah dan Fajarningsih (2016). Keberhasilan dalam pemanfaatan lahan pekarangan sangat
dipengaruhi oleh faktor seperti ketersediaan lahan, waktu luang, dan pengetahuan, sebagaimana
dikemukakan oleh Sukanata (2016). Melalui pemahaman ini, kami mengakui potensi besar
pemanfaatan lahan pekarangan rumah sebagai salah satu solusi dalam mengatasi masalah stunting dan
memastikan kesejahteraan keluarga.
Menurut Asmaliyah et al., (2016), faktor penyiapan lahan merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi perkembangan serangan hama dan penyakit serta kesehatan tanaman. Pengolahan
tanah dapat menghambat pertumbuhan populasi hama atau dapat membunuh langsung hama yang hidup
dalam tanah atau mencegah hama dalam tanah yang dapat mengganggu tanaman (Untung, 2013) dan
dapat mengurangi keberadaan hama dan sisa-sisa tanaman yang dapat menjadi pengganggu (Prasetyo
et al., 2014). Oleh karena itu, pemahaman mengenai faktor penyiapan lahan dan pengolahan tanah tidak
hanya relevan dalam pertanian, tetapi juga dapat memiliki implikasi penting dalam konteks pencegahan
stunting. Upaya pemanfaatan pekarangan rumah sebagai sumber pangan berkualitas bagi keluarga di
Desa Krinjing, Kajoran, harus mempertimbangkan faktor-faktor ini untuk memastikan kelangsungan
program pencegahan stunting yang efektif. Dengan mengintegrasikan pemahaman tentang pengolahan
tanah dalam sosialisasi pemanfaatan pekarangan rumah, diharapkan kita dapat menciptakan lingkungan
yang mendukung pertumbuhan tanaman berkualitas yang nantinya akan berkontribusi dalam
pemenuhan gizi keluarga dan mencegah stunting.
Desa Krinjing, Kajoran, merupakan salah satu contoh desa pedesaan di Indonesia yang
memiliki potensi besar untuk menerapkan konsep pemanfaatan pekarangan rumah. Dengan
karakteristik masyarakat yang masih memiliki hubungan erat dengan alam dan pertanian, serta tingkat
aksesibilitas yang memungkinkan, desa ini menjadi tempat yang strategis untuk melakukan sosialisasi
tentang pentingnya pemanfaatan pekarangan rumah dalam upaya pencegahan stunting.
Artikel ini akan mengkaji bagaimana sosialisasi pemanfaatan pekarangan dapat menjadi
langkah strategis dalam upaya pencegahan stunting. Selain itu, artikel ini akan membahas manfaat nyata
memiliki taman rumah untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi keluarga, serta bagaimana cara ini
dapat membantu menurunkan angka stunting dalam jangka panjang. Hal ini dimaksudkan agar dengan
kesadaran yang lebih baik tentang fungsi pekarangan dalam menghindari stunting, masyarakat akan
lebih terinspirasi untuk berperan aktif dalam menjamin kesehatan generasi mendatang.

METODE
Pengabdian ini mengadopsi Pendekatan PAR (Participatory Action Research) dengan
serangkaian langkah yang ditempuh. Pada langkah awal, kami melakukan survei dan melakukan
wawancara bersama dengan pakar gizi untuk membahas isu stunting serta pendekatan untuk
mengatasinya. Dalam tahap ini, tim kami mengumpulkan data dan mencatat seluruh informasi yang
terkait dengan stunting di wilayah Desa Krinjing. Tahapan berikutnya adalah pelaksanaan sosialisasi
kepada penduduk desa dengan berkolaborasi bersama bidan Desa Krinjing dan BPP (Balai Penyuluhan
Pertanian). Sosialisasi juga diperluas ke lingkungan pendidikan yang belum sepenuhnya memahami
konsep stunting dan langkah-langkah pencegahannya. Tahap ketiga yaitu monitoring terhadap hasil
sosialisasi yang telah dilakukan dengan mendatangi beberapa rumah guna mengetahui sejauh mana
keberhasilan kegiatan yang telah dilaksanakan. Sasaran utama dari pengabdian ini adalah komunitas di
Desa Krinjing, terutama ibu hamil dan ibu yang memiliki anak balita. Pelaksanaan pengabdian ini
berlangsung di Desa Krinjing, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang. Pendekatan yang kami
gunakan mencakup metode observasi serta metode wawancara.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pekarangan dimanfaatkan bukan hanya untuk menciptakan keindahan dan kesejukan semata,
tetapi dapat berguna bagi peningkatan ekonomi rumah tangga masing-masing dan memanfaatkan
makanan bergizi karena harga makanan bergizi di indonesia masih tergolong mahal untuk masyarakat
pedesaan. Jenis-jenis tanaman yang bisa ditanam di pekarangan rumah masing-masing salah satunya
adalah jenis sayur-sayuran seperti tomat, kubis, dan terong. Penyediaan bibit tanaman di Desa
Krinjing digunakan masyarakat desa agar memanfaatkan lahan pekarangan yang sempit untuk
menanam tanaman yang dapat berguna untuk peningkatan gizi. Selain penyediaan tanaman juga tidak
kalah penting untuk pemilihan media tanam atau wadah tanaman sebaiknya disesuaikan dengan bahan
yang banyak tersedia di pasar lokal. Bahan yang dapat digunakan, misalnya kayu, bambu, pipa paralon,
pot, kantong plastik dan gerabah (Sastro, 2010).
Program kerja sosialisasi pemanfaatan lahan pekarangan untuk pencegahan stunting ini
merupakan program ketiga dari mahasiswa KKN kelompok 55 Universitas Tidar Tahun 2023 yang
diangkat dari permasalahan yang terjadi pada beberapa balita di Desa Krinjing. Pelaksanaan pengabdian
masyarakat ini dilakukan di Dusun Mangundadi, Desa Krinjing, Kecamatan Kajoran, Kabupaten
Magelang. Pengabdian ini kami laksanakan dalam 3 tahap, yaitu observasi, sosialisasi, dan monitoring.
1. Observasi
Observasi kami lakukan pada 1 minggu sebelum pelaksanaan sosialisasi. Dalam observasi ini
dilaksanakan pendataan pada masyarakat khususnya ibu hamil dan anak balita di Dusun Mangundadi
dan Dusun Mangunsari. Dari pendataan ini diperoleh 36 ibu hamil dan ibu yang memiliki balita. Kami
juga mengobservasi halaman pekarangan rumah dengan mengambil beberapa sampel rumah warga dari
data 36 ibu hamil dan ibu yang memiliki balita. Hasil dari observasi halaman pekarangan rumah yang
telah dilakukan, diketahui bahwa pada beberapa rumah warga belum memanfaatkan pekarangan
rumahnya secara maksimal. Beberapa rumah warga yang lain sudah memanfaatkan pekarangan rumah
dengan menanam tanaman hias.
2. Sosialisasi
Sosialisasi pemanfaatan lahan pekarangan untuk pencegahan stunting ini dilaksanakan pada
tanggal 3 Agustus 2023 bertempat di Aula Dusun Mangundadi, Desa Krinjing, Kecamatan Kajoran,
Jawa Tengah. Kegiatan sosialisasi menghadirkan 2 narasumber yaitu Nur Ayu Fitriana, A.Md.Keb
selaku bidan Desa Krinjing, dan Muhammad Iqbal, A.Md. selaku pegawai dari Balai Penyuluhan
Pertanian Kecamatan Kajoran. Kegiatan ini diikuti oleh 42 peserta yang terdiri dari ibu hamil, ibu yang
memiliki balita, dan kader Posyandu.

Gambar 1. Sosialisasi Stunting


a. Pengertian Stunting
Stunting adalah kondisi kurang gizi kronis yang ditandai dengan panjang badan anak di bawah
ukuran normal sesuai umur dan jenis kelamin. Tinggi badan atau panjang badan anak berada di bawah
-2 standar deviasi (SD) sesuai usia dan jenis kelamin (WHO). Penyebab terjadinya stunting yaitu
kekurangan gizi kronis (dalam waktu yang lama) terutama pada 1000 hari pertama kehidupan. Selain
itu, penyebab stunting pada anak terjadi karena faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan, kurang
asupan gizi, dan penyakit infeksi.
b. Dampak Stunting
Dampak stunting yang dirasakan pada balita ada 2, yaitu jangka pendek dan jangka panjang.
Dampak jangka pendek diantaranya yaitu anak rentan/mudah sakit, perkembangan otak dan fisik
terhambat, dan meningkatkan biaya kesehatan. Dampak jangka panjang diantaranya yaitu saat sudah
sekolah sulit berprestasi, postur tubuh tidak optimal saat dewasa, saat dewasa mudah mengalami
kegemukan sehingga beresiko terkena penyakit jantung, diabetes, dan penyakit tidak menular lainnya.
Stunting juga dapat berpengaruh pada perkembangan otak pada anak, anak yang bergizi baik dan sehat
memiliki otak yang padat, sedangkan anak yang tidak bergizi baik memiliki otak yang kurang padat.

c. Pencegahan Stunting
Pencegahan stunting dapat dicegah dengan memastikan kesehatan yang baik dan gizi yang
cukup pada 1000 hari pertama kehidupan. Definisi 1000 hari pertama kehidupan adalah periode
percepatan tumbuh kembang yang dimulai sejak terbentuknya janin dalam kandungan hingga anak
berusia 2 tahun. Upaya percepatan penurunan stunting dapat dilakukan dengan intervensi gizi spesifik
dan intervensi gizi sensitif. Intervensi gizi spesifik meliputi imunisasi, tablet tambah darah untuk
mengatasi anemia pada ibu hamil, ASI eksklusif sampai usia 2 tahun didampingi dengan makanan
pendamping ASI, tatalaksana gizi buruk, konsumsi garam beryodium, pemberian obat cacing, makanan
tambahan untuk mengatasi KEK pada ibu hamil, pemberian vitamin A, dan lainnya. Intervensi gizi
sensitif meliputi program padat karya tunai, bantuan rastra, ketahanan pangan, JKN, pendidikan
kesehatan, pembangunan perumahan, dan bantuan sosial lainnya.
Nutrisi optimal untuk mendukung 1000 hari pertama kehidupan dimulai dengan ibu hamil yang
sehat yang dapat ditandai LiLA > 23,5 cm, tekanan darah normal, kenaikan berat badan normal sesuai
standar, Hb > 11 gr/dL, konsumsi gizi seimbang, istirahat cukup, bebas stres/tekanan, dan olahraga
teratur. Gizi pada ibu hamil yang perlu dipenuhi diantaranya energi, asam folat, zat besi, kalsium, dan
asupan cairan. Ibu hamil yang sehat akan melahirkan bayi yang sehat yang dapat ditandai dengan berat
badan lahir 2,5-4 kg, bayi bergerak aktif, tubuh bayi kemerahan, dan bayi lahir langsung menangis.
Dilanjutkan dengan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yaitu proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan.
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) merupakan langkah yang baik untuk memudahkan bayi dan ibu dalam
memulai proses menyusui dan ASI eksklusif. Selanjutnya dengan pemberian ASI eksklusif saja tanpa
cairan atau makanan lain yang diberikan dari usia 0 sampai dengan 6 bulan pertama kehidupan. ASI
memiliki komposisi yang unik, diantaranya prebiotik, lemak, vitamin, laktosa, protein, dan mineral.
Dan yang terakhir dengan memberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) ditambah dengan
ASI yang diteruskan hingga anak berusia 2 tahun. Pemberian MPASI penting bagi tumbuh kembang
anak karena ASI tidak lagi mencukupi kebutuhan nutrisi pada fase tumbuh kembang yang pesat,
meningkatkan kemampuan menelan anak, mengembangkan kemampuan motorik anak, dan melatih
serta mengenalkan rasa dan tekstur sejak dini kepada anak.
d. Pengertian Media Tanam
Salah satu materi yang disampaikan pada sosialisasi ini yaitu membahas tentang media tanam.
Media tanam merupakan salah satu faktor yang penting dalam kegiatan pertanian khususnya bercocok
tanam. Media tanam akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Setiap jenis tanaman membutuhkan
media tanam yang berbeda. Tanaman hortikultura jenis sayuran pada umumnya membutuhkan media
tanam yang gembur untuk memudahkan akar tanaman mengambil nutrisi media tanam. Pada media
tanam terdapat nutrisi yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Gambar 2. Sosialisasi Media Tanam

e. Syarat Media Tanam


Media tanam memiliki beberapa syarat agar dapat menjadi media tanam yang baik. Syarat
tersebut yaitu media tanam gembur untuk menyediakan ruang bagi akar tanaman dan menopang
tanaman. Selain itu harus memiliki porositas yang baik. Porositas yang baik yaitu memiliki aerasi dan
drainase yang baik. Kemudian media tanam harus menyediakan unsur hara yang cukup baik unsur hara
mikro dan unsur hara makro. Media tanam harus terbebas dari hama dan penyakit agar tidak menularkan
ke tanaman yang ditanam.
f. Bahan Media Tanam
Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk media tanam organik yaitu tanah, kompos atau
humus dan arang sekam atau sabut kelapa. Tanah menjadi bahan utama yang biasanya diambil dari
lapisan tanah top soil. Kompos atau humus digunakan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman. Kompos yang digunakan harus kompos yang telah matang. Hal ini didasari
karena kompos yang belum matang akan menyebabkan mudah terjadinya busuk akar. Arang sekam
atau sabut kelapa digunakan untuk menggemburkan tanah sehingga dapat meningkatkan daya ikat air.

Gambar 3. Pembagian Bibit Kepada Peserta Sosialisasi


Kegiatan sosialisasi ini diikuti dengan pembagian bibit tanaman tomat, kubis, dan terong.
Pemilihan bibit tanaman tersebut didasarkan pada kandungan gizi yang dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi gizi keluarga. Tanaman tersebut tergolong kedalam tanaman hortikultura yang mudah
ditanam khususnya di daerah Desa Krinjing.
3. Monitoring
Monitoring kegiatan sosialisasi kami laksanakan pada hari ketiga setelah pelaksanaan program
sosialisasi. Berdasarkan kegiatan monitoring terdapat beberapa rumah yang telah menerapkan materi
sosialisasi dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan dijumpai warga yang sudah menanam tanaman yang
diberikan pada pekarangan rumah. Harapan kami dengan adanya sosialisasi akan menyebabkan
masyarakat dapat menerapkan pencegahan stunting dan meminimalisir terjadinya stunting pada masa
yang akan datang.

KESIMPULAN DAN SARAN


Desa Krinjing memiliki kasus stunting pada beberapa balita. Perhatian terhadap gizi balita perlu
dilakukan. Upaya peningkatan gizi balita melalui pemanfaatan pekarangan rumah dapat menjadi solusi.
Maka kami melakukan sosialisasi tentang pemanfaatan pekarangan rumah untuk pencegahan stunting.
Kegiatan sosialisasi pemanfaatan pekarangan rumah untuk pencegahan stunting di Desa Krinjing
berjalan dengan lancar dengan materi yang disampaikan oleh Bu Ayu selaku bidan desa dan Bapak
Iqbal selaku perwakilan Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kajoran. Dengan adanya sosialisasi ini
diharapkan masyarakat dapat menerima materi dengan baik dan dapat menerapkannya untuk mengatasi
permasalahan stunting.

UCAPAN TERIMA KASIH


Kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan yang berharga dalam pelaksanaan kegiatan Sosialisasi Pemanfaatan Pekarangan
Rumah untuk Pencegahan Stunting di Desa Krinjing, termasuk Bidan Desa Krinjing yang telah berperan
penting dalam aspek kesehatan, Balai Penyuluhan Pertanian yang memberikan wawasan berharga
dalam konteks pertanian, Perangkat Desa yang memberikan koordinasi dan dukungan administratif,
serta masyarakat Desa Krinjing yang telah berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. Tanpa kerjasama dan
dedikasi dari semua pihak, upaya kami untuk mencegah stunting dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di Desa Krinjing tidak akan berjalan semulus ini. Semoga kerjasama ini dapat terus
berlanjut dan menginspirasi perubahan positif dalam upaya pencegahan stunting dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat di wilayah ini. Terima kasih atas semua kontribusi yang berharga.

DAFTAR PUSTAKA

Asmaliyah, A., A.H. Lukman, dan N. Mindawati. (2016). Pengaruh teknik persiapan lahan terhadap
serangan hama penyakit pada tegakan bambang lanang. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 13(2):
139-155.

Khomah, I., & Fajarningsih, R. U. (2016). Potensi dan prospek pemanfaatan lahan pekarangan terhadap
pendapatan rumah tangga. In Proceeding Seminar Nasional Peningkatan Kapabilitas UMKM
dalam Mewujudkan UMKM Naik Kelas: 155-161.

Prasetyo, R.H., A. Nugroho, dan J. Moenandir. (2014). Pengaruh sistem olah tanah dan berbagai mulsa
organik pada pertumbuhan dan hasil pertanian kedelai (Glycine max (L.) Merr.) varietas Grobogan.
J.BDP, 1(6): 486-495.
Probosiwi, H., Huriyati, E., & Ismail, D. (2017). Stunting dan perkembangan anak usia 12-60 bulan di
Kalasan. Journal of Community Medicine and Public Health, 33(11), 1141–1146.

Sasmita, I. R. A., Devina, C. A., & Zupri, N. C. (2023). Sosialisasi Pemanfaatan Pekarangan Sebagai
Sumber Pangan Dan Desa Ramah Lingkungan di Kabupaten Kediri. Jatimas: Jurnal Pertanian dan
Pengabdian Masyarakat, 3(1): 68-74.

Sastro, Y. (2010). Budidaya Tanaman Organik Secara Vertikultur. BP-TP Jakarta. Jakarta.

Sukanata, I. K., Budirokhman, D., & Nurmaulana, A. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pemanfaatan Lahan Pekarangan Dalam Kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari. Agrijati Jurnal
Ilmiah Ilmu-Ilmu Pertanian, 28(1): 1-16.

Anda mungkin juga menyukai