Anda di halaman 1dari 6

Ditengah-tengah badai salju pada malam hari, seorang gadis sedang berjalan sekuat tenaga menembus

kuatnya hembusan angin dan salju yang dingin ini.

Sudah berapa lama aku berjalan ditengah-tengah badai salju ini?

Dingin...

Sangat dingin...

Yang bisa kulihat sejauh mata memandang hanyalah salju, salju, dan salju.

Lagipula kenapa aku harus melakukan semua ini?

Tidak bisakah aku menyerah saja?

...Aku lelah, kedinginan, dan kesakitan.

Berjalan tanpa arah dan tujuan, sebenarnya mau kemana diriku ini?

Gadis itu hanya bisa mengeluh sembari berusaha untuk mencari tempat berlindung dari badai salju ini.

Mengapa gadis itu berjalan di tengah-tengah badai salju ini? Dia sendiri juga tidak tau jawabannya, dia
tiba-tiba terbangun ditengah-tengah badai salju hanya mengenakan kimono berwarna putih. Gadis itu
juga tidak mengingat apapun, namanya, tempat tinggalnya, bahkan keluarganya sendiri dia tidak dapat
mengingatnya. Dengan kata lain Gadis itu mengalami amnesia.

Setelah lama berjalan, si gadis melihat sebuah pohon besar tanpa ada daun sama sekali. Itu mungkin
wajar saja karena ini musim dingin.

Karena sudah lelah dan tidak kuat lagi untuk berjalan, gadis itu memutuskan untuk beristirahat sebentar
dibawah pohon tersebut. Meskipun si gadis sudah bisa beristirahat, tetapi dia masih tidak bisa
mengatasi kedinginannya. Hanya dengan berpakaian kimono berwarna putih, tentu saja si gadis akan
sangat kedinginan.

Semakin lama kesadaran si gadis perlahan mulai menghilang, karena rasa dingin ini membuatnya
mengantuk dan akan sangat berbahaya kalau sampai tertidur ditengah-tengah badai salju seperti ini.

“Sepertinya Dewa sedang mempermainkanku.” Gumam si gadis yang hanya bisa pasrah dengan
keadaannya saat ini.

Tidak lama kemudian gadis itu pun mulai mengantuk dan perlahan-lahan kesadarannya mulai
menghilang.

Sebelum akhirnya dia mendengar sebuah suara...

“AAAHHH!!! Kashuu-san ternyata bukan musuh, tapi seorang gadis!”

“Apa katamu!?”

“Wah gawat, Onee-chan bertahanlah jangan sampai tertidur, Kashuu-san, Yamatonokami-san cepatlah
kemari!”
Mendengar ada orang yang berhasil menemukannya, si gadis bersyukur dan tersenyum dengan lega
sebelum akhirnya dia kehilangan kesadarannya.

______

Pada suatu malam disebuah Honmaru(Benteng), dua orang pria sedang berjalan kembali menuju kamar
mereka. Pria yang satu bernama Kashuu Kiyomitsu, dia memakai hakama dan syal berwarna merah.
Sedangkan pria yang satu lagi bernama Yamatonokami Yasusada, dia memakai pakaian tempur dengan
ditutupi Haori berwarna biru muda dengan motif ala shinsengumi.

Yamatonokami baru saja datang ke Honmaru, dan Kashuu yang mendengar hal tersebut langsung
menemuinya. Setelah berbicara dengan tuan mereka yang bernama Saniwa, mereka langsung kembali
menuju kamar mereka. Namun ditengah perjalanan mereka bertemu dengan seorang bocah kecil
dengan wajah yang cantik bernama Imanotsurugi.

“Imanotsurugi kau mau kemana malam-malam begini?” tanya Kashuu.

“Ah! Kashuu-san, aku baru saja dari toilet. Omong-Omong, siapa dia?” tanya Imanotsurugi dengan
penasaran.

“Ah dia adalah katana yang baru datang dan dia sama sepertiku mantan pedangnya Okita Souji.”

Yap katana. Semua yang ada di Honmaru kecuali Saniwa awalnya adalah pedang yang diberi Jimat
spesial, sehingga mereka memiliki tubuh dan bisa berbicara layaknya seorang manusia pada umumnya.
Mereka disebut Touken Danshi.

“Namaku Yamatonokami Yasusada, senang berkenalan denganmu” jawab Yamatonokami.

“Umu! Namaku Imanotsurugi, aku adalah pedang kesayangan tuan Yoshitsune. Senang berkenalan
denganmu juga Yamatonokami-san!” jawab Imanotsurugi dengan riang.

Setelah berkenalan mereka bertiga berjalan bersama-sama kembali kekamar mereka. Namun,
Imanotsurugi tiba-tiba berhenti.

“Hmm... ada apa Imanotsurugi?” tanya Kashuu yang penasaran.

“Nee... Kashuu-san apa itu disana?”

Imanotsurugi menunjuk kearah dia bertanya, dan disana mereka melihat sesosok berwarna putih yang
sedang berjalan mendekati pohon besar yang ada didekat Honmaru.

“Ada seseorang yang mendekati pohon itu?” kata Yamatonokami.

“Tapi siapa yang mau keluar ditengah-tengah badai salju seperti ini?” tanya Kashuu.

“Apa mungkin itu hantu?” tanya Imanotsurugi dengan penasaran dan mata yang bersinar-sinar..

“Jangan bercanda, mana mungkin ada yang namanya hantu” jawab Kashuu.

“Kalau begitu, apa jangan-jangan musuh yang sedang menyelinap?” ucap Yamatonokami dengan wajah
serius.
Mendengar jawaban Yamatonokami, Kashuu dan Imanotsurugi langsung panik dan memasang wajah
serius.

Apa yang dikatakan Yamatonokami mungkin ada benarnya. Karena, orang bodoh macam apa yang akan
mau berjalan ditengah-tengah badai salju seperti ini.

Mereka bertiga pun bergegas menuju kearah pohon besar tersebut untuk memastikan sosok yang
mereka lihat. Imanotsurugi yang memiliki badan kecil dan gesit, bergerak dengan cepat meninggalkan
Kashuu dan Yamatonokami. Imanotsurugi pun mencapai dipohon duluan, dan dia terkejut melihat sosok
yang dia lihat ternyata...

“AAAHHH!!! Kashuu-san ternyata bukan musuh, tapi seorang gadis!” teriak Imanotsurugi.

“Apa katamu?!”

“Wah gawat, Onee-chan bertahanlah jangan sampai tertidur, Kashuu-san, Yamatonokami-san cepatlah
kemari!”

Mendengar teriakan Imanotsurugi, Kashuu dan Yamatonokami bergegas secepatnya menuju


Imanotsurugi. Mereka berdua juga terkejut melihat sosok gadis yang sedang tidak tersadarkan diri
bersandar dibawah pohon. Gadis tersebut memiliki rambut berwarna purih dengan panjang sebahu dan
memakai kimono berwarna putih.

“Bagaimana bisa ada gadis yang tertidur ditengah-tengah badai salju seperti ini, apa dia tidak punya
rumah atau mungkin dia tersesat?” tanya Yamatonokami dengan penasaran.

“Hal itu sekarang tidak penting! Yasusada cepat berikan Haorimu kepadanya!” ucap Kashuu sekaligus
memerintahkan Yamatonokami.

“ Ah! baiklah”

“Imanotsurgi kembalilah ke Honmaru dan laporkan hal ini kepada Aruji(tuan)!”

“Baiklah serahkan padaku”

Sesuai dengan perintah Kashuu, Imanotsurugi langsung berlari kembali ke Honmaru secepatnya sambil
berteriak dengan keras.

“ARUJI!!! GAWAT!!!”

Sedangkan Yamatonokami memberikan haorinya dan langsung menggendong gadis misterius itu
kembali ke Honmaru mengikuti Imanotsurugi bersama dengan Kashuu.

“Imanotsurugi jangan berteriak dimalam begini! Mengganggu yang lain kau tau!”

Tiba-tiba ada seorang pria yang keluar dengan marah setelah mendengar teriakan Imanotsurugi.

Pria tersebut bernama Heshikiri Hasebe. Hasebe memiliki tinggi sekitar 170 cm dengan rambut
berwarna coklat dengan memakai jaket tracksuit berwarna putih berlapis warna ungu tua dibagian
atasnya.

“MAAF HASEBE-SAN!!”
“SUDAH KUBILANG JANGAN BERTERIAK DASAR BOCAH SIA-“

“Hasebe tolong siapkan kamar secepatnya, Ini keadaan darurat!” seketika Kashuu datang dan menyela
amarah Hasebe.

Mendengar apa yang dikatakan Kashuu, Hasebe sedikit penasaran dan melihat seorang gadis yang tidak
sadarkan diri digendongan Yamatonokami. Melihat hal itu, Hasebe pun langsung menuruti perkataan
Kashuu dan mengantarkan mereka kesebuah kamar kosong. Setelah itu mereka membawakan beberapa
barang yang dapat menghangatkan gadis tersebut. Setelah selesai mereka pun meninggalkan gadis
tersebut agar dia bisa beristirahat.

_____

Keesokan Harinya

Si gadis perlahan membuka matanya dan melihat langit-langit yang tidak dia kenal.

Lalu seketika...

“AAAHHH!!!”

Sebuah jeritan membuat si gadis terkejut dan langsung terbangun. Lalu tiba-tiba pintu kamar terbuka,
dan terdapat seorang pria tinggi berambut hijau panjang dikuncir dan poninya menutupi sebelah
matanya. Pria itu memakai jaket tracksuit berwarna biru dan dia membawa beberapa bola salju.

“Oya? Kau sudah bangun yah, bagaimana tidurmu?” tanya pria misterius tersebut sambil tersenyum
dengan polosnya.

“Ah! Um... i-iya baik-baik saja... mungkin??”

“Baguslah kalau begitu. Tunggu disini sebentar ya, aku akan panggil Aruji dan mengatakan kalau kau
sudah bangun. Jangan kemana-mana ya!”

“Anu...”

Sebelum si gadis bisa bertanya, pria misterius itu sudah pergi. Si gadis pun melihat sekeliling kamar,
dimana kamar tersebut terlihat seperti kamar bergaya Jepang tradisional.

Tidak lama kemudian pintu kembali terbuka, dan kali ini yang datang adalah seorang anak kecil
berambut perak ditemani dengan seekor rubah kecil.

“Syukurlah, Nikkari-san mengatakan kalau kamu sudah bangun, jadi aku datang secepatnya kesini.
Bagaimana keadaanmu?” tanya anak kecil misterius itu dan ternyata pria yang tadi namanya adalah
Nikkari.

“A-aku baik-baik saja, terima kasih sudah menyelamatkanku. Anu... Kalau boleh tau ini dimana ya?”

Sebelum anak kecil itu bisa menjawab, tiba-tiba...

“Kalau mau berterima kasih, berterima kasihlah kepada Kashuu-san, Yamatonokami-san, dan
Imanotsurugi-san yang sudah menemukamu”
Rubah kecil yang bersama anak kecil itu tiba-tiba berbicara.

Mendengar rubah itu berbicara si gadis berkedip dua kali sebelum akhirnya dia menjerit terkejut.

“EEEHHH!!! RUBAHNYA BERBICARA!!!”

“Apa ini pertama kalinya kamu melihat rubah berbicara?” sekali lagi rubah tersebut berbicara.

Si gadis masih tidak percaya dengan yang dia lihat dan dengar, jadi dia mencubit pipinya untuk
memastikan apa dia masih bermimpi atau tidak.

“Aduh!” setelah merasakan sakit si gadis kembali melihat rubah itu lagi untuk beberapa saat. Sampai...

“Ada apa melihatku terus seperti itu?”

Dia benar-benar bicara. Berarti aku tidak bermimpi.

“Ahaha... maaf mengejutkanmu seperti itu. Konnosuke bukanlah rubah biasa tapi seekor kuda-gitsune
yang melayaniku” kata si anak kecil misterius itu.

“Omong-omong aku belum memperkenalkan diri ya. Namaku Saniwa, aku adalah tuan dari Honmaru ini,
senang berkenalan denganmu. Penampilanku mungkin seperti anak kecil tapi aku sebenarnya sudah
dewasa loh, bahkan mungkin lebih tua darimu”

“Eh? Benarkah?”

Mendengar apa yang dikatakan oleh Saniwa membuat si gadis sekali lagi terkejut dan dia langsung
melihat ke arah rubah yang bernama Konnosuke untuk memastikannya, dan Konnosuke hanya
mengangguk saja yang berarti, Saniwa benar-benar lebih tua dari si gadis.

“Dan aku adalah rubah pelayan Saniwa-sama, Konnosuke. Senang berkenalan denganmu”

“Ah! iya senang juga berkenalan denganmu Konnosuke... -san?”

“Panggil saja Konnosuke tidak apa-apa.”

“Baiklah.”

Jujur saja ini terasa sedikit aneh rasanya bisa berbicara santai dengan seekor rubah.

“Baiklah, aku sudah memperkenalkan diriku, bagaimana denganmu? Apa aku boleh tau namamu?”
tanya Saniwa. Tapi...

“Namaku...”

Si gadis pun kebingungan harus menjawab apa, karena dia sendiri tidak bisa mengingat apapun tentang
dirinya sendiri.

“Maaf Saniwa-san tapi aku sendiri tidak tau namaku siapa”

“Eh!? Apa maksudmu?”

“Aku sendiri tidak tau. Aku terbangun ditengah-tengah badai salju kemarin tanpa mengingat apapun,
baik namaku, keluargaku, ataupun tempatku berasal.”
“Aruji-sama jangan-jangan dia amnesia?”

“Sepertinya begitu...”

“...”

Keheningan pun langsung menyelimuti ruangan. Sampai tiba-tiba...

“YEEAAHHH!!!”

“TUNGGU KALIAN!”

*DORR!!!*

“DASAR KALIAN SIALAN!!! AKU TAKKAN PUAS HANYA MEMBUNUH KALIAN!!!”

Suara dari orang-orang yang menghuni di Honmaru sampai terdengar dikamar ini.

...

“Ahaha... sepertinya ramai sekali ya Saniwa-san”

“Mohon maaf atas keributannya”

Setelah itu terdengar suara lonceng yang membuat si gadis penasaran.

“Ah! Pasti Hasebe-san mengumpulkan semua orang. Yah... mari kita bahas tentang namamu lagi nanti.
Kamu pasti lapar kan? Konnosuke ajak dia pergi ke dapur, maaf aku tidak bisa ikut menemanimu karena
aku masih punya banyak tugas dan harus kembali keruanganku”

“T-tidak apa-apa Saniwa-san, justru aku yang seharusnya meminta maaf karena merepotkan”

“Tidak apa-apa, untuk saat ini tinggalah disini sampai keadaanmu pulih sepenuhnya. Setelah itu kita
akan membahas lagi mengenaimu. Omong-omong aku sudah menyiapkan pakaian untukmu, pakailah
sesuka hati. Kalau ukurannya tidak pas langsung bilang saja tidak apa-apa”

Setelah mengatakan itu Saniwa langsung berdiri dan pergi meninggalkan kamar kembali menuju
ruangannya. Setelah itu si gadis langsung mengganti pakaiannya dengan yang diberikan Saniwa, sebuah
kimono seperti yang biasa dikenakan oleh Miko Kuil.

Meskipun masih kebingungan tapi untuk saat ini si gadis hanya bisa menerima dan memikirkan
bagaimana kedepannya nanti.

Anda mungkin juga menyukai