Anda di halaman 1dari 11

Dalam pembuatan laporan eksperimen IPA ini, ditekankan pada

peningkatan kemampuan siswa untuk mengoptimalkan keterampilan


proses sains (KPS) dan sikap ilmiah ketika siswa melakukan kegiatan
eksperimen. Pentingnya ini menjadi perhatian sebab dengan penguasaan
KPS akan membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam dan utuh terkait materi yang dipelajarinya. Ketika siswa
melakukan kegiatan eksperimen dengan mengikuti pada prosedur pada
pengembangan KPS, sebenarnya siswa berlatih layaknya para ilmuwan
sains dalam menemukan fakta-fakta dan membangun keterhubungan
antar konsep-konsep guna mencari berbagai jawaban atas persoalan-
persoalan yang dihadapinya melalui kemampuan nalar, daya pikir dan
kreatifitas yang dimilikinya.
Dalam konteks demikian, terjadi peningkatan retensi kemampuan
berfikir siswa untuk memahami fenomena alam dengan cara menguji
informasi baru dengan informasi lama untuk membangun hubungan yang
bermakna antara fakta. Dengan begitu, pengembangan KPS ini pada
siswa dapat membantu guru untuk lebih memotivasi siswa belajar
menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri dan siswa menjadi lebih
ingat informasi yang mereka dapatkan. Dengan menguasai KPS juga,
siswa akan lebih termotivasi dalam belajar untuk menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Berikut dikemukakan secara
spesifik tujuan dilatihkannya KPS pada pembelajaran IPA:
a. Dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, karena ketika
KPS ini dilatihkan pada siswa, maka siswa terpacu untuk
berpartisipasi secara aktif dan efesien dalam belajar.
b. Dapat menuntaskan hasil belajar siswa secara serentak, baik
keterampilan produk, proses, maupun keterampilan kinerjanya.
c. Dapat membantu siswa menemukan dan membangun sendiri
konsepsi, sehingga dapat mencegah terjadinya miskonsepsi.
d. Dapat memperdalam pemahaman konsep, pengertian dan fakta yang
dipelajarinya karena dengan latihan keterampilan proses, siswa
sendiri yang berusaha mencari dan menemukan konsep tersebut.
e. Dapat mengembangkan teori atau konsep dengan kenyataan yang
terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.1
1
Ibid. h. 150
9
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan keterampilan
proses sains atau KPS adalah sejumlah keterampilan ilmiah yang harus
dimiliki siswa ketika melakukan proses eksperimen sains. KPS ini sangat
penting dimiliki, dikuasai, dan diaplikasikan siswa ketika mereka
bereksperimen meneliti suatu gejala atau fenomena alam. Dengan
kemampuan tersebut, siswa dipretensikan akan mampu mendapatkan
pemahaman yang menyeluruh terhadap konsep, prinsip atau teori yang
dipelajarinya layaknya para ilmuwan terdahulu yang telah berhasil
menemukan sesuatu yang baru melalui kegiatan ilmiah yang mereka
lakukan.
Abruscato mengklasifikasikan keterampilan proses sains menjadi
dua bagian, yaitu keterampilan proses dasar (Basic Processes) dan
keterampilan proses terintegrasi (Integrated Processes). 2
Keterampilan
proses sains dasar terdiri dari : (1) Pengamatan, (2) Penggunaan bilangan,
(3) Pengklasifikasian,(4) Pengukuran, (5) Pengkomunikasian, (6)
Peramalan, dan (7) Penginferensial. Sedangkan keterampilan proses
sains terintegrasi terdiri dari : (1) Pengontrolan variabel, (2) Penggunaan
bilangan, (3) Perumusan hipotesis, (4) Pendefinisian secara operasional,
dan (5) Melakukan eksperimen.
Meskipun terdapat hirarki, namun pada saat siswa
bereksperimen melakukan penyelidikan ilmiah, KPS yang
terlatihkan bukan hanya satu, namun seperti membentuk spiral,
sehingga antar KPS bersifat padu dan saling mempengaruhi, serta
berhubungan. Berikut ini diilustrasikan gambarnya:

2
Eko Hadi Sujiono dan Khaeruddin. Modul Fisika SMA pada Pendidikan & Latihan
Profesi Guru. (Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar, 2005), h.
32
10
Gambar 1
Keterampilan Proses Sains

Dalam konteks pembelajaran IPA di SD/MI, maka keterampilan


proses sains yang dilatihkan kepada siswa lebih sederhana sesuai dengan
tahap perkembangan anak sekolah dasar. Berikut ini, beberapa KPS yang
dapat dilatihkan pada siswa SD/MI, antara lain keterampilan
mengobservasi, mengklasifikasi, mengukur, memprediksi, merencanakan
percobaan sederhana, mengkomunikasikannya, dan mampu melakukan
penarikan kesimpulan.
a. Keterampilan Mengobservasi (observation)
Observasi merupakan KPS pertama dan menjadi
keterampilan paling dasar untuk mengembangkan keterampilan
proses yang lain. Berawal dari hasil pengamatan yang cermat dan
akurat akan diperoleh data (ilmu pengetahuan alam) yang faktual,
rinci, relevan, dan memadai yang sangat dibutuhkan untuk
11
melakukan penyelidikan ilmiah (the basic of all scientific inquiry is
observation). Definisi sederhana, KPS observasi adalah keterampilan
mengidentifikasi ciri-ciri suatu objek benda atau peristiwa kejadian
tertentu dengan cara memperhatikan secara teliti menggunakan lima
indra manusia ataupun dibantu dengan menggunakan alat bantu
pengamatan, misalnya kaca pembesar, teropong, mikroskop. 3
Beberapa indikator dalam pelaksanaan observasi antara lain:
1) Menggunakan indera penglihatan, pembau, pendengar, pengecap,
dan peraba pada waktu mengamati, 2) Mengumpulkan fakta yang
relevan dan memadai, 3) Menghubungkan fakta yang ditemui
dengan pengetahuan (teori), dan 4) Memanfaatkan berbagai alat
pengamatan yang sesuai
Untuk mempelajari IPA, penguasaan KPS observasi sangat
penting sebagai modal siswa, mengingat banyak sekali materi-materi
IPA yang membutuhkan kemampuan observasi untuk mengkaji atau
mempelajarinya. Jadi, apa yang dikemukakan melalui indra
merupakan pencarian fakta yang penting dalam observasi. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam memperoleh ilmu pengetahuan, KPS
observasi menduduki peranan yang sangat penting.
b. Keterampilan Mengelompokan (Classification)
KPS mengklasifikasikan merupakan keterampilan untuk
memilah atau mengelompokkan berbagai objek atau peristiwa dalam
suatu sistematika menurut sifat-sifat khususnya, sehingga dapat
digolongkan menurut kategori tertentu. KPS ini sangat penting
dilatihkan pada siswa, agar siswa 1) Mampu mengidentifikasi dan
memberi nama sesuai sifat-sifat objek yang diamati, sehingga dari
hasil proses ini dapat dijadikan bahan atau dasar untuk
mengelompokkan, 2) Berdasarkan hasil pengidentifikasian dan
pemberian nama tersebut, siswa mampu menyusun atau
mengelompokkan sesuai klasifikasi dalam tingkat-tingkat tertentu.

3
Usman Samatowa, Op Cit. h. 94
12
Beberapa indikator dalam pelaksanaan kegiatan klasifikasi
antara lain: 1) Menunjukkan persamaan atau perbedaan antar dua
subjek, 2) Dapat mencari hubungan timbal balik dari hasil
identifikasi persamaan dan perbedaan tersebut, 3) Dapat
mengkontraskan ciri-ciri, membandingkan, dan mencari dasar
penggolongan berdasarkan kategori tertentu.
c. Keterampilan Mengukur (Measurement)
KPS mengukur merupakan aktivitas mengukur atau
membandingkan suatu besaran yang diukur dengan merujuk pada
satuan yang baku maupun non baku. Satuan yang digunakan untuk
melakukan pengukuran dengan hasil yang sama atau tetap untuk
semua orang disebut satuan baku, sedangkan satuan yang digunakan
untuk melakukan pengukuran dengan hasil yang tidak sama untuk
orang yang berlainan disebut satuan non baku
Dengan demikian, satuan berfungsi sebagai alat ukur yang
digunakan untuk melakukan perbandingan dalam proses pengukuran.
Dengan penjelasan yang serupa, sesuatu yang dapat diukur dan dapat
dinyatakan dengan angka disebut besaran, sedangkan pembanding
dalam suatu pengukuran disebut satuan. Dalam pembelajaran IPA di
SD/MI, beberapa aktivitas siswa dalam pengukuran, misalnya
menghitung luas, volume, massa jenis, kecepatan, percepatan, gaya,
usaha, daya, dan tekanan, serta momentum.
Alat pengukuran menggunakan satuan baku misalnya
penggaris, timbangan, neraca, gelas ukur, jangka sorong, dan
termometer. Untuk mampu menerapkan cara perhitungan sesuai
penggunaan alat ukur tersebut diperlukan kemampuan khusus.
Sedangkan, alat ukur non baku atau disebut pula menggunakan
standard konvenstional, misalnya mengukur panjang meja dengan
jengkalan tangan, benang, kayu, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa
indikator dalam pelaksanaan kegiatan pengukuran ini, yakni: 1)
13
Siswa mampu melakukan pengukuran menggunakan alat ukur yang
baku maupun non baku, dan 2) Siswa dapat memilih satuan yang
tepat sesuai dengan hasil pengukuran yang dilakukannya tersebut.
Penguasaan keterampilan mengukur dalam sains sangat diperlukan
karena pengukuran memberikan informasi yang spesifik dan akurat,
sehingga dapat menghindari dari penggunaan data yang bias.
d. Keterampilan Meramalkan (Prediction)
Prediksi adalah ramalan atau dugaan tentang kejadian atau
keadaan yang akan terjadi di masa akan datang. Dalam membuat
prediksi, didasarkan pada data atau informasi yang telah terkumpul
melalui observasi, klasifikasi, dan perhitungan (pengukuran) yang
cermat dan reliable terhadap beberapa objek atau kejadian yang
sedang diteliti. Dengan demikian, melakukan prediksi didukung data
dan fakta yang akurat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa
indikator dalam pelaksanaan kegiatan peramalan (prediksi) ini,
yakni: 1) Siswa mampu mencari atau menemukan pola hubungan
atau kecenderungan berdasarkan bukti (data, fakta, konsep keilmuan,
dan informasi) yang dimilikinya saat ini dengan bukti yang telah
ditemukannya sebelumnya, 2) Berdasarkan pola hubungan atau
kecenderungan tersebut, siswa dapat mengajukan perkiraan tentang
sesuatu, peristiwa, kejadian yang akan terjadi di masa akan datang.
KPS memprediksi menjadi salah satu dasar dan bekal yang
sangat diperlukan siswa dalam rangka turut berkonstribusi
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang sains di
masa depan, yang mana sekarang semakin berkembang dan semakin
pesat serta mengglobal di seluruh dunia.
e. Keterampilan Melakukan Percobaan Sederhana
Percobaan (eksperimen) merupakan kegiatan yang dilakukan
guna menjawab, menguji atau membuktikan prediksi yang telah
dibuat siswa sebelumnya. Guna keberhasilan jalannya percobaan ini,
14
sangat penting merencanakannya sedemikian rupa agar proses
eksperimen yang berlangsung dapat tercapai secara efektif mencapai
tujuan.
Melatihkan melakukan percobaan tidak harus dalam bentuk
eksperimen yang rumit, tetapi cukup dimulai dengan percobaan-
percobaan sederhana. Berkaitan dengan merencanakan melakukan
percobaan ini, indikator penguasaan keterampilan ini, meliputi 1)
Kemampuan dalam menentukan alat, bahan, dan sumber yang akan
digunakan dalam percobaan, 2) Menentukan variable atau objek
yang akan diteliti, 3) Memahami cara dan langkah-langkah kerja
dalam pelaksanaan percobaan.
f. Keterampilan Mengkomunikasikan (Communication)
Kemampuan berkomunikasi merupakan keterampilan
menyampaikan gagasan atau menguraikan secara jelas dan cermat
hasil penemuannya kepada orang lain. Keterampilan ini menjadi
suatu keharusan yang dimiliki siswa, sebab hasil percobaan yang
telah dilakukan perlu disampaikan atau dikomunikasikan kepada
pihak-pihak yang membutuhkan. Proses penyampaian dapat
dilakukan dengan kata-kata secara lisan maupun tulisan, dan
melengkapi penyajian dengan menggambarkannya dalam bentuk
tabel, gambar, grafik/diagram, ataupun demonstrasi/peragaan secara
langsung sehingga penyajian laporan lebih menarik.
Dalam proses melatih berkomuniasi secara efektif kepada
siswa, guru dapat membantu siswa dengan jalan mendampingi,
mengarahkan, dan mengevaluasi terhadap proses jalannya
penyampaian gagasan. Keterampilan berkomunikasi harus selalu
diupayakan agar siswa terbiasa dan memiliki rasa percaya diri yang
tinggi mengemukakan gagasan atau pendapatnya di depan umum.
Berikut ini beberapa indikator penguasaan terhadap
keterampilan ini, meliputi 1) Kemampuan menyusun laporan
percobaan secara sistematis dan mengikuti prosedur penulisan
15
ilmiah, 2) Kemampuan memaparkan laporan percobaan dengan
menggunakan pembendaharaan kata yang sesuai kemampuan siswa,
3) Kemampuan membaca tabel, gambar, ataupun grafik/diagram
guna memperjelas pemaparan laporan percobaan, dan 4)
Kemampuan mendiskusikan laporan percobaan dengan
orang/kelompok lain.
g. Keterampilan Penarikan Kesimpulan
Menyimpulkan adalah keterampilan membuat ikhtisar
berdasarkan data yang telah dikumpulkan, diolah, dan dianalisis.
Dalam konteks demikian berarti siswa membuat kesimpulan
berdasarkan data dan fakta hasil pengamatan dan percobaan yang
telah dilakukannya. Kesimpulan disajikan secara ringkas, jelas, dan
tentunya merupakan intisari dari keseluruhan paparan dari proses
kegiatan eksperimen/percobaan IPA yang dilakukan.
Berangkat dari penjelasan di atas, pengembangan KPS
dimaksudkan untuk mengoptimalkan kemampuan-kemampuan yang
dimiliki oleh siswa. KPS memberikan kepada siswa pengertian yang
tepat tentang hakikat IPA. Siswa dapat mengerti fakta dan konsep IPA
dengan lebih baik. Mengajar dengan melatihkan KPS berarti memberi
kesempatan kepada siswa belajar dengan berbuat secara langsung, bukan
hanya menjadi pendengar yang pasif. Singkatnya, menggunakan KPS
dalam mengajar IPA, membuat siswa belajar bagaimana proses IPA itu
ditemukan. Dalam arti ini, mendukung pada pelaksananan pembelajaran
aktif dan pembelajaran berbasis ilmiah (scientific learning).
Sebagai dampak pengiring dari pembelajaran IPA dengan
berbasis KPS, yaitu terbentuk sikap ilmiah (scientific attitude). Hal ini
karena orang yang berkecimpung dalam ilmu alamiah secara langsung
atau tidak dalam sikap dan perilakunya akan terjewantah sikap layaknya
para ilmuwan sains yang dalam berfikir dan bertindak atas dasar
keilmiahan. Hal ini juga yang diharapkan terbentuk dalam diri siswa
setelah mempelajari IPA.
16
Dalam rangka mencapai tujuan di atas, maka melaksanakan
pembelajaran IPA yang mengoptimalkan penggalian beberapa
keterampilan proses sains (KPS) merupakan salah satu cara untuk
mengembangkan sikap ilmiah siswa.4 Keterlibatan siswa secara aktif baik
fisik maupun mental dalam kegiatan eksperimen (percobaan sederhana)
akan membawa pengaruh terhadap pembentukan pola tindakan siswa
yang selalu didasarkan pada hal-hal yang bersifat ilmiah.
Menurut Brotowidjoyo, orang yang berjiwa ilmiah adalah orang
yang memiliki sikap-sikap berikut :
a. Sikap ingin tahu. Aspek sikap ini diwujudkan dengan selalu
bertanya-tanya tentang berbagai hal, antusias mencari jawaban,
perhatian pada objek yang diamati, antusias pada proses sains, dan
menanyakan setiap langkah kegiatan.
b. Sikap berani mempertahankan kebenaran diwujudkan dengan
membela fakta atas hasil penelitiannya.
c. Sikap kritis direalisasikan dengan mencari informasi sebanyak-
banyaknya, baik dengan jalan bertanya kepada siapa saja yang
diperkirakan mengetahui masalah maupun dengan membaca
sebelum menentukan pendapat untuk ditulis.
d. Sikap terbuka dinyatakan dengan selalu bersedia mendengarkan
keterangan dan argumentasi orang lain.
e. Sikap objektif diperlihatkan dengan menyatakan apa adanya, tanpa
dibarengi oleh perasaan pribadi.
f. Sikap rela menghargai karya orang lain diwujudkan dengan
mengutip dan menyatakan terima kasih atas karangan orang lain dan
menganggapnya sebagai karya yang orisinil milik pengarang.

4
Sari, Prima Mutia,Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Praktikum terhadap
Keterampilan Proses Sains, Sikap Iilmiah dan Penguasaan Konsep Sistem Regulasi. (Thesis
Universitas Pendidikan Indonesia,Bandung,2013),h.32.
17
g. Sikap menjangkau ke depan dibuktikan dengan sikap “futuristik”,
yaitu berpandangan jauh, mampu membuat hipotesis dan
membuktikan, bahkan mampu menyusun suatu teori baru.5
Kemudian, Asih Widi Wisudawati dan Eka Sulistyiwati
menambahkan sikap ilmiah yang terbentuk dalam pelajaran IPA, yaitu :
a. Sikap respek terhadap data/fakta. Aspek sikap ini diwujudkan
melalui sifat objektif/jujur, tidak purbasangka, mengambil keputusan
sesuai fakta, dan tidak mencampur fakta dan pendapat.
b. Sikap penemuan dan kreatifitas. Aspek sikap ini ditunjukkan dengan
menggunakan fakta-fakta untuk dasar kesimpulan, menunjukan
laporan berbeda dengan orang lain, merubah pendapat dalam
merespon terhadap fakta, menyarankan percobaan-percobaan baru,
dan menguraikan kesimpulan baru hasil pengamatan.
c. Sikap berpikiran terbuka dan kerjasama. Aspek ini terwujud melalui
sikap menghargai pendapat temuan orang lain, mau merubah
pendapat jika data kurang, menerima saran orang lain, tidak merasa
selalu benar, menganggap setiap kesimpulan adalah tentatif, dan
berpartisipasi aktif dalam kelompok.
d. Sifat peka terhadap lingkungan sekitar. Aspek sikap ini meliputi
perhatian terhadap peristiwa sekitar, partisipasi pada kegiatan sosial,
menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.6
Berdasarkan paparan di atas, ada beberapa sikap ilmiah yang harus
ditumbuhkembangkan pada siswa saat mereka berpraktek melakukan
eksperimen IPA. Menurut penulis secara implisit, sikap ilmiah pantang
menyerah atau selalu ingin mencoba juga dilatihkan ketika siswa sedang
melakukan percobaan sederhana. Sikap ini terlihat dari kondisi siswa
menghadapi kegagalan namun berani mencoba lagi (trial and error).
Dalam hal ini optimis menerima kegagalan, tidak menganggap kegagalan

5
Karhami, K. A. Sikap Ilmiah Sebagai Wahana Pengembangan Unsur Budi Pekerti (kajian
melalui sudut pandang pengajaran IPA).( Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No.027, Tahun ke-
6, November 2000), h.12.
6
Asih Widi Wisudawati, Eka Sulistyiwati, Op. Cit. h. 24-25
18
sebagai hambatan namun semakin memacu untuk semakin semangat dan
antusias untuk maju dan bangkit, hingga berhasil mencapai tujuan yang
diinginkan.
Dalam kondisi demikian, siswa juga secara tidak langsung belajar
untuk bisa bersikap tanggung jawab dan mampu bekerjasama.
Bagaimana tidak, dalam kondisi ketidaknyamanan karena sedang
menghadapi kesulitan dan kegagalan, maka agar bisa memecahkan
masalah yang dihadapi, siswa belajar untuk bisa menyesuaikan diri
menghadapi berbagai karakter yang dimiliki teman-temannya, belajar
mengenali dan memberdayakan potensi-potensi yang dimiliki temannya
guna membangun sinergitas. Tentunya ini akan mendorong siswa untuk
berlatih menjalin kerjasama, sebab dengan kerjasama pekerjaan yang
berat ataupun masalah yang besar dapat teratasi dengan mudah dan cepat.
Dalam ini, antar siswa juga belajar secara tidak langsung untuk bisa
bersikap tanggungjawab atas tugas atau beban yang dipercayakan
dengannya. Tanggung jawab bukan hanya menerima tugas dengan
senang hati, namun lebih dari itu siap menerima segala hambatan atau
resiko yang akan dihadapi dengan penuh jiwa lapang.

19

Anda mungkin juga menyukai