Anda di halaman 1dari 4

Seniman Dari Tanah Sakura

チェリーランドのアーティスト

Penulis : Vincent Mei


Tanggal Penulisan : 26/Februari/2023
Deskripsi : Tersedia dalam 2 sudut pandang tokoh dalam cerita fiksi ini
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lantunan Musik Sang Gadis Seniman


芸術家の少女の音楽
Prologue 1 ( Orientasi )
---------------------------------------------------------------------------------
Di desa yang damai bernama Kyookai, Di bawah pohon sakura rimbun, saat
angin yang lembut dan dingin terasa menusuk kulit, dan mentari... baru saja
terbangun dari tidur lelapnya, begitu pula dengan sang pemuda, “Kurasa...
matahari pertama kali terbit di tempat ini daripada tempat lain di dunia ya?
Ya... setidaknya matahari masih terbit dari timur kurasa itu hal yang baik” ujar
sang pemuda yang tengah memandangi jendela. Tak berselang lama,
terdengar lantunan alat musik yang merdu diiringi kicauan burung tak jauh dari
sana, “Oh, siapakah gerangan yang memainkan musik merdu ini?” tanya sang
pemuda. Ternyata , sang gadis seniman sedang memainkan alat musik nya di
bawah pohon sakura paling besar di desanya. Sang gadis tersebut sudah
beberapa kali bermain musik di bawah pohon sakura tersebut, sehingga sang
pemuda tak asing lagi dengan lantunan tersebu, dia menyebutnya sebagai sang
gadis seniman. Seperti saat kesempatan sebelumnya sang pemuda pun
menikmati dan menghayati lantunan alat musik tersebut hingga terhanyut
dalam alunan lagu tersebut. Belum siap menikmati lagu tersebut, suara yang
sangat famiiar pun terdengar, “HIROSHIII!!... CEPAT TURUN DAN SEGERALAH
MAKAN” Ibunya teriak memanggil, Hiroshi pun segera bergegas pergi dari
kamar ke dapur untuk segera makan. Setelah kembali ke kamar, Hiroshi
kembali memandangi jendela dan gadis itu sudah tidak terlihat lagi.

Bagaikan Pertemuan Bangau dan Tikus


コウノトリとネズミの出会いのように
Prologue 2
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Beberapa minggu telah berlalu sejak sang gadis seniman tidak terlihat lagi,
Hiroshi melakukan aktivitas sehari harinya, yaitu mencari kayu, memancing
ikan, dan memetik buah buahan serta sayur untuk dijadikan dan bahan bahan
dapur dan dijual. Ditengah kesibukannya di hutan, kembali terdengar suara
lantunan diantara pohon pohon dan bambu tersebut, Hiroshi pun mengikuti
suara tersebut hingga akhirnya dia menemukan sang gadis seniman yang
sedang bermain kecapi, gadis tersebut dikelilingi hewan hewan yang
menghayati dan menikmati lantunan kecapi sang gadis seniman, Gadis
tersebut mengenakan Kimono ( pakaian tradisional yang berasal Jepang ).
Hiroshi pun melamun terpukau melihat paras cantik sang gadis seniman.
Hiroshi mencoba melihatnya lebih dekat namun, dirinya tersandung dahan
pohon dan terjatuh, menimbulkan suara berisik yang membuat para hewan
pergi, “Apakah dirimu baik baik saja?” tanya sang gadis sembari berusaha
menolong Hiroshi yang terjepit dahan pohon,”Jangan khawatir, diriku baik baik
saja” balas Hiroshi, saat Hiroshi berdiri dan menatap gadis tersebut, Hiroshi
merasa terdapat ikatan tali merah yang mengikat mereka berdua, ( entah
mengapa atau hanya perasaan ku saja? ),”Syukurlah jika luka mu tidak parah,
maukah engkau datang sebentar ke rumahku dan mengobati luka mu?” , tanya
sang gadis, “B-baiklah”, Hiroshi menyetujui ajakan sang gadis dan mereka pun
pergi ke rumah sang gadis. Saat sampai, terlihat rumah besar menyerupai kuil,
setelah melewati tangga yang panjang mereka pun sampai di depan kuil
tempat kediaman sang gadis, saat memasuki rumah, kuil tersebut sepi dan
sedikit berantakan, terlihat banyak gambar gambar seni tradisional yang indah,
terdapat pula banyak kertas seni kaligrafi yang terpajang di dinding serta alat
musik tradisional, ( Memang tidak salah aku menyebutnya sebagai gadis
seniman) ”A-apakah dirimu tinggal sendirian di sini”, tanya Hiroshi,” Haha maaf
ya agak berantakan”, jawab sang gadis, tibalah mereka di sebuah ruangan yang
penuh dengan buku buku dan tongkat serta peralatan melukis, “Duduklah, aku
akan segera mengambilkan obat untuk menyembuhkan luka mu”, ujar sang
gadis. Hiroshi pun duduk dan tak lama kemudian sang gadis pun kembali
membawa obat dan... anehnya sang gadis juga membawa sebuah kertas
kuning dan sebuah kuas, Sang gadis segera mengobati Hiroshi, di saat itulah
suasana menjadi canggung bagi Hiroshi, Hiroshi tersipu malu tapi ada satu hal
yang mengganjal hatinya dan membuat Hiroshi penasaran, Hiroshi pun
memberanikan diri untuk bertanya, “Wahai gadis cantik mempesona, si-
siapakah namamu?”, “Haha haha”, tawa sang gadis, “kau pintar sekali memuji

hehe, nama ku Sayu Hitomi salam kenal 😉”

Jawab Sayu, “N-nama ku Ashiku Hiroshi , ku harap kita bisa lebih dekat

Hitomi”, jawab Hiroshi dengan ekspresi malu, “Tidak perlu tegang 😊, kau bisa
memanggilku dengan nama depanku”, “T-tapi bukankah tidak sopan
memanggil nama orang yang baru kita kenal dengan nama depannya?”,tanya
Hiroshi, jawab Sayu sambil tersenyum “Tidak apa apa, bukankah kita harus
lebih akrab?”, “Benarkah?”,tanya Hiroshi, “Haha kau imut sekali”, ucap Sayu
sembari mencubit pipi Hiroshi. Setelah berbincang bincang dan bercanda
akhirnya Hiroshi selesai diobati dan diberikan perban untuk menutupi lukanya,
Sayu pun menulis sesuatu di kertas kuning yang ia bawa. “Pe-nyem-bu-han?”,
ucap Hiroshi sembari meng-eja, lalu Sayu menempelkannya pada bagian tubuh
Hiroshi yang terluka, lalu secara ajaib kertas itu menghilang, “Itu tadi...
apa?”,”Tenanglah kau akan segera sembuh”, ”Terima kasih”. Tanpa sadar
waktu sore telah tiba, dan saatnya bagi Hiroshi untuk segera pulang, tiba di
bawah tangga Hiroshi segera berpamitan, “Terima kasih untuk hari ini, dan
anuuu...-“, “Hmm?, ada apa Hiroshi?”,”Jika kau berkenan maukah kau mampir
ke rumahku?” tanya Hiroshi sembari menuliskan alamat rumahnya di kertas,

“Baiklah, aku berjanji akan berkunjung di lain hari😉”,”Sekali lagi- terima kasih
untuk hari ini S-sayu”. Hiroshi pun memberikan alamatnya dan segera
bergegas pergi ke rumah, Pada malam hari... Hiroshi pun memandangi bintang
bintang sambil berbaring dan mengingat kembali kejadian yang telah
dialaminya hari ini, sembari tersenyum. Baginya hari itu adalah hari yang
“Menyenangkan”. Besoknya, Hiroshi membuka perban dan alangkah
terkejutnya melihat lukanya yang langsung sembuh dengan sangat cepat dan
tak bersisa bekas luka sedikit pun, “Gadis itu benar benar ajaib” ujar Hiroshi.

Acara Minum Teh Sang Bangau


鶴の茶会
Prologue 3

Dua hari kemudian pada pagi hari, Hiroshi bersiap siap untuk pergi
mengumpulkan kayu namun, tidaklah tenang hatinya menunggu kunjungan
sang gadis tersebut ke rumahnya, didalam lubuk hatinya bertanya apakah sang
gadis akan menepati janjinya dengan ekspresi sedih sambil memandangi
perban yang diberikan sang gadis kepadanya, “Masam raut wajahmu bagaikan
katak ditimpa kemarau, apakah engkau sedih karna gadis itu tak kunjung
datang wahai Anakku?” tanya ibu Hiroshi, “Tidak ibu, aku hanya menginginkan
agar kedatangan gadis lebih cepat” ucap Hiroshi, “Nak, tidak perlu terlalu
menunggunya, gadis itu akan datang menepati janjinya... lagi pula engkau baru
menggunya selama dua hari, bersabarlah “, Hiroshi pun telah bersiap siap dan
akan segera bergegas untuk pergi, sang ibu meminta Hiroshi mengantarkan
sebuah kotak kepada kerabatnya yang bernama Origami Ayano, “Tolong
antarkan kotak ini kepada bibi Ayano nak, dan sampaikan salamku kepadanya”,
“Baik bu”. Hiroshi pun pergi ke rumah bibi Ayano. Sesampainya disana, Hiroshi
memberikan kotak tersebut kepada bibi Ayano, “ Astaga, keponakanku yang
manis ini akhirnya datang juga, terima kasih ya atas kirimanya... oh, sebaiknya
engkau mampir terlebih dahulu” ucap bibi Ayano, “ Terima kasih atas
tawarannya bibi, aku harus segera pergi “

Anda mungkin juga menyukai